Anda di halaman 1dari 9

1

Ujian Amal Seorang Hamba

Alhamdulillahil Ladzii Hadana lihadza


wamakunna linahtadiya Lauwla an hadanalloh
inna hudalloohi huwal huda.

Wa Asyhadu aLLa iLLaha ilaLLaah


Wa asyhadu anna muhammadan ‘Abduhu wa Rosuluh

Allohumma Sholli ‘ala Muhammadin wa ’Ala Alihi wa Shohbihi Ajma’iin

Amma Ba’du

FAYAA ‘IBADALLOOHI UUSIKUM WANAFSII BITAQWALLOOH


ITTAQULLOOHA HAQQO TUQOOTIHI
WALAA TAMUUTUNNA ILLA WA ANTUM MUSLIMUUN

Qolalloohu ta’ala fiil Qur-anil kariim. A’udzubillahiminasyaitonir rojiim

Jamaah Jum’at Rahimakullah

Kita bersyukur kepada Allah ta’ala atas segala limpahan nikmat dan karunianya.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi agung Muhammad dan, keluarga
juga siapapun yang mengikuti sunahnya hingga akhir zaman.

Tak lupa, kami sampaikan wasiyat takwa kepada hadirin semuanya,


marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah ta’ala.
Haqqo tuqotih dengan sebenar-benar taqwa, menjalankan perintah
dan meninggalkan larangan-Nya

Jamaah Jum’at Rahimakullah

Suatu ketika Ibrahim bin Adham, seorang sufi besar pada zamannya
mengadakan satu perjalanan.
Ketika sampai di satu tempat,
tiba-tiba Ibrahim bin Adham ingin membuang hajat.
Maka BELIAU singgah ke satu tempat semacam toilet di zaman sekarang.
2

Saat hendak memasuki ruangan toilet tersebut, penjaga toilet meminta bayaran kepada
Ibrahim bin Adham.
Ketika ditarik bayaran oleh si penjaga, Ibrahim bin Adham terdiam
dan matanya berkaca-kaca
disertai tangisan.

Sang penjaga pun bertanya: “Wahai tuan, kenapa tuan menangis?.


Apakah tuan tidak punya uang untuk membayar toilet ini?.
Kalaumemang tuan tidak memiliki uang,
baiklah khusus untuk tuan gratis
tidak perlu membayar.

Mendengar perkataan penjaga toilet tersebut Ibrahim bin Adham berkata,


“Kalau untuk masuk ke tempat sehina ini saja kita harus membayar,
bagaimana kita minta gratis
untuk masuk surganya Allah
yang sudah jelas penuh dengan kenikmatan dan keindahan?.
Akankah kita mampu untuk membayarnya?

Jamaah Jum’at Rahimakullah

Kita sering menerapkan prinsip ekonomi dalam kehidupan,


yaitu mengeluarkan modal sekecil-kecilnya
untuk mendapatkan untung atau mendapatkan hasil sebesar-besarnya.

Tetapi terkadang kita menerapkan prinsip ekonomi ini


bukan hanya untuk tujuan-tujuan dunia
misalnya ketika kita berdagang atau dalam pekerjaaan,
dalam meraih kekuasaan,
dalam politik dan sebagainya.

Tetapi banyak di antara kita yang menerapkan prinsip ekonomi ini


untuk tujuan akhirat
yakni meraih surga.

Sodaqoh’e gak patek akeh njaluk surgo.


Jarang salat berjamaah, berharap surga.
Membaca al-Quran hanya setahun sekali di bulan Ramadan,
hanya beberapa lembar saja
dan tidak pernah khotam
sudah meminta surga.
3

MemangRasullullah menjamin :

“Semua ummatku akan masuk surga, kecuali orang-orang yg enggan.

Sahabat bertanya:
‘siapa orang-orang yang enggan itu ya rasulullah?’

Rasululloh menjawab:
‘barangsiapa yang taat kepadaku, maka dia akan masuk surga.
Dan barangsiapa yang durhaka kepada ku, dia lah orang-orang yg enggan.”

