Anda di halaman 1dari 13

Edisi 5 Khutbah Jumat terbaru 2017 Hablum Minallah Wa Hablum Minannas

Oleh: Fathurrahim

‫ المقدس‬،‫ و الحمد هلل المنزه عن أن يكون له نظراء وأشباه‬،‫ وما كنا لنهتدي لوال أن هدانا هللا‬,‫الحمد هلل الذي هدانا لهذا‬
‫ وجعل‬،‫ واصطفاه‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ فأرسل به محمد‬،‫ الذي اختار اإلسالم دينًا وارتضاه‬،‫فال تقرب الحوادث حماه‬
‫ فصلى هللا‬،‫ وجعلهم كالنجوم بأيهم اقتدى اإلنسان اهتدى إلى الحق واقتفاه‬،‫له أصحابًا فاختار كًال منهم لصحبته واجتباه‬
‫ ويجزل لنا‬،‫ أحمده على نعمه كلها حمدًا يقتضي الزيادة من نعمه‬،‫عليه وعلى آله وأصحابه صالة توجب لهم رضاه‬
‫) ُيْص ِلْح َلُك ْم َأْع َم اَلُك ْم َو َيْغ ِفْر َلُك ْم ُذ ُنوَبُك ْم َو َم ن ُيِطْع‬۷٠( ‫النصيب من قسمه }َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َو ُقوُلوا َقْو ًال َسِد يًدا‬
‫َهَّللا َو َر ُس وَلُه َفَقْد َفاَز َفْو ًزا َع ِظ يًم ا } { َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َو آِم ُنوا ِبَر ُس وِلِه ُيْؤ ِتُك ْم ِك ْفَلْيِن ِم ن َّرْح َم ِتِه َو َيْج َعل َّلُك ْم ُنوًر ا‬
‫َتْم ُشوَن ِبِه َو َيْغ ِفْر َلُك ْم َوُهَّللا َغُفوٌر َّرِح يٌم } { َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َو ْلَتنُظْر َنْفٌس َّم ا َقَّد َم ْت ِلَغٍد َو اَّتُقواَهَّللا ِإَّن َهَّللا َخ ِبيٌر‬
‫ِبَم ا َتْع َم ُلوَن‬

Sidang jama’ah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Islam memiliki ajaran yang membentangkan dua bentuk hubungan yang harmonis

1. Tata hubungan yang mengatur antara manusia dengan Tuhannya dalam hal ibadah
(ubudiyah) atau yang populer dikatakan dengan hablum minallah

2. Tata hubungan yang mengatur antara manusia dengan manusia yang lainnya dalam wujud
amaliyah sosial atau yang populer dikatakan dengan hablum minannaas

Dalam Al-Qur'an surat Ali Imron: 112 Allah SWT berfirman

‫ُض ِر َبْت َع َلْيِهُم الِّذ َّلُة َأْيَن َم ا ُثِقُفوْا ِإَّال ِبَح ْبٍل ِّم ْن ِهَّللا َو َح ْبٍل ِّم َن الَّناِس َو َبآُؤوا ِبَغَضٍب ِّم َن ِهَّللا َو ُض ِر َبْت َع َلْيِهُم اْلَم ْس َكَنُة َذ ِلَك‬
‫ِبَأَّنُهْم َك اُنوْا َيْك ُفُروَن ِبآَياِت ِهَّللا َو َيْقُتُلوَن اَألنِبَياء ِبَغْيِر َح ٍّق َذ ِلَك ِبَم ا َع َص وا َّو َك اُنوْا َيْع َتُدوَن‬

"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang
kepada tali (agama) Allah SWT dan tali (perjanjian) dengan manusia dan mereka kembali
mendapat kemurkaan dari Allah SWT dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu
karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah SWT dan membunuh Para Nabi tanpa alasan
yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas."

Ayat ini memberikan kepada kita tentang malapetaka yang telah menimpa Bani Israil sebagai
akibat kedurhakaan mereka kepada Allah SWT dan kepada para nabi. Sehingga mereka harus
mengalami malapetaka, kehinaan, kemiskinan, dan kemurkaan dari Allah SWT. Dan dalam
ayat tersebut diberitakan pula bahwa jalan keluar dari segala malapetaka tersebut adalah
membangun kembali hablum minallah dan hablum minannas.

