Anda di halaman 1dari 6

KHUTBAH

Khutbah Jumat: Tiga Hakikat


dalam Ibadah Zakat
Muhammad Faizin  Kamis, 28 April 2022 | 16:00 WIB

Materi khutbah Jumat kali ini memaparkan tentang hakikat zakat


sebagai wujud totalitas kecintaan kita kepada Allah swt. Zakat juga
memiliki esensi makna sebagai ikhtiar untuk membersihkan diri
dari berbagai sifat negatif khususnya sifat kikir atau pelit. Selain
itu, zakat juga adalah wujud syukur atas nikmat yang  telah
dikaruniakan kepada kita.

Baca juga: Kumpulan Khutbah Bulan Ramadhan

Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul " Khutbah Jumat: Tiga
Hakikat dalam Ibadah Zakat". Untuk mencetak naskah khutbah
Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau
bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
(Redaksi)

Khutbah I

‫ َوالَّص لَاُة َوالَّس لَاُم َعَلى‬،‫ َوِبِه َنْس َتِعْيُن َعَلى ُأ ُمْوِر الُّد ْنَيا َوالِّدْيِن‬،‫اْل َحْمُد لله َرِّب اْلَعاَلِمْيَن‬

‫ َنِبِّيَنا ُم َّمَح ٍد صلى الله عليه وسلم َوَعَلى آِلِه َوَأ ْص َحاِبِه َوالَّت اِبِعْيَن‬،‫َأ ْشَرِف ْالَأ ْنِبَياِء َواْلُمْرَس ِلْيَن‬

‫ َاْشَهُدَاْن لَاِالَه ِالَّا الله َوْحَده لَاَشِرْيَك َلُه الَمِلُك‬،‫َوَمْن َتِبَعُهْم ِإِب ْح َساٍن ِإ لَى َيْوِم الِّدْيِن‬

‫ َاَّم ا َبْعُد َفَياَأ ُّي َها‬.‫ َوَاْشَهُدَاَن َسِّيَدَنا ُم َّمَح ًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُلُه الَّص اِدُق اْلَوْعِد ْالَأ ِمْين‬.‫ْالَحُّق ْالُمِبْين‬

‫ َفَقاَل اللُه َتَعاَلى َوَأ ِقيُمو۟ا‬.‫ْوُت َّلِا ا َوَأ ْنُتْم ُمْس ِلُمْوَن‬
‫ ِاَّت ُقوا اللَه َحَّق ُتَقاِتِه َوَلا َتُم َّن‬.‫اْل َحاِضُرْوَن‬

‫ َصَدَق الله الَعِظْيم‬.‫ٱلَّص َلٰوَة َوَءاُتو۟ا ٱلَّزَك ٰو َة َوٱْرَكُعو۟ا َمَع ٱلَّٰرِكِعيَن‬.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,


Discover Facebook Marketplace
Alhamdulillahirabbilalamin
Whether you're browsing or have something in, mind,
menjadi kalimathas
Marketplace yang
it all.sudah sepatutnya
VISIT SITE
Facebook® kita ucapkan pada keseharian hidup kita, khususnya kita
ungkapkan pada kesempatan kali ini, sebagai wujud syukur atas
karunia nikmat Allah swt yang tiada tara. Kita harus menjadi
hamba yang tahu diri dan tidak melupakan hakikat dari
diciptakannya kita ke dunia ini. Semua ini tiada lain hanya untuk
beribadah kepada Allah swt. Dan syukur menjadi bagian dari
ibadah itu sendiri.

Pada Jumat kali ini mari kita juga terus mengencangkan dan
menguatkan iman dan takwa kita kepada Allah swt dengan
meyakini bahwa Allah lah yang paling berkuasa atas hidup dan
kehidupan kita di dunia. Mari berjuang sekuat tenaga untuk
menjalankan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala
larangan-Nya. Mudah-mudahan kita termasuk golongan orang
yang bersyukur, beriman dan bertakwa sehingga kita akan menjadi
orang yang mulia di sisi Allah swt.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,


Pada kesempatan Jumat kali ini, khatib mengajak kita semua untuk
merenungi makna dan hakikat dari ibadah zakat yang pada bulan
Ramadhan, khususnya di akhir bulan suci ini, senantiasa menjadi
bahan diskusi, kajian, dan materi perbincangan hangat umat Islam.
Selain mempelajari definisi dan pernak pernik pengamalan rukun
Islam yang ketiga ini, sepatutnya kita juga mengetahui hakikat
ibadah zakat yang kita lakukan. Hal ini agar kita tahu dan sadar
bahwa hakikat beribadah adalah bukan hanya sekadar
menggugurkan kewajiban, namun semua itu merupakan sebuah
kebutuhan yang akan membawa dampak positif bagi kehidupan
kita.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,


Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 56:

‫ َوَأ ِقيُموْا ٱلَّص َلٰوَة َوَءاُتوْا ٱلَّزَك ٰو َة َوَأ ِطيُعوْا ٱلَّر ُسوَل َلَعَّل ُكۡم ُتۡرَحُموَن‬ 

Artinya, “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatlah


kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.”

Dalam ayat ini, jelas disebutkan bahwa ibadah zakat merupakan


sebuah perintah. Sebagai makhluk dan hambanya, perintah yang
diberikan Allah kepada kita menunjukkan sebuah kewajiban yang
wajib dipatuhi dan dikerjakan. Jika menjalankan shalat adalah
kewajiban yang memiliki dimensi vertikal yakni sebuah kepatuhan
untuk memenuhi hak Allah swt dengan menyembah-Nya, maka
kewajiban zakat memiliki dua dimensi ibadah. Selain dimensi
vertikal sebagai kewajiban kepada Allah, zakat juga memiliki
dimensi horizontal dalam bentuk memberikan harta yang dimiliki
karena di dalamnya terdapat hak-hak orang lain.

Dalam menunaikannya, zakat juga bukan hanya sekadar


memberikan bagian harta dan setelah itu selesai kewajiban kita.
Namun di situ terdapat aturan dalam pengeluarannya dan sudah
ditentukan besaran harta yang harus dikeluarkan. Ini lah kemudian
yang menjadikan zakat disebut masuk dalam kategori ibadah
maliyyah (ibadah kehartaan).

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,


Dalam kitab Ihya ‘Ulumiddin, Imam  al-Ghazali menjelaskan tiga
hakikat makna dan tujuan dari kewajiban berzakat. Pertama,
mengeluarkan zakat mampu menjadi wujud totalitas kecintaan kita
kepada Allah swt. Totalitas dalam mencintai akan memunculkan
komitmen kuat untuk tidak akan menduakan yang kita cintai.
Keterkaitan dengan ke-Esa-an Allah, maka zakat akan semakin
menyempurnakan keimanan kita untuk tidak akan menduakan
Allah dan menguatkan bahwa Dia lah satu-satunya yak berhak
untuk disembah.

‫ لَاّٰلُه الَّص َمُد َلْم َيِلْد َوَلْم ُيْوَلْۙد َوَلْم َيُكْن َّلٗه ُكُفًوا َاَحٌد‬ ‫ُقْل ُهَو الّٰلُه َاَحٌۚد‬

Artinya: "Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.


Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan
tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan
Dia." (QS Al-Ikhlas: 1-4)

Imam al-Ghazali menyebutkan bahwa semakin tinggi derajat


manusia di sisi Allah maka akan semakin besar rasa cinta kepada
Allah. Ketika cinta sudah kuat, maka ia akan rela untuk
memberikan apa yang dicintainya untuk jalan menuju Allah swt.
Termasuk harta yang merupakan materi paling digandrungi dan
dicintai oleh manusia ketika hidup di dunia. Sehingga esensi dari
zakat adalah melepaskan hal yang dicintai untuk mengukuhkan
ketauhidan kepada Allah swt.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,


Hakikat zakat kedua menurut Imam al-Ghazali adalah sebagai
ikhtiar untuk membersihkan diri dari berbagai sifat negatif
khususnya sifat kikir atau pelit. Sifat buruk ini bisa diobati dengan
membiasakan diri membantu orang lain dengan harta yang kita
miliki, khususnya melalui zakat. Imam al-Ghazali pun
menarasikannya dengan kalimat: “Kecintaan terhadap sesuatu,
hanya bisa diobati dengan cara memaksa untuk berpisah darinya,
sampai menjadi sebuah kebiasaan.”

