Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Dengan kerendahan hati kami ucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Makalah yang berjudul Menganalisis Butir Test ini ditujukan untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Evaluasi Pendidikan Dalam penyusunan makalah ini, banyak kendala dan
hambatan yang kami hadapi, namun berkat dukungan moril dan materil dari berbagai pihak,
akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Dengan hormat kami ucapkan terima kasih kepada, ibu Dr. Corry Yohana, M.M selaku
dosen mata kuliah Evaluasi Pendidikan yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan
kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini. Seiring dengan itu, kami juga tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada para orang tua kami yang telah memberikan bantuan moril dan
materil.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak kekurangannya,
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
melengkapi makalah ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih atas perhatiannya, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 23 oktober 2019


Penulis,

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1

1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3

2.1 Analisis butir Tes/Soal ......................................................................................................... 3

a) Pengertian Analisis butir Tes/Soal ................................................................................... 3

b) Tujuan Analisis butir Tes/Soal ......................................................................................... 3

2.2 Menilai Tes yang Dibuat Sendiri ......................................................................................... 4

2.3 Tiga Masalah dalam Analisis Butir Tes ............................................................................... 6

1) Tingkat kesukaran ............................................................................................................ 6

2) Daya pembeda .................................................................................................................. 8

3) Fungsi Distraktor ............................................................................................................ 13

BAB 3 PENUTUP ....................................................................................................................... 16

3.1 Kesimpulan......................................................................................................................... 16

3.2 Saran ................................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Evaluasi bukan lagi merupakan hal yang asing dalam kehidupan masa sekarang, apalagi
dalam dunia pendidikan. Istilah evaluasi mempunyai padanan kata dalam bahasa Indonesia,
yaitu penilaian. Salah satu cara untuk memperbaiki proses pendidikan yang paling efektif ialah
dengan mengadakan evaluasi tes hasil belajar. Hasil tes itu diolah sedemikian rupa sehingga
dari hasil pengolahan itu dapat diketahui komponen-komponen manakah dari proses belajar-
mengajar itu yang masih lemah.
Sekarang ini banyak orang yang melakukan kegiatan evaluasi, tetapi tidak mempunyai
pemahaman terhadap istilah evaluasi tersebut. Hal ini tentunya akan menimbulkan masalah
dalam proses pendidikan pada umumnya, dan proses pembelajaran pada khususnya. Karena
aktivitas evaluasi tidak mempunyai syarat evaluasi sebagai suatu konsep pendidikan, dan
banyak aktivitas evaluasi yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada.
Oleh karena itu guru atau calon guru harus dibekali bagaimana cara mengevaluasi
pembelajaran yang baik dan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Karena evaluasi
bukan hanya suatu proses untuk mengklasifikasikan keberhasilan atau kegagalan dalam
belajar, tetapi juga sangat penting untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengajaran.
Dan dari uraian di atas maka penulis akan memaparkan makalah yang berjudul “Analisis
Butir Soal”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian analisis butir soal?
2. Bagaimana Menilai Tes yang dibuat sendiri?
3. bagaimana Tiga Masalah dalam Analisis Butir Tes?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian analisis butir tes
2. Mengetahui bagaimana Menilai Tes yang dibuat sendiri
3. Mengetahui bagaimana Tiga Masalah dalam Analisis Butir Tes

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Analisis butir Tes/Soal

a) Pengertian Analisis butir Tes/Soal


Analisis butir soal merupakan suatu prosedur yang sistematis, yang akan
memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang akan kita
susun. Analisis butir soal pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item
soal benar-benar baik, sehingga diperlukan analisis terhadapnya.
Analisis item soal terutama dapat dilakukan untuk tes objektif. Dimana tes objektif
merupakan alat evaluasi (hasil belajar mengajar) yang mengukur kepada objek-objeknya.
Hal ini tidak berarti bahwa tes uraian tidak dapat di analisis, akan tetapi memang dalam
menganalisis butir tes uraian belum ada pedoman secara standar.
Tentang kegunaan analisis terhadap item soal pada umumnya dilakukan terhadap
beberapa hal yaitu:
1. Seberapa besar tingkat kesukaran pada butir/item soal
2. Apakah butir item itu mampu membedakan kemampuan antara siswa pandai dan
kurang pandai.
3. Apakah butir item tersebut menggunakan distraktor yang baik atau belum.
Maka dari itu dengan analisis item soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan
sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan.

