Anda di halaman 1dari 4

JAWABAN PERTANYAAN UJI VALIDITAS KELOMPOK 11

(ESTER & MIKA)

1. Untuk mencapai instrumen yang valid, perlu dilakukan validitas, apakah validasi hanya
dapat dilakukan untuk mengukur kualitas instrumen tes saja atau dapat dilakukan untuk
mengukur instrumen lainnya? Susanti
Jawab:
Validasi tidak hanya dilakukan untuk mengukur instrumen tes saja, tetapi juga
dilakukan untuk mengukur instrumen observasi dan wawancara. Observasi dan
Wawancara, terkait dengan penelitian kualitatif sedangkan instrumen tes untuk
penelitian kuantitatif. Validitas untuk alat tes berkaitan dengan ketepatan dan
kecermatan alat tes tersebut dalam melakukan fungsi tes atau fungsi ukurnya
Sedangkan validitas untuk kegiatan observasi dan wawancara berkaitan dengan
konsep yang digunakan untuk mendasari tujuan observasi dan wawancara itu
sendiri.

2. Bagaimana jika instrumen yang kita telah ujikan tidak valid dan tidak reliabel, apa yang
harus kita lakukan, dan bagaimana cara/tips untuk membuat instrumen yang baik agar
hasilnya valid dan reliabel? Diah & Elza
Jawab:
Bila instrumen yang kita telah ujikan tidak valid dan tidak reliabel maka instrumen
tersebut harus dievaluasi dan diganti kemudian diujikan kembali hingga memperoleh
butir soal atau instrumen yang valid dan reliabel. cara atau tips untuk membuat
instrumen yang baik agar hasilnya valid dan reliabel yaitu membuat konsep konstruk
yang akan diteliti, menggunakan level pengukuran yang tepat, menggunakan
beberapa indikator untuk satu variabel, memperbaiki jumlah sampel yang digunakan,
memperbaiki pertanyaan angket lalu mengujinya kembali, melakukan drop terhadap
item yang tidak valid dan memprediksi angket valid.

3. Rasch model merupakan alat analisis yang dapat menguji validitas dan reliabilitas
instrumen riset. Pertanyaan saya, dimisalkan sebuah instrumen soal yang digunakan
untuk sebuah riset merupakan soal-soal yang diambil dari suatu Ujian Nasional, nah
apakah uji rasch model ini masih diperlukan? Apakah soal-soal UN telah terbukti
kevalidan serta keriliabelannya? Maya dan Devi
Jawab :
Uji validitas dan reliabilitas sudah seharusnya diterapkan baik dalam instrumen
penelitian maupun soal dalam proses pembelajaran. untuk mengetahui keefektifan
sistem pembelajaran, baik menyangkut tujuan, materi, metode. media, sumber
belajar, lingkungan, maupun sistem penilaian, maka perlu dilakukan evaluasi. agar
evaluasi pembelajaran mampu mengukur apa yang ingin diukur, maka alat ukur atau
alat evaluasi yang digunakan juga harus memenuhi kriteria standar pengukuran.
Agar mampu mengukur keberhasilan suatu pembelajaran dalam jenjang pendidikan
soal-soal yang digunakan haruslah memenuhi kriteria tes yang baik dan benar
seperti soal UN. Namun jika soal ujian nasional dijadikan sebagai soal untuk
instrumen atau riset penelitian maka perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas
kembali sesuai dengan tujuan penelitian yang dimaksud. Agar butir soal tersebut
benar-benar bisa dijadikan sebagai alat pengukur yang memiliki validitas dan
reliabilitas yang baik sesuai penelitian yang akan dilakukan.