Kita juga sebenarnya tak perlu khawatir jika ketika memberikan


harta kepada orang lain kemudian harta kita akan berkurang. Pada
hakikatnya, orang yang memberikan hartanya untuk hal-hal yang
diperintahkan oleh Allah akan dilipat gandakan lebih dari yang ia
berikan. Allah berfirman:

‫َمَثُل اَّلِذْيَن ُيْنِفُقْوَن َاْمَواَلُهْم ِفْي َس ِبْيِل الّٰلِه َكَمَثِل َحَّب ٍة َاْۢنَبَتْت َسْبَع َس َناِبَل ِفْي ُكِّل ُسْۢنُبَلٍة‬
‫ِّماَئُة َحَّب ٍةۗ َوالّٰلُه ُيٰض ِعُف ِلَمْن َّيَشۤا ُءۗ َوالّٰلُه َواِسٌع َعِلْيٌم‬

Artinya: “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di


jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai,
pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi
siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”

Ketiga, zakat yang kita keluarkan pada hakikatnya adalah sebagai


wujud syukur atas nikmat dari Allah swt. Perlu kita sadari bahwa
Allah telah memberikan kita nikmat anggota badan yang harus kita
syukuri dengan wujud ibadah badaniyyah, seperti shalat dan ibadah
sejenisnya. Selain itu juga Allah telah memberikan nikmat memiliki
harta benda yang cara mensyukuri adalah dengan ibadah maliyyah
yakni dengan mengeluarkan zakat, infak, atau sedekah.

Lebih dari itu, Imam al-Ghazali pun menyebut bahwa zakat juga
bukan sebatas bentuk syukur. Tetapi juga wujud kepedulian dan
kasih sayang terhadap orang lain khususnya yang membutuhkan
uluran tangan kita. Dengan kepedulian ini, kita kemudian akan bisa
menjadi jiwa-jiwa yang bisa memberi manfaat pada orang lain.
Rasulullah bersabda:

‫َخْيُر الناِس َأ نَفُعُهم ِللَّن اِس‬


Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi
orang lain.” (HR Imam Thabrani)

Tiga hakikat zakat menurut Imam al-Ghazali ini, cukup kiranya


mampu mendewasakan cara kita dalam berzakat. Mari niati
berzakat bukan sebatas menggugurkan kewajiban namun lebih dari
itu, zakat yang kita tunaikan harus mampu mewujdukan nilai-nilai
luhur yang perlu ditanamkan dalam dalam diri kita.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,


Dari tiga hakikat berzakat ini kita berharap bisa lebih meresapi
ibadah zakat yang kita tunaikan sehingga manisnya ibadah yang
kita lakukan akan lebih terasa. Ketika nikmat ibadah bisa kita
rasakan, maka otomatis akan semakin menambah rasa kerinduan
untuk terus melakukannya. Ibadah dan aktivititas apapun yang
dilakukan bukan atas dasar keterpaksaan, pasti akan maksimal
hasilnya. Sebaliknya, ibadah atau pekerjaan yang dilakukan atas
dasar keterpaksaan dan sebatas menggugurkan kewajiban saja maka
akan jauh dari hasil yang diharapkan. Semoga kita bisa menjadi
insan yang ikhlas dalam menjalankan perintah-perintah Allah dan
masuk ke dalam golongan orang-orang yang dicintai-Nya.

‫باَرَك اللُه ِلْي َوَلُكْم ِفي اْلُقْرٰاِن اْلَعِظْيِم َوَنَفَعِني َوِاَّي اُكْم ِبَما ِفْيِه ِمَن اْلٰاَياِت َوالِّذْكِر اْل َحِكْيِم‬
‫ َوَأ ْس َتْغِفُر اللَه اْلَعِظْيَم ِلْي َوَلُكْم َوِلَساِئِر‬.‫َوَتَقَّب َل ِمِّنْي َوِمْنُكْم ِتَلاَوَتُه ِاَّن ُه ُهَو الَّس ِمْيُع اْلَعِلْيُم‬

‫اْلُمْس ِلِمْيَن َواْلُمْس ِلَماِت َفَيا َفْوَز اْلُمْس َتْغِفِر ْيَن َوَيا َن َجاَة الَّت اِئِبْيَن‬

Khutbah II

 ‫ َوالَّص َلاُة َوالَّس َلاُم َعٰلى َس ِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َخْيِر‬. ‫َاْل َحْمُد للِه اَّلِذْي َأ ْنَعَمَنا ِبِنْعَمِة اْلِاْيَماِن َواْلِاْس َلاِم‬