b) Tujuan Analisis butir Tes/Soal


Analisis butir tes merupakan kegiatan penting dalam upaya memperoleh instrument
yang berkategori baik. Analisis ini meliputi:
1. Menentukan validitas dan reliabilitas tes, dan
2. Analisis butir tes.
Menurut Thorndike & Hagen, analisis terhadap butir tes yang telah dijawab siswa suatu
kelas mempunyai dua tujuan, yakni:
3
1. Jawaban-jawaban soal-soal tersebut merupakan informasi diagnosis untuk meneliti
pelajaran dari kelas itu dan kegagalan-kegagalan belajarnya, serta selanjutnya untuk
membimbing kea rah cara belajar yang baik, dan
2. Jawaban terhadap soal-soal dan perbaikan soal-soal yang didasarkan atas jawaban-
jawaban tersebut merupakan dasar bagi penyiapan tes-tes yang lebih baik.
Analisis butir tes bertujuan untuk mengidentifikasi butir-butir manakah yang
termasuk dalam kategori baik, kurang baik, dan jelek. Analisis butir tes memungkinkan
kita memperoleh informasi mengenai baik tidaknya suatu butir, sekaligus memperoleh
petunjuk untuk melakukan perbaikan.

2.2 Menilai Tes yang Dibuat Sendiri

Tidak ada usaha guru yang lebih baik selain usaha untuk selalu meningkatkan mutu tes
yang disusunnya. Guru yang sudah banyak berpengalaman, mengajar dan menyusun soal-soal
tes, juga masih sukar menyadari bahwa tesnya masih belum sempurna. Oleh karena itu cara
yang paling baik adalah secara jujur melihat hasil yang diperoleh oleh siswa.

Secara teoritis, siswa dalam satu kelas merupakan populasi atau kelompok yang
keadaannya heterogen. Dengan demikian maka apabila dikenal sebuah tes akan tercermin
hasilnya dalam siatu kurva normal. Sebagian besar siswa berada di daerah sedang, sebagian
kecil berada di ekor kiri, dan sebagian kecil yang lain berada di ekor kanan. Apabila keadaan
setelah hasil tes analisis tidak seperti yang diharapkan dalam kurva normal, maka tentu ada
"apa-apa" dengan soal tesnya. Apabila hampir seluruh siswa memperoleh skor jelek, berarti
bahwa tes yang disusun mungkin terlalu sukar. Sebaliknya, jika seluruh siswa memperoleh
skor baik, dapat diartikan bahwa tesnya terlalu mudah.

Dengan demikian, maka apabila kita memperoleh keterangan tentang hasil tes, akan
membantu kita dalam mengadakan penilaian secara objektif terhadap tes yang kita susun.

Ada 4 cara untuk menilai tes, yaitu:

a) Cara pertama meneliti secara jujur soap-soal yang sudah disusun, kadang-kadang
dapat diperoleh jawaban tentang ketidakjelasan perintah atau bahasa, taraf
kesukaran dan lain-lain keadaan soal tersebut.

4
Pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain:

1) Apakah pertanyaan soal untuk tiap topik sudah seimbang?

2) Apakah semua soal menanyakan bahan yang telah diajarkan?

3) Apakah soal yang kita susun tidak merupakan pertanyaan yang


membingungkan (dapat disalahartikan)?

4) Apakah soal itu tidak sukar untuk dimengerti?

5) Apakah soal itu dapat dikerjakan oleh sebagian siswa?

b) Cara kedua adalah mengadakan analisis soal ( terms analysis)

Analisis soal adalah suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan
informasi-informasi yang sangat khsus terhadap butir tes yang kita susun. Faedah
mengadakan analisis soal.

1) Membantu kita dalam mengidentifikasi butir-butir soal yang jelek.

2) Memperoleh informasi yang akan dapat digunakan untuk menyempurnakan


soal-soal untuk kepentingan lebih lanjut.

