Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Validitas dan reliabilitas merupakan indikator utama pada sebuah tes.
Kata reliabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability dalam
bahasa Inggris, yang berasal dari kata reltahle yang artinya dapat dipercaya.
Seringnya terjadi kesalahan dalam penggunaan istilah validitas dan valid,
juga terjadi dalam penggunaan istilah reliabilitas dan reliabel. Istilah
reliabilitas merupakan kata benda, dan kata reliabel merupakan kata sifat atau
keadaan.
Seseorang dikatakan dapat dipercaya apabila orang terscbut selalu berbicara
tentang suatu hal, tidak berubah-ubah isi pembicaraannya dari waktu ke
waktu dan selalu konsisten. Tes juga memiliki keteraturan, sebuah tes
dinyatakan memiliki kcajegan apabila tes tersebut dapat memberikan
informasi yang sama (serupa) walaupun diujikan pada kesempatan yang
berbeda, dan dapat mengukur kemampuan teste sesuai dengan kenyataannya.
Seberapa besar informasi tersebut “dapat dipercaya” dapat dilihat pada
besarnya nilai reliabilitas dengan berbagai metode sesuai dengan kebutuhan
tester dan kondisi serta faktor pendukung pengukuran tersebut.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
(IPTEKS), terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mencari
besar nilai reliabilitas tes serta cara menghitungnya dengan berbagai program
atau software. Reliabilitas merupakan salah satu komponen dalam proses
analisis item. Analisis item dapat dilakukan dengan pendekatan teori tes
klasik (Classical Test Theory atau CTT) dan teori tes modern yang dikenal
dengan teori respons item (Item Respons Theory atau IRT). Program yang
berbasis pendekatan Classical Test Theory salah satunya yaitu Iteman.
Beberapa program yang berbasis pendekatan atau rem Respons Theory
diantaranya: Ouest, Ascal, Rascal, Bilog, Bigstep, dll. Reliabilitas tes juga
dapat dihitung atau dianalisis dengan menggunakan program SPSS
(Sraristical Program Jor Social Science).

1
2

B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah yang terdapat dalam makalah ini yaitu untuk
mengetahui:
1. Apa yang dimaksud dengan Reliabilitas?
2. Apa saja Macam-macam Reliabilitas?
3. Bagaimana Cara Mencari Besarnya Reliabilitas?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan Rumusan Masalah tersebut maka Tujuan Penulisan makalah
ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui Reliabilitas
2. Untuk mengetahui Macam-macam yang terdapat pada Reliabilitas
3. Untuk mengetahui Cara Mencari Besarnya Reliabilitas
3

BAB II
PEMBAHASAN
1. Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen.
Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes teliti dan dapat
dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Suatu tes dapat
dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada
kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.
Anastasi (1976) mengemukakan, “reliability refers to the consis. tency of
scores obtained by the same persons when reexamined the same test on
different occasion, or with different sets of eguivalent items or under other
variable examining conditions.” Sementara itu, Kerlinger (1986)
mengemukakan, “reliabilitas dapat diukur dari tiga kriteria, yaitu stability,
dependability, dan predictability.” Stability menunjukkan keajegan suatu tes
dalam mengukur gejala yang sama pada waktu yang berbeda. Dependability
menunjukkan kemantapan suatu tes atau seberapa jauh tes dapat diandalkan.
Predictability menunjukkan kemampuan tes untuk meramalkan hasil pada
pengukuran gejala selanjutnya.
Untuk meningkatkan reliabilitas suatu tes, antara lain dapat dilakukan
dengan memperbanyak butir soal. Selanjutnya, Gronlund (1985)
mengemukakan ada empat faktor yang dapat memengaruhi reliabilitas, yaitu
panjang tes, sebaran skor, tingkat kesukaran, dan objektivitas.
1. Panjang tes (length of test).
Panjang tes berarti banyaknya soal tes. Ada kecenderungan, semakin
panjang suatu tes akan lebih tinggi tingkat reliabilitas suatu tes, karena
semakin banyak soal, maka akan semakin banyak sampel yang diukur
dan proporsi jawaban yang benar semakin banyak, sehingga faktor
tebakan (guessing) akan semakin rendah.
2. Sebaran skor (spread of scores).
Besarnya sebaran skor akan membuat tingkat reliabilitas menjadi lebih
tinggi, karena koefisien reliabilitas yang lebih besar diperoleh ketika