Hablum minallah menurut bahasa berarti hubungan dengan Allah SWT. Namun dalam
pengertian syariah makna hablum minallah sebagaimana yang dijelaskan di dalam tafsir At-
Thabari, Al-Baghawi, dan tafsir Ibnu Katsir adalah "Perjanjian dari Allah, maksudnya adalah
masuk Islam atau beriman dengan Islam sebagai jaminan keselamatan bagi mereka di dunia
dan di akhirat" Sehingga dapat kita pahami bahwa untuk membangun hubungan kita kepada
Allah, kita mempunyai kewajiban untuk menunaikan hak-hak Allah, dan apakah hak-hak
Allah SWT itu? Hak-hak Allah SWT ialah mentauhidkan dan tidak menyekutukan-Nya
dengan yang lain serta menjalankan syariat Allah SWT. Misalnya: sholat, puasa dan
sebagainya.

Sidang jama’ah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Namun apakah cukup hanya dengan hablum minallah saja, sedangkan di sisi yang lain kita
mengabaikan hablum minannas? Tentu tidak cukup, mengingat kita adalah makhluk sosial
yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Di dalam Al-Quran juga banyak ayat-ayat
yang menyebutkan tentang perintah mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan hablum
minannallah namun diiringi juga dengan hablum minannas, antara lain.

‫ِإَّن اِإل نَس اَن ُخ ِلَق َهُلوًعا ِإَذ ا َم َّسُه الَّش ُّر َج ُزوًعا َو ِإَذ ا َم َّسُه اْلَخ ْيُر َم ُنوًعا ِإاَّل اْلُم َص ِّليَن اَّلِذ يَن ُهْم َع َلى َص الِتِهْم َداِئُم وَن‬
‫َو اَّلِذ يَن ِفي َأْمَو اِلِهْم َح ٌّق َّم ْع ُلوٌم ِّللَّس اِئِل َو اْلَم ْح ُر وِم‬

"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir (19), Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah (20), Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir (21),
Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat (22), Yang mereka itu tetap mengerjakan
shalatnya (23), Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu (24), Bagi
orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau
meminta)" (QS. Al-Ma'arij: 19-25)

Dalam ayat tersebut secara tegas Allah SWT menyebutkan bahwa keluh kesah dan kikir itu
telah menjadi sifat bawaan manusia sejak dia diciptakan. Bukankah kalau kita tidak memiliki
harta kita sering berkeluh kesah? Sebaliknya, kalau kita memiliki banyak harta kita sering
lebih cenderung untuk kikir. Lalu bagaimana caranya agar sifat bawaan kita tersebut dapat
kita hindari? Allah SWT menyebutkan paling tidak ada dua jalan, pertama, mengerjakan
sembahyang (hablum minallah) secara kontinyu. Kedua, menyadari bahwa dalam harta yang
kita miliki terkandung bagian tertentu untuk fakir miskin (hablum minannas).

Di dalam Al-Quran Allah SWT berfirman

‫َو اْع ُبُدوْا َهَّللا َو َال ُتْش ِرُك وْا ِبِه َشْيًئا َو ِباْلَو اِلَدْيِن ِإْح َس اًنا َو ِبِذ ي اْلُقْر َبى َو اْلَيَتاَم ى َو اْلَم َس اِك يِن َو اْلَج اِر ِذ ي اْلُقْر َبى َو اْلَج اِر اْلُج ُنِب‬
‫َو الَّص اِح ِب ِبالَج نِب َو اْبِن الَّس ِبيِل َو َم ا َم َلَك ْت َأْيَم اُنُك ْم ِإَّن َهَّللا َال ُيِحُّب َم ن َك اَن ُم ْخ َتاًال َفُخ وًر ا‬

"Sembahlah Allah SWT dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri" (QS. An-Nisa: 36)
Sidang jama’ah sholat jumat yang dimuliakan Allah
Ayat tersebut mengandung dua bentuk akhlak, yaitu akhlak kepada Allah SWT (hablum
minallah) yang ditunjukkan dengan perintah agar kita menjalin hubungan baik kepada Allah
SWT dengan cara tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain. Dan akhlak terhadap sesama
manusia (hablum minannas) yang ditunjukkan dengan perintah berbuat baik kepada kedua
orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, teman sejawat, orang yang dalam perjalanan dan hamba sahaya.

