Anda di halaman 1dari 9

Pintu-Pintu Rezeki

khotbahjumat.com/5187-pintu-pintu-rezeki.html

August 13, 2018

Khutbah Pertama:

‫ َم ْن‬، ‫ َو َنُع ْو ُذ ِباِهلل ِم ْن ُش ُر ْو ِر َأْنُفِس َنا َوَس ِّيَئاِت َأْع َم اِلَنا‬، ‫ِإَّن الَح ْم َد ِهَّلِل َنْح َم ُد ُه َو َنْس َتِعْيُنُه َو َنْس َتْغ ِفُر ُه َو َنُتْو ُب ِإَلْيِه‬
‫ َو َأْش َه ُد َأَّن‬، ‫ َو َأْش َه ُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل اُهلل َو ْح َدُه اَل َش ِر ْيَك َلُه‬، ‫َيْهِدِه اُهلل َفاَل ُمِض َّل َلُه َوَم ْن ُيْض ِلْل َفاَل َه اِد َي َلُه‬

‫ُم َح َّمدًا َع ْبُد ُه َوَر ُس ْو ُلُه ؛ َص َّلى اُهلل َوَس َّلَم َع َلْيِه َو َع َلى آِلِه َوَص ْح ِبِه َأْج َم ِعْيَن‬

‫ ِاَّتُقْو ا اَهلل ؛ َفِإَّن َم ِن اَّتَقى اَهلل َو َقاُه َو َأْر َش َدُه ِإَلى َخ ْيِر ِدْيِنِه َو ُدْنَياُه‬: ‫َأَّما َبْع ُد َمَع اِش َر الُمْؤ ِمِنْيَن ِع َباَد اِهلل‬

Kaum muslimin rahimani wa rahimakumullah,

Khotib mewasiatkan kepada diri khotib pribadi dan jamaah sekalian agar senantiasa
bertakwa kepada Allah. Sungguh beruntung dan sukseslah orang-orang yang bertakwa.

Ibadalllah,

Sesungguhnya di antara nama-nama Allah yang indah adalah Ar-Razzaq, Yang Maha
Memberi Rezeki. Dialah yang menanggung semua rezeki makhluk yang ada di semesta
alam ini.

‫َو َك َأِّين ِّم ن َد اَّبٍة اَّل َتْح ِم ُل ِر ْز َقَه ا اُهَّلل َيْر ُز ُقَه ا َو ِإَّياُك ْم ۚ َو ُه َو الَّس ِميُع اْلَع ِليُم‬

“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya
sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Quran Al-Ankabut: 60].

Jika binatang melata saja Allah yang menanggung rezekinya, apalagi manusia. Karena
manusia adalah makhluk yang Allah muliakan. Allah dudukkan lebih mulia dari semua
makhluk ciptaan-Nya. Tentu manusia lebih-lebih lagi Allah jamin rezeki untuk mereka.
Namun demikian, bukan berarti rezeki datang begitu saja tanpa usaha. Harus ada usaha
nyata yang dilakukan untuk menjemput rezeki tersebut. Allah Ta’ala memerintahkan
manusia untuk mencari rezeki.

‫ُه َو اَّلِذي َج َع َل َلُك ُم اَأْلْر َض َذ ُلواًل َفاْم ُش وا ِفي َم َناِك ِبَه ا َو ُك ُلوا ِمن ِّر ْز ِقِه ۖ َو ِإَلْيِه الُّنُش وُر‬

1/9
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala
penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu
(kembali setelah) dibangkitkan.” [Quran Al-Mulk: 15].

Karena itulah, kita manusia bertebaran di muka bumi dalam rangka membuka pintu-pintu
rezeki. Ada dua cara yang dituntunkan oleh Allah Ta’ala untuk membuka pintu-pintu
rezeki tersbut. Ada cara yang sifatnya qadari atau duniawi. Ada juga cara syar’i atau cara
mencari karena faktor relijius.

Sebab duniawi, hal ini sudah kita ketahui. Seseorang berprofesi sebagai dokter,
pedagang, pegawai, petani, nelayan, dll. Ini adalah sebab-sebab duniawi. Seseorang
mencari rezeki dengan usaha mereka. Dengan kemampuan fisik yang telah Allah
anugerahkan keapda mereka.