4. Dea

5. Bagaimana mengetahui instrumen yang digunakan itu sudah valid?? Lalu jika data yang
dikumpulkan terjadi kekeliruan bagaimana solusinya? Pada penjelasan slide ke 4 apakah
dalam penelitian ke-3 uji koefisien validitas dapat digunakan secara bersama! Nadia
Jawab :
Untuk mengetahui instrumen yang digunakan sudah valid atau belum perlu
dilakukan uji validasi (uji CVR, uji CVA, atau Rasch Model). Hal ini berfungsi untuk
meminimalisir kesalahan dalam pengambilan data agar lewat instrumen yang
digunakan mampu mencapai tujuan penelitian. Jika masih didapatkan kekeliruan
dalam pengumpulan data, maka diperlukan pengulangan dengan cara identifikasi
kembali pada instrumen yang digunakan apakah sudah valid untuk menjawab
tujuan penelitian dan cara pengumpulan data harus lebih teliti lagi.
Peneliti dapat memilih koefisien validitas yang digunakan sesuai dengan
kebutuhan, jika peneliti menganggap kurang puas dengan 1 koefisien validitas,
maka dapat dilakukan koefisien validitas lainnya agar tingkat kebenarannya lebih
akurat.

6. Jika kita sudah melakukan validasi produk dengan skala ya/tidak dan angket dengan
skala likert, jenis validitas apa yang tepat kita gunakan untuk mengolah datanya? Noni
Jawab:
Jenis validitas yang dapat digunakan untuk mengolah data dengan produk skala
ya/tidak dan angket likert adalah Content Validity Ratio (CVR), dimana instrumen
tersebut dapat diberikan kepada para ahli untuk mengevaluasi setiap item
memiliki kesesuaian atau tidak dengan konten penelitian yang akan dilakukan.

7. Jika sebuah instrumen mencapai validitas namun tidak reliabel, bagaimana kualitas
instrumen tersebut? Dan bagaimana jika terjadi kebalikannya? Puyanti
Jawab :
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapat data
(mengukur) itu valid. valid artinya instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliabel belum tentu valid.
validitas dan reliabilitas bersifat saling melengkapi, namun terkadang juga dapat
bersifat bertolak belakang. Misalnya ada suatu alat ukur yang memiliki validitas
tinggi namun memiliki reliabilitas rendah, hal ini dapat terjadi dalam penelitian
kualitatif. Misalnya konstruk yang diukur merupakan suatu konstruk yang sangat
abstrak yang digali melalui metode wawancara, hal ini mungkin dapat dikatakan
memiliki validitas yang tinggi namun reliabilitas yang rendah karena tergantung
pada bagaimana peneliti menggunakan instrumen penelitian.
Atau misalnya suatu alat ukur yang memiliki reliabilitas tinggi namun validitasnya
rendah. berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa suatu alat ukur
memiliki kepekaan dalam mengukur namun kurang tepat dalam mengukur apa
yang hendak diukur atau tidak dapat mengenai sasaran terhadap apa yang
diukur. atau dengan kata lain alat ukur tersebut memiliki kualitas yang rendah,
namun sebaliknya jika alat ukur valid maka kemungkinan besar reliabilitasnya
akan baik juga. Dapat disimpulkan bahwa suatu alat ukur yang valid akan
cenderung memiliki reliabilitas yang tinggi, namun alat ukur yang memiliki
reliabilitas yang tinggi belum tentu valid.