3) Memperoleh gambaran secara selintas tentang keadaam yang kita susun.

Analisis soal terutama dapat dilakukan untuk tes objektif. Hal ini tidak berarti
bahwa tes uraian tidak dapat dianalisis, akan tetapi memang dalam menganalisis
butir tes uraian, belum ada pedoman secara standar. Tentang kegunaan dan cara
mengadakan analisis soal akan dibicarakan tersendiri di bagian lain.

c) Cara ketiga adalah mengadakan checking validitas. Validitas yang paling penting
dari tes buatan guru adalah validitas kurikuler (content validity). Untuk
mengadakan checking validitas kurikuler, secara khusus dan jelas sehingga setiap
soal dapat kita jodohkan dengan setiap tujuan khusus tersebut.

Tes yang tidak mempunyai validitas kurikuler atau walaupun mempunyai


tetap kecil, maka dapat juga terjadi jika salah satu atau beberapa tujuan khusus tidak

5
dicantumkan dalam tabel spesifikasi. Semakin banyak tuntuuan khsuus yang
dicantumkan, berarti bahwa validitas kurikulernya semakin kecil.

Dalam hal ini Terry D. Ten Brink, dalam bukunya yang berjudul: "Evaluation,
a Practical Guide for Teacher" mengemukakan pendapatnya demikian:

1) Untuk tes yang dirancang akan menggunakan norm-referenved tidak harus


menuliskan setiap tujuan khusus, tetapi cukup dengan tujuan-tujuan yang
esensial saja.

2) Untuk tes yang dirancang akan menggunakan criterionreferenced, maka


setiap tujuan khsuus harus dicantumkan dalam tabel spesifikasi.

d) Cara keempat adalah dengan mengadakan checking reabilita.


Salah satu indikator untuk tes yang mempunyai realibilitas yang tinggi
adalah bahwa kebanyakan dari soal-soal tes itu mempunyai daya pembeda yang
tinggi.

2.3 Tiga Masalah dalam Analisis Butir Tes


Analisis soal antara lain bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik,
kurang baik dan soal yang jelek. Dengan analsis soal dapat diperoleh informasi tentang
kejelekkan sebuah soal dan "petunjuk" untuk mengadakan perbaikan.

Kapan sebuah soal dikatakan baik? Untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan ini,
perlu diterangkan tiga masalah yang berhubungan dengan analisis soal, yaitu: taraf kesukaran,
daya pembeda, dan Efektifitas pengecoh

1) Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran (difficulity index) atau kita singkat TK dapat didefinisikan
sebagai proporsi siswa peserta tes yang menjawab benar (crorcker dan Algina,1986:311).
Definisi itu dapat dinyatakan dengan sebuah rumus dimana TK adalah jumlah peserta yang
menjawab benar dibagi dengan jumlah peserta.

ΣB
TK= ΣP
6
Keterangan:

TK=tingkat kesukaran

∑B=jumlah siswa yang menjawab benar

∑P=jumlah siswa peserta tes

Misalnya:

Dari 10 siswa yang mengikuti uji coba THB, pada butir 1 terdapat 7 orang dapat
menjawab benar dan pada butir 2 terdapat 2 orang dapat menjawab benar. berapakah
tingkat kesukaran kedua butir soal tersebut?

7
TK (1) = = 0,70
10

2
TK (2) = 10 = 0,20

Nilai TK butir merentang antara 0 sampai 1 TK sebuah butir sama dengan nol
terjadi bila semua peserta tidak ada yang menjawab benar, sebaliknya TK sebuah butir
akan sama dengan 1 (satu) apabila semua peserta menjawab benar pada butir tersebut.
Semakin tinggi indeks TK maka butir soal semakin mudah. Dalam THB,TK butir-butir
soal diusahakan sedang. Kalau butir soal terlalu mudah atau terlalu sukar bagi dua atau
lebih peserta maka skor tidak lagi dapat membedakan kemampuan para peserta sekiranya
di antara mereka terdapat perbedaan kemampuan.butir yang sangat sukar sehingga tidak
ada siswa yang dapat menjawab dengan benar menyebabkan butir tersebut kehilangan
kemampuannya membedakan siwa yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah.
Begitu pula dengan butir yang sangat mudah sehiingga semua peserta dapat menjawab
benar. Oleh karenanya,butir sebaiknya mempunyai TK yang sedang.