Sebab yang kedua adalah sebab yang sifatnya relijius atau ukhrawi. Yang pertama dari
sebab ini adalah doa. Dan doa adalah usaha. Sebagian orang terkadang menyepelekan
doa, padahal doa bisa jadi lebih ampuh dari usaha fisik yang dilakukan seseorang. Allah
Ta’ala berfirman,

‫َفاْبَتُغ وا ِع نَد اِهَّلل الِّر ْز َق َو اْع ُبُد وُه َو اْش ُك ُر وا َلُه‬

“Mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya.”
[Quran Al-Ankabut: 17].

Imam asy-Syafi’i rahimahullah mengatkan,

‫َأَتهَز ُأ ِبالُد عاِء َو َتزَدريِه‬

‫َو ما َتدري ِبما َص َنَع الُّد عاُء‬

Apakah kau meremehkan dan menganggap enteng doa.


Kau tak tahu apa yang bisa dilakukan doa.

Banyak kaum muslimin berdoa, tapi mereka menjadikan doa adalah usaha terakhir.
Bukan usaha pertama. Semestinya yang dilakukan oleh seorang muslim adalah berdoa
terlebih dahulu. Kemudian ikuti doanya dengan melakukan usahanya nyata.

Ibadallah,

Sebab yang kedua adalah bertakwa kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman,

‫) َو َيْر ُز ْق ُه ِم ْن َح ْيُث اَل َيْح َتِس ُب‬2( ‫َوَم ن َيَّتِق اَهَّلل َيْج َع ل َّلُه َم ْخ َر ًج ا‬

2/9
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” [Quran Ath-Thalaq: 2-
3].

Mungkin rezeki mendatangi seseorang tanpa ia pikirkan dan rencanakan sebelumnya.


Karena apa? Karena dia bertakwa kepada Allah. Karena Dia menaati perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya. Jika seseorang mendapatkan rezeki dari jalan yang tak dia
sangka-sangka, mudah-mudahan itu sebagai tanda takwanya kepada Allah.

Sebab ketiga adalah menyambung silaturahmi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda,

‫ َو ُيْنَس َا َلُه ِفْي َأَث ِه َفْلَيِص ْل‬،‫َم ْن َأَح َّب َأْن ُيْبَس َط َلُه ِفْي ْز ِقِه‬
‫ِر‬ ‫ِر‬

“Barangsiapa yang suka untuk dilapangkan rizkinya dan diakhirkan usianya


(dipanjangkan umurnya), hendaklah ia menyambung silaturrahim.” (HR. al-Bukhari).

Ini adalah sebab yang sangat utama dalam membuka pintu-pintu rezeki. Karena kita
korbankan waktu dan harta kita untuk menyambung silaturahmi. Kita berikan hadiah
kepada kedua orang tua kita. Kepada karib kerabat. Kepada kakak, adik, paman, bibi,
dan kerabat dekat lainnya. Kita hubungi dan telepon mereka. Ini semua adalah sebab-
sebab yang dapat membuka pintu rezeki.

Betapa banyak orang yang sukses di dunia. Siapapun dia; seorang da’ikah, seorang
dokter, wirasuahawan, dll. Dia sukses. Ternyata rahasianya adalah dia menyambung
silaturahmi.

Sebab lainnya adalah memerintahkan anak dan istri untuk mengerjakan shalat. Allah
ta’ala berfirman,

‫َل اَل َن َأُلَك ْز ًق َّن ُن َن ُز ُقَك ْل ُة َّتْق ٰى‬


‫ۗ َو ا َع اِقَب ِلل َو‬ ‫َو ْأُمْر َأْه َلَك ِبالَّص اَل ِة َو اْص َط ِبْر َع ْيَه ا ۖ ْس ِر ا ۖ ْح ْر‬

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki
kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” [Quran Thaha:
132].

Perintahkan istri dan anak-anak kita untuk mengerjakan shalat. Perhatikan shalat
mereka. Tatkala kita sedang bekerja, atau sedang bersafar, kita telepon istri kita, kita
telepon anak kita, kita cek apakah mereka sudah mengerjakan shalat atau belum. Kita
ingatkan mereka akan pentingnya shalat di awal waktu. Sungguh ini adalah pintu-pintu
rezeki. Allah katakan Dia tidak meminta rezeki kepada kita, bahkan kitalah yang butuh
rezeki dari Allah.