3
4

peserta didik tetap pada posisi yang relatif sama dalam satu kelompok
pengujian ke pengujian berikutnya dengan kata lain, peluang selisih dari
perubahan posisi dalam kelompok dapat memperbesar koefisien
reliabilitas.
3. Tingkat kesukaran (difficulty indeks).
Dalam penilaian yang menggunakan pendekatan penilaian acuan
norma, baik untuk soal yang mudah maupun sukar, cenderung
menghasilkan tingkat reliabilitas yang rendah. Hal ini disebabkan
antara hasil tes yang mudah dengan hasil tes yang sukar keduanya
dalam satu sebaran skor yang terbatas. Untuk tes yang mudah, skor
akan berada di bagian atas dan akhir dari skala penilaian. Bagi kedua
tes (mudah dan sukar), perbedaan antarpeserta didik kecil sekali dan
cenderung tidak dapat dipercaya. Tingkat kesukaran soal yang ideal
untuk meningkatkan koefisien reliabilitas adalah soal yang
menghasilkan sebaran skor berbentuk genta atau kurva normal.
4. Objektifitas (obyektivity).
Objektivitas di sini menunjukkan skor tes kemampuan yang sama
antara peserta didik yang satu dengan peserta didik lainnya. Peserta
didik memperoleh hasil yang sama dalam mengerjakan suatu tes. Jika
peserta didik memiliki tingkat kemampuan yang sama, maka akan
memperoleh hasil tes yang sama pada saat mengerjakan tes yang
sama. Objektivitas prosedur tes yang tinggi akan memperoleh
reliabilitas hasil tes yang tidak dipengaruhi oleh prosedur penskoran.
Konsep reliabilitas mendasari kesalahan pengukuran yang mungkin
terjadi pada suatu proses pengukuran atau pada nilai tunggal tertentu,
sehingga menimbulkan perubahan pada susunan kelompoknya (error of
measurement). Misalnya, guru mengetes peserta didik dengan instrumen
tertentu dan mendapat nilai 70. Kemudian pada kesempatan yang berbeda
dengan instrumen yang sama, guru melakukan tes kembali, ternyata peserta
didik tersebut mendapat nilai 75. Artinya, tes tersebut tidak reliabel, karena
terjadi kesalahan pengukuran. Tes yang reliabel adalah apabila koefisien
5

reliabilitasnya tinggi dan kesalahan baku pengukurannya (standard error of


measurement) rendah.
2. Macam-Macam Reliabilitas
Menurut perhitungan product-moment dari Pearson, ada tiga macam
reliabilitas, yaitu koefisien stabilitas, koefisien ekuivalen, dan koefisien
konsistensi internal.
1. Koefisien Stabilitas
Koefisien stabilitas (coefficient of stability) adalah jenis reliabilitas
yang Menggunakan teknik test and retest, yaitu memberikan tes kepada
Sekelompok individu, kemudian diadakan pengulangan tes pada
kelompok yang sama dengan waktu yang berbeda. Cara memperoleh
koefisien stabilitas adalah dengan mengorelasikan hasil tes pertama engan
hasil tes kedua dari kelompok yang sama, tes yang sama, pada Waktu
yang berbeda. Jika antara waktu tes pertama dengan tes kedua Cukup
lama, kemudian diadakan latihan-latihan tambahan, maka bisa jadi nilai
tes kedua akan lebih besar daripada tes pertama.
Sebaliknya, jika antara waktu tes pertama dengan tes kedua relatif
pendek, maka nilai tes kedua bisa jadi sama atau lebih besar daripada tes
pertama karena soal dan jawaban masih dapat diingat. Kesalahan teknis
ini dapat bersumber dari berbagai faktor, sehingga menyebabkan peserta
didik mempunyai skor yang berbeda pada saat dua kali mengerjakan tes
yang sama.
Bisa saja perubahan skor yang terjadi bukan disebabkan perubahan
hal yang diukur, tetapi memang karena situasi yang berbeda atau
pengalaman dari peserta didik pada saat mengikuti tes yang pertama,
sehingga ketika mengerjakan tes yang kedua, peserta didik lebih berhati-
hati dan lebih baik hasilnya.
Keunggulan teknik ini adalah dapat memperkecil kemungkinan
masuknya sumber kesalahan yang lain. Namun, patut juga
dipertimbangkan bahwa penggunaan kelompok yang sama dan tes yang
sama dalam dua kali tes akan memengaruhi hasil tes yang kedua, karena
6

responden sudah memiliki pengalaman mengerjakan tes yang pertama.


