Anda di halaman 1dari 7

Ciri-Ciri Tes yang Baik

 
Evaluasi  dilakukan  untuk  menentukan kualitas   atau  nilai      dari  kegiatan
pembelajaran  yang  telah dilaksanakan  baik  menyangkut  tujuan, materi,  metode,
media, sumber  belajar, lingkungan  maupun  sistem  penilaian itu  sendiri. Agar
dapat  mengukur  dengan  benar  dan  tepat  apa  yang  hendak diukur  maka  alat
ukur (tes)  yang  digunakan  harus  memenuhi  kriteria  standar  pengukuran.  Ada
beberapa  pendapat para  ahli  tentang  ciri-ciri    tes   yang  baik  diantaranya  :
Menurut Mudjijo ada 4 ciri tes  yang baik  yaitu :  Validitas, reliabilitas, kemudahan
dan kepraktisan. Kemudahan  dalam  hal ini  yaitu mudah  dilaksanakan dan
kepraktisan  dalam hubungannya  dengan  biaya dan waktu untuk  melaksanakan dan
yang terakhir analisis  butir  soal. Tes  yang  baik  berarti  soal  tersebut  memiliki
butir  soal  yang  baik.[1]
Menurut Suharsimi  Arikunto  suatu tes  dapat  dikatakan baik apabila memenuhi
lima persyaratan, yaitu :
1.Validitas
Kata  valid  sering  diartikan dengan : tepat, benar,  absah dan shahih. Jadi  kata
validitas ketepatan,  kebenaran, keabsahan. Apabila  dikaitkan  dengan fungsi  tes
sebagai  alat  pengukur  maka  sebuah  tes  dikatakan  valid apabila   alat  ukur
tersebut  dapat dengan tepat mengukur apa yang  hendak diukur atau diungkap  lewat
tes  tersebut. Jadi  tes  hasil  belajar dapat  dinyatakan valid  (alat pengukur
keberhasilan) dengan  secara  tepat dapat  mengukur atau  mengungkap hasil-hasil
belajar  yang  telah  dicapai  oleh  peserta  didik setelah  menempuh  proses  belajar
mengajar  dalam  waktu  tertentu[2]
Contoh : Diperoleh  informasi  bahwa Si A  beratnya  80 kg  setelah diukur  dengan
timbangan  beras  yang  benar  memang hasilnya  demikian beratnya  berdasarkan
hasil timbangan.

Ada 4 (empat) macam validitas tes yang seringkali menjadi perhatian untuk
menguji kualitasnya, yaitu: (a) validitas isi; (b) validitas susunan (konstruksi); (c)
validitas bandingan; dan (d) validitas ramalan.

a. Validitas Isi

Validitas isi merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui ketepatan dari
suatu instrumen (tes) bila ditinjau dari aspek isi (konten/materi). Pengecekan
validitas isi dapat dilakukan dengan cara membandingkan isi (konten/materi) tes
dengan komponen-komponen yang seharusnya diukur.

b. Validitas Susunan (Konstruksi)


Sebuah tes (instrumen/alat ukur) dikatakan memenuhi validitas susunan
(konstruksi) yang baik apabila susunan tes tersebut memenuhi syarat-syarat
penyusunan tes yang baik.

c. Validitas Bandingan

Validitas bandingan sebuah tes adalah ketepatan suatu tes bila ditelaah berdasarkan
hubungannya (korelasi) terhadap keadaan yang sebenarnya dari siswa saat
pengukuran (assessmen) dilakukan.