3/9
Sungguh termasuk kelalaian dan bentuk ketidak-perhatian seorang kepala keluarga
adalah dia tidak mengingatkan atau memperhatikan apakah keluarganya sudah shalat
atau belum. Dan ini adalah pintu rezeki.

Ibadallah,

Pintu rezeki yang lainnya adalah sedekah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

‫َم ا َنَقَص ْت َص َد َقٌة ِم ْن َم اٍل‬

“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim no. 2588).

Memang, secara kasat mata seseorang yang menyedekahkan uangnya, uangnya akan
berkurang. Tapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa sedekah tidak
mengurangi harta. Kita imani sabda nabi ini. Kita benarkan beliau. Lalu, bagaimana cara
uang dan harta itu bertambah? Semuanya kita serahkan kepada Allah Ta’ala. Karena
Allah Ta’ala sendiri yang menyebut sedekah itu dengan sebutan meminjami Allah. Artinya
Allah pasti membayar pinjaman-Nya.

‫َّمن َذ ا اَّلِذي ُيْق ِر ُض اَهَّلل َقْر ًض ا َح َس ًنا َفُيَض اِع َفُه َلُه َأْض َع اًفا َك ِثيَر ًة ۚ َو اُهَّلل َيْق ِبُض َو َيْبُس ُط َو ِإَلْيِه ُتْر َج ُعوَن‬

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan
hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya
dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki)
dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” [Quran Al-Baqarah: 245].

Allah namakan sedekah dengan pinjaman, supaya hamba-hamba-Nya tahu bahwa Dia
pasti akan mengembalikan uangnya. Allah akan memberi ganti kepada-Nya. Bahkan
melipat-gandakannya. Sebagaimana ketika ada seorang yang kaya raya, mungkin suatu
waktu dompetnya tertinggal. Di sana ada kartu-kartu yang ia gunakan untuk melakukan
transaksi. Karena tertinggal ia meminjam uang dengan kita. Kita tahu ia seorang yang
kaya raya, yang tidak mungkin tidak membayar pinjamannya. Kemudian dengan yakin
kita meminjami. Saat membayar, orang tersebut akan berterima kasih, dan melebihkan
uang hutangnya.

Karena itu, seorang hamba janganlah ragu. Allah itu al-Ghani Maha Kaya, asy-Syakur
Maha Bersyukur, dan Dia al-Jawwad Maha Dermawan. Dia akan memberikan balasan
yang berlipat bagi orang yang melakukan kebaikan.

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman,

4/9
‫َقاَل اُهَّلل َتَباَر َك َو َتَع اَلى َيا اْبَن آَد َم َأْنِفْق ُأْنِفْق َع َلْيَك‬

“Allah Tabaraka wa Ta’ala: Wahai anak Adam, berinfaklah, Allah akan mengganti
infakmu.” (HR. Bukhari no. 4684 dan Muslim no. 993).

Karena itu, hendaknya seseorang berusaha menempuh cara-cara menjemput rezeki


yang sifatnya syar’i ini. Karena bisa jadi cara-cara seperti ini jauh lebih ampuh dalam
menjemput rezeki dibanding cara-cara duniawi.

‫َأُقْو ُل َه َذ ا الَقْو ِل َو َأْس َتْغ ِفُر اَهلل ِلي َو َلُك ْم َو ِلَس اِئِر الُمْس ِلِمْيَن ِم ْن ُكِّل َذ ْنٍب َفاْس َتْغ ِفُر ْو ُه َيْغ ِفْر َلُك ْم ِإَّنُه ُه َو الَغ ُفْو ُر‬

‫الَر ِح ْيُم‬.

Khutbah Kedua:

, ‫ َو َأْش َه ُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل اُهلل َو ْح َدُه اَل َش ِر ْيَك َلُه‬, ‫َاْلَح ْم ُد ِهَّلِل َع ِظ ْيِم اِإلْح َس اِن َو اِس ِع الَفْض ِل َو الُج ْو ِد َو اِالْمِتَناِن‬
‫َو َع َلى آِلِه َو َأْص َح اِبِه َأْج َم ِعْيَن َوَس َّلَم َتْس ِلْيمًا َك ِثْيًر ا‬ ‫ َو َأْش َه ُد َأَّن محمدًا َع ْبُد ُه َوَر ُس ْو ُلُه ؛ َص َّلى اُهلل َوَس َّلَم َع َلْيِه‬.