Selanjutnya Allah SWT menutup ayat di atas dengan kalimat: "Sesungguhnya Allah SWT
tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri". Dengan
maksud agar kita tidak sombong kepada orang tua, karena ada saat dimana kita juga pasti
akan menjadi tua. Jangan sombong kepada anak-anak yatim karena ada saat kita juga akan
menjadi yatim. Jangan sombong kepada orang miskin karena ada saat kita juga akan menjadi
miskin secara tiba-tiba. Jangan sombong kepada tetangga karena merekalah orang yang
pertama memberikan pertolongan kepada kita saat kita mengalami kesulitan. Jangan
sombong kepada teman karena kita sangat membutuhkannya. Jangan sombong kepada
musaffir karena ada saat dimana kitapun akan menjadi musafir dan jangan sombong kepada
pembantu rumah tangga karena mereka besar bantuannya kepada kita meskipun tidak besar
upah yang kita berikan.
Dalam surat Al-Ma'un ayat 1-7 Allah SWT berfirman

‫َأَر َأْيَت اَّلِذ ي ُيَك ِّذ ُب ِبالِّديِن َفَذ ِلَك اَّلِذ ي َيُدُّع اْلَيِتيَم َو ال َيُح ُّض َع َلى َطَعاِم اْلِمْسِك يِن َفَو ْيٌل ِّلْلُم َص ِّليَن اَّلِذ يَن ُهْم َعن َص الِتِهْم‬
‫َس اُهوَن اَّلِذ يَن ُهْم ُيَر اُؤ وَن َو َيْم َنُعوَن اْلَم اُعوَن‬

"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? (1), Itulah orang yang menghardik anak
yatim(2), Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin (3). Maka kecelakaanlah
bagi orang-orang yang shalat (4), (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (5), Orang-
orang yang berbuat riya (6), Dan enggan (menolong dengan) barang berguna (7)"

Dalam surat tersebut, Allah SWT demikian lugas mengaitkan antara agama dengan
keberpihakan kepada kaum dhuafa. Seseorang dikategorikan mendustakan agama manakala
ia mengabaikan anak yatim dan orang miskin.

Di awal surat Al-Ma’un tersebut Allah SWT menggunakan pertanyaan, tapi bukan berarti
Allah SWT bertanya karena tidak tahu. Menurut para mufassir hal itu dimaksudkan untuk
menggugah hati pendengarnya agar memberikan perhatian lebih kepada ayat selanjutnya.

Jadi di sini Islam mendorong umatnya agar dalam beragama tidak selalu mementingkan
aspek ibadah mahdhoh saja, akan tetapi Islam juga menganjurkan ibadah sosial, seperti
memperhatikan nasib-nasib orang lemah. Bahkan kalau kita cermati 5 rukun Islam itu adalah
merupakan gabungan antara habluminallah dan hablum minannas, gabungan antara hubungan
vertikal dan horizontal.

Sidang jama’ah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Dimulai dari mengucapkan dua kalimat syahadat yang merupakan pertalian antara seorang
hamba dengan Allah, namun pengakuan dan kesaksian tersebut tidaklah cukup tanpa terus
menerus menjaga hubungan baik dengan Allah, yaitu dengan melaksanakan shalat sebagai
rukun Islam yang kedua. Shalat yang secara simbolis gerak-geriknya mencerminkan
kepasrahan kita kepada Allah SWT. Kemudian ketaatan tesebut dibuktikan dengan
mengerjakan amaliah sosial yaitu zakat sebagai rukun Islam ke-3. Kemudian dalam rukun
Islam yang ke-4 yaitu puasa, kita dilarang makan dan minum sebagai pelajaran bagi kita
untuk dapat merasakan bagaimana rasanya ketika seseorang tidak bisa makan dan minum.

