،ت أ ْع َمالِن ا ِ ونعو ُذ به ِمن ُش ر،ُ ونستغف ُره، ونستعينُه، نَحْ َم ُده،الح ْم َد هلل
ِ َو ِم ْن س يئا،ُور أنفُ ِس نَا َ إن َّ
ُ فَال هَا ِدي لَه، ْ ومن يُضْ لِل،ُض َّل لَه
ِ َم ْن يَ ْه ِده هللا فَال ُم
ورسُولُه َّ وأشه ُد،ُيك لَه
َ أن ُم َح َّمدًا ع ْب ُده ْ َأ ْشهَ ُد
َ أن ال إلَهَ إال هللاُ َوحْ َدهُ ال َش ِر
صلِّى َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َع هُدًى
َ اَللَّهُ َّم
َ ق تُقَاتِ ِه َوال تَ ُموتُ َّن ِإال َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم
ون َ يَاَأيُّهَا الَّ ِذ
َّ ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح
َّ َق ِم ْنهَا َز ْو َجهَا َوب
ث ِم ْنهُ َما ِر َجاال َكثِ يرًا َ َاح َد ٍة َو َخل
ِ س َو ٍ يَاَأيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف
ان َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًاَ ون بِ ِه َواألرْ َحا َم ِإ َّن هَّللا َ َك َ َُونِ َسا ًء َواتَّقُوا هَّللا َ الَّ ِذي تَ َسا َءل
ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَ ْوال َس ِديدًا * يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن يُ ِط ِع َ يَاَأيُّهَا الَّ ِذ
از فَ ْو ًزا َع ِظي ًما َ َهَّللا َ َو َرسُولَهُ فَقَ ْد ف
,Kaum muslimin rahimakumullah
Bertakwalah kepada Allah, dan ingatlah bahwasanya Allah memberikan kita amanah berupa harta dan
anak-anak, keduanya merupakan amanah yang berat. Namun, bagi siapa yang Allah beri taufik, maka hal
itu akan menjadi mudah untuk ditunaikan sehingga kita bisa selamat ketika Allah meminta pertanggung-
jawabannya kelak di hari kiamat.
Beban amanah ini memerlukan usaha ekstra, perhatian yang luar biasa, dan niat yang tulus dari hati kita.
Anak adalah amanah yang menjadi tanggung orang tua, mulai dari masa pertumbuhan hingga usia
mereka matang berpikir. Anak adalah amanah di pundak-pundak para ayah dan para ibu, kalau tidak
mereka jaga dengan baik, maka mereka akan termasuk orang-orang yang Allah firmankan.
“Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah
menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam
kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan
kafir.” (QS At-Taubah : 55)
Allah Ta’ala juga berfirman,
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang
merugi.” (QS. Al Munafiqun: 9)
Ayat-ayat di atas bukan berarti memerintahkan kita untuk meninggalkan anak-anak kita atau
menganjurkan kita agar memohon kepada Allah agar tidak memberikan kita anak, bukan
demikian maksudnya. Maksudnya adalah agar kita memohon kepada Allah keturunan yang baik
dan shaleh, sebagaimana permintaan Nabi Zakariya ‘alaihissalam,
“Duhai Tuhanku, berilah aku dari sisi-Mu seorang anak yang baik. Sungguh Engkau Maha
Pendengar doa.” (QS. Ali Imran: 38)
Demikian juga doa Nabi Ibrahim,
Duhai Tuhanku, anugerahkanlah bagiku (seorang anak) yang termasuk orang shalih.” (QS. Ash-
Shaffat: 100)
Tidak diragukan lagi, mengemban amanah harta dan anak adalah sesuatu yang berat kecuali
bagi orang-orang yang Allah mudahkan untuk mengembannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Setiap anak terlahir dengan fitrahnya. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi
seorang Yahudi atau seorang Nasrani atau seorang Majusi.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengatakan “atau yang membuatnya menjadi seorang
muslim” karena memang asalnya anak yang terlahir adalah Islam, yang mengubah mereka
adalah pendidikan orang tua mereka masing-masing.
Pendidikan yang buruk adalah pendidikan yang mengubah fitrah seorang anak yang muslim. Dan
yang demikian tidak terjadi kecuali di tangan kedua orang tuanya, karena anak berada di bawah
bimbingan orang tua. Orang tua bisa menjaga fitrah seorang anak sebagai fitrah yang murni,
menumbuhkembangkan mereka dalam kebaikan dan ketaatan dan orang tua juga bisa
mengubah fitrah tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
Orang tualah yang mendidik anak-anaknya menjadi baik atau buruk. Pendidikan dan tanggung
jawab tidak diartikan semata-mata memberikan kecukupan harta, makanan, minuman, pakaian,
kendaraan, dan sejenisnya. Yang dimaksud pendidikan dan tanggung jawab di sini adalah
pendidikan dan tanggung jawab keagamaan, pendidikan dan tanggung jawab bimbingan moral
yang baik dan akhlak yang terpuji, termasuk juga menjaga shalat. Allah berfirman,
“Setiap kalian adalah pemimpin dan kalian akan dipintai tanggung jawab atas apa yang kalian
pimpin. Imam adalah seorang pemimpin, dia akan dimintai tanggung jawa atas
kepemimpinannya. Pemiliki rumah adalah pemimpin di rumahnya dan dia akan dimintai tanggung
jawab atas kepemimpinannya.”
