Anda di halaman 1dari 12

POPULASI, SAMPEL, DAN INSTRUMEN PENELITIAN

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

METODOLOGI PENELITIAN

Oleh :

Anneke Septia Nurcahya

P2.06.37.0.15.002

JURUSAN PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


2017
A. Populasi dan Sampel
1. Pengertian Populasi dan Sampel
Kata populasi (population/universe) dalam statistika merujuk pada
sekumpulan individu dengan karakteristik khas yang menjadi perhatian dalam
suatu penelitian (pengamatan). Sementara sampel adalah bagian kecil dari
anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat
mewakili populasinya.
Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran
populasi.
Ukuran populasi ada dua:
a. Populasi terhingga (finite population), yaitu ukuran populasi yang berapa
pun besarnya tetapi masih bisa dihitung (cauntable). Misalnya populasi
pegawai suatu perusahaan;
b. Populasi tak terhingga (infinite population), yaitu ukuran populasi yang
sudah sedemikian besarnya sehingga sudah tidak bisa dihitung
(uncountable). Misalnya populasi tanaman anggrek di dunia.

2. Kriteria Populasi
Dalam mendefinisikan populasi,peneliti harus mempertimbangkan kriteria :
a. Biaya, jika ingin meneliti diluar pulau. Maka peneliti harus belajar budaya
dan bahasa tempat yang akan ilakukan penelitian agar apat terjadi interaksi
dengan baik. Keadaan ini memerlukan waktu yang lama sehingga juga
memerlukan biayayang besar.
b. Praktik, kesulitan dari populasi dalam berperan serta sebagai subyek
karena berasal dari daerah yang sulit dijangkau.
c. Kemampuan orang dalam berpartisipasi dalam penelitian, kondisi
kesehatan seseorang yang menjadi subjek harus dijadikan bahan
pertimbangan dalam penentuan populasi.
d. Pertimbangan desain penelitian, pada penelitian dengan desain
eksperimen, maka diperlukan populasi yang mempunyai kriteria
homogenitas dalam upaya untuk mengendalikan pariabel random, perancu
dan variabel lainnya yang akan mengganggu dalam penelitian.
3. Pentingnya Sampling
Terdapat alasan pentingnya pengambilan sampel ialah sebagai berikut :
a. Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya
b. Lebih cepat dan lebih mudah
c. Memberikan informasi yang lebih banyak dan dalam
d. Dapat ditangani lebih teliti
4. Prosedur Sampling
a. Mendefinisikan populasi hendak diamati
b. Menentukan kerangka sampel, yakni kumpulan semua item atau peristiwa
yang mungkin
c. Menentukan metode sampling yang tepat
d. Melakukan pengambilan sampel (pengumpulan data)
e. Melakukan pengecekan ulang proses sampling
5. Jenis-jenis Teknik Sampling
a. Probability Sampling. Adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi :
1) Simple random sampling
Dikatakan sample karena pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpamemperhatikan strata yang ada dalam
populasi. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap
homogeny.
2) Proportionate stratified random sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota atau unsur
yang tidak homogeny dan berstrata secara proporsional. Suatu
organisasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang yang
berpendidikan strata, maka populasi pegawai itu berstrata.
3) Disproportionate stratified random sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi
berstrata tetapi kurang proporsional.
4) Cluster sampling (area sampling)
Teknik ini digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang
diteliti atau sumber data sangat luas, missal penduduk dari suatu
Negara, provinsi, atau kabupaten. Utnuk menentukan penduduk mana
yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya
berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.
b. Nonprobability sampling. Adalah teknik pengambilan sampel yang
tidak memberi peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik swampling ini meliputi :
1) Sampling sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan
urutan dan anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya
anggota populasi yang berjumlah 100 orang, dari semua anggota
tersebut diberi nomor urut 1 sampai 100. Pengambilan sampel bisa
diambil dari nomor ganjil saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu.

