Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH UJI VALIDITAS, RELIABILITAS DAN

HOMOGENITAS INSTRUMEN

DISUSUN OLEH :

Kelompok 6

1. Ernawati Lubis
2. Ratna Karunia Sari
3. Vikki Andos Magdalena

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHAP AKADEMIK JALUR TRANSFER

STIKES SANTA ELISABETH MEDAN

T.A 2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat tuhan YME, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah tentang Konsep Dasar Statistik Umum dengan baik. Makalah ini disusun sebagai tugas
BIOSTATISTI KESEHATAN. Adapun makalah ini disusun berdasarkan pengamatan dari yang
ada kaitannya dengan makalah yang penulis buat. Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak
lepas dari adanya bantuan dari pihak tertentu, oleh karena itu penulis tidak lupa mengucapkan
banyak terima kasih kepada Dosen akademik yang telah membantu hingga selesainya makalah
ini. Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Batam, 26 Agustus 2021

Kelompok 6
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam sebuah evaluasi alat yang digunakan digolongkan menjadi dua macam
yaitu tes dan non tes. Teknik-teknik Evaluasi adalah suatu percobaan yang diadakan
untuk mengetahui ada tidaknya hasil –hasil pelajaran tertentu pada seseorang murid
atau kelompok murid. Tes itu sendiri mempunyai dua bentuk yaitu bentuk obyektif
(multiple choice) dan bentuk subyektif (uraian). Sebuah tes dikatakan baik sebagai alat
pengukur harus memenuhi persyaratan tes yaitu diantaranya adalah tes itu harus
mempunyai tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Disamping mencari validitas
soal kita perlu juga mencari validitas item.
Selain validitas, sebuah tes dikatakan baik, juga jika mempunyai reliabilitas yang
tinggi. Reliabilitas berhubungan dengan masalah taraf kepercayaan. Suatu tes dikatakan
mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut memberikan hasil yang tetap.
Maka pengertian reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes, atau
seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.
Dalam persyaratan tes, yaitu validitas dan reliabilitas sangat penting. Dalam hal
ini validitas lebih penting, dan reliabilitas ini perlu karena menyokong terbentuknya
validitas. Sebuah tes mungkin reliabel tetapi tidak valid. Sebaliknya, sebuah tes yang
valid biasanya reliabel.
Uji homogenitas adalah suatu prosedur uji statistik yang dimaksudkan untuk
memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang
memiliki variansi yang sama. Pada analisis regresi, persyaratan analisis yang dibutuhkan
adalah bahwa galat regresi untuk setiap pengelompokan berdasarkan variabel terikatnya
memiliki variansi yang sama.Jadi dapat dikatakan bahwa uji homogenitas bertujuan
untuk mencari tahu apakah dari beberapa kelompok data penelitian memiliki varians
yang sama atau tidak. Dengan kata lain, homogenitas berarti bahwa himpunan data yang
kita teliti memiliki karakteristik yang sama.

Pengujian homogenitas juga dimaksudkan untuk memberikan keyakinan bahwa


sekumpulan data yang dimanipulasi dalam serangkaian analisis memang berasal dari
populasi yang tidak jauh berbeda keragamannya. Sebagai contoh, jika kita ingin meneliti
sebuah permasalahan misalnya mengukur pemahaman siswa untuk suatu sub materi
dalam pelajaran tertentu di sekolah yang dimaksudkan homogen bisa berarti bahwa
kelompok data yang kita jadikan sampel pada penelitian memiliki karakteristik yang
sama, misalnya berasal dari tingkat kelas yang sama.
Perhitungan uji homogenitas dapat dilakukan dengan berbagai cara dan metode,
beberapa yang cukup populer dan sering digunakan antara lain: uji Harley, Cochran,
levene dan Barlett. Dalam makalah ini akan dijelaskan lebih dalam mengenai uji
Barlett.dan uji Fisher.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Pengertian Validitas?
2. Apakah Pengertian Reliabilitas?
3. Apakah pengertian Homogenitas?
4. Bagaimana melakukan uji Validitas?
5. Bagaimana melakukan uji Reliabilitas?
6. Bagaimana melakukan uji Homogenitas?
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN UJI VALIDITAS, RELIABILITAS dan HOMOGENITAS


1. Validitas adalah untuk melihat apakah definisi operasional telah benar-benar
mengukur atau sesuai dengan definisi konseptual. Dengan kata lain, validitas
berkenaan dengan tingkat kesesuaian antara definisi konseptual dan definisi
operasional dari variabel.
2. Reliabilitas adalah pengujian alas ukur yang bertujuan untuk melihat stabilitas dan
konsistensi dari suatu definisi operasional. Suatu alat ukur dikatakan reliabel jika kita
selalu mendapatkan hasil yang tetap sama dari pengukuran gejala yang sama, meski
dilakukan pada waktu yang berbeda-beda. Tiga jenis reliabilitas yaitu stability
reliability, representative reliability, equivalence reliability.
3. Homogenitas adalah pengujian perbedan antara dua atau lebih populasi. Semua
karakteristik populasi dapat bervariasi antara satu populasi dengan yang lain. Dua di
antaranya adalah mean dan varian (selain itu masih ada bentuk distribusi, median,
modus, range, dll). Penelitian yang selama ini baru menggunakan mean sebagai tolak
ukur perbedaan antara dua populasi.