d. Validitas Ramalan
Validitas ramalan adalah ketepatan sebuah tes (instrumen) bila dilihat dari
kemampuannya untuk meramalkan keadaan individu (siswa) pada masa yang akan
datang.
Untuk  tes hasil belajar aspek  validitas  yang paling penting adalah validitas isi. Yang
dimaksud  dengan validitas isi  adalah  ukuran yang menunjukkan  sejauh  mana skor
dalam tes yang berhubungan  dengan penguasaan  peserta  tes dalam bidang  studi
yang diuji  melalui  perangkat  tes tersebut. Untuk  mengetahui tingkat  validitas  isi
tes, diperlukan  adanya penilaian  ahli yang menguasai  bidang  studi  tersebut.
2.Reliabilitas
Kata reliabilitas dari kata reliability (Inggris) yang  artinya  dapat dipercaya. Tes yang
reliable  jika memberikan hasil  yang tetap (consistent) apabila diteskan berkali-kali.
Jika kepada siswa diberikan tes yang sama yang  pada waktu yang berlainan, maka
setiap siswa akan tetap berada dalam urutan rangking  yang  sama tetap (ajeg)  dalam
kelompoknya. Validitas berhubungan dengan ketepatan  sedangkan reliabilitas
berhubungan dengan ketetapan  atau keajekan.`
Sebuah  tes  dikatakan  relibel  apabila  hasil-hasil pengukuran  yang  dilakukan
dengan  menggunakan  tes tersebut  secara  berulang  kali  terhadap subyek  yang
sama  hasilnya  tetap  sama atau  sifatnya  stabil.[3] Yang dimaksud  Stabil      disini
yaitu  tetap  berada  pada  urutan  kelompoknya  ketika  tes dilakukan berulang-ulang
meskipun  terjadi  perubahan  nilai   secara keseluruhan oleh  kelompoknya    tetapi
pada  posisi  urutan  rangkingnya    tetap atau berubah  tetapi perubahannya tidak
berarti.  Jadi  penekannanya  bukan  pada  tetapnya  nilai  tetapi   pada tetapnya  
posisi  urutan  nilai  atau rangking dalam kelompoknya. Walaupun  tampaknya  hasil
tes  pada  tes  kedua lebih baik karena kenaikannnya  dialami  oleh  semua  siswa
maka  tes  yang  digunakan dapat  dikatakan  memiliki  reliabilitas yang  tinggi.
Kenaikan hasil  yang  kedua  bisa  jadi  disebabkan  adanya  pengalaman yang
diperoleh  pada  waktu  mengerjakan tes pertama.
Contoh
Tabel  Nilai  Tes  Pertama  dan Kedua
Pada  tabel tersebut  di  atas menunjukkan   hasil  tes pertama  dan  hasil  tes  kedua
yang  dicapai  oleh siswa secara  keseluruhan  cenderung  mengalami  kenaikan  
tetapi  pada  posisi  rangkingnya   tetap yang berarti   alat  tes  yang  digunakan  dalam
menilai hasil belajar tersebut  reliable atau  dapat  dipercaya.
Menurut  Ngalim  Purwanto suatu  tes  disebut andal (reliability)  jika  ia  dapat
dipercaya, konsisten  atau  stabil.

Cara-cara menghitung reliabilitas

Tehnik ini disebut mencari reliabilitas dengan

metode dua tes

1) Test-retest reliability

Tehnik ini adalah teknik satu tes. Tes retest berarti dua kami melaksanakan tes
yang sama pada kelompok yang sama. Dalam rangka tehnik ini perlu dijaga bahwa
pada pelaksanaan yang pertama murid tidak mengambil/menyalin soal. Tehnik ini
disebut self correlation dan koeisien yang diperoleh disebut coefficient of stability.

2) Split-half reliability

Metode aplit-half reliability adalah metode satu tes. Perangkat tes yang diberikan
dianggap dua macam tes yang sejajar, jadi satu test dibagi dua (spli haf) dalam
memeriksa dan membuat skor murid. Pembagian yang dimaksud dilaksanakan
dengan item bernomor genap dan item bernomor ganjil. Hal ini lebih baik karena
biasanya perangkat tes tersusun dari item yang mudah menuju item yang sukar.
Jadi dalam menskor jawaban dibuat dua set skor yaitu skor murid dalam tes yang
bernomor ganjul dan skor murid dalam tes yang bernomor genap. Kedua skor ini
bernomor ganjil dan skor murid dalam tes yang bernomor genap. Kedua skor ini
dicari korelasinya dan koefisien yang diperoleh menunjukkan tingkat
reliabilitasnya tes yang disebut coefficient of internal consistency atau split- halves
correlation.