Dalam sebuah hadits qudsi dikatakan bahwa pada hari kiamat nanti Allah SWT akan
berfirman,

"Wahai anak Adam, Aku meminta makan kepadamu tapi engkau tidak memberiku makan."
Si hamba bertanya, "wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku memberi-Mu makan
sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?" Allah SWT berfirman, "tidakkah kau tahu
bahwa hamba-Ku si fulan meminta makan kepadamu tapi engkau tidak memberinya makan?
Tidakkah engkau tahu bahwa jika engkau memberinya makan, niscaya engkau akan
menemukan itu disisi-Ku”.

"Wahai anak Adam, Aku meminta minum kepadamu tapi engkau tidak memberi-Ku minum."
si hamba menjawab, "wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku memberi-Mu minum
sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?" Allah SWT berfirman, "hamba-Ku si fulan
meminta minum kepadamu tapi engkau tidak memberinya minum. Padahal jika engkau
memberinya minum niscaya akan kau dapati itu disisi-Ku".

Hadits tersebut secara tidak langsung memerintahkan kita untuk peka terhadap fenomena
sosial. Apakah kita sudah memperhatikan orang-orang yang sedang membutuhkan
pertolongan kita baik berupa makanan, minuman, dll ataukah kita termasuk orang yang
terlena dengan gemerlap dunia sehingga melupakan hal itu? Amat banyak kehidupan orang
lain di sekitar kita yang tidak memiliki kehidupan seberuntung kita. Seburuk apapun kondisi
kita saat ini, pasti masih ada saja yang lebih buruk dibandingkan dengan kehidupan kita
sekarang. Kita lihat sekarang saudara-saudara kita yang ada di Palestina sana, mereka sedang
membutuhkan bantuan kemanusiaan dari seluruh umat Islam dunia, tak terkecuali bantuan
kita umat Islam indonesia. Cukupklah ayat-ayat dan hadits tersebut sebagai penggugah hati
kita untuk peduli terhadap saudara-saudara kita yang sedang membutuhkan bantuan kita.

‫ َو َنَفَعِنْي َو ِإَياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِم َن اآلَياِت َو الِذ ْك ِر الَح ِكْيِم َو َتَقَّبَل ِم ِّنْي َو ِم ْنُك ْم ِتاَل َو َتُه إَّنُه ُهَو‬, ‫َباَر َك اُهلل ِلْي َو َلُك ْم ِفْي الُقْر آِن الَعِظ ْيِم‬
‫الَغُفْو ُر الَر ِح ْيُم‬.