Jamaah Jum’at Rahimakullah

Tetapi
pantaskah kita untuk meraih surga dengan modal sekecil-kecilnya
dan seminim mungkin.
Sementara orang sekaliber Abu Nawas, seorang sufi,
merasa tidak pantas masuk surga. sebagaimana dikatakan dalam syairnya,

‫اِل‬

ILAA HILAS TULIL FIRDAUS SI AHLAA,


WA LAA AQWAA ‘ALAN NARIL JAHIIMI

“Wahai tuhan kami, tidaklah pantas saya masuk surga


dan tidak pula kuat jika harus masuk neraka.”

Jamaah Jum’at Rahimakullah

Punya modal besar apakah kita untuk masuk syurga?


SEMENTARA
Orang orang yang punya modal besar sekalipun ,
Belum tentu bisa dengaan mudah masuk surga.

Dikisahkan di dalam sebuah riwayat, kelak akan dihadapkan kepada Allah tiga orang.
 Yang pertama adalah orang yang mati syahid,
 yang kedua adalah orang yang alim,
4

 dan yang ketiga adalah orang kaya yang banyak sedekah.

Dipanggillah orang pertama


dan ditunjukkan berbagai macam nikmat.
Dan di tanya : “Wahai syahid, apakah engkau tahu nikmat-nikmat ini?.
Si syahid pun menjawaB : “Hamba tahu ya Allah nikmat nikmat itu”.
“Lalu apa yang telah kau amalkan dengan nikmat-nikmat itu?, tanya Allah.

“Ya allah, dengan nikmat-nikmat itu hamba berjuang,


hamba berperang melawan kaum musyrikin kaum kafirin,
sehingga hamba terbunuh di medan perang.
Semua itu hamba lakukan karena mencari ridho-Mu ya Allah”,

Allah berfirman : “Kamu bohong!


Bukankah semua itu engkau lakukan karena engkau ingin disebut sebagai pemberani?
Bukankah engkau melakukan itu karena engkau ingin disebut sebagai pahlawan?
Dan engkau sudah mendapatkan gelar itu”.

Maka diperintahkan malaikat untuk menimbang amal-amal si syahid tersebut.


Kemudian menyeretnya menuju ke neraka.
Na’udzubillah
tsumma na’udzubillah.

Kemudian didatangkan orang kedua.


Kepada si alim ditunjukkan berbagai nikmat.
Dan si orang alim ditanya : ”Wahai alim, apakah engkau mengenal nikmat-nikmat ini?”.
“Ya Allah, hamba mengenal nikmat-nikmat itu”, jawabnya.

“Lalu apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?”, tanya Allah.
“Ya Allah dengan nikmat-nikmat itu hamba belajar,
membaca Al-Quran,
menghafalkan, dan mengajarkannya kepada orang lain.
Semua itu hamba kerjakan demi mencari ridho-Mu ya Allah”,

Allah berfirman, “Kamu bohong!


Bukankah semua itu kau lakukan karena engkau ingin dipuji,
ingin disebut sebagai seorang qori?
Dan kau sudah mendapatkan gelar itu.

Maka ditimbanglah amal orang alim tersebut dan malaikat diperintah untuk menyeretnya
menuju ke neraka.
Nau’dzubillah
5

tsumma nau’dzubillah.

Berlanjut orang ketiga, orang kaya yang banyak sedekah.


Kepada si kaya tersebut juga ditanya : “Wahai Fulan, apakah kau mengerti nikmat-nikmat ini?”.
Ia menjawab, “Ya Allah,hamba mengerti nikmati-nikmat itu”.
“Lalu apa yang kau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?”, tanya Allah.
“Ya Allah, dengan nikmat-nikmat itu hamba banyak bersedekah,
meyumbang pembangunan masjid musholla, dan madrasah.
Hamba juga menyantuni kaum duafa, fakir miskin dan anak-anak yatim.
Semua itu hamba lakukan karena engkau ya Allah”, jawabnya.

Allah berfirman, “Kamu bohong!


Bukankah semua itu engkau lakukan karena engkau ingin disebut sebagai dermawan?
Dan engkau sudah mendapatkan gelar itu.

Maka ditimbanglah amal orang kaya tersebut dan malaikat diperintahkan untuk menyeretnya
menuju neraka.
Nau’dzubillah
tsumma nau’dzubillah.

Jamaah Jum’at Rahimakullah

Orang yang modalnya besar seperti orang yang mati syahid,


orang yang alim
dan orang kaya yang dermawan saja….
tidak dengan mudah bisa masuk ke dalam surga.
Lalu bagaimana dengan kita ini?.

Maka saya mengajak kepada diri saya sendiri khususnya


dan pada para jamaah semua umumnya,
untuk semakin meningkatkan intensitas
dan mencari bekal sebanyak banyaknya
dengan dasar niat yang ikhlas.

‫الزا ِد ال َّت ْق َوى‬


َّ َ‫َف َت َز َّود ُْوا َفِإنَّ َخيْر‬

FATAZAW-WADUU
FA INNA KHOIROZ-ZADIT-TAQWA

“Carilah bekal oleh mu,


maka sebaik-baik bekal adalah ketakwaan”.
6

Jamaah Jum’at Rahimakullah


Bukankah kita ini diperintah untuk beribadah
sesuai dengan firman Allah:
َ ‫مآ ُأ ِم ُر ْوﺁ ِإاَّل ِليَعْ ُب ُد‬
َ ُ‫هللا م ُْخلِصِ يْنَ َل ُه ال ِّديْن‬

WAMAA UMIRUU ILLA LIYA’ BUDULLOOHA


MUKHLISHINA LAHUDDIIN

“Dan tidakkah aku diperintah kecuali hanya untuk menyembah Allah


dengan memurnikan ketaatan”.

Niat yang ikhlas ini menjadi dasar.


Sekecil apapun ketidakikhalasan kita, maka pasti dihadapan Allah
semuanya akan terungkap.

Maka berbahagialah orang-orang yang ikhlas, orang-orang yang beriman dan


beramal sholeh.

‫ُمْورَ ض ُْوا َع ْنه َُذلِكَ لِمَنْ َخشِ يَ رَ َّب ُه‬ ِ ‫ت ُأولَِئكَ ُه ْم َخيْرُ ا ْلب َِر َّيةِجَ َزاُؤ ُه ْم عِ ْندَ رَ ب ِِّه ْم جَ َّنا‬
َ ‫ت َعدْ نٍ َتجْ ِريْ مِنْ َتحْ ِتهَا اَأْل ْنهَارُ َخالِ ِديْنَ فِ ْيهَا َأ َبدً ا رَ ضِ يَ هللاُ َع ْنه‬ ِ ‫ِإنَّ الَّ ِذيْنَ آ َم ُن ْوا َوعَ ِملُ ْوا الصَّالِحَ ا‬

INNALLADZIIN AAMANUU WA’AMILUSHOLIHAATI


ULAA IKAHUM KHOIRUL BARRIYAH
JAZA UHUM ‘INDA ROBBIHIM JANNATIN ‘ADNIN TAJRII MIN TAHTIHAL
ANHAARU
KHOLIDIINA FIIHA ABADAN
RODLIYALLOHU ‘ANHUM
WA RODLUU ‘ANHU DZALIKA LIMAN KHOSYIYYA ROBBAH.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal sholeh itu


adalah sebaik baik manusia.
Balasan bagi mereka disisi Tuhannya yaitu surga janatu adn,
yang mengalir dibawahnya sungai-sungai
dan mereka kekal di dalamnya.
Yang demikian ini adalah bagi orang-orang yang takut kepada Tuhannya”.

Barakallahu Lii wa lakum Fill qur’aanil Adzhiim


Wa nafa’nii Wa iyyaakum Bima fiihi minal Aayaati WaDdzikril Hakiim.
Fataqoballalloohu minna wa minkum tilawatahu,
innahu Huwas sami’ul ‘aliim.
Waqur robbighfir warham wa anta khoirur roohimiin.
.
***
7

Innal hamdalillaahi nahmaduhu wanasta’inuhu wa nastaghfiruhu


Wa na’udzubillahi min syururi afusiina
Wa min syayi ati a’malina
May yahdil lahu Falaa MudziLLallahu,
Wa may yidlill Fala hadiyalah ,

Asyhadu allaa illaaha illahllaahu Wahdahu laa syarikalahu


wa wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rosuluh

Wash-sholatu wassalamu ‘alaa muhammadin


wa’ala aalihi wa shoh bihi ajma’iin,
Amma ba’du
Innal looha wamala ikatahu yusholuna ‘alannabiyy
Yaa ayyuhal ladziina aamanu shollu ‘alaihi was sallimu taslima

Allohumma sholli ‘ala muhammadin wa’ala ali muhammad


Kamaa sholaita ‘alaa ibrohiim wa’ala aali ibrohiim
Innaka hamidum majiid

Wa barik ‘alaa muhammadin wa ‘ala aali muhammad


Kamaa barokta ‘alaa ibrohiim wa ‘ala aali ibroohim
Innaka ham-midum majiid

Allahummagh fir lilmuslimiina wal muslimaati,


wal mu’miniina wal mu’minaatil ahyaa’I minhum wal amwaati,
innaka samii’un qoriibun mujiibud da’waati.

Robbanaa laa tuaakhidznaa in nasiinaa aw akhtho’naa.


Robbanaa walaa tahmil ‘alaynaa
ishron kamaa halamtahuu ‘alalladziina min qoblinaa.

Robbana walaa tuhammilnaa maa laa thooqotalanaa bihi,


wa’fua ‘annaa / wagh fir lanaa
war hamnaa anta maw laanaa fanshurnaa ‘alal qowmil kaafiriina.

Robbana ‘aatinaa fiddunyaa hasanah


wa fil aakhiroti hasanah
wa qinaa ‘adzaabannaar.
Walhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.
8

‘Ibaadallooh
Innal looha ya’murukum bil ‘adli wa ihsaan wa iita idzil qurba
Wa yanhaa ‘anil fahsya-I wal munkar
Wal bagh ya’ithukum la’alakum tadzakaruun.

Fadzkurul Loohal ‘Aziim


Yadz Kurukum was Aluhu Min fadl lihii yu’thukum,

Wa Laa Dzikrullohi Akbaar.

------
‫‪9‬‬

‫ك ْال َم َّنانُ‬ ‫ِإنَّ َأحْ َس َن ْال َكاَل ِم َكاَل ُم ِ‬


‫هللا ْال َملِ ُ‬
‫صالِ ًحا‬ ‫َو ِب ْال َق ْو ِل َي ْه َت ُد ْالمُرْ َتض ُْو َن ‪َ .‬منْ َع ِم َل َ‬
‫ك ِبظَاَّل ٍم‬ ‫َفلِ َن ْف ِس ِه َو َمنْ َأسٓا َء َف َع َل ْي َها َو َم َ‬
‫ار ُّب َ‬
‫ٓان ْال َع ِظي ِْم‬ ‫ِ‬ ‫رْ‬ ‫ُ‬ ‫ق‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫ْ‬ ‫ي‬ ‫ف‬
‫ِ‬ ‫م‬
‫ْ‬ ‫ُ‬
‫ك‬ ‫َ‬
‫ل‬ ‫و‬‫َ‬ ‫ي‬ ‫ِ‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫هللا‬ ‫ك‬
‫َ‬ ‫ار‬‫َ‬ ‫ب‬
‫َ‬ ‫‪.‬‬ ‫د‬‫ِ‬ ‫ي‬‫ْ‬ ‫ب‬
‫لِ ِ‬
‫ع‬
‫َ‬ ‫ْ‬
‫ل‬
‫الذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬ ‫أل َي ِة َو ِّ‬‫َو َن َف َع ِنيْ َوِإيَّا ُك ْم ِم َن ْا ٓ‬
‫َو َت َق َّب َل هللاُ ِم ِّني َو ِم ْن ُك ْم ِتاَل َو َت ُه ِإ َّن ُه ه َُو ال َّس ِم ْي ُع‬
‫ْال َعلِ ْي ُم َواسْ َت ْغ ِفر ُْوا ِإ َّن ُه ه َُو ْال َغفُ ْو ُر الرَّ ِح ْي ُم‬
‫‪*Kepala Pondok Pesantren Tebuireng Putri‬‬

Anda mungkin juga menyukai