‫ ِاَّتُقْو ا اَهلل َتَع اَلى َو اْع َلُم ْو ا َأَّن َتْق َو ى اَهلل َج َّل َو َع اَل ِه َي َخ ْيُر َز اِد ُيَبِّلُغ ِإَلى‬: ‫َأَّما َبْع ُد َأُّيَه ا الُمْؤ ِم ُنْو َن ِع َباَد اِهلل‬
‫ َو َأْن َتْتَر َك‬، ‫ َأْن َتْعَم َل ِبَط اَع ِة اِهلل َع َلى ُنْو ٍر ِمَن اِهلل َتْر ُج ْو َثَو اَب اِهلل‬: ‫ َو َتْق َو ى اَهلل َج َّل َو َع اَل‬، ‫ْض َو اِن اِهلل‬
‫ِر‬
‫ َم ْعِص َيَة اِهلل َع َلى ُنْو ٍر ِمَن اِهلل َتَخ اُف ِع َقاَب اِهلل‬.

Ibadallah,

Cara lainnya agar pintu rezeki kita terbuka adalah tawakal kepada Allah. Janganlah
seseorang bertawakal kepada gaji dan penghasilannya, kepada pekerjaan dan
usahanya, kepada atasan dan pelanggannya, atau kepada perusahaan tempat dia
bekerja. Tapi berserah diri dan bertawakallah kepada Allah. Seandainya pekerjaannya
hilang, seandainya usahanya ia tinggalkan untuk menaati Allah, ia tetap yakin bahwa
rezeki datangnya dari Allah. Usaha dan pekerjaan yang dilakukan adalah sebab saja.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َلْو َأَّنُك ْم َتَتَو َّك ُلوَن َع َلى اِهَّلل َح َّق َتَو ُّك ِلِه َلَر َز َقُك ْم َك َم ا َيْر ُز ُق الَّط ْيَر َتْغُد و ِخ َم اصًا َو َتُر وُح ِبَط انًا‬

5/9
”Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan
kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari
dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad
dan selainnya).

Al-Imam Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Siapa yang mencari rezeki dengan
tawakal yang benar, dia menempuh sedikit sebab saja, maka Allah akan berikan rezeki
yang banyak kepadanya.”

Dengan demikian, yang utama untuk kita perbaiki adalah tawakal kita kepada Allah.
Harus dia yakini bahwa pemberi rezeki adalah Allah bukan manusia. Bukan makhluk.
Mereka hanyalah sebab saja.

Kemudian kiat terakhir untuk membuka pintu rezeki adalah berhusnuzhan kepada Allah.
Bersangka baik kepada-Nya.

Terlebih lagi, Allah Ta’ala sangat sayang kepada kita. Lebih sayang dari seorang ibu
kepada anaknya. Artinya hubungan cinta kasih terbesar adalah hubungan cinta kasih
antara Allah dengan hamba-hamba-Nya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ُهَّلَل َأْر َح ُم ِبِعَباِدِه ِم ْن َه ِذِه ِبَو َلِدَه ا‬.

“Allah lebih rahim kepada hamba-hamba-Nya daripada wanita ini kepada anaknya.” (HR.
Muslim).

Allah Ta’ala berfirman dalam hadits qudis

‫ َو ِإْن َظ َّن َش ًّر ا َفَلُه‬، ‫ َأَنا ِع ْنَد َظ ِّن َع ْبِدي ِبي ؛ ِإْن َظ َّن ِبي َخ ْيًر ا َفَلُه‬: ‫َقاَل اَهَّلل َع َّز َوَج َّل‬

Allah Azza wa Jalla berfirman, “Aku tergantung persangkaan hamba-Ku kepada-Ku.


Kalau ia bersangka baik kepadaku, untuknya kebaikan. Kalau ia bersangka buruk,
untuknya keburukan’.”

Betapa banyak kenikmatan yang Allah berikan kepada kita tanpa kita minta. Tanpa kita
sangka dan pikirkan. Lihatlah bagaimana kisah Nabi Musa tatkala meminta kepada Allah:

‫) َيْف َقُهوا َقْو ِلي‬27( ‫) َو اْح ُلْل ُع ْق َد ًة ِّم ن ِّلَس اِني‬26( ‫) َو َيِّس ْر ِلي َأْم ِر ي‬25( ‫َقاَل َر ِّب اْش َر ْح ِلي َص ْد ِر ي‬

28()

6/9
Berkata Musa: “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku
urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti
perkataanku.” [Quran Thaha: 25-28].