Reliabilitas menyangkut ketepatan alat ukur. Pengertian reliabilitas dapat lebih mudah
dipikirkan jika pertanyaan berikut dijawab :

1. Jika set objek yang sama diukur berkali-kali dengan alat ukur yang sama, apakah kita
akan memperoleh hasil yang sama?
2. Apakah alat ukur yang diperoleh dengan menggunakan alat ukut tertentu adalah alat
ukur yang sebenarnya dari objek tersebut?
3. Berapa besar error yang kita peroleh dengan menggunakan ukuran tersebut terhadap
objek?

Jawaban terhadap pertanyaan tersebut tidak lain dari 3 aspek pengertian tentang
reliabilitas. Suatu alat ukur disebut mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya
jika alat ukur itu mantap, dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut stabil, dapat
diandalkan (dependability) dan dapat diramalkan ( predictability). Suatu alat ukur yang
mantap tidak berubah-ubah pengukurannya dan dapat diandalkan karena penggunaan alat
ukur tersebut berkali-kali akan memberikan hasil yang serupa.

Pertanyaan kedua member aspek akurasi. Suatu pertanyaan atau ukuran yang
akurat adalah ukuran yang cocok dengan yang ingin diukur. Jika kedua aspek di atas,
yaitu aspek stabilitas dan aspek akurasi digabungkan, maka dapat disimpulkan bahwa alat
ukur tersebut mantap dan dapat mengukur secara cermat dan tepat. Suatu alat ukur juga
harus sedemikian rupa sifatnya sehingga error yang terjadi, yaitu error pengukuran yang
random sifatnya, dapat ditolerir.

4. Uji validitas dan reliabilitas adalah merupakan proses “audit” terhadap instrument
penelitan (angket, kuesioner) sebelum “ go public”. Audit yang dimaksud di sini
bersifat antisipasi, preventif bukan evaluatif seperti lazimnya pengertian audit di
dunia keuangan. Kualitas hasil riset salah satunya ditentukan oleh faktor uji validitas
dan reliabilitas.
Validitas atau kesahihan menunjukan pada kemampuan suatu instrumen (alat
pengukur) mengukur apa yang harus diukur (…. a valid measure if it succesfully
measure the phenomenon), seseorang yang ingin mengukur tinggi harus memakai
meteran, mengukur berat dengan timbangan, meteran, timbangan merupakan alat
ukur yang valid dalam kasus tersebut. Dalam suatu penelitian yang melibatkan
variabel/konsep yang tidak bisa diukur secara langsung, masalah validitas menjadi
tidak sederhana, di dalamnya juga menyangkut penjabaran konsep dari tingkat teoritis
sampai tingkat empiris (indikator), namun bagaimanapun tidak sederhananya suatu
instrumen penelitian harus valid agar hasilnya dapat dipercaya.

Beberapa jenis validitas yaitu :


1. Validitas Rupa (Face validity)
Adalah validitas yang menunjukan apakah alat pengukur/instrumen penelitian dari
segi rupanya nampak mengukur apa yang ingin diukur, validitas ini lebih
mengacu pada bentuk dan penampilan instrumen. Menurut Djamaludin Ancok
validitas rupa amat penting dalam pengukuran kemampuan individu seperti
pengukuran kejujuran, kecerdasan, bakat dan keterampilan.

2. Validitas isi (Content Validity)


Valditas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen mengukur isi (konsep)
yang harus diukur. Ini berarti bahwa suatu alat ukur mampu mengungkap isi suatu
konsep atau variabel yang hendak diukur. Misalnya test bidang studi IPS, harus
mampu mengungkap isi bidang studi tersebut, pengukuran motivasi harus mampu
mengukur seluruh aspek yang berkaitan dengan konsep motivasi, dan demikian
juga untuk hal-hal lainnya. Menurut Kenneth Hopkin penentuan validitas isi
terutama berkaitan dengan proses analisis logis, dengan dasar ini Dia
berpendapat bahwa validitas isi berbeda dengan validitas rupa yang kurang
menggunakan analisis logis yang sistematis, lebih lanjut dia menyatakan bahwa
sebuah instrumen yang punya validitas isi biasanya juga mempunyai validitas
rupa, sedang keadaan sebaliknya belum tentu benar.

