1) panjang tes,
2) sebaran skor,
3) tingkat kesukaran, dan
4) objektivitas.
1) Panjang tes (length of test). Panjang tes berarti banyaknya soal tes. Ada
kecenderungan, semakin panjang suatu tes akan lebih tinggi tingkat
realibilitas suatu tes, karena semakin banyak soal, maka akan semakin
banyak sampel yang diukur dan proporsi jawaban yang benar semakin
banyak, sehingga faktor tebakan (guessing) akan semakin rendah.
2) Sebaran skor (spread of scores). Besarnya sebaran skor akan membuat
tingkat reabilitas menjadi lebih tinggi, karena koefisien reabilitas yang
lebih besar diperoleh ketika peserta didik tetap pada posisi yang
relatif sama dalam satu kelompok pengujian berikutnya. Dengan kata
lain, peluang selisih dari peruban posisi dalam kelompok dapat
memperbesar koefisien reabilitas.
3) Tingkat kesukaran (difficulty indeks). Dalam penilaian yang
menggunakan pendekatan penilaian acuan norma, baik untuk soal
yang mudah maupun sukar, cenderung menghasilkan tingkat
reabilitas yang rendah.
4) Objektifitas (objectivity). Objektifitas disini menunjukkan skor tes
kemampuan yang sama antara peserta didik yang satu dengan peserta
peserta didik lainnya.
Menurut perhitungan product-moment dari
Pearson, ada tiga macam reabilitas, yaitu :
koefisien stabilitas,
koefisien ekuivalen, dan
koefisien konsistensi internal.
1. Koefisien Stabilitas
•
Macam-macam Reliabilitas
Banyak metode yang dapat dipilih untuk menguji reliabilitas. Metode-metode itu
secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan
perbedaannya dalam mendefinisikan reliabilitas :
• Tes paralel atau ekuivalen adalah dua buah tes yang mempunyai
kesamaan tujuan, tingkat kesukaran, dan susunan. Tetapi butir-butir
soalnya berbeda. Dalam istilah bahasa Inggris disebut alternate-forms
method (paralel forms).
• Dengan metode bentuk paralel ini, dua buah tes yang paralel,
misalnya tes Matematika seri A yang akan dicari realibilitasnya dan tes
Seri B diteskan kepada sekelompok siswa yang sama, kemudian
hasilnya dikorelasikan. Koefisien dari kedua hasil tes inilah yang
menunjukan koefisien realibilitas tes Seri A. Jika koefisiennya tinggi
maka tes sudah reliabel dan dapat digunakan sebagai alat pengetes yang
terandalkan.
2. Metode tes ulang (test-retest method)
• Metode tes ulang dilakukan orang untuk menghindari penyusunan dua seri tes. Dalam
mengunakan teknik atau metode ini pengetes hanya memiliki satu seri tetapi dicobakan dua
kali. Metode ini dapat disebut single-test-double-trial method. Kemudian hasil dari kedua
kali tes tersebit dihitung korelasinya.
• Untuk tes yang banyak mengungkapkan pengetahuan (ingatan) dan pemahaman, cara ini
kurang tepat karena terboba akan masih ingat dengan soal nya. Oleh karena itu, tenggang
waktu antara pemberian tes pertama dan kedua menjadi peprmasalahan tersendiri. Jika
tenggang waktu terlalu sempit, siswa masih banyak ingat materi. Sebaliknya, jika terlalu lama,
maka faktor atau kondisi tes sudah berbeda, dan siswa sendiri barangkali sudah mempelajari
sesuatu. Tentu saja faktor ini dapat berpengaruh kepada reliabilitas.
• Pada umumnya hasil tes yang kedua cenderung lebih baik daripada hasil tes yang pertama.
Hal ini tidak mengapa karena pengetes harus sadar akan adanya practice effect dan carry
over effect. Yang penting adalah adanya kesejajaran hasil atau ketetapan hasil yang
ditunjukan oleh koefisien korelasi yang tinggi.
3. Metode belah dua atau split-half method
di mana:
r11 = reliabilitas instrumen