TK butir yang sedang berada dalam suatu rentang nilai TK. Kriteria untuk
menentukan rentang untuk TK sedang sangat tergantung jumlah kategori yang diinginkan.
Misalnya kategori TK meliputi sukar,sedang dan mudah maka kriteria sedang adalah antara
0,33 sampai 0,66 Berikut pembagian kategori TK ke dalam tiga kelompok:

7
Namun, bila TK di klasifikasikan ke dalam lima kelompok : sangat sukar, sukar,
sedang, mudah dan sangat mudah, maka butir soal di katakan mempunyai TK sedang bila
indeks TK berada antara 0,40-0,59. secara keseluruhan pembagian rentang TK diatur
sebagai berikut :

Dalam beberapa situasi, TK butir soal tidak di usahakan sedang. Pada keadaan di
mana diinginkan sebanyak mungkin peserta tes dapat di nyatakan lulus maka butir di
usahakan sangat mudah,misalnya penerimaan siswa di mana diperkirakan jumlah daya
tampung lebih banyak daripada pelamar yang mendaftar. Sebaliknya,pada keadaan
diinginkan peserta tes sekecil mungkin dapat dinyatakan lulus, maka butir soal di usahakan
sesukar mungkin.

2) Daya pembeda

Daya pembeda (discriminating power) atau kita singkat DB adalah kemampuan


butir soal THB membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah. DB
berhubungan dengan derajat kemampuan butir membedakan dengan baik perilaku
pengambil tes dalam tes yang di kembangkan (anstasi dan urbina ,1997:179). DB harus di

8
usahakan positif dan setinggi mungkin. Butir soal yang mempunyai DB positif dan tinggi
berarti butir tersebut dapat membedakan dengan baik siswa kelompok atas dan bawah.
Siswa kelompok atas adalah kelompok siswa yang tergolong pandai atau mencapai skor
total hasil belajar yang timggi dan siswa kelompok bawah adalah kelompok ssiswa yang
bodoh atau memperoleh sekor total hasil belajar yang rendah. DB itu dapat di tentukan
basarannya dengan rumus sebagai berikut:

DB = PT – PR

Atau

ΣTB ΣRB
DB = -
ΣT ΣR

Keterangan:

PT = proporsi siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa yang mempunyai
kemampuan tinggi .

PR = proporsi siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa yang mempunyai
kemampuan rendah.

∑TB = jumlah peserta yang menjawab benar pada kelompok siswa yang mempunyai
kemampuan tinggi.

∑T = jumlah kelompok siswa yang mempunyai kemampuan tinggi .

∑RB = Jumlah peserta yang menjawab benar pada kelompok siswa yang mempunyai
kemampuan rendah .

∑R = jumlah siswa yang mempunyai kemampuan rendah .

Sebagai sebuah penjelasan di berikan contoh sebagai berikut :

Sebanyak 10 orang mengikuti uji coba THB berbentuk objektif dengan hasil sebagai
berikut :

9
Perhitungan DB dapat di lakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan siswa kelompok atas dan bawah. Kelompok atas adalah setengah
kelompok siswa (5 orang) yang mamperoleh skor terendah. Penentuan kelompok atas dan
kelompok bawah dapat di sajikan dalam tabel berikut:

2. Menghitung perolehan sekor butir pada kelompok atas dan kelompok bawah.

10
3. Menghitung DB

DB dihitung sebagai mana rumusnya sebagai berikut:

a. Butir 1

5 1 4
DB (1) = 5 - = 5 = 0,80
5

b. Butir 2

2 4 2
DB (2) = 5 - =5
5

Sebuah butir THB yang baik adalah butir soal yang mempunyai DB positif dan
signifikan. DB akan positif apabia jumlah siswa kelompok atas yang dapat menjawab
dengan benar lebih banyak dari pada jumlah siswa kelompok bawah. DB yang signifikan
dimaksudkan sebagai mempunyai indexs minimal+0,30 yang artinya pada butir yang baik
jumlah siswa kelompok atas yang dapat menjawab benar minimal 30% lebih banyak dari
pada jumlah siswa kelompok bawah yang dapat menjawab benar.

