4. Jika sebuah alat tes mencapai validitas namun tidak reliable, bagaimana kualitas alat tes
tersebut? Dan bagaimana jika terjadi kebalikannya?
Jawaban:
Ketika suatu alat tes memiliki reliabilitas yang tinggi namun validitas yang rendah maka alat
ukur itu memiliki kualitas yang rendah. Namun sebaliknya, jika suatu alat ukur valid maka
kemungkinan besar reliabilitasnya akan dapat mengikuti menjadi baik juga. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa suatu alat ukur yang valid akan cenderung memiliki reliabilitas yang
tinggi namun alat ukur yang memiliki reliabilitas yang tinggi belum tentu valid.
5. Bagaimana jika suatu item angket dinyatakan valid namun tidak reliabel. Apakah item tersebut
masih bisa digunakan?
Jawaban:
Alat ukur pernyataan yang valid tapi tidak reliabel umumnya karena adanya kemungkinan
ambigu kata sehingga menimbulkan multipersepsi, baik dalam bahasa dan budaya responden
yang berbeda, atau pertanyaan yang kemungkinan bisa berubah-ubah jawabannya sesuai
waktu meski respondennya sama. Sebaiknya diperbaiki kembali pertanyaan indikator tersebut.
6. Kapan validitas dan reliabilitas tidak berlaku?
Jawaban:
Validitas menjadi tidak berlaku ketika validitas sebuah alat ukur digunakan untuk melihat
validitas alat ukur lainnya, maka validitas tersebut menjadi tidak berlaku. Hal ini disebabkan
tidak ada validitas yang berlaku secara umum untuk semua tujuan pengukuran.
Reliabilitas menjadi tidak berlaku pada kondisi, alat ukur tersebut digunakan untuk mengukur
populasi atau sampel yang berbeda dengan rancangan alat ukur itu. Inkonsistensinya hasil
ukur karena digunakan ulang pada kelompok individu yang berbeda. Contohnya timbangan
badan, si A menimbang berat badannya pada timbangan 1 60 kg, pada timbangan 2 58 kg.
7. Jika ada 10 butir soal apakah semuanya harus diuji validitasnya? Dan ketika ada 2 butir soal
yang tidak valid apakah butir soal itu harus diganti?
Jawaban:
Setiap butir soal dalam instrumen harus diuji validitasnya. Bila terdapat butir yang tidak valid,
maka butir tersebut dievaluasi dan diganti kemudian diujikan kembali hingga memperoleh
butir soal yang valid. Ada beberapa cara mengatasi data yang tidak valid :
a. Perbaiki pertanyaan angket lalu mengujikannya kembali
b. Melakukan drop terhadap item yang tidak valid
c. Memprediksi angket valid
8. Menurut bagian pian ada kah cara sederhana untuk mengetahui adanya reliabilitas ini pada
suatu hasil pengukuran ?
Jawaban : ada, dengan cara melakukan kegiatan pengukuran dua kali di sample yang sama
seperti kegiatan yang sudah dilaksankan. Jadi bisa dikatanakan reliabilitasnya tinggi ketika hasil
pengukuran nya bersifat konstan atau sangat mendekat (hampir sama). Dan bisa juga dikatakan
rendah ketika hasil pengukurannya sangat berbeda jauh dari kegiatan pertama dan juga kegiatan
kedua.
9. Menurut bagian pian apakah perlu reliabilitas dalam sebuah kegiatan observasi?
Jawaban : Mencari reliabilitas dalam kegiatan observasi itu perlu, dimana reliabilitas observasi
adalah konsisten apa yang diobservasi. Agar suatu pengukuran observasi dapat dipercaya, maka
idealnya hasil observasi bila diuji kembali oleh orang lain baik di lain waktu maupun sekarang
10. Adakah perbedaan reliabilitas tes dengan reliabilitas non-test seperti kegiatan wawancara ?
Jawaban : Perbedaan penerapan reliabilitas dalam sebuah tes dan obserasi/wawancara dapat
dilihat dengan perbedaan pendekatan kuantitatif (untuk alat tes) artinya hasil mungkin bisa
banyak dan dapat dihitung mengunakan angka dan pendekatan kualitatif dari segi wawancara
artinya hasilnya dengan pendiskripsian atau paragraf . Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
reliabilitas pada pendekatan kuantitatif bersifat tetap dan statis sedangkan reliabilitas pengukuran
11. Sebelum melakukan validitas tes harus kita persiapkan segala sesuatunya.
Sebutkan hal apa saja yg harus kita perhatikan sebelum melaksanakan validitas tes ?
Jawab
Jawab
Menurut kelompok kami, validitas mutlak diperlukan oleh sebuah alat ukur atau alat
tes agar tujuan pengukuran relevan dengan data yang diperlukan atau diperoleh.
Sebagai contoh, sebuah timbangan badan, dikatakan memiliki validitas jika dapat
mengukur berat badan manusia secara akurat. Keakuratan timbangan badan tersebut
sebelumnya harus diuji terlebih dahulu, melalui proses terra timbangan oleh Badan
Metrologi. Uji validitas tersebut mutlak diperlukan oleh timbangan agar orang yang
menggunakan merasa yakin bahwa ukuran 1 kg pada timbangan benar-benar valid
mengukur 1 kg berat benda.
13. Apakah validitas dan reliabilitas saling memiliki hubungan, sebutkan apakah
hubungan antara kedua tersebut ?
Jawab
Apabila tes yang valid ini dicapai dalam satu atau berbagai pengukuran, maka akan
tetap atau konsisten mengukur apa yang seharusnya diukur. Hal ini dikarenakan suatu
tes yang valid adalah suatu tes yang mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Karena tes yang valid tersebut telah disusun berdasarkan perencanaan yang baik dan
petunjuk-petunjuk konstruksi.
Kesimpulan
Ketepatan hasil pengukuran inilah yang dinamakan validitas. Validitas dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu validitas isi, validitas konstrak, dan validitas yang dikaitkan dengan kriteria lain. Dari
tiga validitas tersebut, validitas isilah yang paling penting dipahami dalam rangka
mempersiapkan hasil tes belajar. Agar tes hasil belajar mempunyai validitas isi yang tinggi dapat
ditempuh dengan membuat perencanaan tes (kisi-kisi tes). Reliabilitas suatu tes dapat dapat
ditingkatkan dengan menambah jumlah butir soal yang homogeny dengan soal yang sudah ada.
Analisis item merupakan suatu proses pengambilan dan penggunaan informasi tentang tiap-tiap
butir terutama informasi tentang respon siswa terhadap butir soal. Dua karakteristik butir soal
yang perlu diketahui dalam analisis butir soal adalah tingkat kesukaran (p) dan daya beda (D).
Butir soal yang baik adalah butir soal yang mempunyai tingkat kesukaran sedang dengan daya
beda positif tinggi.