3. Validitas kriteria (Criterion validity)


Adalah validasi suatu instrumen dengan membandingkannya dengan
instrument pengukuran lainnya yang sudah valid dan reliable dengan cara
mengkorelasikannya, bila korelasinya signifikan maka instrument tersebut
mempunyai validitas kriteria.

Terdapat dua bentuk Validitas kriteria yaitu :


a. Validitas konkuren (Concurrent validity)
Validitas konkuren adalah kemampuan suatu instrumen pengukuran untuk
mengukur gejala tertentu pada saat sekarang kemudian dibandingkan dengan
instrumen pengukuran lain untuk konstruk yang sama.
b. Validitas ramalan (Predictive validity)
Validitas ramalan adalah kemampuan suatu instrumen pengukuran
memprediksi secara tepat dengan apa yang akan terjadi di masa datang.
Contohnya apakah test masuk sekolah mempunyai validitas ramalan atau
tidak ditentukan oleh kenyataan apakah terdapat korelasi yang signifikan
antara hasil test masuk dengan prestasi belajar sesudah menjadi siswa, bila
ada, berarti test tersebut mempunyai validitas ramalan.
4. Validitas konstruk (Construct Validity)
Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep, sedangkan validitas konstruk
adalah validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam
mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya. Menurut Jack R. Fraenkel
validasi konstruk (penentuan validitas konstruk) merupakan yang terluas
cakupannya dibanding dengan validasi lainnya, karena melibatkan banyak
prosedur termasuk validasi isi dan validasi kriteria.
Instrumen Valid (sah) jika pertanyaan tersebut mampu mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh instrumen (kuesioner).Instrumen Reliabel (andal)
jika jawaban responden terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu.

Reliabilitas Internal (Internal Consistensy), Reliabilitas internal digunakan untuk


menghilangkan kelemahan-kelamahan pada uji reliabilitas eksternal.
1. Dengan rumus Spearman-Brown
2. Dengan rumus Flanagant
3. Dengan rumus Rulon
4. Dengan rumus K – R.21
5. Dengan rumus Hoyt
6. Dengan rumus Alpha Cronbach
B. Langkah dalam melakukan uji validitas dan reliabilitas internal adalah sebagai
berikut :
o Cobalah item di lapangan kepada paling sedikit 30 orang responden (batas sampel
besar dalam statistic)
o Tabulasi data yang telah masuk
o Ujilah validitas dan reliabilitasnya

Langkah-langkah uij validitas den reliabilitas, yaitu:

 Mempersiapkan butir-butir pertanyaan berdasarkan konstruk, konsep dan


indikator dari variabel yang akan diteliti.
 Instrumen (pertanyaan) diberikan kepada responden untuk di ujicobakan
 Setelah instrument diujicobakan kepada responden, kemudian ditabulasikan untuk
mempermudah penghitungan dan analisis ujicoba tersebut.
 Responden target ujicoba instrumen, tidak dapat dijadikan responden
Penelitian

Beberapa analisis yang sering dipergunakan untuk melakukan uji validitas, adalah :

1. Korelasi Product Moment


Item butir dinyatakan valid jika mempunyai korelasi dengan skor total (r hitung)
di atas r tabel. Perhitungan dengan SPSS menggunakan Analyze ==> correlate ==>
bivariate, pilih Pearson. Pindahkan data jawaban pada masing- masing butir dan skor
total dari kiri ke kanan. Hasilnya pada output, ikat table yang paling kanan
2. Corrected Item to Total Correlation
Adalah dengan mengkoreksi nilai r hitung karena adanya spurious overlap.
Perhitungan dengan SPSS menggunakan Analyze ==> Scale ==> Reliability
Analysis, pindahkan jawaban responden pada masing-masing butir (tanpa skor total)
dari kiri ke kanan ==> Pilih Statistic ==> Klik pada Scale if item deleted ==> OK.
Nilai yang dipergunakan pada kolom Corrected item-total correlation.
3. Analisis Faktor
Item yang valid akan mengelompok pada konstruk yang diukur. Analisis dengan
SPSS menggunakan Analyze ==> Data reduction ==> Factor Analysis ==> masukan
semua jawaban responden. Item pertanyaan yang tidak mengelompok dinyatakan
tidak valid.
Uji reliabilitas adalah untuk melihat apakah rangkaian kuesioner yang
dipergunakan untuk mengukur suatu konstruk tidak mempunyai kecenderungan
tertentu. Nilai yang lazim dipakai adalah 0,6. Perhitungan dengan SPSS sama dengan
perhitungan validitas dengan Corrected Item to Total Correlation. Nilai yang dilihat
adalah Alpha, pada bagian kiri bawah.
Uji validitas menunjukkan ukuran yang benar-benar mengukur apa yang akan
diukur. Jadi dapat dikatakan semakin tinggi validitas suatu alat test, maka alat test
tersebut semakin mengenai pada sasarannya, atau semakin menunjukkan apa yang
seharusnya diukur. Suatu test dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila test
tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur sesuai dengan
makna dan tujuan diadakannya test tersebut. Jika peneliti menggunakan kuesioner di
dalam pengumpulan data penelitian, maka item-item yang disusun pada kuesioner
tersebut merupakan alat test yang harus mengukur apa yang menjadi tujuan
penelitian.
Salah satu cara untuk menghitung validitas suatu alat test yaitu dengan melihat
daya pembeda item (item discriminality). Daya pembeda item adalah metode yang
paling tepat digunakan untuk setiap jenis test. Daya pembeda item dalam penalitian
ini dilakukan dengan cara “korelasi item-total”.
Korelasi item-total yaitu konsistensi antara skor item dengan skor secara
keseluruhan yang dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi antara setiap item
dengan skor keseluruhan, yang dalam penelitian ini menggunakan koefisien korelasi
Rank – Spearman karena skala pengukuran dalam penelitian ini adalah skala ordinal.