Sebagaimana kita mengarahkan anak-anak kita ke tempat pendidikan mereka, demikian juga
halnya kita semestinya mengarahkan anak-anak kita menuju masjid. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ِض َ َو َف ِّرقُوا َب ْيَن ُه ْم فِي ال َْم،وه ْم َعلَْي َها َلع ْش ِر ِ َالصال
َّ ُِم ُروا َْأوالَ َد ُك ْم ب
اج ِع ُ ُض ِرب
ْ لس ْب ِع َوا
َ ة
“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat saat mereka berusia 7 tahun, dan pukullah mereka
saat berusia 10 tahun, serta pisahkanlah tempat tidur mereka.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita agar membimbing anak-anak kita untuk
menunaikan shalat saat mereka berusia tujuh tahun. Jika lebih dari tujuh tahun, namun anak-
anak tersebut malas untuk menunaikan shalat, maka beliau memerintahkan untuk memukulnya
dengan pukulan yang mendidik. Bahkan dalam tidur pun kita bertanggung jawab terjadap anak
kita, berdasarkan sabda beliau “pisahkan tempat tidur mereka” agar mereka dewasa dan jauh
dari fitnah.
Kemudian juga pesan khatib terhadap para guru, guru juga memiliki amanah, karena para orang
tua telah menyerahkan anak-anak mereka kepada Anda selama mereka di sekolah. Ajarkanlah
mereka hal-hal yang bermanfaat, bimbing mereka agar berakhlak mulia, jelaskanlah pelajaran
hingga mereka memahami, baik pelajaran agama atau ilmu-ilmu keduniaan. Janganlah Anda
remehkan hal ini, karena ini adalah amanah.
Seorang guru bertanggung jawab atas murid-muridnya, tidak memalingkan mereka dari
kebenaran, tidak mengajarkan pemikiran yang buruk, dan meninggalkan benih-benih
permusuhan di antara mereka dan lingkungannya.
Bagi para orang tua, harus memperhatikan anaknya di luar rumah, kemana mereka pergi, siapa
teman-teman mereka, bertanya kepada guru-gurunya tentang perkembangan pelajaran dan
tingkah polahnya, bertanya kepada teman-temannya tentang keadaannya, karena mereka adalah
tanggung jawab orang tua baik di dalam maupun di luar rumah. Memang ini adalah tanggung
jawab yang besar dan berat, tapi Allah akan menolong orang tua sehingga mudah melakukannya,
selama para orang tua itu memiliki niat yang tulus.
Jika seorang anak mengetahui bahwa orang tuanya memperhatikan tingkah polah dia di luar
rumah, maka sang anak pun akan tetap menjaga perilakunya sebagaimana dia ketika di hadapan
orang tuanya. Jika sang anak mengetahui bahwa orang tuanya tidak memiliki perhatian, maka di
luar sana anak-anak kita bisa terpengaruh terhadap orang-orang yang merokok, menggunakan
narkoba, minum-minuman keras atau pemikiran-pemikiran yang rusak. Karena itu, tidak masalah
kita tanyakan tentang anak-anak kita bagaimana dia di sekolah, tidak masalah, karena kitalah
orang tua mereka yang bertanggung jawab atas mereka.
Jangan kita beralasan dengan kesibukan kita, sibuk bisnis, sibuk dengan investasi, kita
perhatikan harta dan pekerjaan kita sampai-sampai kita tidak perhatian terhadap buah hati kita.
Yakinlah! Bisnis, investasi, atau perdagangan yang tidak merugi adalah apabila anak-anak kita
tumbuh dewasa dalam pendidikan yang baik. Jika mereka rusak, maka hal itu akan menjadi
penyesalan bagi kita.
Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah dalam permasalahan anak, tunaikan amanah-amanah
kita, jika tidak maka Allah akan membuat kita menyesal di dunia dan di akhirat kelak.
َأ ُق ْو ُل َق،الح ِك ْي ِم ِّ ات َو ِ َآن الع ِظ ْي ِم و َن َف ْعنَا بِما فِ ْي ِه ِمن البِّين
ِ ِ
َ الذ ْك ِر َ َ َ َ َ بَ َار َك اهللُ َولَ ُك ْم في ال ُق ْر
الم ْسلِ ِم ْي َن ِم ْن ُك ِّل َذ ْن ِ ِ ِ ِ
ُ ْولي َه َذا َواَ ْسَت ْغف ُر اهللَ لي َولَ ُك ْم َول َجم ْي ِع
ِ
الر ِح ْي ُم ب فَ ْ ِ ِإ
َ اسَت ْغف ُر ْوهُ نَّهُ ُه َو الغَ ُف ْو ُر
ٍ
Khutbah Kedua:
“Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi
sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.”
(QS. At-Thur: 21)
Bertakwalah kepada Allah dalam urusan menjaga anak,
Ketahuilah tanggung jawab ini adalah tanggung jawab yang besar dan hisabnya kelak adalah
hisab yang terperinci, namun itu semua akan Allah permudah jika niat kita tulus dan baik. Jangan
anggap remeh, terlebih lagi jika permasalahan itu memang besar, karena kejelekan itu saling
menguatkan antara satu dengan yang lainnya.
Ketauhilah bahwa sebaik-baik perkataan adalah firman Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah
petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan sejelek-jelek urusan adalah sesuatu yang
diada-adakan dalam agama karena setiap yang diada-adakan dalam agama adalah bid’ah dan
setiap bid’aj itu sesat, tempat kesesatan adalah di neraka.