Anda di halaman 1dari 27

Reabilitas Tes

Annisa Martha Maharany (1707617036)


Asri Rahayu Murdianningsih (1707617048)
Ayu Qirana (1707617070)
Pengertian Reliabilitas

Keandalan (Reability) berasal dari kata rely yang artinya


percaya dan reliable yang artinya dapat dipercaya.
Keterpercayaan berhubungan dengan ketetapan dan
konsistensi.
Tes dikatakan dapat dipercaya apabila memberikan hasil
pengukuran hasil belajar yang relative tetap secara
konsisten
Menurut Para Ahli
Menurut Thorndike dan Hagen (1977), reliabilitas berhubungan dengan
akurasi istrumen dalam mengukur apa yang diukur, kecermatan hasil ukur dan
seberapa akurat seandainya dilakukan pengukuran ulang.

Hopkins dan Antes (1979:5) menyatakan reliabilitas sebagai konsistensi


pengamatan yang diperoleh dari pencatatan berulang baik pada satu subjek
maupun sejumlah subjek.

Dari beberapa definisi reliabilitas tersebut dapat disimpulkan bahwa reliabilitas


berhubungan dengan kemampuan alat ukur untuk melakukan pengukuran
secara cermat. Reliabilitas merupakan akurasi dan presisi yang dihasilkan oleh
alat ukur dalam melakukan pengukuran.
Sementara itu, Kerlinger (1986) mengemukakan, “realibitas
dapat diukur dari tiga kriteria, yaitu stability, dependability, dan
predictability.”
Stability menunjukkan keajegan suatu tes dalam mengukur
gejala yang sama pada waktu yang berbeda.
Dependability menunjukkan kemantepan suatu tes atau
seberapa jauh tes dapat diandalkan.
Predictability menunjukkan kemampuan tes untuk meramalkan
hasil pada pengukuran gejala selanjutnya. Untuk meningkatkan
realibilitas suatu tes, antara lain dapat dilakukan dengan
memperbanyak butir soal.
Selanjutnya, Gronlund (1985) mengemukakan ada empat
faktor yang dapat mempengaruhi realibilitas, yaitu:

1) panjang tes,
2) sebaran skor,
3) tingkat kesukaran, dan
4) objektivitas.
1) Panjang tes (length of test). Panjang tes berarti banyaknya soal tes. Ada
kecenderungan, semakin panjang suatu tes akan lebih tinggi tingkat
realibilitas suatu tes, karena semakin banyak soal, maka akan semakin
banyak sampel yang diukur dan proporsi jawaban yang benar semakin
banyak, sehingga faktor tebakan (guessing) akan semakin rendah.
2) Sebaran skor (spread of scores). Besarnya sebaran skor akan membuat
tingkat reabilitas menjadi lebih tinggi, karena koefisien reabilitas yang
lebih besar diperoleh ketika peserta didik tetap pada posisi yang
relatif sama dalam satu kelompok pengujian berikutnya. Dengan kata
lain, peluang selisih dari peruban posisi dalam kelompok dapat
memperbesar koefisien reabilitas.
3) Tingkat kesukaran (difficulty indeks). Dalam penilaian yang
menggunakan pendekatan penilaian acuan norma, baik untuk soal
yang mudah maupun sukar, cenderung menghasilkan tingkat
reabilitas yang rendah.
4) Objektifitas (objectivity). Objektifitas disini menunjukkan skor tes
kemampuan yang sama antara peserta didik yang satu dengan peserta
peserta didik lainnya.
Menurut perhitungan product-moment dari
Pearson, ada tiga macam reabilitas, yaitu :

koefisien stabilitas,
koefisien ekuivalen, dan
koefisien konsistensi internal.
1. Koefisien Stabilitas