Adapun langkah-langkah melakukan uji validitas adalah :

1. Tentukan koefesien korelasi Rank Sperman dengan cara sebagai berikut:


Apabila item yang dihadapi berbentuk skala ordinal (skala sikap), maka nilai
korelasi rank spearman pada item ke-i adalah :
Rumus diatas digunakan apabila tidak terdapat data kembar. Jika terdapat banyak
data kembar, maka digunakan rumus berikut:
dimana : R(X) = Ranking nilai X
R(Y) = Ranking nilai Y
2. Bandingkan nilai koefesien korelasi rank sperman (rs) dengan nilai korelasi rank
spearman dalam table (rtabel), atau bandingkan nilai p-value (Sig.) pada koefesien
korelasi rank sperman (rs) dengan taraf (nyata)
3. Jika rs > rtabel atau p-value < , maka item tersebut valid dan dapat dijadikan
sebagai indikator terhadap dimensi/variabel tersebut.
Reliabilitas artinya adalah tingkat keterpercayaan hasil suatu pengukuran.
Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi, yaitu pengukuran yang mampu
memberikan hasil ukur yang terpercaya (reliabel). Reliabilitas merupakan salah
satu ciri atau karakter utama intrumen pengukuran yang baik. Kadang-kadang
reliabilitas disebut juga sebagai keterpercayaan, keterandalan, keajegan,
konsistensi, kestabilan, dan sebagainya, namun ide pokok dalam konsep
reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, artinya
sejauh mana skor hasil pengukuran terbebas dari kekeliruan pengukuran
(measurement error).
Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empiris ditunjukkan oleh suatu angka
yang disebut koefisien reliabilitas. Walaupun secara teoritis, besarnya koefisien
reliabilitas berkisar antara 0,00 – 1,00; akan tetapi pada kenyataannya koefisien
reliabilitas sebesar 1,00 tidak pernah dicapai dalam pengukuran, karena manusia
sebagai subjek pengukuran psikologis merupakan sumber kekeliruan
yang potensial. Di samping itu walaupun koefisien korelasi dapat bertanda positif
(+) atau negatif (-), akan tetapi dalam hal reliabilitas, koefisien reliabilitas
yang besarnya kurang dari nol (0,00) tidak ada artinya karena interpretasi
reliabilitas selalu mengacu kepada koefisien reliabilitas yang positif. Ada
beberapa metode yang dapat digunakan dalam menentukan tingkat reliabilitas
suatu alat ukur, salah satunya adalah dengan internal cosistency dengan teknik
belah dua (split half) yang dianalisis dengan rumus Spearman-Brown yaitu : x
100%
Keterangan:
R = nilai koefesien reliabilitas
r = nilai korelasi antara item belahan pertama dengan item belahan kedua.

Pengujian validitas dan reabilitas instrument :

1. Reliablitas
a. Stabilitas
 Test-retest reliability
Pada teknik ini kita membagi kuesioner yang sama pada waktu yang berbeda.
Misalnya :
- Pada minggu I ditanyakan : Bagaimana tanggapan saudara
terhadap kualitas dosen di Universitas Calibakal ?
- Pada minggu III ditanyakan : Ditanyakan lagi pada responden yang
sama dengan pertanyaan yang sama.
 Pararel Form reliability
Pada teknik ini kita membagi kuesioner kepada responden yang intinya sama
akan tetapi menggunakan kalimat yang berbeda.
Misalnya :
- Apakah menurut saudara harga tiket di kereta ini tidak mahal ?
- Apakah harga di kereta ini telah sesuai dengan pelayanan yang
saudara terima ?
b. Konsistensi
- Interitem consis Tency reliability
adalah konsistensi jawaban responden atas semua item quest instrument,
diukur dengan korelasi yang tinggi antara masing-masing quest.
- Split half
menunjukkan korelasi antar dua bagian quest dan diukur dengan koef
korelasi yang tinggi dari dua kelompok tersebut.