Kemudian Allah kabulkan permintaannya. Dan Allah sebutkan bahwa dulu sebelum
beliau meminta keselamatan, Allah telah memberikan keselamatan kepadanya.

‫) ْذ َأْو َح ْيَنا َلٰى ُأِّم َك َم ا ُيوَح ٰى‬37( ‫) َو َلَقْد َم َنَّنا َع َلْيَك َم َّر ًة ُأْخ َر ٰى‬36( ‫َقاَل َقْد ُأوِتيَت ُس ْؤ َلَك َيا ُموَس ٰى‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫) َأِن اْق ِذِفيِه ِفي الَّتاُبوِت َفاْق ِذِفيِه ِفي اْلَيِّم َفْلُيْلِقِه اْلَيُّم ِبالَّس اِح ِل َيْأُخ ْذ ُه َع ُد ٌّو ِّلي َو َع ُد ٌّو َّلُه ۚ َو َأْلَقْيُت َع َلْيَك‬38(

‫) ْذ َتْمِش ي ُأْخ ُتَك َفَتُقوُل َه ْل َأُد ُّلُك ْم َع َلٰى َم ن َيْك ُفُلُه ۖ َفَر َج ْع َناَك َلٰى ُأِّم َك‬39( ‫َمَح َّبًة ِّم ِّني َو ِلُتْص َنَع َع َلٰى َع ْيِني‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫َك ْي َتَقَّر َع ْيُنَه ا َو اَل َتْح َز َن ۚ َو َقَتْلَت َنْف ًس ا َفَنَّج ْيَناَك ِمَن اْلَغ ِّم َو َفَتَّناَك ُفُتوًنا ۚ َفَلِبْثَت ِس ِنيَن ِفي َأْه ِل َم ْد َيَن ُثَّم ِج ْئَت‬

41( ‫) َو اْص َط َنْع ُتَك ِلَنْف ِس ي‬40( ‫)َع َلٰى َقَد ٍر َيا ُموَس ٰى‬

Allah berfirman: “Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa”. Dan


sesungguhnya Kami telah memberi nikmat kepadamu pada kali yang lain, yaitu ketika
Kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan, Yaitu: “Letakkanlah ia (Musa)
didalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu
membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Fir’aun) musuh-Ku dan musuhnya. Dan Aku
telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu
diasuh di bawah pengawasan-Ku, (yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan,
lalu ia berkata kepada (keluarga Fir’aun): “Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang
yang akan memeliharanya?” Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang
hatinya dan tidak berduka cita. Dan kamu pernah membunuh seorang manusia, lalu Kami
selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan;
maka kamu tinggal beberapa tahun diantara penduduk Madyan, kemudian kamu datang
menurut waktu yang ditetapkan hai Musa, dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku.”
[Quran Thaha: 36-41].

Ibadallah,

Allah telah memberikan kita kenikmatan tanpa kita minta. Saat kita dalam perut ibu kita,
Allah berikan kita rezeki di dalamnya tanpa kita pinta. Kemudian kita bayi, kita diberi
rezeki tanpa kita pinta. Kemudian kita mulai tumbuh besar. Allah bekali kita dengan
berbagai kemampuan. Apakah setelah keadaan ini kita malah bersangka buruk dengan
Allah? Apakah kita mengira Dia tidak akan mencukupi kita sehingga perlu kita menempuh
cara-cara yang haram? Sungguh buruk keadaan kita apabila semakin diberikan
kemampuan, semakin kita malah bersangka buruk kepada-Nya.

Mudah-mudahan Allah Ta’ala membukakan pintu rezeki kepada kita. Dan mejadikan kita
hamba-hamba yang pandai bersyukur kepada-Nya.