Hal ini sekaligus menunjukkan kelemahan teknik test and retest.
2. Koefisien Ekuivalen
Koefisien ekuivalen (coefficient of eguivalence) adalah jika
mengorelasikan dua buah tes yang paralel pada kelompok dan waktu yang
sama. Metode yang digunakan untuk memperoleh koefisien ekuivalen
adalah metode dengan menggunakan dua buah bentuk tes yang paralel
(eguivalen) atau eguivalence forms method atau disebut juga parallel or
alternate-forms method.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi kedua tes paralel adalah kriteria
yang dipakai pada kedua tes sama, masing-masing tes dikonstruksikan
tersendiri, jumlah item, isi, dan corak sama, tingkat kesukaran sama,
petunjuk waktu yang disediakan untuk mengerjakan tes, dan contoh-
contoh juga sama. Kemungkinan kesalahan pada teknik ini bersumber
dari derajat keseimbangan antara dua tes tersebut, serta kondisi tempat
yang mungkin berbeda pada kelompok tes pertama dengan kelompok tes
kedua, meskipun dilakukan pada waktu yang sama.
3. Koefisien Konsistensi Internal
Koefisien konsistensi internal (coefficient of internal consistency)
adalah reliabilitas yang didapat dengan jalan mengorelasikan dua buah
tes dari kelompok yang sama, tetapi diambil dari butir-butir yang
bernomor genap untuk tes yang pertama dan butir-butir bernomor ganjil
untuk tes yang kedua. Teknik ini sering juga disebut split-half method.
Split berarti membelah dan half berarti setengah atau separuh.
Jadi, split-half adalah tes yang dibagi menjadi dua bagian yang sama,
kemudian mengorelasikan butir soal yang bernomor ganjil dalam
belahan pertama (X) dan yang bernomor genap dalam belahan kedua (Y).
Untuk membagi tes menjadi dua bagian dapat juga dilakukan dengan
jalan mengambil nomor soal secara acak, tetapi jumlahnya tetap harus
sama untuk masing-masing kelompok. Di samping itu, pembagian tes
7

dapat juga dilakukan dengan cara setengah bagian pertama untuk


kelompok pertama dan setengah lagi untuk kelompok kedua.
Untuk menghitung koefisien stabilitas, koefisien ekuivalen, dan
koefisien konsitensi internal dapat digunakan analisis korelasi seperti
pada pengujian validitas. Khusus bagi perhitungan koefisien konsistensi
internal, korelasi tersebut baru sebagian dari seluruh tes. Untuk
memperoleh angka koefisien korelasi secara menyeluruh dari tes tersebut
harus dihitung dari nomor-nomor kedua tes itu dengan rumus Spearman
Brown:
2𝑟1.2
rnn= 1+(𝑛−1)𝑟1.2 keterangan: n= panjang tes yang selalu sama dengan
1
2 karena seluruh tes =2 ×2

Teknik yang biasa digunakan untuk menguji konsistensi internal dari


suatu tes adalah Cronbach's Alpha atau Koefisien Alpha. Adapun rumus yang
digunakan untuk menghitung Koefisien Alpha adalah:
𝑅 𝛴𝜎𝑖2
𝛼 = 𝑅−1 (1 − )
𝜎𝑥2