3) Reliabilitas Equivalent

Teknik ini disebut juga mencari reliabilita dengan metode dua tes. Dalam hal ini
disusun dua set tes yang equivalen. Tes yang equivalent berarti bahwa bahan,
bentuk dan tingkat kesukaran butir soal adalah sejajar/ parallel yang berbeda
hanyalah perumusan kalimat dari setiap butir soal. Di samping itu tes yang
equivalen dapat juga diartikan. Dua set tes yang mempunyai kriteria yang sama
dan tingkat kesukaran yang sama. Kedua tes ini diberikan kepada kelompok yang
sama secara berturut- turut (jarak pelaksanaan yang pertama dan kedua tidak
terlalu lama, lebih kurang satu atau dua hari). Skor masing-masing anak dari kedua
tes itu dihitung korelasinya, dengan rumus korelasi langsung. Angka korelasi yang
diperoleh diebut coefficient of equivalent atau correlation of equivalent. Semakin
besar koefisien korelasi yang diperoleh itu semakin tinggi pula reliabilitas dari tes
tersebut.

4) Inter-item Consistency

Metode ini dimaksudkan untuk mencari reliabilitas dengan memakai consistency


dari setiap butir soal. Hal ini dikembangkan oleh kuder dan Richardson yaitu
dengan cara mengkorelasikan skor-skor ite dengan skor total keseluruhan tes.
Indeks reliabilitas yang didapat melalui cara ini sama dengan yang didapat metode
perubahan yaitu koefisien konsistensi internal.

Hal-hal yang Mempengaruhi Reliabilitas

1) Ada dua masalah pokok yang mempengaruhi reliabilitas tes, yaitu :

1. Masalah yang bersangkutan dengan perangkat

tes.

a. Panjang-pendeknya kalimat item tes.

Item yang kalimatnya terlalu pendek apalagi angat mudah diingat akan mengurangi
reliabilitas tes karena setelah pelaksanaan yang pertama murid akan membahasnya
dan bila dilaksanakan untuk kedua kalinya semua murid telah dapat menjawwab
dengan benar. Demikian juga item yang kalimatnya terlalu panjang akan
menimbulkan keraguan dalam member jawaban atau murid tidak berusaha
menjawabnya.

b. Tingka kesukaran tes/perangkat tes.

Item yang sangat sukar dan sangat mudah akan mengurangi tingkat reliabilitasnya
te, karena

item yang sangat sukar akan selalu salah dijawab oleh kemungkinan seluruh kelas
sukar akan selalu dijawab oleh kemungkinan seluruh kelas sebaiknya item yang
sangat mudah akan selalu benar dijawab oleh kemungkinan seluruh murid.
Sehingga bila dalam perangkat tes terdapat banyak item yang kesukarannys
ekstrim akan mengurangi variasi skor dengan demikian akan mengurangi tingkat
reliabilitas.

c. Kesesuaian waktu pelaksanaan tes.

Jumlah waktu yang dipergunakan hendaknya disesuaikan denngan jumlah item dan
tingkat kesukaran item. Waktu yang “agak lama”, dimana setengah atau lebih dari
murid yang dites sudah selesai sebelum waktu yang ditentukan habis, akan
mengurangi sifat reliabilitas apalagi kalau metode perhitungannya melalui test-
retest.

Seseorang anak yang sudah menyelesaikan pekerjaannya sepuluh menit sebelum


waktu tes habis pada pelaksanaan pertama, mungkin akan menghabiskan waktu
yang tersedia pada pelaksanaan kedua, sehingga waktu yang dipergunakan tidak
sejajar lagi untuk kedua pelaksanaan tes itu.

2. Masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan tes.

Masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan/penyajian tes adalah actor yang


sangat berpengaruh dalam reliabilitas tes, termasuk diantaranya adalah :

a. Pengawas penyajian tes.