Nilai DB akan merentang antara -1,00 hingga +1,00. Dengan mengambil contoh
soal diatas,beberapa kondisi ekstrim dapat di jelaskan sebagai berikut:

11
a. Bila semua siswa kelompok atas dapat menjawab benar dan semua siswa kelompok
bawah menjawab salah,maka DB akan +1,00.

5 0
DB = 5 - = + 1,00
5

b. Bila semua siswa kelompok atas dapat menjawab salah dan semua siswa kelompok
bawah menjawab benar,maka DB -1,00.

0 5
DB = 5 - = - 1,00
5

c. Bila baik siswa kelompok atas maaupun kelompok bawah dapat menjawab dengan
benar maka DB akan 0,00.

5 5
DB = 5 - = 0,00
5

d. Bila baik siswa kelompok atas maupun kelompok bawah menjawab salah maka DB
akan 0,00.

0 0
DB = 5 - = 0,00
5

Berdasar nilai rentang DB diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Bila semua siswa baik kelompok atas maupun kelompok bawah sama-sama menjawab
benar atau sama-sama menjawab salah maka butir soal tidak mempunyai kemampuan
membedakan yang ditunjukkan oleh DB= 0,00.

2. Bila siwa kelompok atas yang dapat menjawab benar lebih banyak dari pada kelompok
bawah yang menjawab benar maka DB akan positif.

3. Bila siwa kelompok atas yang dapat menjawab benar lebih sedikit dari pada kelompok
bawah yang menjawab benar maka DB akan negative.

4. Butir soal mempunyai DB tinggi apabila siswa kelompok atas yang dapat menjawab benar
lebih banyak dibandingkan siswa kelompok bwah yang dapat menjawab benar dengan
perbandingan tertentu hingga DB minimal +0,30.

12
Dalam menghitung DB terdapat beberapa kejadian khusus yang harus diperhatikan:

a) Bila data di tengah sama maka data yang sama di keluarkan dari analisis. Misalnya: data
skor hasil belajar enam orang siswa di urutkan dari tinggi ke rendah adalah sebagi berikut:
10, 9, 7, 7, 4 dan 2. Data skor yang sama adalah 7 dan di keluarkan dari analisis, sehingga
perhitungan DB melibatkan siswa yang memperoleh skor 10 dan 9 sebagai kelompok atas
dan siswa yang memperoleh skor 4 dan 2 sebagi kelompok bawah.

b) Dalam hal jumlah siswa uji coba sangat banyak maka penentuan kelompok atas dan bawah
adalah dengan mengambil 27% siswa yang memperoleh skor tertinggi sebagai kelompok
atas dan 27% siswa yang memperoleh skor terendah sebagai kelompok bawah. Sebanyak
46% siswa di tengah distribusi di keluarkan dan tidak di analisis. Perhitungan daya beda
butir di dasarkan pada “aturan 27%”. Menurut Kelly, pada kondisi normal, titik optimum
di mana dua kondisi seimbang di capai pada 27% kelompok atas dan bawah (Anastasi dan
Urbina, 1997: 182).

Perhitungan DB butir juga dapat dilakukan dengan mengkorelasikan skor butir dengan skor
total. Korelasi butir dengan total menunjukkan kesejajaran nilai antara butir dengan total.
Bila skor butir bervariasi sejalan dengan variasi skor total maka butir tersebut mampu
membedakan dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah. Butir di
katakan mempunyai DB yang tinggi apabila korelasi butir itu dengan total minimal +0,30.
Adapun korelasi antara butir dengan total dapat di lakukan menggunakan rumus product
moment, biserial, poin biserial. Phi atau tetrakorik (Crocker dan Algina, 1986: 317-319).