Keterangan :
R = jumlah butir soal
𝛴𝜎𝑖2 = varian butir soal
𝜎𝑥2 = varian skor total
Untuk butir soal yang bersifat dikotomi seperti pilihan ganda, varian butir
soal dengan rumus:
𝜎𝑥2 = Piqi
Keterangan : Pi adalah tingkat kesulitan soal dan qi adalah (1- Pi)
3. Cara-Cara Mencari Besarnya Reliabilitas
Sekali kali lagi, reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan
kepada subjek yang sama. Untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya
dilihat kesejajaran hasil. Seperti halnya beberapa teknik juga menggunakan
rumus korelasi product moment untuk mengetahui validitas, kesejajaran hasil
dalam reliabilitas tes. Kriteria yang digunakan untuk mengetahui ketetapan
8

ada yang berada di luar tes (consistency external) dan pada tes itu sendiri
(consistency internal).
1. Metode Bentuk Paralel (Equivalent)
Tes paralel atau tes ekuivalen adalah dua buah tes yang mempunyai
kesamaan tujuan, tingkat kesukaran, dan susunan, tetapi butir-butir
soalnya berbeda. Dalam istilah bahasa Inggris disebut aicernate forms
method (parallel forms).
Dengan metode bentuk paralel ini, dua buah tes yang paralel, misal.
nya tes Matematika Seri A yang akan dicari reliabilitasnya dan tes Serj
B diteskan kepada sekelompok siswa yang sama, kemudian hasik nya
dikorelasikan. Koefisien korelasi dari kedua hasil tes inilah yang
menunjukkan koefisien reliabilitas tes Seri A. Jika koefisiennya tinggi
maka tes tersebut sudah reliabel dan dapat digunakan sebagai alat penge.
tes yang terandalkan.
Dalam menggunakan metode tes paralel ini pengetes harus
menyiapkan dua buah tes, dan masing-masing dicobakan pada kelompok
siswa yang sama. Oleh karena itu, ada orang menyebutkan sebagai
double test-double-trial method. Penggunaan metode ini baik karena
siswa dihadapkan kepada dua macam tes sehingga tidak ada faktor
“masih ingat soalnya” yang dalam evaluasi disebut adanya practice-
effect dan carry-over effect, artinya ada faktor yang dibawa oleh pengikut
tes karena sudah mengerjakan soal tersebut.
Kelemahan dari metode ini adalah bahwa pengetes pekerjaannya
berat karena harus menyusun dua seri tes. Lagi pula harus tersedia waktu
yang lama untuk mencobakan dua kali tes.
2. Metode Tes Ulang (Test-retest Method)
Metode tes ulang dilakukan orang untuk menghindari penyusunan
dua seri tes. Dalam menggunakan teknik atau metode ini pengetes hanya
memiliki satu seri tes, tetapi dicobakan dua kali. Karena tesnya hanya
satu dan dicobakan dua kali maka metode ini dapat disebut dengan
9

single-test double-trial method. Kemudian hasil dari kedua kali tes


tersebut dihitung korelasinya.
Untuk tes yang banyak mengungkap pengetahuan (ingatan) dan
pemahaman, cara ini kurang mengena karena tercoba akan masih ingat
akan butir-butir soalnya. Oleh karena itu, tenggang waktu antara
pemberian tes pertama dengan kedua menjadi permasalahan tersendiri.
Jika tenggang waktu terlalu sempit, siswa masih banyak ingat materi.
Sebaliknya, kalau tenggang waktu terlalu lama maka faktor-faktor atau
kondisi tes sudah akan berbeda, dan siswa sendiri barang kali sudah
mempelajari sesuatu. Tentu saja faktor-faktor ini akan berpengaruh pula
terhadap reliabilitas.
Pada umumnya, hasil tes yang kedua cenderung lebih baik daripada
hasil tes pertama. Hal ini tidak mengapa karena pengetes harus sadar
akan adanya practice effect dan carry over effect, yang penting adalah
adanya kesejajaran hasil atau ketetapan hasil yang ditunjukkan oleh
koefisien korelasi yang tinggi.
3. Metode Belah Dua atau (Split-Half Method)
Kelemahan penggunaan metode dua-tes dua kali percobaan dan satu-
tes dua kali percobaan diatasi dengan metode ketiga ini, yaitu metode
belah dua. Dalam menggunakan metode ini pengetes hanya
menggunakan sebuah tes dan dicobakan satu kali. Oleh karena itu,
disebut juga singletest-single-trial method.
Berbeda dengan metode pertama dan kedua yang setelah ditemui.
Berbeda dengan metode pertama dan kedua yang setelah ditemukannya
koefisien korelasi langsung ditafsirkan itulah koefisien reliabilitas,
dengan metode ketiga ini tidak dapat demikian. Pada waktu membelah
dua dan mengkorelasikan dua belahan, baru diketahui reliabilitas separo
tes. Untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes barus digunakan rumus
Spearman-Brown sebagai berikut:
2𝑟1⁄21⁄2
r 11 =
(1+𝑟1⁄21⁄2)
10