2) Sampling kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari
populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota)
yang diingingkan.
3) Sampling insidental
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang cocok
sebagai sumber data.
4) Sampling purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang
kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang
ahli makanan.
5) Sampling jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering
digunakan bila populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau
penelitian yang akan membuat generalisasi dengan kesalahan yang
sangat kecil. Istilah lainnya adalah sensus, dimana smua anggota
dijadikan sampel.
6) Snowball sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-
mula jumlahnya kecil, kemudian membesar, ibarat bola salju yang
menggelinding yang lama kelamaan menjadi besar. Misalnya dalam
penelitian pertama dipilih satu atau dua orang sebagai sampel, akan
tetapi karena dari dua orang ini data yang diperoleh belum merasa
lengkap, maka peneliti mencari oranglain yang dipandang lebih
tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan orang-orang
sebelumnya.
6. Besar Sampel
Dalam statistik inferensial, besar sampel sangat menentukan
representasi sampel yang diambil dalam menggambarkan populasi penelitian.
Oleh karena itu, menjadi satu kebutuhan bagi setiap peneliti untuk memahami
kaidah-kaidah yang benar dalam menentukan sampel minimal dalam sebuah
penelitian.
Cara menghitung besar sampel suatu penelitian sangat ditentukan oleh
disain penelitian yang digunakan dan data yang diambil. Jenis penelitian
observasional dengan menggunakan disain cross-sectional akan berbeda
dengan case-control study dan khohor, demikian pula jika data yang
dikumpulkan adalah proporsi akan beda dengan jika data yang digunakan
adalah data continue. Pada penelitian di bidang kesehatan masyarakat,
kebanyakan menggunakan disain atau pendekatan cross-sectional atau belah
lintang, meskipun ada beberapa yang menggunakan case control ataupun
khohor.
Terdapat banyak rumus untuk menghitung besar sampel minimal
sebuah penelitian, nama pada paper ini akan disampaikan sejumlah rumus
yang paling sering digunakan oleh para peneliti.
a. Penelitian Cross-sectional
Untuk penelitian survei, biasanya rumus yang bisa dipakai
menggunakan proporsi binomunal (binomunal proportions).jika besar
populasi (N) diketahui, maka dicari dengan menggunakan rumus berikut:

Dengan jumlah populasi (N) yang diketahui, maka peneliti bisa


melakukan pengambilan sampel secara acak.
Namun apabila besar populasi (N) yang diketahuiatau (N-a)(N-1)=1
maka besar sampel dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Jika ditetapkan atau


dibulatkan menjadi 4, maka rumus untuk besar N yang diketahui kadang-
kadang diubah menjadi:

Misalnya, kita ingin mencari sampel minimal untuk suatu penelitian


mencari factor determinan pemberian ASI secara ekslusif. Untuk
mendapatakan nilai p, kita harus melihat dari penelitian yang telah ada
atau lineatur. Dari hasil hasil penelitian Suyatno (2001) di daerah Demak-
Jawa Tengah, proporsi bayi (p) yang diberi makanan ASI ekslusif sekitar
17,2%. Ini berarti nilai p= 0,172 dan nilai q= 1-p. Dangan limit dari error
(d) ditetapkan 0,05 dan nilai p = 0,172 dan nilai q = 1 p. Dangan limit
dari error (d) ditetapkan 0,05 dan nilai = 0,05 maka jumlah sampel yang
dibutuhkan sebesar:

Jika tidak diketemukan nilai p dari penelitian atau literatur lain, maka
dapat dilakukan maximal estimation dengan p=0,5. Jika ingin teliti maka
nilai d sekitar 2,5% (0,025) atau lebih kecil lagi.
b. Case Control dan Khohor
Rumus yang digunakan untuk mencari besar sampel baik case control
maupun khohor adalah sama, terutama jika menggunakan ukuran
proporsi. Hanya saja untuk penelitian khohor, ada juga yang menggunakan
ukuran data continue (nilai mean).
Besar sampel untuk penelitian case control adalah bertujuan untuk
mencari sampel minimal untuk masing-masing kelompok kasus dank
kelompok kontrol. Kadang-kadang peneliti membuat perbandingan antara
jumlah sampel kelompok kasus dan control tidak harus 1:1, tetapi juga
bisa 1:2 atau 1:3 dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang baik adapun
rumus yang banyak dipakai untuk mencari sampel minimal penelitian
case-control adalah sebagai berikut:

Pada penelitian khohor yang dicari adalah jumlah minimal untuk


kelompok exposure dan non-expasure atau kelompok terpapar dan tidak
terpapar. Jika yang sebagai proporsi maka untuk penelitian khohor nilai p0
pada rumus di atas sebagai proporsi yang sakit pada populasi yang tidak
terpapar dan p1 adalah proporsi yang sakit pada populasi yang terpapar
atau nilai p1= p0 x RR (Relative Risk).
Jika nilai p adalah data continue (misalnya rata-rata berat badan, tinggi
badan, IMT dan sebagainya) atau tidak dalam bentuk proporsi, maka
penentuan besar sampel untuk kelompok dilakukan berdasarkan rumus
berikut:

Contoh kasus, misalnya kita ingin mencari sampel minimal pada


penelitian tentang pengaruh pemberian ASI eksklusif dengan terhadap
berat badan bayi. Dengan menggunakan tingkat kemaknaan 95% atau
dan tingkat kuasa/power 90% atau , serta kesudahan
(outcome) yang diamati adalah berat badan bayi yang ditetapkan memiliki
nilai asumsi SD=0,94 kg (mengacu data dari penelitian LPKGM di
Purworejo, Jawa Tengah), dan estimasi selisih antara nilai mean
kesudahan (outcome) berat badan kelompok tidak terpapar dan kelompok
terpapar selama 4 bulan pertama kehidupan bayi (U0-U1) sebesar 0,6 kg
(mengacu hasil penelitian Piwoz, et al. 1944), maka perkiraan jumlah
minimal sampel yang dibutuhkan tiap kelompok pengamatan, baik
terpapar atau tidak terpapar adalah:

Pada penelitian khohor harus ditambah dengan jumlah lost to follow


atau akan lepas selama pengamatan, biasanya diasumsikan 15%. Pada
contoh di atas, maka sampel sebanyak 60 bayi untuk masing-masing
kelompok baik kelompok terpapar ataupun tidak terpapar atau total 120
bayi untuk kelompok tersebut.
c. Penelitian Eksperimental
Menurut Supranto J (2000) untuk penelitian eksperimen dengan
rancangan acak lengkap, acak kelompok atau factorial, secara sederhana
dapat dirumuskan:
Untuk mengantisipasi hilangnya unit eksperimen maka dilakukan koreksi
dengan 1/(1-f) di mana f adalah proporsi unit eksperimen yang hilang atau
mengundur diri atau drop out.

B. Instrument Penelitian
1. Pengertian
Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data
adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah
olehnya.
Ibnu Hadjar (1996:160) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat
ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi
karakteristik variabel secara objektif.
Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata (2008:52)
adalah alat yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-
keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu
secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non
kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya
adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya
adalah pernyataan.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti.
2. Jenis-jenis Instrumen Penelitian
Ada beberapa jenis instrumen yang biasa digunakan dalam penelitian,
yaitu:
a. Tes
Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengukuran, inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
b. Angket atau kuesioner.