8. Dalam materi yang dipaparkan, ada 3 jenis validasi tolong jelaskan 3 validasi tersebut ?
Athika
Jawab :
Tiga jenis Validitas adalah Validitas isi, validitas kriteria, dan validitas konstruk.
Validitas isi merupakan validitas yang mengukur sejauh mana kelayakan suatu
tes sebagai sampel dari domain item yang hendak diukur. Validitas isi dibagi 2,
yaitu: validitas muka (Face Validity) dan validitas logis (Logical Validity). Validitas
muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena hanya
didasarkan pada penilaian selintas mengenai isi alat ukur. Validitas logis
merupakan validitas yang mengukur sejauh mana isi alat ukur merupakan
representasi dari aspek yang hendak diukur. Validitas ini dapat dilakukan dengan
uji CVR dan CVI. Validitas kriteria merupakan validasi yang menggunakan statistik
korelasi antara distribusi tes sebagai prediktor dan distribusi skor suatu kriteria
yang relevan. Terdapat 2 macam, yaitu validitas konkuren (cocok diterapkan
dalam pengembangan tes prestasi, diagnostik, dan tes sertifikasi) dan validitas
prediktif (digunakan untuk mengestimasi skor kriteria di waktu akan datang).
Validitas Konstruk merupakan validitas yang membuktikan apakah hasil
pengukuran yang diperoleh melalui item-item tes berkorelasi tinggi dengan
konstruk teoritik yang mendasari penyusunan tes tersebut. Terdapat 3 macam,
yaitu Developmental changes, Correlation with other tests, dan analisis faktor
(digunakan untuk melihat struktur internal tes sebagai dukungan terhadap
validitas model persamaan struktural yang digunakan dalam konstruksi tes yang
bersangkutan contohnya uji CFA)

9. Syarat minimal responden pada uji coba validitas adalah 30 orang, dan validitas isi
biasanya dilakukan oleh minimal 3 ahli, mengapa demikian? adakah kriteria tertentu
dalam menentukan responden yg digunakan dalam menguji validitas suatu instrumen?
(Rolly&widia)
Jawab :
Dalam penggunaan aplikasi SPSS memang diperlukan responden sebanyak 30
orang agar tingkat signifikansi dan kebenaran data lebih akurat. Akan tetapi pada
validitas isi, tidak diperlukan penggunaan aplikasi SPSS, karena validitas ini pada
dasarnya meminta penilaian dari para ahli di bidangnya untuk memastikan
instrumen yang akan dibagikan sudah sesuai dan relevan dengan mata pelajaran
yang telah diajarkan (professional judgment). Dalam validitas isi tentu kriteria yang
dibutuhkan untuk menjadi seorang validator adalah ahli di bidang instrumen yang
telah disusun. Misalnya, penelitian mengenai kesehatan gigi, maka validator ahli
yang dapat ditunjuk adalah dokter gigi.

10. Pada slide ke 27 kelebihan dari rasch model adalah dapat memprediksi data yang hilang,
bagaimana caranya dan seberapa besar prediksi tersebut dapat diyakini kebenarannya?
Khanna dan lia
Jawab :
Keunggulan lain dari Rasch model dibanding metode lainnya, khususnya dari teori
tes klasik, kemampuan melakukan prediksi terhadap data yang hilang (missing
data), yang didasarkan kepala pola respon yang sistematis. Dalam model lain
biasanya mengestimasi data yang hilang dengan nilai nol (0), sedangkan Rasch
model akan menghasilkan predisksi mana kemungkinan nilai terbaik dari data
yang hilang tersebut. Dengan demikian data yang diperoleh seolah-olah sebagai
data yang lengkap dan lebih akurat dalam analisis statistik selanjutnya.
Contoh:

siswa C tidak mengerjakan soal nomer 4. Namun jika dilihat polanya, siswa C
tidak mampu mengerjakan soal yang lebih mudah (nomer 1 dan 2), sehingga
dapat diprediksi skor C pada soal nomer 4 adalah 0.

11. Ester & Mika

12. Apakah penggunaan CVR, CVA, dan Model Rasch berbeda antara penelitian kualitatif
dan kuantitatif? Rita & Dika
Jawab :
Penggunaan validasi CVR, CVA, dan Model Rasch antara penelitian kualitatif dan
kuantitatif tidak ada perbedaan karena tujuan dari uji validitas adalah meninjau
sejauh mana instrumen yang digunakan sesuai dengan materi, struktur dan
kejelasannya, dan ambiguitas arti dalam instrumen.

Anda mungkin juga menyukai