• Koefisien stabilitas (coefficient of stability) adalah jenis


reabilitas yang menggunakan teknik test and retest, yaitu
memberikan tes kepada sekelompok individu, kemudian
diadakan pengulangan tes pada kelompok yang sama
dengan waktu yang berbeda. Cara memperoleh
koefisien stabilitas adalah dengan mengorelasikan hasil
tes pertama dengan tes kedua dari kelompok yang
sama, tes yang sama, pada waktu yang berbeda.
2. Koefisien ekuivalen
(coefficient of equivalence)
Koefisien ekuivalen adalah jika mengorelasikan dua buah tes yang paralel
pada kelompok dan waktu yang sama. Metode yang digunakan untuk
memperoleh koefisien ekuivalen adalah metode dengan menggunakan dua
buah bentuk tes yang paralel (equivalen) atau equivalence forms methods atau
disebut juga parallel or alternate-forms methods.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi kedua tes paralel adalah kriteria yang
dipakai pada kedua tes sama, masing-masing tes dikonstruksikan tersendiri,
jumlah item, isi, dan corak sama, tingkat kesukaran sama, petunjuk waktu
yang disediakan untuk mengerjakan tes, dan contoh-contoh juga sama.
Kemungkinan kesalahan pada teknik ini bersumber dari derajat
keseimbangan antara dua tes tersebut, serta kondisi tempat yang mungkin
berbeda pada kelompok tes pertama dengan kelompok tes kedua, meskipun
dilakukan pada waktu yang sama.
3. Koefisien konsistensi internal
(coefficient of internal consistency)
Koefisien konsistensi internal (coefficient of internal
consistency) adalah reabilitas yang didapat dengan jalan
mengorelasikan dua buah tes kelompok yang sama, tetapi
diambil dari butir-butir yang bernomor genap untuk tes yang
pertama dan butir-butir bernomor ganjil untuk tes yang kedua
teknik ini sering juga disebut split-half methods. Split berarti
membelah dan half berarti setengah atau separuh. Jadi, split-
half adalah butir soal tes yang dibagi menjadi dua bagian yang
sama, kemudian mengorelasikan butir soal yang bernomor
ganjil dalam belahan pertama (X) dan yang bernomor genap
dalam belahan kedua (Y).
Rumus Hitung


Macam-macam Reliabilitas

Banyak metode yang dapat dipilih untuk menguji reliabilitas. Metode-metode itu
secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan
perbedaannya dalam mendefinisikan reliabilitas :

1. Reliabilitas adalah kestabilan hasil pengukuran apabila THB diujikan beberapa


kali (external stability). Reliabilitas sebagai stabilitas eksternal ini memandang
bahwa THB dikatakan reliable apabila diujikan beberapa kali akan
memberikan hasil pengukuran yang relative konsisten. Tergolong dalam
kelompok ini adalah metode tes ulang dan metode parallel.
2. Reliabilitas merupakan konsistensi internal hasil pengukuran butir-butir THB
dikatakan reliable apabila di antara butir THB memberikan hasil pengukuran
yang konsisten (internal consistency). Metode dalam kelompok ini dapat dibagi
menjadi dua berdasarkan jumlah butirnya.
Cara Mencari besarnya Realibilitas

1. Metode Bentuk Paralel (equivalent)


2. Metode tes ulang (test-retest method)
3. Metode belah dua atau split-half method
1. Metode Bentuk Paralel (equivalent)

• Tes paralel atau ekuivalen adalah dua buah tes yang mempunyai
kesamaan tujuan, tingkat kesukaran, dan susunan. Tetapi butir-butir
soalnya berbeda. Dalam istilah bahasa Inggris disebut alternate-forms
method (paralel forms).
• Dengan metode bentuk paralel ini, dua buah tes yang paralel,
misalnya tes Matematika seri A yang akan dicari realibilitasnya dan tes
Seri B diteskan kepada sekelompok siswa yang sama, kemudian
hasilnya dikorelasikan. Koefisien dari kedua hasil tes inilah yang
menunjukan koefisien realibilitas tes Seri A. Jika koefisiennya tinggi
maka tes sudah reliabel dan dapat digunakan sebagai alat pengetes yang
terandalkan.
2. Metode tes ulang (test-retest method)

• Metode tes ulang dilakukan orang untuk menghindari penyusunan dua seri tes. Dalam
mengunakan teknik atau metode ini pengetes hanya memiliki satu seri tetapi dicobakan dua
kali. Metode ini dapat disebut single-test-double-trial method. Kemudian hasil dari kedua
kali tes tersebit dihitung korelasinya.
• Untuk tes yang banyak mengungkapkan pengetahuan (ingatan) dan pemahaman, cara ini
kurang tepat karena terboba akan masih ingat dengan soal nya. Oleh karena itu, tenggang
waktu antara pemberian tes pertama dan kedua menjadi peprmasalahan tersendiri. Jika
tenggang waktu terlalu sempit, siswa masih banyak ingat materi. Sebaliknya, jika terlalu lama,
maka faktor atau kondisi tes sudah berbeda, dan siswa sendiri barangkali sudah mempelajari
sesuatu. Tentu saja faktor ini dapat berpengaruh kepada reliabilitas.
• Pada umumnya hasil tes yang kedua cenderung lebih baik daripada hasil tes yang pertama.
Hal ini tidak mengapa karena pengetes harus sadar akan adanya practice effect dan carry
over effect. Yang penting adalah adanya kesejajaran hasil atau ketetapan hasil yang
ditunjukan oleh koefisien korelasi yang tinggi.
3. Metode belah dua atau split-half method