keterangan :
𝑟 1⁄2 1⁄2 = Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
r 11 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
Banyak pemakai metode ini salah membelah hasil tes ketika
menganalisis. Yang mereka lakukan adalah mengelompokkan hasil separuh
subjek peserta tes dan separuh yang lain kemudian hasil kedua kelompok ini
dikorelasikan. Yang benar adalah membelah item atau butir soal. Bagi
pemakai metode ini harus ingat bahwa banyaknya butir soal harus genap agar
dapat dibelah.
Ada dua cara membelah butir soal ini, yaitu sebagai berikut:
a. Membelah atas item-item genap dan item-item ganjil yang selanjutnya
disebut belahan ganjil-genap.
b. Membelah atas item-item awal dan item-item akhir yaitu separo jumlah
pada nomor-nomor awal dan separo pada nomor-nomor akhir yang
selanjutnya disebut belahan awal-akhir.
4. Penggunaan Rumus Flanagan
Rumus:
𝑠2 2
1+𝑠 2
r 11 = 2 (1 − )
𝑠𝑡2

Keterangan :
r 11 = Reliabilitas tes
𝑠12 = varians belahan pertama (1) yang dalam hal ini varians skor item ganjil
𝑠22 = varians belahan kedua (2) yaitu varians skor item genap
𝑠𝑡2 = varianst total yaitu varians skor total
Secara sederhana, dapat dipahami bahwa varians adalah standar deviasi
kuadrat. Dengan demikian, bagi peminat yang menghitung dengan kalkulator
statistik varians ini diperoleh dengan mengkuadratkan standar deviasi. Untuk
mereka yang tidak menggunakan kalkulator statistik maka varians dapat
dicari dengan rumus sebagai berikut:
(𝛴x2)
S2 = 𝛴x2- 𝑁
11

N
Standar Deviasi (SD) dapat disebut dengan istilah Indonesia Simpangan Baku
(SB). Namun huruf S (kapital) juga dapat dikatakan sudab menyebut standar
deviasi. Dalam kalkulator tertera dengan simbol a. Bagi yang berminat
mencari S dulu untuk mencari varians, dapat menggunakan rumus S, yaitu:
S = √𝛴x2
N
Keterangan:
S = standar deviasi
X = simpangan x dan 𝑥̅ , yang dicari dari x- 𝑥̅
S2= varians selalu dituliskan dalam bentuk kuadrat, karena standar deviasi
kuadrat
N = banyaknya subjek pengikut tes
5. Penggunaan Rumus Rulon

Rumus:

Keterangan :

𝑠𝑑2 = varians beda

𝐷 = Difference adalah perbedaan antara skor belahan pertama (awal) dengan


skor belahan kedua (akhir).

Dari perhitungan dengan rumus Flanagan maupun Rulon ternyata


hasilnya sama, keduanya lebih besar dari 1,00. Secara teoretiks koefisien ini
salah tetapi karena pembulatan-pembulatan dalam perhitungan, seperti
dijelaskan di depan, hasil seperti ini dapat saja terjadi.
Telah disinggung sebelumnya bahwa salah satu syarat untuk dapat
menggunakan metode belah dua adalah bahwa banyaknya item harus genap
12

agar dapat dibelah. Syarat yang kedua, Item yang membentuk soal tes harus
homogen atau paling tidak setelah dibelah terdapat keseimbangan antara
belahan pertama dengan belahan kedua.
Untuk mengatasi kesulitan memenuhi persyaratan ini maka reliabilitas
dapat dicari dengan rumus yang diketemukan oleh Kuder dan Richardson.
Kedua orang ahli ini menemukan banyak rumus yang diberi nomor. Rumus
yang digunakan untuk mencari reliabilitas dan banyak digunakan orang ada
dua rumus, yaitu rumus K-R. 20 dan rumus K-R. 21.
6. Penggunaan Rumus K-R. 20
Rumus :

r 11 = reliabilitas tes secara keseluruhan


p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q =1-p)
𝛴𝑝𝑞 = jumlah hasil perkalian antara p dan q
S = standar deviasi
n = banyak item
7. Penggunaan Rumus K-R. 21 Rumus K-R. 21:

Jika dibandingkan, reliabilitas yang dihitung dengan K-R. 20 dan k. 21


akan lebih besar K-R.20. Memang menggunakan rumus K-R. 20 cenderung
memberikan hasil yang lebih tinggi, tetapi pekerjaannya lebi rumit.
13

8. Penggunaan Rumus Hoyt

Rumus:

9. Mencari reliabilitas tes bentuk uraian


Apa yang sudah dibicarakan di depan atau juga yang banyak terdapat di
buku-buku lain, hanya meliputi uraian mengenai reliabilitas tes bentuk
objektif, yaitu soal yang terdiri atas butir-butir soal yang dinilai hanya “benar”
atau “salah” Menilai soal bentuk uraian tidak dapat dilakukar seperti itu,
Sesuatu butir soal uraian menghendaki gradualisasi penilaian Barangkali
butir soal nomor 1 penilaian terendah 0 tertinggi 8, tetapi butir soal nomor 2
nilai tertinggi hanya 5, dan butir soal nomor 3 sampai 10, dan sebagainya.
Untuk keperluan mencari reliabilitas soal keseluruhan perlu juga Pn
skukan analisis butir soal seperti halnya soal bentuk objektif. Skor untuk
masing-masing butir soal dicantumkan pada kolom item menurut apa adanya.
Rumus yang digunakan adalah rumus Alpha sebagai berikut:
14

Dengan diperolehnya koefisien korelasi, yakni r,, sebenarnya baru


diketahui tinggi-rendahnya koefisien tersebut. Lebih sempurnanya
penghitungan reliabilitas sampai pada kesimpulan, sebaiknya hasil tersebut
dikonsultasikan dengan tabel r product moment. Cara konsultasi dibahas
lebih luas dalam buku-buku penelitian.
Bagi mahasiswa yang menulis skripsi dan ingin menguji reliabilitas
angket yang digunakan untuk mengumpulkan data, rumus Alpha ini dapat
juga diterapkan. Kesalahan fatal yang sering kita jumpai adalah | penggunaan
teknik belah dua untuk menghitung reliabilitas angket. Dalam menggunakan
teknik belah dua, peneliti harus selalu ingat persyaratannya, antara lain bahwa
belahan pertama dengan belahan kedua yang dicari
kesejajarannya harus seimbang.

Contoh Soal Reliabilitas dengan Rumus Alpha Croubach (r11)


15
16
17
18
19

Dari hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas


angket 0,9548> 0,765 sangat tinggi.
20

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi diatas, maka isi dari makalah ini dapat
disimpulkan sebagi berikut :
1. Reliabilitas merupakan derajat konsistensi, kepercayaan, ketetapan,
kestabilan dari suatu tes dalam mengukur sesuatu yang diharapkan dapat
terukur.
2. Beberapa metode atau cara untuk menentukan besar nilai reliabilitas
berbasis tiga prinsip tersebut, antara lain: Metode Bentuk Paralel
(Equivalent), Metode Tes Ulang (Test-retest Method), Metode Belah Dua
atau (Split-Half Method), Penggunaan Rumus Flanagan, Rulon, K-R 20,
K-R 21, Hoyt dan Alpha Croubach.
3. Cara menghitung nilai reliabilitas dengan menggunakan program SPSS
dapat menggunakan beberapa model sesuai dengan kebutuhan penguji.
4. Cara menghitung nilai reliabilitas dengan menggunakan program Ouest
dapat dilihat pada output yang berkode shout dengan menginterpretasikan
angka pada reliability of estimate.
B. Saran
Alhamdulilah berkat kesempatan yang diberikan Allah SWT makalah
ini dapat terselesaikan sesuai waktunya. Demikian yang dapat kami
sampaikan dan tulisan dalam makalah ini, jika ada kekurangan maka kami
selaku penulis memohon maaf yang sebesar besarnya serta besar harapan
kami untuk mendapatkan saran-saran yang bermanfaat.

20
21

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2022. Evaluasi Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya.


Arikunto, Suharsimi. 2018. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara.

21

Anda mungkin juga menyukai