Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Gangguan Mental
a. Kesehatan Mental
Bukan hal mudah mendefinisikan ide tentang kesehatan mental tanpa disertai
referensi terhadap masyarakat, sehingga dapat dikatakan bahwa seseorang disebut
sehat jika dia mampu melaksanakan hal-hal berkaitan dengn permintaan masyarakat
yang sesuai dengan idenya baik terhadap masyarakat maupun terhadap dirinya
sendiri. Dia dikatakan sakit jika telah gagal dalam menyesuaikan diri dengan
permintaan-permintaan dari masyarakat maupun definisi dirinya sendiri.
Definisi ini tidak sepenuhnya memuaskan. Ada hal-hal yang menyimpang dari
norma-norma di masyarakat yang tidak sakit secara mental dan definisi tersebut juga
memunculkan kesan bahwa para psikiater dan perawat psikiatri berkomitmen untuk
menjaga status quo dan mencegah terjadinya perubahan sosial.
Kriteria utama dalam mendiagnosa gangguan mental (Psikosis) adalah :
1) Perilaku aneh, menyimpang
2) Pengalaman yang tidak normal atau wajar
3) Kehilangan kontak dengan realita
4) Kurang wawasan (Aprilistyawati, 2013)
b. Penyebab Umum Gangguan Mental
Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat dikatakan
juga secara somato-psiko-sosial. Ketiga unsur ini harus diperhatikan dalam mencari
penyebab gangguan jiwa. Sedangkan hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku
manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur dan jenis kelamin, keadaan badaniah,
keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan,
pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang dicintai, agresi, rasa
permusuhan, hubungan antara manusia, dan sebagainya.
Walaupun gejala umum atau gejala yang menonjol itu terdapat pada unsur
kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik), di
lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun dipsike (psikogenik). Biasanya tidak terdapat
penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu
yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbullah
gangguan badan atau jiwa. Contohnya seorang dengan depresi, karena kurang makan
dan tidur daya tahan badaniah seorang berkurang sehingga mengalami keradangan
tenggorokan atau seorang dengan mania mendapat kecelakaan.

Sebaliknya seorang dengan penyakit badaniah umpamanya keradangan yang


melemahkan, maka daya tahan psikologinya pun menurun sehingga ia mungkin
mengalami depresi. Sudah lama diketahui juga, bahwa penyakit pada otak sering
mengakibatkan gangguan jiwa. Contoh lain ialah seorang anak yang mengalami
gangguan otak (karena kelahiran, radang, dan sebagainya) kemudian menjadi
hiperkinetik dan sukar diasuh. Ia mempengaruhi lingkungannya, terutama orangtua
dan keluarga lain yang serumah. Mereka ini bereaksi terhadapnya dan mereka saling
mempengaruhi.
Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga
unsur itu terus-menerus saling mempengaruhi, yaitu :
1) Faktor-faktor somatik (somatogenik) atau Organobiologis
a) Neroanatomi
b) Nerofisiologi
c) Nerokimia
d) Tingkat kematangan dan perkembangan organik
e) Faktor-faktor pre dan peri-natal
2) Faktor-faktor psikologik (psikogenik) atau psikoseudatif
a) Interaksi ibu dan anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal
berdasarkan kekurangan, distorsi, dan keadaan yang terputus (perasaan tak
b)
c)
d)
e)
f)

percaya dan kebimbangan)


Peranan ayah
Persaingan antara saudara kandung
Inteligensi
Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa

salah
g) Konsep diri : pengertian identitas diri sendiri lawab peranan yang tidak
menentu
h) Keterampilan, bakat, dan kreativitas
i) Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
j) Tingkat perkembangan emosi
3) Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik) atau sosiokultural
a) Kestabilan keluarga
b) Pola mengasuh anak
c) Tingkat ekonomi
d) Perumahan : perkotaan lawan pedesaan
e) Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas
kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang tidak memadai
f) Pengaruh rasial dan keagamaan
g) Nilai-nilai (Yosep, 2010)
c. Patofisiologi
Menurut American Psychiatric Association, gangguan mental adalah gejala atau
pola dari tingkah laku psikologi yang tampak secara klinis yang terjadi pada

seseorang dari berhubungan dengan keadaan distres (gejala yang menyakitkan) atau
ketidakmampuan (gangguan pada satu area atau lebih dari fungsi-fungsi penting)
yang meningkatkan risiko terhadap kematian, nyeri, ketidakmampuan atau
kehilangan kebebasan yang penting dan tidak jarang respon tersebut dapat diterima
pada kondisi tertentu. (APA, 1994)
Schizophrenia adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak. Menurut Nancy
Anderson (2008) dalam Broken Brain, The Biological Revolution in Psychiatry,
bahwa bukti-bukti terkini tentang serangan schizophrenia merupakan suatu hal yang
melibatkan banyak sekali faktor. Faktor-faktor itu meliputi perubahan struktur fisik
otak, perubahan struktur kimia otak, dan faktor genetik.
Otak memiliki milyaran sambungan sel. Setiap sambungan sel menjadi tempat
untuk meneruskan maupun menerima pesan dari sambungan sel yang lain.
Sambungan sel tersebut melepaskan zat kimia yang disebut neurotransmitters yang
membawa pesan dari ujung sambungan sel yang satu ke ujung sambungan sel yang
lain. Otak yang terserang schizophrenia di dalamnya terdapat kesalahan atau
kerusakan pada sistem komunikasi tersebut.
Keluarga yang memiliki penderita schizophrenia di dalamnya akan mengerti
dengan jelas apa yang dialami penderita schizophrenia dengan membandingkan otak
dengan telepon. Orang yang normal, sistem switch pada otak bekerja dengan normal.
Sinyal-sinyal persepsi yang datang dikirim kembali dengan sempurna tanpa ada
gangguan sehingga menghasilkan perasaan, pemikiran, dan akhirnya melakukan
tindakan sesuai kebutuhan saat itu. Otak penderita schizophrenia, sinyal-sinyal yang
dikirim mengalami gangguan sehingga tidak berhasil mencapai sambungan sel yang
dituju.
Schizophrenia terbentuk secara bertahap dimana keluarga maupun penderita
tidak menyadari ada sesuatu yang tidak beres dalam otaknya dalam kurun waktu
yang lama. Kerusakan perlahan-lahan ini yang akhirnya menjadi shizophrenia yang
tersembunyi dan berbahaya. Gejala yang timbul secara perlahan-lahan ini bisa saja
menjadi schizophrenia akut. Periode schizophrenia akut adalah gangguan yang
singkat dan kuat, yang meliputi halusinasi, penyesatan pikiran (delusi), dan
kegagalan berpikir.
Kadang kala schizophrenia menyerang secara tiba-tiba. Perubahan perilaku
yang sangat dramatis terjadi dalam beberapa hari atau minggu. Serangan yang
mendadak selalu memicu terjadinya periode akut secara cepat. Beberapa penderita
mengalami gangguan seumur hidup, tapi banyak juga yang bisa kembali hidup