2. Validitas
 Validitas Internal
digunakan untuk menjawab pertanyaan apakah penelitian sudah
menggunakan konsep yang seharusnya (actually). Validitas internal biasanya
membantu mengatasi kelemahan validitas eksternal.
a. Content Validity
Jika instrumen yang digunakan dianggap cukup mencakup topik yang
sudah didefinisikan sebagai dimensi dan elemen yang menggambarkan
konsepnya. untuk mengukur validitas instrumen ini biasanya
menggunakan judgement ahli (panel evaluation).
Misalnya : imej perusahaan dengan dimensi opini masyarakat atas
tanggung jawab sosialnya.
b. Criterion-related validity
Digunakan untuk mengukur perbedaan-perbedaan individual berdasarkan
kriteria yang digunakan. Validitas concurent (serentak) terjadi ketika
skala yang ditetapkan dapat membedakan individual yang telah diketahui
berbeda sehingga skor utk masing-masing instrumen seharusnya juga
berbeda. Diukur dengan koef korelasi hasil uji kelompok yang berbeda
harus menunjukkan korelasi yang rendah. Validitas Predictive,
menunjukkan kemampuan instrumen membedakan individu dalam
kriteria masa depan, diukur dengan koef korelasi antara skor instrumen
pengukur dengan skor hasil masa depan yang seharusnya tinggi.
c. Construct validity
Menunjukkan seberapa baik hasil yang diperoleh dari penggunaan
instrumen sesuai dengan teori yang digunakan untuk mendefinisikan
suatu konstruk. Validitas konvergen terjadi ketika skor yang dihasilkan
oleh dua buah instrumen yang mengukur konsep yang sama memiliki
korelasi yang tinggi. Diukur dengan tingginya koef korelasi dua
instrumen. Validitas diskriminan terjadi ketika berdasar teori dua buah
variabel diperkirakan tidak berkorelasi dan skor hasil menunjukkan hal
yang sama. Diukur dengan analisis faktor.
 Validitas Eksternal
Bila data yang dicapai dapat digeneralisasi kesemua objek, situasi dan waktu
yang berbeda.
1. Pemilihan sampel yang tidak bias
2. Jumlah Sampel besar
3. Melibatkan banyak situasi
4. Periode waktu yang relatif panjang

1. Contoh Uji Validitas dan Uji Reliabilitas


Contoh perhitungan korelasi butir untuk soal bentuk uraian dengan skor
butir kontinum.
Uji Validitas :
Jika skor butir instrumen atau soal tes kontinum (misalnya skala sikap atau
soal bentuk uraian dengan skor butir 1-5 atau skor soal 0-10) dan diberi
simbol Xi dan skor total instrumen atau tes diberi simbol Xt, maka rumus
yang digunakan untuk menghitung koefesien korelasi antara skor butir
instrumen atau soal dengan skor total instrumen atau skor total tes adalah
sebagai berikut:
Keterangan:
 ri t = koefisien korelasi antara skor butir soal dengan skor total
 xi = jumlah kuadrat deviasi skor dari Xi
 xt = jumlah kuadrat deviasi skor dari Xt

Data hasil uji coba adalah sebagai berikut :

Nomor Nomor Butir Pertanyaan Jumlah


Responden 1 2 3 4 5 6 7
1 5 4 3 5 3 5 3 28
2 5 4 3 4 3 4 3 26
3 4 4 2 4 3 4 3 24
4 4 3 3 3 4 3 4 24
5 5 5 3 4 5 5 4 31
6 3 3 2 3 2 3 1 17
7 3 3 2 3 2 2 2 17
8 3 2 2 3 2 2 2 16
9 2 2 1 2 1 2 1 11
10 2 1 1 1 1 1 1 8
Jumlah 36 31 22 32 26 31 24 202

Penyelesaian :

Untuk n=10 dengan alpha sebesar 0,05 didapat nilai table r = 0,631. Karena nilai
koefesien korelasi antara skor butir dengan skor total untuk semua butir lebih
besar dari 0,631, maka semua butir mempunyai korelasi signifikan dengan skor
total tes. Dengan demikian maka semua butir tes dianggap valid atau dapat
digunakan untuk mengukur hasil belajar.