Tes yang pengawas penyajiannya tidak baik akan mengakibatkan murid-murid


saling bekerja sama, hal ini akan mempengaruhi variasi nilai. Apalgi kalau teknik
penelitian yang digunakan adalah tes-retest. Perbedaan pengawasan pada
pelaksanaan yang pertama dengan yang mempengaruhi nilai murid.

b. Kondisi dan situasi penyajian

kedua akan banyak Kondisi murid dan kondisi/situasi tempat pelaksanaan tes erat
hubungannyadenga tingkat reliabilita tes. Murid yang kurang keungguhan bekerja
akan menghasilkan nilai yang kurang reliable.

c. Butir soal yang sudah diketahui anak, jelas akan mengurangi tingkat reliabilitas
tes. Hal inilah yang menyebabkan diadakannya kode etik tes psikologis.

3.Objectivitas
Objektif  berarti  tidak adanya unsur pribadi  yang mempengaruhinya bukan subjectif.
Sebuah tes dikatakan memiliki objectivitas apabila  dalam melaksanakan tes tidak  ada
faktor subjectif yang mempengaruhi terutama dalam sistem skornya.
Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objectivitas menekankan ketetapan
(consistency) pada sistem skoring, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan
dalam hasil tes. Ada 2 faktor  yang mempengaruhi subjectivitas  dari sesuatu tes yaitu
bentuk tes  dan penilai :
Bentuk  Tes
Tes  yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada sipenilai
untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri. Untuk  menghindari  masuknya
unsur  subjektivitas  dari  penilai  maka sistem skoringnya  dapat  dilakukan  dengan
cara  sebaik-baiknya antara  lain lain dengan  membuat  pedoman skoring terlebih
dahulu.
Penilai
Subjectivitas  dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes
bentuk uraian. Faktor-faktor  yang mempengaruhi subjectivitas  antara lain kesan
penilai terhadap siswa, tulisan bahasa, kelelahan untuk menghindari subjektivitas
maka harus mengacu pedoman terutama menyangkut masalah pengadministrasian
yaitu kontinuitas dan komprehensivitas.
Sedangkan  Menurut  Prof. Drs. Anas  Sujiono  Suatu tes  belajar  dapat  disebut  tes
belajar  yang  obyektif  apabila  tes tersebut  disusun dan dilaksanakan  menurut  apa
adanya. Ditinjau  dari  segi  isi  atau  materinya artinya  bahwa  materi  tes  diambilkan
atau  bersumber  dari  materi  atau  bahan  pelajaran  yang  telah  diberikan  sesuai
dengan instruksional  khusus  yang  telah  ditentukan atau  bahan  pelajaran  yang
telah  dipelajari  oleh  peserta  didik  yang  dijadikan  acuan  dalam  penyusunan  hasil
belajar  tersebut.[5]
4.    Praktibilitas (practibility)
Sebuah  tes  disebut memiliki  praktibilitas  yang  tinggi apabila  tes tersebut bersifat
praktis, Tes yang praktis adalah tes yang :
Mudah dilaksanakan, tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan
kepada siswa  mengerjakan terlebih  dahulu bagian yang dianggap mudah. Karena
bersifat  sederhana dalam arti  tidak  memerlukan peralatan  yang  sulit
pengadaannya[6]
Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu dilengkapi kunci jawaban maupun
pedoman skoringnya. Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat
diberikan atau diawali orang lain.
Dilengkapi  dengan petunjuk-petunjuk  yang  jelas  sehingga  dapat  diberikan atau
diawasi  oleh  orang  lain
5.        Ekonomis
Pelaksaan tes tersebut  tidak membutuhkan ongkos atau biaya yang mahal, tenaga
yang banyak serta waktu yang lama.[7]
 
 
 
DAFTAR   KEPUSTAKAAN
 
Arikunto  Suharsimi,  Dasar- Dasar  Evaluasi  Pendidikan, Jakarta : PT. Bumi
Aksara,Edisi  Revisi 2002
Sudijono  Anas, Pengantar  Evaluasi  Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo  Persada,
1996
Putro  Widoyoko  Eko, Evaluasi  Program  Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka,
Pelajar, 2009
Mudjijo. Tes Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Purwanto Ngalim  , Prinsip-Prinsip  Dan Teknik  Evaluasi  Pendidikan , Bandung :
Remaja Rosda Karya, 1994
 

Anda mungkin juga menyukai