7/9
‫ُأل‬ ‫َّل‬ ‫َّل ُهلل َل‬ ‫َل َأ َأ‬
‫َو اْع ُم ْو ا َّن ْص َد َق الَح ِدْيِث َكاَل ُم اِهلل‪َ ،‬و َخ ْيَر الُهَدى ُه َدى ُم َح َّمٍد َص ى ا َع ْيِه َوَس َم ‪َ ،‬و َش َّر ا ُم ْو ِر‬
‫‪ُ .‬مْح َد َثاُتَه ا‪َ ،‬و ُك َّل ُمْح َد َثٍة ِبْد ُع ٌة ‪َ ،‬و ُك َّل ِبْد َع ٍة َض اَل َلٌة ‪َ ،‬و َع َلْيُك ْم ِباْلَج َم اَع ِة َفِإَّن َيَد اِهلل َع َلى الَج َم اَع ِة‬

‫َوَص ُّلْو ا َوَس ِّلُم ْو ا َر َع اُك ُم اُهلل َع َلى ُم َح َّمِد ْبِن َع ْبِد اِهلل َك َم ا َأَمَر ُك ُم اُهلل ِبَذ ِلَك ِفي ِك َتاِبِه َفَقاَل ‪ِ ﴿ :‬إَّن اَهَّلل َوَم اَل ِئَك َتُه‬
‫ُيَص ُّلوَن َع َلى الَّن ِّي َيا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُنوا َص ُّلوا َع َلْيِه َوَس ِّلُموا َتْس ِليمًا ﴾ [األحزاب‪َ ، ]٥٦:‬و َقاَل َص َّلى اُهلل‬
‫ِب‬
‫‪َ)) .‬ع َلْيِه َوَس َّلَم ‪َ (( :‬م ْن َص َّلى َع َلَّي َص الًة َص َّلى اُهَّلل َع َلْيِه ِبَه ا َع ْش ًر ا‬

‫َالَّلُه َّم َص ِّل َع َلى ُم َح َّمٍد َو َع َلى آِل ُم َح َّمٍد َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى ِإْبَر اِه ْيَم َو َع َلى آِل ِإْبَر اِه ْيَم ِإَّنَك َح ِمْيٌد َم ِج ْيٌد ‪،‬‬
‫َو َباِر ْك َع َلى ُم َح َّمٍد َو َع َلى آِل ُم َح َّمٍد َك َم ا َباَر ْك َت َع َلى ِإْبَر اِه ْيَم َو َع َلى آِل ِإْبَر اِه ْيَم ِإَّنَك َح ِمْيٌد َم ِج ْيٌد ‪َ .‬و اْر َض‬

‫الَّلُه َّم َع ِن الُخ َلَفاِء الَّر اِش ِدْيَن َاَأْلِئَّم َة الَم ْهِد ِيْيَن ؛ َأِبْي َبْك ِر الِّص ِّد ْيِق ‪َ ،‬و ُع َمَر الَفاُر ْو ِق ‪َ ،‬و ُع ْثَم اَن ِذْي الُنْو َر ْيِن ‪،‬‬
‫َل‬ ‫َت‬ ‫َّت‬ ‫َأ‬ ‫َّل‬ ‫َأ‬
‫َو ِبْي الَح َس َنْيِن َع ِلٍّي ‪َ ,‬و اْر َض ال ُه َّم َع ِن الَّص َح اَبِة ْج َم ِعْيَن َو َع ِن ال اِبِعْيَن َوَم ْن ِبَع ُه ْم ِبِإْح َس اٍن ِإ ى َيْو ِم‬
‫‪.‬الِّد ْيَن ‪َ ،‬و َع َّنا َمَع ُه ْم ِبَم ِّنَك َو َك َر ِم َك َو ِإْح َس اِنَك َيا َأْك َر َم اَألْك َر ِمْيَن‬

‫َالَّلُه َّم َأِع َّز اِإلْس اَل َم َو الُمْس ِلِمْيَن ‪َ ،‬الَّلُه َّم َأِع َّز اِإلْس اَل َم َو الُمْس ِلِمْيَن ‪َ ،‬الَّلُه َّم َأِع َّز اِإلْس اَل َم َو الُمْس ِلِمْيَن ‪َ ،‬الَّلُه َّم اْنُص ْر‬
‫َم ْن َنَص َر ِدْيَنَك َو ِك َتاَبَك َو ُس َّنَة َنِبِّيَك ُم َح َّمٍد َص َّلى اُهلل َع َلْيِه َوَس َّلَم ‪َ ،‬الَّلُه َّم اْنُص ْر ِإْخ َو اَنَنا الُمْس ِلِمْيَن‬
‫الُمْس َتْض َع ِفْيَن ِفي ُكِّل َم َك اٍن ‪َ ،‬الَّلُه َّم اْنُص ْر ُه ْم ِفي َأْر ِض الَش ا َو ِفي ُكِّل َم َك اٍن ‪َ ،‬الَّلُه َّم ُك ْن َلَنا َو َلُه ْم َح اِفظًا‬
‫ِم‬
‫‪َ،‬و ُمِعْيًنا َو ُم َس ِّد دًا َو ُمَؤِّيًد ا‬