Edisi 5 Khutbah Jumat terbaru Kedua Hablum Minallah Wa Hablum Minannas

‫ َم ْن َيْهِد ُهللا َفَال ُم ِض َّل َلُه َو َم ْن‬،‫ِإَّن اْلَح ْم َد ِهلل َنْح َم ُد ُه َو َنْس َتِع ْيُنُه َو َنْس َتْغ ِفُرُه َو َنُعْو ُذ ِباِهلل ِم ْن ُش ُرْو ِر َأْنُفِس َنا َو ِم ْن َسِّيَئاِت َأْع َم اِلَنا‬
‫ َو َأْش َهُد َأَّن ُم َح َّم ًدا َعْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬،‫ُّيْض ِلْل َفَال َهاِدَي َلُه َو َأْش َهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو ْح َدُه َال َش ِر ْيَك َلُه‬
‫ َألَّلُهَّم َص ِّل َع َلى ُم َح َّم ٍد‬.‫ ِإَّن َهللا َو َم الِئَكَتُه ُيَص َّلوَن َع َلى اَّلِنْبِّي َيا َأُّيَها اَّلِذ ْيَن آَم ُنوا َص ُّلوا َع َلْيِه َو َس ِّلُم ْو ا َتْسِلْيًم ا‬:‫ َأَّم ا َبْع ُد‬.‫َتْسِلًم ا‬
‫ َك َم ا َباَر ْك َت‬، ‫ َو َباِر ْك َع َلى ُم َح َّم ٍد َو َع َلى آِل ُم َح َّم ٍد‬.‫ ِإَّنَك َح ِم ْيٌد َمِج ْيٌد‬، ‫َو َع َلى آِل ُم َح َّم ٍد َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى ِإْبَر اِه يَم َو َع َلى آِل ِإْبَر اِهيَم‬
‫َع َلى ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل ِإْبَر اِهْيَم ِإَّنَك َح ِم ْيٌد َمِج ْيٌد‬.
‫ َاَألْح َياِء ِم ْنُهْم َو اَألْمَو اِت‬،‫َالَّلُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْسِلِم ْيَن َو اْلُم ْسِلَم اِت‬.
‫َر َّبَنا اْغ ِفْر َلَنا َو ِإل ْخ َو اِنَنا اَّلِذ ْيَن َسَبُقْو َنا ِباِإل ْيَم اِن َو َال َتْج َعْل ِفي ُقُلوِبَنا ِغ ًّال ِلَّلِذ ْيَن آَم ُنوْا َر َّبَنا ِإَّنّك َر ُؤ ْو ُف َّرِحْيٌم‬.
‫ َالَّلُهَّم ِإَّنا َنْس َأُلَك ِع ْلًم ا ًناِفًعا َو ِر ْز ًقا َطِّيًبا َو َع َم ًال ُم َتَقِبًال‬. ‫َالَّلُهَّم اْفَتْح َبْيَنَنا َو َبْيَن َقْو ِم َنا ِباْلَح ِّق َو َأْنَت َخ ْيُر اْلَفاِتِح ْيَن‬.
‫َر َّبَنا آِتَنا ِفي الُّد ْنَيا َح َس َنًة َو ِفى اآلِخ َرِة َح َس َنًة َو ِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‬.
‫َو َص َّلى ُهللا َع َلى َنِبِّيَنا ُم َح َّم ٍد َو َع َلى آِلِه َو َصْح ِبِه َو َم ْن َتِبَعُهْم ِبِإْح َس اٍن ِإَلى ِيْو ِم الِّدْيِن‬

HABLUM MINALLAH WA HABLUM MINANNAS


Oleh:
Fathurrahim
Islam memiliki ajaran yang membentangkan dua bentuk hubungan yang harmonis
1. Tata hubungan yang mengatur antara manusia dengan Tuhannya dalam hal ibadah
(ubudiyah) atau yang populer dikatakan dengan hablum minallah
2. Tata hubungan yang mengatur antara manusia dengan makhluk yang lainnya dalam wujud
amaliyah sosial
Dalam Al-Qur'an surat Ali Imron: 112 Allah swt berfirman

‫ُض ِر َبْت َع َلْيِهُم الِّذَّلُة َأْيَن َم ا ُثِقُفوْا ِإَّال ِبَح ْبٍل ِّم ْن ِهَّللا َو َح ْبٍل ِّم َن الَّناِس َو َبآُؤوا ِبَغ َضٍب ِّم َن ِهَّللا َو ُض ِر َبْت َع َلْيِهُم اْلَم ْسَكَنُة َذ ِل َك ِب َأَّنُهْم‬
‫َك اُنوْا َيْكُفُروَن ِبآَياِت ِهَّللا َو َيْقُتُلوَن اَألنِبَياء ِبَغْيِر َح ٍّق َذ ِلَك ِبَم ا َع َص وا َّو َك اُنوْا َيْعَتُد وَن‬

"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang
kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia dan mereka kembali
mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu karena
mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi tanpa alasan yang benar.
yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas."

Ayat ini memberikan kepada kita tentang malapetaka yang telah menimpa Bani Israil
sebagai akibat kedurhakaan mereka kepada Allah dan kepada para nabi. Sehingga mereka
harus mengalami malapetaka, kehinaan, kemiskinan, dan kemurkaan dari Allah. Dan dalam
ayat tersebut diberitakan pula bahwa jalan keluar dari segala malapetaka tersebut adalah
membangun kembali hablum minallah dan hablum minannas.

Hablum minallah menurut bahasa berarti hubungan dengan Allah. Namun dalam
pengertian syariah makna hablum minallah sebagaimana yang dijelaskan di dalam tafsir At-
Thabari, Al-Baghawi, dan tafsir Ibnu Katsir adalah "Perjanjian dari Allah, maksudnya
adalah masuk Islam atau beriman dengan Islam sebagai jaminan keselamatan bagi mereka
di dunia dan di akhirat" Sehingga dapat kita pahami bahwa untuk membangun hubungan kita
kepada Allah, kita mempunyai kewajiban untuk menunaikan hak-hak Allah, dan apakah hak-
hak Allah itu? Hak-hak Allah ialah mentauhidkan dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang
lain serta menjalankan syariat Allah. Misalnya: sholat, puasa dan sebagainya.