‫ َأ ْشَهُد َاْن َلا ِاٰلَه َّلِا ا اللُه اْلَمِلُك اْلُقُّد ْوُس الَّس َلاُم‬. ‫ َوَعٰلى ٰاِلِه َوَأ ْص َحاِبِه اْلِكَراِم‬. ‫اْلَأ َناِم‬
.‫َوَأ ْشَهُد َاَّن َسِّيَدَنا َوَحِبْيَبَنا ُم َّمَح ًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُلُه َصاِحُب الَّش َرِف َواْلِإ ْحِتَراِم َأ َّم ا َبْعُد‬
‫ َفَقاَل اللُه َتَعاَلى ِاَّن اللَه َو‬.‫َفَياَأ ُّي َها الَّن اُس ُأ ْوِصْيُكْم َوَنْفِسْي ِبَتْقَوى اللِه َفَقْد َفاَز اْلُمَّت ُقْوَن‬
‫َمَلاِئَكَتُه ُيَص ُّل ْوَن َعَلى الَّن ِبِّي ٰيَأ ُّي َها اَّلِذْيَن ٰأَمُنْوا َص ُّل ْوا َعَلْيِه َو َس ِّلُمْوا َتْس ِلْيًما‬.

‫لَاّٰلُهَّم َص ِّل َوَسِّلْم َعٰلى َس ِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َو َعٰلى ٰأِل َس ِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َك َما َص َّل ْيَت َعٰلى َس ِّيِدَنا ِاْبَراِهْيَم‬
‫َوَباِرْك َعٰلى َس ِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َوَعٰلى ٰاِل َس ِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َك َما َباَرْك َت َعٰلى َس ِّيِدَنا ِاْبَراِهْيَم َوَعٰلى ٰاِل‬
‫َس ِّيِدَنا ِاْبَراِهْيَم ْفي اْلَعاَلِمْيَن ِاَّن َك َحِمْيٌد َمِجْيٌد لَاّٰلُهَّم َواْرَض َعِن اْل ُخَلَفاِء الَّر اِشِدْيَن‪َ .‬وَعْن‬
‫‪َ.‬اْص َحاِب َنِبِّيَك َاْج َمِعْيَن‪َ .‬والَّت اِبِعْبَن َوَتاِبِع الَّت اِبِعْيَن َو َتاِبِعِهْم ِاٰلى َيْوِم الِّدْيِن‬

‫َّن‬ ‫ّٰل َّم‬ ‫ّٰل َّم‬


‫لَا ُه اْغِفْر ِلْلُمْس ِلِمْيَن َواْلُمْس ِلَماِت َواْلُمْؤِمِنْيَن َواْلُمْؤِمَناِت ‪ .‬لَا ُه اْدَفْع َع ا اْلَغَلاَء َواْلَوَباَء‬
‫َوالَّط اُعْوَن َواْلَاْمَراَض َواْلِفَتَن َما َلا َيْدَفُعُه َغْيُرَك َعْن َبَلِدَنا ٰهَذا ِاْنُدْوِنْيِس َّي ا َخاَّص ًة َوَعْن‬
‫َساِئِر ِبَلاِد اْلُمْس ِلِمْيَن َعاَّم ًة َيا َرَّب اْلَعاَلِمْيَن‪َ .‬رَّب َنا ٰاِتَنا ِفي الُّد ْنَيا َحَسَنًة َو ِفي اْلٰاِخَرِة َحَسَنًة‬
‫َو ِقَنا َعَذاَب الَّن اِر‬

‫ِعَباَد اللِه ِاَّن اللَه َيْأ ُمُر ِباْلَعْدِل َواْلِاْح َساِن َوَيْنَه ى َعِن اْلَفْح َشاِء َواْلُمْنَكِر‪َ .‬يِعُظُكْم َلَعَّل ُكْم‬
‫َتَذَّك ُرْوَن‪َ .‬فاْذُكُروا اللَه اْلَعِظْيَم َيْذُكْرُكْم‪َ .‬و اْش ُكُرْوُه َعٰلى ِنَعِمِه َيِزْدُكْم‪َ .‬وَلِذْكُر اللِه َاْك َبُر‬

‫‪H Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu,‬‬


‫‪Lampung‬‬

‫‪Baca Juga:‬‬
‫?‪Khutbah Jumat: Bagaimana Mengisi Jelang Akhir Ramadhan‬‬

‫‪TAGS:‬‬ ‫‪khutbah‬‬ ‫‪khutbah jumat‬‬ ‫‪hakikat‬‬ ‫‪zakat‬‬

Anda mungkin juga menyukai