‫َالَّلُه َّم َو اْغ ِفْر َلَنا ُذ ُنَبَنا ُك َّلُه ؛ ِد َّقُه َو ِج َّلُه ‪َ ،‬أَّو َلُه َو آِخ َر ُه‪ِ ،‬س َّر ُه َو َع َّلَنُه ‪َ ،‬الَّلُه َّم اْغ ِفْر َلَنا َو ِلَو اِلَدْيَنا َو ِلْلُمْس ِلِمْيَن‬

‫َو الُمْس ِلَم اِت َو الُمْؤ ِمِنْيَن َو الُمْؤ ِم َناِت َاَأْلْح َياِء ِم ْنُه ْم َو اَأْلْم َو اِت ‪َ .‬الَّلُه َّم ِإَّنا َنْس َأُلَك ُح َّبَك ‪َ ،‬و ُح َّب َم ْن ُيِح ُّبَك ‪َ ،‬و ُح َّب‬
‫الَعَم َل اَّلِذْي ُيَقِّر ُبَنا ِإَلى ُح ِّبَك ‪َ .‬الَّلُه َّم َز ِّيَّنا ِبِز ْيَنِة اِإلْيَم اِن َو اْج َع ْلَنا ُه َداَة ُمْه َتِدْيَن ‪َ .‬الَّلُه َّم َأْص ِلْح َذ اَت َبْيِنَنا َو َأِّلْف‬

‫َبْيَن ُقُلْو ِبَنا‪َ ،‬و اْه ِد َنا ُس ُبَل الَّس اَل ِم ‪َ ،‬و َأْخ ِر ْج َنا ِمَن الُظ ُلَم اِت ِإَلى الُّنْو ِر ‪َ .‬الَّلُه َّم آِت ُنُفْو َس َنا َتْق َو اَه ا‪َ ،‬و َز ِّك َه ا َأْنَت‬
‫َذ‬ ‫ًة‬ ‫ًة‬ ‫َأ‬ ‫َّك‬
‫‪َ.‬خ ْيَر َم ْن َز اَه ا‪ْ ،‬نَت َو ِلُّيَه ا َوَمْو اَل َه ا‪َ .‬ر َّبَنا آِتَنا ِفي الُّدْنَيا َح َس َن َو ِفي اآلِخ َر ِة َح َس َن َو ِقَنا َع اَب الَّناِر‬

‫‪8/9‬‬
‫عباد اهلل‪ِ( ،‬إَّن اَهَّلل َيْأُمُر ِباْلَع ْد ِل َو اِإلْح َس اِن َو ِإيَتاِء ِذي اْلُقْر َبى َو َيْنَه ى َع ْن اْلَفْح َش اِء َو اْلُمنَك ِر َو اْلَبْغ ِي َيِع ُظ ُك ْم‬
‫َلَع َّلُك ْم َتَذ َّك ُر وَن * َو َأْو ُفوا ِبَع ْهِد اِهَّلل َذ ا َع اَه ْد ُتْم َو ال َتنُقُض وا اَألْيَم اَن َبْع َد َتْو ِكيِدَه ا َو َقْد َج َع ْلُتْم اَهَّلل َع َلْيُك ْم َك ِفيًال‬
‫ِإ‬
‫ِإَّن اَهَّلل َيْع َلُم َم ا َتْف َع ُلوَن ) [النحل‪َ ،]91-90:‬فاْذُك ُر ْو ا اَهلل َيْذُك ْر ُك ْم ‪َ ،‬و اْش ُك ُر ْو ُه َع َلى ِنَع ِمِه َيِز ْد ُك ْم ‪َ ،‬و َلِذ ْك ُر اِهلل‬
‫‪َ.‬أْك َبُر ‪َ ،‬و اُهلل َيْع َلُم َم ا َتْص َنُع ْو َن‬

‫‪Oleh tim KhotbahJumat.com‬‬


‫‪Artikel www.KhotbahJumat.com‬‬

‫‪9/9‬‬

Anda mungkin juga menyukai