Namun apakah cukup hanya dengan hablum minallah saja, sedangkan di sisi yang lain
kita mengabaikan hablum minannas? Tentu tidak cukup, mengingat kita adalah makhluk
sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Di dalam Al-Quran juga banyak ayat-
ayat yang menyebutkan tentang perintah mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan
hablum minannallah namun diiringi juga dengan hablum minannas, antara lain.

"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir (19), Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah (20), Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir (21),
Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat (22), Yang mereka itu tetap mengerjakan
shalatnya (23), Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu (24), Bagi
orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau
meminta)"
Dalam ayat tersebut secara tegas Allah menyebutkan bahwa keluh kesah dan kikir itu
telah menjadi sifat bawaan manusia sejak dia diciptakan. Bukankah kalau kita tidak memiliki
harta kita sering berkeluh kesah? Sebaliknya, kalau kita memiliki banyak harta kita sering
lebih cenderung untuk kikir. Lalu bagaimana caranya agar sifat bawaan kita tersebut dapat
kita hindari? Allah menyebutkan paling tidak ada dua jalan, pertama, mengerjakan
sembahyang (hablum minallah) secara kontinu. Kedua, menyadari bahwa dalam harta yang
kita miliki terkandung bagian tertentu untuk fakir miskin (hablum minannas).
Di dalam Al-Quran Allah berfirman di dalam surat an-nisa ayat 36 yang berbunyi

‫َو اْع ُبُدوْا َهَّللا َو َال ُتْش ِرُك وْا ِبِه َشْيًئا َو ِباْلَو اِلَدْيِن ِإْح َس اًنا َو ِبِذ ي اْلُقْر َبى َو اْلَيَتاَم ى َو اْلَم َس اِك يِن َو اْلَج اِر ِذ ي اْلُق ْر َبى َو اْلَج اِر اْلُج ُنِب‬
‫َو الَّص اِح ِب ِبالَج نِب َو اْبِن الَّس ِبيِل َو َم ا َم َلَك ْت َأْيَم اُنُك ْم ِإَّن َهَّللا َال ُيِحُّب َم ن َك اَن ُم ْخ َتاًال َفُخ وًر ا‬

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan


berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri"

Ayat tersebut mengandung dua bentuk akhlak, yaitu akhlak kepada Allah (hablum
minallah) yang ditunjukkan dengan perintah agar kita menjalin hubungan baik kepada Allah
dengan cara tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain. Dan akhlak terhadap sesama
manusia (hablum minannas) yang ditunjukkan dengan perintah berbuat baik kepada kedua
orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, teman sejawat, orang yang dalam perjalanan dan hamba sahaya.

Selanjutnya Allah menutup ayat di atas dengan kalimat: " Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri". Dengan maksud
agar kita tidak sombong kepada orang tua, karena ada saat dimana kita juga pasti akan
menjadi tua. Jangan sombong kepada anak-anak yatim karena ada saat kita juga akan menjadi
yatim. Jangan sombong kepada orang miskin karena ada saat kita juga akan menjadi miskin
secara tiba-tiba. Jangan sombong kepada tetangga karena merekalah orang yang pertama
memberikan pertolongan kepada kita saat kita mengalami kesulitan. Jangan sombong kepada
teman karena kita sangat membutuhkannya. Jangan sombong kepada musaffir karena ada saat
dimana kitapun akan menjadi musafir dan jangan sombong kepada pembantu rumah tangga
karena mereka besar bantuannya kepada kita meskipun tidak besar upah yang kita berikan.
Dalam surat Al-Ma'un ayat 1-7 Allah berfirman:

"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? (1), Itulah orang yang menghardik anak
yatim(2), Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin (3). Maka kecelakaanlah
bagi orang-orang yang shalat (4), (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (5), Orang-
orang yang berbuat riya (6), Dan enggan (menolong dengan) barang berguna (7)"