• Kelemahan penggunaan metode dua-tes dua kali percobaan dan


satu-tes dua kali percobaan diatasi dengan metode ketiga ini yaitu
metode belah dua. Dalam menggunakan metode ini pengetes hanya
menggunakan sebuah tes dan dicobakan satu kali. Oleh karena itu,
disebut juga single-test-single-trial method.
• Berbeda dengan metode pertama dan kedua yang setelah
diketemuka koefisien korelasi langsung ditafsirkan itulah koefisien
realibilitas, maka dengan metode ketiga ini tidak dapat demikian.
Pada waktu membelah dua dan mengorelasikan dua belahan, baru
diketahui realibilitas separo tes.
Untuk mengetahui realibilitas seluruh tes harus
digunakan rumus Spearman-Brown sebagai berikut:

• Langkah: skor-skor dikelompokkan menjadi dua berdasarkan


belahan bagian soal, baik ganjil-genap maupun awal-akhir
• Rumus:

di mana:
r11 = reliabilitas instrumen

r12 12 = indeks korelasi antara dua belahan instrumen


Mencari realibilitas tes bentuk
uraian
• Menilai soal bentuk uraian tidak dapat dilakukan dinilai dengan
“benar” atau “salah”. Suatu butir soal uraian menghendaki
gradualisasi penilaian. Barangkali butir soal nomor 1 penilaian
terendah 0 tertinggi 8, tetapi butir soal nomor 2 nilai tertinggi
hanya 5, dan butir soal nomor 3 sampai 10, dan sebagainya.
• Untuk keperluan mencari reliabilitas soal keseluruhan perlu juga
dilakukan analisis butir soal seperti halnya soal bentuk objektif.
Skor untuk masing-masing butir soal dicantumkan pada kolom
item menurut apa adanya.
Rumus yang digunakan adalah rumus Alpha
sebagai berikut:
Contoh perhitungan mencari realibilitas:
Dengan data yang tertera dalam tabel, dicari Varians tiap-tiap item
dahulu, baru dijumlahkan.
Perlu diingat kembali rumus varians yang sudah dikenal yaitu
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Realibilitas

1. Panjang test, semakin panjang test evaluasi, semakin banyak


jumlah item materi pembelajaran diukur. Ini menunjukan dua
kemungkinan yaitu test semakin mendekati kebenaran, dan
dalam memgikuti test, semakin kecil siswa menebak. Berarti
semakin tinggi koefisien reliabilitas.
2. Penyebaran skor koefisien reliabiltas secara langsung
dipengeruhioleh bentuk sebaranskor dalam kelompok siswa
yang diukur. Semakin tinggi sebaran semakin tingi estimasi
koefisien reliabilitas. Hal ini tejadi karena posisi skor siswa,
secara individual mempunyai kedudukan sama pada tes retest
lain,sebagai acuan.
3. Kesulitan test; test normative yang terlalu mudah atau terlalu sulitskor untuk siswa
cenderung menghasilkan reliabilitas rendah. Fenomena tersebut, akan menghasilkan
sebaran skor yang cenderung terbatas pada salah satu sisi.Untuk test yang terlalu
mudah skor jawaban siswa akan mengumpul ada sisi atas, untuk tes terlalu sulit skor
jawaban siswa akan cenderung mengumpul pada ujung bawah. Dua kejadian
tersebut mempunyai kesamaan yaitu bahwa perbedaan di antara individu adalah kecil
dan cenderung tidak relevan

4. Objektivitas; yang di maksud objekif yaitu derajat dimana siswa dengan


kompetensi sama mencapai hasil sama. Ketika prosedur test evaluasi memiliki
objektivitas tinggi, maka reliabilitas test tidak dipengaruhi oleh prosedur teknik
penskoran. Item test objektif yang dihasilkan tidak dipengaruhi pertimbangan atau
opini seorang evaluator.
Kesimpulan

• Dengan adanya pengujian dari hasil sebuah penelitian atau yang


sering disebut dengan uji reliabilitas maka penelitian yang dihasilkan
akan memiliki sebuah mutu yang berkualitas. Karena penelitian yang
sudah melalui uji penelitian sudah dianggap bagus dan memenuhi
standart.
• Ada tiga teknik dasar yang dapat diterapkan oleh peneliti dalam
menguji Reliabilitas suatu penelitian yaitu: Teknik pengukuran ulang
(test-retest), Teknik belah dua, Teknik paralel (equivalent form)
• Faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas adalah waktu
pengujian tes, dan factor lain diantaranya yaitu; Panjang tes,
Penyebaran skor, Kesulitan test, Objektivitas.
Saran

• Untuk lebih memahami ulasan tentang Reliabilitas


tidaklah cukup hanya dengan mengandalkan teori
yang bersumber dari literatur dan beberapa media
lainnya, namun sangat diperlukan juga suatu
penelitian agar manfaat serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari dapat benar-benar diketahui
dan dimengerti.
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai