از ْال ُم َّتقُ ْو َن َ .يا َأ ُّي َها ال َّناسُ ُ ،أ ْوصِ ْي ُك ْم َوِإي َ
َّاي ِب َت ْق َوى ِ
هللا َف َق ْد َف َ
هللا َح َّق ُت َقا ِت ِه َوالَ َتم ُْو ُتنَّ ِإالَّ َوَأن ُت ْم مُّسْ لِم ُْو َن
َ .قا َل َت َعا َلىَ :يا َأيُّها َ الَّ ِذي َْن َءا َم ُنوا ا َّتقُوا َ
س َوا ِح َد ٍة َو َخ َل َق ِم ْن َها َز ْو َج َها َقا َل َت َعا َلىَ :يا َأ ُّي َها ال َّناسُ ا َّتقُ ْوا َر َّب ُك ُم الَّ ِذيْ َخ َل َق ُك ْم مِّنْ َن ْف ٍ
هللا الَّ ِذيْ َت َسآ َءلُ ْو َن ِب ِه َو ْاَألرْ َحا َم ِإنَّ
ث ِم ْن ُه َما ِر َجاالً َك ِثيْرً ا َون َِسآ ًء َوا َّتقُوا َ َو َب َّ
ان َع َل ْي ُك ْم َر ِق ْيبًا
هللا َك َ
َ .
هللا َوقُ ْولُ ْوا َق ْوالً َس ِد ْي ًدا .يُصْ لِحْ َل ُك ْم َأعْ َما َل ُك ْم َو َي ْغ ِفرْ َل ُك ْم ُذ ُن ْو َب ُك ْم
َيا َأ ُّي َها الَّ ِذي َْن َءا َم ُنوا ا َّتقُوا َ
از َف ْو ًزا َعظِ ْيمًا هللا َو َرس ُْو َل ُه َف َق ْد َف َ
َ .و َمنْ يُطِ ِع َ
2
Segenap syukur kita panjatkan kepada Allah, satu-satunya Rabb yang pantas kita sembah.
Shalawat dan salam tak lupa kita sanjungkan kepada Rasulullah, kepada keluarganya,
para shahabat dan ummatnya yang konsisten dan komitmen dengan sunnahnya.
Wasiat takwa harus senantiasa kita ingat. Agar diri kita termotivasi untuk menjalankan ketaatan dan
tergerak untuk segera meninggalkan maksiat, berharap untuk mendapatkan pahala, juga takut akan
siksa neraka.
Saat dikalahkan Nabi Musa as, para tukang sihir Fir’aun segera bertaubat.
Mereka tersungkur sujud,
dan menyatakan keimanannya di hadapan semua orang yang menyaksikannya,
termasuk Fir’aun yang sebelumnya menjadi majikannya.
demi, sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kakimu dengan bersilang secara bertimbal balik,
kemudian sungguh-sungguh aku akan menyalib kamu semuanya". (Al-A’raf :124)
Proses lunturnya iman umumnya berbeda dengan keadaan saat pertama iman datang.
Iman datang langsung meningkat tajam, tapi turun dan lapuk secara perlahan.
Bahkan seringkali pemiliknya tidak merasa kehilangan,
dan tidak pula mendeteksi terkikisnya iman sedikit demi sedikit.
Iming-iming menggiurkan di akhirat tidak lagi mampu membuat orang yang lemah iman
untuk bersegera menyambut seruan kebaikan.
Seperti keadaan orang munafik yang digambarkan oleh Nabi,
ِيه َما
ِ ُون َما ف َ صالَةٌ َأ ْث َق َل َع َلى ْال ُم َنا ِفق
َ و َيعْ َلمNْ َو َل، ِين م َِن ْال َفجْ ِر َو ْال ِع َشا ِء َ َلي
َ ْس
َأل َت ْو ُه َما َو َل ْو َحب ًْوا
“Tiada shalat yang lebih berat bagi orang munafik melebihi beratnya mereka menjalankan shalat fajar
dan isyak (dengan berjamaah),
seandainya mereka mengetahui pahala pada keduanya,
niscaya mereka akan mendatanginya, meskipun dengan merangkak.” (HR. Bukhari)
Tapi jika iman di hati telah pudar, maka kesehatan, kelonggaran waktu
dan dekatnya posisi rumah dengan masjid
masih belum dianggap kemudahan untuk mendatangi shalat jamaah.
5
Berbeda ceritanya
jika seandainya mereka dijanjikan hadiah uang 27 juta, tunai di dunia.
Pasti mereka akan rela antri dan berdesak-desakan untuk memasukinya.
Padahal 27 juta itu tak ada nilainya sama sekali
bila dibandingkan dengan nilai 27 derajat di akhirat.
Tapi, lemahnya keyakinan
menyebabkan orang enggan untuk menunaikan shalat berjamaah.
Sebagaimana dalam urusan shalat, untuk amal ketaatan yang lain pun
tak jauh beda.
Lemah iman menyebabkan seseorang menjadi bakhil untuk membelanjakan hartanya di jalan Allah.
Sebab dia tidak yakin,
jika harta yang dikeluarkan itu benar-benar akan diganti dengan yang lebih baik,
di dunia maupun di akhirat.
Belum lagi untuk urusan ketaatan yang menghajatkan pengorbanan dan resiko, Seperti berdakwah,
amar ma’ruf nahi munkar dan jihad fii sabilillah.
maka lebih berat lagi bagi mereka untuk menunaikannya.
Seperti yang diungkapkan oleh Utsman bin Affan, “Andai saja hati kita bersih,
tentu kita tak akan bosan membaca al-Qur’an.”
Subhanallah….!
6
Ketika penyakit lemah iman mulai menjalar, maka secara perlahan pula,
kepekaan seseorang terhadap dosa akan menjadi tumpul.
Penyakit ini juga menyebabkan penderitanya kehilangan imunitas, kekebalan ataupun proteksi hati
dari segala dosa.
Penyakit lemah iman tak hanya bisa diderita oleh orang awam.
Orang alim pun tak mustahil menderita penyakit ini.
Kuatnya iman seseorang tidak selalu berbanding lurus dengan banyaknya pengetahuan seseorang
terhadap ilmu syar’i.
Ada kalanya, seseorang memiliki banyak pengetahuan tentang fikih, tafsir, hadits
dan cabang-cabang ilmu lainnya,
namun dia tidak selamat dari kelemahan iman.
Padahal, jika lemah iman menjangkiti orang semacam ini,
tingkat bahayanya jauh lebih besar dari orang biasa.
Karena orang yang alim mengerti celah-celah dalil, mengetahui siasat untuk bisa berkelit darinya,
dan bisa menipu umat dengan kepandaiannya dalam berdalil.
Ketika ia melakukan perbuatan yang bertentangan dengan syariat,
ia bisa berargumen dan memelintir dalil.
Dia menjadikan sebagai dalih di hadapan orang-orang awam.
Demikianlah khutbah pada kesempatan kali ini. Semoga bermanfaat bagi khatib maupun bagi jamaah
sekalian.
Akhir kata, marilah kita berdoa semoga kita diberi kekuatan untuk
menjaga kualitas iman kita.
Diberi Kekuatan untuk mengembalikan iman kita
jika suatu saat lemah.
Dan diberi bimbingan agar iman senantiasa ada di dalam jiwa, hingga ajal menjemput kita. amin.
8
ص ْوا ِب ْال َح ِّق ِين َءا َم ُنوا َو َع ِملُوا الصَّال َِحا ِN
ت َو َت َوا َ َو ْال َعصْ ِر ِ .إنَّ اِإلن َس َ
ان َلفِي ُخسْ ٍر ِ .إالَّ الَّذ َ
صب ِْراص ْوا ِبال ََّو َت َو َ
Khutbah Kedua
آل م َُح َّم ٍد َك َمااركْ َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى ِ صلَّيْتَ َعلَى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ
آل ِإب َْرا ِه ْي َمِ ،إ َّن َ
ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌدَ .و َب ِ آل م َُح َّم ٍد َك َما َ اَللَّ ُه َّم َ
ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى ِ
َ
ارك َعلى تَ ْ َب َ
.اَللَّ ُه َّم َأ ِر َنا ْال َح َّق َح ًّقا َوارْ ُز ْق َنا ا ِّت َبا َعهَُ ،وَأ ِر َنا ْالبَاطِ َل باَطِ الً َوارْ ُز ْق َنا اجْ ِت َنا َب ُه
َ .ر َّب َنا آ ِت َنا فِي ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة َوفِي اآلخ َِر ِة َح َس َن ًة َوقِ َنا َع َذ َ
اب ال َّن ِ
ار
ِّك َربِّ ْالع َِّز ِة َعمَّا يَصِ فُ ْو َنَ ،و َسالَ ٌم َعلَى ْالمُرْ َس ِلي َْن َو ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ
ان َرب َ َر َّب َنا َهبْ لَ َنا مِنْ َأ ْز َوا ِج َنا َو ُذرِّ يَّا ِت َنا قُرَّ َة َأعْ ي ٍُن َواجْ َع ْل َنا ل ِْل ُم َّتق َ
ِين ِإ َمامًاُ .سب َْح َ
َ ْ
.ال َعال ِمي َْن