Dalam surat tersebut, Allah SWT demikian lugas mengaitkan antara agama dengan
keberpihakan kepada kaum dhuafa. Seseorang dikategorikan mendustakan agama manakala
ia mengabaikan anak yatim dan orang miskin.
Di awal surat Al-Ma’un tersebut Allah menggunakan pertanyaan, tapi bukan berarti
Allah bertanya karena tidak tahu. Menurut para mufassir hal itu dimaksudkan untuk
menggugah hati pendengarnya agar memberikan perhatian lebih kepada ayat selanjutnya.
Jadi di sini Islam mendorong umatnya agar dalam beragama tidak selalu mementingkan
aspek ibadah mahdhoh saja, akan tetapi Islam juga menganjurkan ibadah sosial, seperti
memperhatikan nasib-nasib orang lemah. Bahkan kalau kita cermati 5 rukun Islam itu adalah
merupakan gabungan antara habluminallah dan hablum minannas, gabungan antara hubungan
vertikal dan horizontal.

Dimulai dari mengucapkan dua kalimat syahadat yang merupakan pertalian antara
seorang hamba dengan Allah, namun pengakuan dan kesaksian tersebut tidaklah cukup tanpa
terus menerus menjaga hubungan baik dengan Allah, yaitu dengan melaksanakan shalat
sebagai rukun Islam yang kedua. Shalat yang secara simbolis gerak-geriknya mencerminkan
kepasrahan kita kepada Allah. Kemudian ketaatan tesebut dibuktikan dengan mengerjakan
amaliah sosial yaitu zakat sebagai rukun Islam ke-3. Kemudian dalam rukun Islam yang ke4
yaitu puasa, kita dilarang makan dan minum sebagai pelajaran bagi kita untuk dapat
merasakan bagaimana rasanya ketika seseorang tidak bisa makan dan minum.

Dalam sebuah hadits qudsi dikatakan bahwa pada hari kiamat nanti Allah akan
berfirman,

"Wahai anak Adam,…Aku meminta makan kepadamu tapi engkau tidak memberiku
makan." Si hamba bertanya, "wahai Tuhanku….bagaimana mungkin aku member-Mu makan
sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?" Allah berfirman, "tidakkah kau tahu
bahwa hamba-Ku si fulan meminta makan kepadamu tapi engkau tiada memberinya makan?
Tidakkah engkau tahu bahwa jika engkau memberinya makan, niscaya engkau akan
menemukan itu disisi-Ku.

"Wahai anak Adam,… Aku meminta minum kepadamu tapi engkau tidak member-Ku
minum." si hamba menjawab, "wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku member-Mu minum
sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam." Allah berfirman, "hamba-Ku si fulan
meminta minum kepadamu tapi engkau tiada memberinya minum. Padahal jika engkau
memberinya minum niscaya akan kau dapati itu disisi-Ku".

Hadits tersebut secara tidak langsung memerintahkan kita untuk peka terhadap fenomena
sosial. Apakah kita sudah memperhatikan orang-orang yang sedang membutuhkan
pertolongan kita baik berupa makanan, minuman, dll ataukah kita termasuk orang yang
terlena dengan gemerlap dunia sehingga melupakan hal itu? Amat banyak kehidupan orang
lain di sekitar kita yang tidak memiliki kehidupan seberuntung kita. Seburuk apapun kondisi
kita saat ini, pasti masih ada saja yang lebih buruk dibandingkan dengan kehidupan kita
sekarang. Kita lihat sekarang saudara-saudara kita yang ada di Palestina sana, mereka sedang
membutuhkan bantuan kemanusiaan dari seluruh ummat Islam dunia, tak terkecuali bantuan
kita ummat Islam indonesia. Cukupklah ayat-ayat dan hadits tersebut sebagai penggugah hati
kita untuk peduli terhadap saudara-saudara kita yang sedang membutuhkan bantuan kita.