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk


memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atu hal-hal yang ia ketahui.
c. Interviu (interview).
Interviu digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang,
misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang
tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.
d. Observasi.
Di dalam artian penelitian observasi adalah mengadakan pengamatan
secara langsung, observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, ragam
gambar, dan rekaman suara. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis
kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.
e. Skala bertingkat (ratings).
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subyektif yang dibuat
berskala. Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar,
tetapi cukup memberikan informasi tertentu tentang program atau orang.
Instrumen ini dapat dengan mudah memberikan gambaran penampilan,
terutama penampilan di dalam orang menjalankan tugas, yang menunjukan
frekuensi munculnya sifat-sifat. Di dalam menyusun skala, yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel skala. Apa yang
ditanyakan harus apa yang dapat diamati responden.
f. Dokumentasi.
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian
menyelidiki benda-benda tertulis seperti bukubuku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, dan sebagainya.
3. Langkah-langkah Menyusun Instrumen
Iskandar (2008: 79) mengemukakan enam langkah dalam penyusunan
instrumen penelitian, yaitu:
a. Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti.
b. Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi
c. Mencari indikator dari setiap dimensi.
d. Mendeskripsikan kisi-kisi instrument
e. Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrument
f. Petunjuk pengisian instrumen.
4. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Menurut Ibnu Hadjar (1996:160), kualitas instrumen ditentukan oleh
dua kriteria utama: validitas dan reliabilitas. Validitas suatu instrumen
menurutnya menunjukkan seberapa jauh ia dapat mengukur apa yang hendak
diukur. Sedangkan reliabilitas menunjukkan tingkat konsistensi dan akurasi
hasil pengukuran.
Sumadi Suryabrata (2008:60)mengemukakan bahwa validitas
instrumen didefinisikan sebagai sejauh mana instrumen itu
merekam/mengukur apa yang dimaksudkan untuk direkam/diukur. Sedangkan
reliabilitas instrumen merujuk kepada konsistensi hasil perekaman data
(pengukuran) kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang
yang sama dalam waktu berlainan, atau kalau instrumen itu digunakan oleh
orang atau kelompok orang yang berbeda dalam waktu yang sama atau dalam
waktu yang berlainan.
Menurut Burhan Bungin (2005:96,97) Validitas alat ukur adalah
akurasi alat ukur terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan di
mana-mana. Sedangkan reliabilitas alat ukur menurutnya adalah kesesuaian
alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat dipercaya atau
dapat diandalkan. Misalnya, menimbang beras dengan timbangan beras,
mengukur panjang kain dengan meter, dan sebagainya.
5. Pengujian Validitas Instrumen
Ada tiga jenis pengujian Validitas Instrumen. (Sugiyono: 2010)
a. Pengujian Validitas konstruk
Instrumen yang mempunyai validitas konstruk jika instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan dengan yang
didefinisikan. Misalnya akan mengukur efektivitas kerja, maka perlu
didefinisikan terlebih dahulu apa itu efektivitas kerja. Setelah itu
disiapkan instrumen yang digunakan untuk mengukur efektivitas kerja
sesuai dengan definisi.
Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat
ahli. Setelah instrumen dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan
diukur, dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya
dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang
instrumen yang telah disusun itu. Jumlah tenaga ahli yang digunakan
minimal tiga orang, dan umumnya mereka telah bergelar doktor sesuai
dengan lingkup yang diteliti.
Setelah pengujian konstruk dengan ahli, maka diteruskan dengan uji
coba instrumen. Setelah data ditabulasi, maka pengujian validitas konstruk
dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor
item instrumen.
b. Pengujian Validitas Isi
Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang
digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas
pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi
belajar yang mempunyai validitas isi, maka instrumen harus disusun
berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen
yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen
disusun berdasarkan program yang telah direncanakan.
Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi
dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan
materi pelajaran yang telah diajarkan. Jika dosen memberikan ujian di luar
pelajaran yang telah ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak
mempunyai validitas isi.
Secara teknis, pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat
dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu
terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur, dan nomor
butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari
indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu, maka pengujian validitas dapat
dilakukan dengan mudah dan sistematis.
c. Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk
mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-
fakta empiris yang terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk
mengukur kinerja sekelompok pegawai. Maka kriteria kinerja pada
instrumen tersebut dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan
(empiris) tentang kinerja yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara
kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan
instrumen tersebut mempunyai Validitas eksternal yang tinggi.
6. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2010:354) dapat
dilakukan secara eksternal dan internal. Secara eksternal, pengujian dilakukan
dengan test retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara
internal pengujian dilakukan dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang
ada pada instrumen dengan teknik-teknik tertentu.
a. Test retest
Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden yang
sama dengan instrumen yang sama dengan waktu yang berbeda.
Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama
dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan,
maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.
b. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa
berbeda, tetapi maksudnya sama. misalnya, berapa tahun pengalaman
Anda bekerja di lembaga ini? Pertanyaan tersebut ekuivalen dengan tahun
berapa Anda mulai bekerja di lembaga ini?
Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya
dua dan berbeda, pada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan
cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan instrumen
yang dijadikan ekuivalennya. Bila korelasi positif dan signifikan, maka
instrumen dapat dinyatakan reliabel.
c. Gabungan
Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang
ekuivalen beberapa kali ke responden yang sama. cara ini merupakan
gabungan dari test-retest (stability) dan ekuivalen. Reliabilitas instrumen
dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu
dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara
silang. Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, maka
akan dapat dianalisis keenam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien
korelasi itu semuanya positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa
instrumen itu reliabel.
d. Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan
cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh
dianalisis dengan teknik-teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan
untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen
dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split
half), KR20, KR21 dan Anova Hoyt.

C. Daftar Pustaka
1. Bhisma-Murti, (1997). Prinsip dan Metoda Riset Epidemiologi, Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press:
2. Lemeshow, S. & David W.H.Jr, (1997). Besar Sampel dalam Penelitian
Kesehatan (terjemahan). Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
3. Supranto, J. (2000). Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta.
PT Rineka Cipta.
4. Admin. (2015). Populasi dan Sampel dalam Penelitian Kuantitatif. [Online].
Tersedia : http://wikipedia-populasi-dan-sampel-dalam-
penelitian.html. [22 Maret 2017].
5. Admin. (2016). Teknik Sampling.[Online]. Tersedia :
https://id.m.wikipedia.org/wiki/teknik_sampling?. [22 Maret
2017].

Anda mungkin juga menyukai