3) Fungsi Distraktor

Disebut juga dengan pola jawaban atau fungsi pengecoh, yaitu distribusi siswa
dalam hal menentukan pilihan pada soal bentuk pilihan ganda. Fungsi distraktor ini
diperoleh dengan menghitung banyaknya siswa yang memilih pilihan jawaban a, b, c, d
dan e yang tidak memiliki pilihan manapun. Dalam istilah evaluasi disebut omit disingkat
O. Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh berfungsi sebagai pengecoh
dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh siswa berarti

13
pengecoh itu jelek, dan terlalu menyolok menyesatkan. Sebaliknya sebuah distraktor dapat
dikatakan berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang
besar bagi pengikut-pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai
bahan. Dengan melihat pola jawaban soal, dapat diketahui :

a. Taraf kesukaran soal

b. Taraf pembeda soal

c. Baik tidaknya distraktor.

Sesuatu distraktor dapat diperlakukan dengan 3 cara yaitu :

a. Diterima karena sudah baik

b. Ditolak karena tidak baik

c. Ditulis kembali karena kurang baik.

Kekurangannya mungkin hanya terletak pada rumusan kalimatnya sehingga hanya


perlu ditulis kembali, dengan perubahan seperlunya. Menulis soal adalah suatu kesukaran
yang sulit, sehingga apabila masih dapat distraktor dapat dikatakan berfungsi baik jika
paling sedikit dipilih oleh 5 % pengikut tes.

Contoh perhitungan :

Dari analisis sebuah item, pola diketahui sebagai berikut ;

14
Dari pola jawaban soal ini dapat dicari :

1. P = 21/60 = 0,35

2. D = PA – PB = 15/30 – 6/30 = 0,30

3. distraktor : semua distraktornya sudah berfungsi dengan baik karena sudah dipilih oleh
lebih dari 5% pengikut tes.

4. dilihat dari segi omit 9 kolom pilihan paling kanan) adalah baik. Sebuah item dikatakan
baik jika omitnya tidak lebih dari 10% pengikut tes.

( 5% dari pengikut tes = 5% x 60 orang = 3 orang). Sebenarnya ketentuan ini hanya berlaku
untuk tes pilihan ganda dengan 5 alternatif dan p = 0,80. tetapi demi kepraktisan
diberlakukan untuk semua.

15
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Analisis butir soal merupakan suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan
informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang akan kita susun. Analisis butir
soal pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item soal benar-benar baik,
sehingga diperlukan analisis terhadapnya.
Analisis butir tes bertujuan untuk mengidentifikasi butir-butir manakah yang termasuk
dalam kategori baik, kurang baik, dan jelek. Analisis butir tes memungkinkan kita
memperoleh informasi mengenai baik tidaknya suatu butir, sekaligus memperoleh petunjuk
untuk melakukan perbaikan.
Tiga Masalah dalam Analisis Butir Tes yaitu :

- Tingkat kesukaran (difficulity index)atau kita singkat TK dapat didefinisikan sebagai


proporsi siswa peserta tes yang menjawab benar.

- Daya pembeda (discriminating power) atau kita singkat DB adalah kemampuan butir soal
THB membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah. Daya Pembeda
berhubungan dengan derajat kemampuan butir membedakan dengan baik perilaku
pengambil tes dalam tes yang di kembangkan.

- Pola jawaban adalah distribusi testee dalam hal menentukan pilihan ganda. Pola jawaban
soal diperoleh dengan menghitung banyaknya tes tee yang memilih jawaban a,b,c atau d
atau yang tidak memilih jawaban manapun yang disebut omit

3.2 Saran
Sebagai manusia biasa setiap orang pasti mempunyai kekurangan dan kelebihan, diantaranya
adalah pola pikir tiap individu yang berbeda-beda, ada yang cerdas, pintar dan kurang pintar,
untuk itu dalam suatu lembaga pendidikan hal inilah yang sangat diperhatikan. Cara
pengukuran pola pikir yang dilakukan lembaga pendidikan (sekolah) yaitu melalui tes. tes-tes

16
yang diberikan oleh pendidik harus mempunyai bobot soal yang dianggap baik, dan soal-soal
itu harus benar-benar diperhatikan cara penyusunannya

17
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Purwanto, M.Pd. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009

18

Anda mungkin juga menyukai