Uji reliabilitas :

Dari soal diatas, selanjutnya akan dihitung koefesien reliabilitas dengan


menggunakan rumus koefesien Alpha, yaitu :

Keterangan:

 ri i = koefisien reliabilitas tes


 k = cacah butir
= varian skor butir
= varian skor total
Koefisien reliabilitas dari contoh diatas dapat dihitung dengan cara
pertama-tama dihitung varian butir sebagai berikut :

Nomor Butir Varian Butir


1 1,24
2 1,29
3 0,56
4 1,16
5 1,44
6 1,69
7 1,24
Jumlah 8,62
Jadi koefesien reliabilitas tes (dengan 7 butir) pada contoh diatas adalah 0,97.

2. Contoh Perhitungan Korelasi Butir untuk Soal Bentuk Objektif Uji


Validitas :
Jika skor butir soal diskontinum (misalnya soal bentuk objektif dengan
skor butir soal 0 atau 1) maka kita menggunakan koefesien korelasi
biserial dan rumus yang digunakan untuk menghitung koefesien korelasi
biserial antara skor butir soal dengan skor total tes adalah :
Keterangan :
 r bis(i) = koefesien korelasi beserial antara skor butir soal nomor i
dengan skor total
 X1 = rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir soal
nomor i
 Xt = rata-rata skor total semua responden
 st = standar deviasi skor total semua responden
 pi = proporsi jawaban yang benar untuk butir soal nomor i qi =
proporsi jawaban yang salah untuk butir soal nomor i

Contoh hasil uji coba adalah sebagai berikut

Nomor Nomor Butir Pertanyaan Jumlah


Responden 1 2 3 4 5 6 7
1 1 1 1 1 0 0 0 4
2 1 1 0 1 1 1 0 5
3 0 1 1 1 0 0 0 3
4 1 1 0 0 0 0 0 2
5 0 1 0 0 0 0 0 1
6 1 1 1 1 1 1 1 7
7 1 1 1 1 1 1 0 6
8 0 0 0 0 0 0 0 0
9 1 1 0 0 1 0 0 3
10 1 1 1 1 0 0 0 5
Jumlah 7 9 5 6 5 3 1 36
Xt = 3,60

St = 2,107
Nomor Butir-butir Tabel Status
1 0,70 0,63 Valid
2 0,57 0,63 Tidak Valid
3 0,66 0,63 Valid
4 0,81 0,63 Valid
5 0,76 0,63 Valid
6 0,75 0,63 Valid
7 0,54 0,63 Tidak Valid
Ternyata dari tujuh butir soal tes ada 5 butir yang valid dan dua
butir tidak valid. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan untuk
menghitung koefesien antara skor butir dengan skor total baru (5 butir),
sebagai berikut: Data hasil uji coba adalah sebagai berikut:

Nomor Butir
Nomor Jumlah
Pertanyaan
Responden
1 3 4 5 6
1 1 1 1 0 0 4
2 1 0 1 1 1 5
3 0 1 1 0 0 3
4 1 0 0 0 0 2
5 0 0 0 0 0 1
6 1 1 1 1 1 7
7 1 1 1 1 1 6
8 0 0 0 0 0 0
9 1 0 0 1 0 3
10 1 1 1 0 0 5
Jumlah 7 5 6 5 3 26

Xt = 2,6

St = 1,8

Untuk n = 10 dengan alpha sebesar 0,05 didapat nilai table r = 0,631.


Karena niai koefesien korelasi biserial antara skor butir dengan skor total untuk
semua butir lebih besar dari 0,631, maka semua butir mempunyai korelasi biserial
yang signifikan dengan skor total tes. Dengan demikian maka semua butir tes (5
butir) dianggap valid atau dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar.

Uji Reliabilitas :
Selanjutnya akan dihitung koefesien reliabilitas dengan menggunakan
rumus KR 20, sebagai berikut :

Keterangan :

 ri i = koefesien reliabilitas tes


 k = cacah butir
 piqi = varian skor butir
 pi = proporsi jawaban yang benar untuk butir nomor i
 qi = proporsi jawaban yang salah untuk butir nomor I = varian skor total

Koefesien reliabitas dari contoh diatas adalah :

Pertama-tama dihitung varian butir (piqi) sebagai berikut :

Nomor Butir pi qi piqi


1 0,7 0,3 0,21
2 0,5 0,5 0,25
3 0,6 0,4 0,24
4 0,5 0,5 0,25
5 0,3 0,7 0,21
Jumlah 1,16

St = 3,24

Jadi koefesien reliabilitas tes (dengan 5 butir) pada contoh diatas adalah
0,80.

C. Uji Hemogenitas
Pengujian atau uji homogenitas bertujuan untuk meyakinkan bahwa sekumpulan
data yang akan diukur memang berasal dari populasi yang homogen (sama).
Penghitungan homogenitas dilakukan peneliti saat ingin membandingkan sebuah sikap,
intensi, atau perilaku (varians) pada dua kelompok populasi (Widhiarso, 2011).
Kelompok populasi tersebut memiliki ciri dan karakteristik sendiri seperti usia, jenis
kelamin, pendidikan, dan lain sebagianya.
Pengujian homogenitas merupakan suatu teknik analisa untuk mengetahui
homogen tidaknya data dari dua variansi setiap kelompok sampel.

1. Pendekatan statistika yang digunakan adalah dengan menggunakan uji F, dengan


formulasi rumusnya adalah sebagai berikut :

𝐹 = 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 (𝑉𝑏)

𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖 𝐾𝑒𝑐𝑖𝑙 (𝑉𝑘)

Beberapa tahapan dalam analisanya adalah sebagai berikut :

1. Menulis pasangan hipotesis yang akan diuji, yaitu:

H0 : 𝜎1 = 𝜎 (Variansi Homogen)

H1 : 𝜎1 ≠ 𝜎2 (Variansi Tidak Homogen)

2. Substitusi nilai pada rumus uji F.

𝐹 = 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 (𝑉𝑏)

𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖 𝐾𝑒𝑐𝑖𝑙 (𝑉𝑘)

3. Tulis kriteria penerimaan dan penolakan hipotesisnya, yaitu:

Jika: Fhitung ≥ Ftabel (0,05; dk1; dk2), maka H0 ditolak.

Jika: Fhitung ≤ Ftabel (0,05; dk1; dk2), maka H0 diterima.

4. Tentukan batas nilai kritis (Ftabel) dari penerimaan dan penolakan hipotesisnya,
yaitu :

dk pembilang : n – 1

dk penyebut : n – 1

Pada taraf signifikansi α = 0,01 atau 0,05.


5. Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel.
6. Menuliskan kesimpulan.

CONTOH SOAL :
Budi melakukan penelitian dengan dua metode mengajar untuk meningkatkan
hasil belajar passing bawah bola voli. Kelompok A dengan metode mengajar
bagian dan kelompok B dengan metode mengajar keseluruhan, dimana masing
masing kelompok terdiri dari 10 orang. Setelah melakukan tes pada kelompok A
didapat Variansi (S) = 24,7 dan pada kelompok B didapat Variansi (S) = 39,2.
Pada taraf signifikansi α = 0,05 apakah kedua metode mengajar tersebut memiliki
varians yang sama atau homogen?

JAWAB :
1. Pasangan hipotesis yang akan diuji, yaitu:

H0 : 𝜎1 = 𝜎2 (Variansi Homogen)

H1 : 𝜎1 ≠ 𝜎2 (Variansi Tidak Homogen)

2. Melakukan uji F.

𝐹 = 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 (𝑉𝑏)= 39,2 = 1,59

𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖 𝐾𝑒𝑐𝑖𝑙 (𝑉𝑘) 24,7

3. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesisnya, yaitu: Jika:

Fhitung ≥ Ftabel (0,05; dk1; dk2), maka H0 ditolak.


Jika: Fhitung ≤ Ftabel (0,05; dk1; dk2), maka H0 diterima.

4. Batas nilai kritis (Ftabel) dari penerimaan dan penolakan hipotesisnya, yaitu:

dk pembilang : 10 – 1 = 9

dk penyebut : 10 – 1 = 9

Pada taraf signifikansi α = 0,05 dari tabel distribusi F didapat nilai Ftabel
= 3,18

5. Oleh karena nilai F hitung (1,59) < Ftabel (3,18), maka H0 diterima atau 𝜎1 =
𝜎2.
6. Jadi kesimpulannya adalah bahwa kedua metode mengajar tersebut memiliki
variansi yang sama atau homogen.

2. Levene’s Test adalah tes yang paling populer dan sering digunakan untuk melakukan
uji homogenitas. Menurut Starkweather (2010), Levene’s Test memiliki tujuan utama
untuk mengetahui perbedaan dari dua kelompok data dengan varians yang berbeda.
Hasil perhitung an dari tes ini akan menunjukkan nilai signifikansi (p) dari dua
kelompok data yang berbeda.
Nilai signifikansi (p) > 0,05 menandakan bahwa kelompok data berasal dari populasi
dengan varians yang sama (homogen). Di sisi lain, nilai signifikansi (p) < 0,05
menandakan bahwa kelompok data berasal dari populasi dengan varians yang berbeda
(heterogen). Pastikan hasil datamu homogen dengan memiliki nilai signifikansi (p) >
0,05. Setelah data dipastikan homogen, kamu dapat melanjutkan analisis
perbandingan menggunakan Anova atau T Test.
Langkah-Langkah Melakukan Levene’s Test
Kabar baiknya, kita dapat dengan mudah melakukan Levene’s Test menggunakan
bantuan software SPSS. Di bawah ini adalah langkah-langkah melakukan Lavene’s
Test menggunakan SPSS menurut Nuryadi dkk (2017).
a. Masukkan data variabel yang telah disusun dalam satu kolom. Setelah variabel
pertama dimasukkan, lanjutkan dengan variabel kedua. Mulai dari baris kosong
setelah variabel pertama.
b. Buatlah pengkodean kelas dengan cara membuat variabel baru yang telah diberi
label. Beri “Label 1” untuk variabel pertama lalu beri “Label 2” untuk variabel
kedua.
c. Cara menghitung Levene’s Test menggunakan SPSS adalah sebagai berikut. Klik
Analyze, klik Descriptive Statistics, klik Explore.
d. Masukkan variabel yang akan dihitung pada bagian dependent list. Lalu kode
kelas pada bagian factor list. Selanjutnya, pilih tombol Plots sehingga muncul
sebuah tampilan. Klik Pilih tombol Continue lalu klik Ok.
e. Uji homogenitas ini menghasilkan banyak keluaran. Untuk keperluan penelitian
ini, hanya perlu fokus pada keluaran Homogenity of Variance Test yaitu keluaran
yang terdapat pada menu Options.
f. Apabila nilai Levene Statistic > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa variasi data
adalah homogen. Begitu pula sebaliknya.

Levene’s Test adalah metode pengujian homogenitas varians yang hampir sama
dengan tes Bartlett. Perbedaannya adalah, data yang diuji menggunakan Levene’s
Test tidak harus terdistribusi secara normal, namun data harus kontinyu atau
berkelanjutan.

3. Tes Bartlett juga biasa digunakan untuk menguji homogenitas. Karakteristik dari tes
Bartlett adalah bahwa tes ini digunakan untuk menguji homogenitas varians lebih dari
dua kelompok data. Misal, kita ingin mengukur kemandirian mahasiswa dari tiga
kelompok data yang berbeda. Yakni: mahasiswa yang tinggal bersama orang tua,
mahasiswa yang tinggal di kos, dengan mahasiswa yang tinggal bersama sanak
saudara.

Langkah-Langkah Melakukan Tes Bartlett


Sebenarnya, Tes Barlett dapat dengan mudah dilakukan menggunakan bantuan
software SPSS. Berikut adalah langkah-langkah penghitungannya, dilansir dari
Nuryadi dkk (2017).
a. Hitung derajat kebabasan (dk) masing-masing kelompok dan varians (s) masing-
masing kelompok.
b. Hitunglah besarnya log S2 untuk masing-masing kelompok dan besarnya dk. Log
S2 untuk masing-masing kelompok.
c. Setelah itu, hitung nilai varians gabungan semua kelompok, nilai B (nilai
Bartlett), dan nilai X2.
d. Setelah nilai Chi-Kuadrat hitung diperoleh, maka nilai Chi-Kuadrat tersebut
dibandingkan dengan Chi-Kuadrat tabel. Kriteria Homogenitas ditentukan apabila
nilai Chi-Kuadrat hitung < Chi-Kuadrat tabel.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bila dikaji secara umum, persyaratan minimal yang lazim dimiliki oleh instrumen
yang dibuat adalah alat ukurnya harus memiliki minimal dua keunggulan, yakni validitas
dan reliabilitas. Validitas dan reliabilitas lazim diperlukan bila instrumen yang dibuat
merupakan instrumen baru dan belum pernah digunakan oleh peneliti-peneliti terdahulu.
Karena biasanya instrumen baru secara umum belum memiliki validitas dan reliabilitas.
Validitas dan reliabilitas lazim diujikan jika instrumen baru itu masih belum memiliki
validitas dan reliabilitas yang belum terukur. Dengan demikian, jika alat ukur yang
digunakan mampu memberikan informasi yang sesungguhnya tentang apa yang kita
inginkan untuk diukur dinamakan valid. Atau dengan kata lain, instrumen yang dipakai
dalam penelitian memiliki validitas yang baik.

B. SARAN
Seorang peneliti sebaiknya menggunakan alat pengukuran data yang valid dan reliabel
dalm mengadakan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hamang, Abdul (2005) Metode Statistika, Yogyakarta: Graha Ilmu Sugiyono (2003)
Statistik Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta
2. Santoso, Singgih (2003) Mengatasi Berbagai Masalah Statistik , Jakarta:Gramedia.
3. Azwar, S. (2010). http://azwar.staff.ugm.ac.id/files/2010/04/Asumsi-asumsi-dalam-
Inferensi-Statistika1.pdf
4. Nuryadi., Astuti, T. D., Utami, E. S., dan Budiantara, M. (2017). Dasar-Dasar Statistik
Penelitian. Yogyakarta: Sibuku Media.
5. Starkweather, J. (2010). https://it.unt.edu/sites/default/files/levene_jds_mar2010.pdf
6. Widhiarso, W. (2011). http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/wp/sedikit-tentang-uji-
homogenitas-data/comment-page-4/

Anda mungkin juga menyukai