secara normal dalam periode akut tersebut. Kebanyakan didapati bahwa mereka
dikucilkan, menderita depresi hebat, dan tidak dapat berfungsi sebagaimana
layaknya orang normal dalam orang normal dalam lingkungannya. Serangan dapat
meningkat menjadi apa yang disebut schizophrenia kronis dalam beberapa kasus.
Penderita menjadi buas, kehilangan karakters sebagai manusia dalam kehidupan
sosial, tidak memiliki motivasi sama sekali, depresi, dan tidak memiliki kepekaan
tentang perasaannya sendiri. (Yosep, 2010)
d. Terminologi Medis
No
1

Terminologi
Schizophrenia

Pengertian
Gangguan yang terjadi

Analisis
pada Schizo : retak,

fungsi otak

Delusion

robek (prefix)
-phrenia : pikiran

(suffix)
Keyakinan seseorang yang salah Delusion
dan

idiosinkratik

menerus

yang

dipegang

terus khayalan,

:
angan-

teguh angan (keterangan)

walaupun terdapat bukti atau


fakta yang tidak dapat dibantah
3

Neurotic

Mental retardation

dan jelas-jelas bertentangan.


Berhubungan dengan atau dengan Neur : saraf (root)
O : cv
neurosis.
-tic : berhubungan
Suatu

keadaan

dengan (suffix)
perkembangan Mental
:
jiwa

mental yang terhenti atau tidak (keterangan)


Retardation
lengkap.
perlambatan,

penghambatan
5

Delirium

Gangguan
berlangsung

mental
singkat,

mencerminkan

(keterangan)
yang Delirium
biasanya mengigau
keadaan (keterangan)

keracunan yang biasanya ditandai


oleh

ilusi,

kegirangan,

halusinasi,

delusi,

kegelisahan,

gangguan memori dan inkoheren.

Stress

Suatu kondisi atau keadaan tubuh Stress

tekanan

yang terganggu karena tekanan (keterangan)


7

Neurosis

Psychosis

psikologis
Ketidakseimbangan mental yang Neur : saraf (root)
O : cv
menyebabkan stress
-osis : keadaan
abnormal (suffix)
Setiap kelainan jiwa berat yang Psych : pikiran
disebabkan oleh faktor organik (root)
atau kejiwaan, ditandai dengan O : cv
gangguan

kepribadian

hilangnya

dan -osis

keadaan

kemampuan abnormal (suffix)

mengenali kenyataan, waham


dan

halusinasi

disertai

dengan

dan

sering

pembicaraan

yang inkoheren, disorganisasi


9

10

Pyromania

Kleptomania

perilaku dan agitasi, atau ilusi.


Kompulsi menyalakan atau

Pyr : api, panas

menonton api tanpa tujuan

(root)

tertentu, perilaku tersebut

O : cv

didahului oleh ketegangan atau

-mania : kondisi

kesenangan dan menghasilkan

kegirangan yang

rasa nikmat atau puas.

berlebihan (suffix)

Dorongan untuk mencuri barang Kleptein : mencuri


yang

tidak

keperluan

digunakan

pribadi

bernilai secara materi.

untuk (root)
O : cv
atau tidak
-mania : kondisi
kegirangan

yang

berlebihan (suffix)
e. Kodefikasi
Mental and behavioural disorders (F00-F99)
Incl. :
disorders of psychological development
Excl. :
symptoms, signs and abnormal clinical and laboratory findings, not
elsewhere classified (R00-R99)
This chapter contains the following blocks :

F00-F09
F10-F19
F20-F29
F30-F39
F40-F48
F50-F59

Organic, including symptomatic, mental disorders


Mental and behavioural disorders due to psychoactive substance use
Schizophrenia, schizotypal and delusional disorders
Mood [affective] disorders
Neurotic, stress-related and somatoform disorders
Behavioural syndromes associated with physiological disturbances and

F60-F69
F70-F79
F80-F89
F90-F98

physical factors
Disorders of adult personality and behaviour
Mental retardation
Disorders of adult personality and behaviour
Behavioural and emotional disorders with with onset usually occuring

in childhood and adolescence


F99-F99
Unspecified mental disorder
Asterisk categories for this chapter are provided as follows :
F00*
Dementia in Alzheimer disease
F02*
Dementia in other diseases classified elsewhere

Aprilistyawati, A. (2013). Keperawatan Psikiatri dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta:


Penerbit Imperium.
Yosep, I. (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.
Dorland
Icd 10

Anda mungkin juga menyukai