‫ َو َنَفَعِنْي َو ِإَياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِم َن اآلَي اِت َو ال¦ِذ ْك ِر الَح ِكْيِم َو َتَقَّب َل ِم ِّنْي َو ِم ْنُك ْم ِتاَل َو َت ُه إَّن ُه ُه َو‬, ‫َباَر َك اُهلل ِلْي َو َلُك ْم ِفْي الُقْر آِن الَعِظ ْيِم‬
. ‫الَغُفْو ُر الَر ِح ْيُم‬
Kalau dimaknakan secara bahasa, hablum minallah itu adalah hubungan dengan Allah
dan hablum minan-nas adalah hubungan dengan manusia. Akan tetapi dalam pengertian
istilah syari'ah maknanya adalah sebagai berikut:
A. Hablum minallah
a. Pengertian hablum minallah
Hablum minallah adalah perjanjian dari Allah. Yaitu masuk Islam atau beriman
dengan Islam sebagai jaminan keselamatan bagi mereka di dunia dan akhirat. Atau tunduk
kepada pemerintahan muslimin dengan jaminan dari pemerintah itu sebagaimana yang diatur
oleh Syari'ah dalam perkara hak dan kewajiban orang kafir dzimmi yaitu orang kafir yang
menjadi warga negara Islam untuk mendapatkan jaminan perlindungan hak-haknya sebagai
manusia di dalam kehidupan dunia saja dan mendapat ancaman adzab di akhirat.
b. Cara menjalin hubungan dengan Allah
1) Beriman dengan Allah SWT dan menyembah-Nya dengan melaksanakan sholat fardhu
lima waktu dan beramal sholih sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya Muhammad
SAW. Tidak akan terjalin hubungan yang baik dengan Allah SWT, apabila kita tidak mau
beriman dengan Allah SWT, tidak mau beramal sholih sesuai dengan tuntunan Allah dan
Rasul-Nya, dan juga tidak mau melaksanakan sholat fardhu lima waktu.

2) Tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun juga syirik.


Menyekutukan Allah (syirik) adalah perbuatan dosa yang amat besar dan sangat dimurkai
Allah. Menyembah selain Allah, mengakui adanya tuhan yang lain selain Allah, maka itu
adalah syirik, sedangkan orang yang melakukan perbuatan syirik disebut musyrik.

3) Tidak mengatakan hal yang bathil (salah) tentang Allah.


Mengatakan hal yang bathil tentang Allah contohnya ialah perkataan orang-orang nasrani
(kristen) bahwa Allah mempunyai anak, orang Yahudi mengatakan bahwa Allah faqir
(Sangat miskin), sub-haanallaah, bahkan sebenarnya kepunyaan Allah SWT yaitu seluruh
langit dan bumi beserta seluruh isinya, bahkan nyawa dan kehidupan manusia ini pun adalah
milik Allah SWT.

4) Tidak berprasangka buruk kepada Allah. Yakinilah olehmu bahwa Allah Maha Baik,
Allah Maha Adil, Allah Maha Pengasih, Allah Maha Penyayang, Allah Maha Bijaksana,
Allah Maha Dekat, Maha Mengabulkan Doa, Maha Memberi Rezeki. Sub-haanallaah, Allah
tidak akan pernah menzolimi (menganiaya) makhluknya.

5) Mengenali Allah dengan pengenalan yang benar. Ma'rifatullaah agar tumbuh rasa cinta
kepada Allah ialah Mahabbatullaah.Untuk mengenal Allah dengan benar jalannya adalah
dengan rajin membaca, mempelajari dan memahami Al-Qur’an kitab allah, dan jangan sekali-
kali mengenali Allah dengan cara membabi-buta mengikuti faham orang-orang yang sesat
dan mengatakan hal-hal yang tidak benar tentang Allah, serta bertentangan dengan Al-Qur’an
kitab allah. Anjuran : hafalkan olehmu asmaa-ul husnaa dan fahami maknanya, setelah itu
berdzikirlah dengan as maa-ul husna itu dengan penuh penghayatan dan rasa cinta serta rindu
kepada allah, insya Allah, akan bermanfaat bagimu di dunia dan akhirat.
6) Meyakini dan merasakan bahwa Allah sangatlah dekat dengan kita dan sangat
menyayangi kita.

7) Bersyukur atas seluruh nikmat Allah SWT dan bersabar atas cobaan Allah SWT atas
diri kita. Bukti bahwa kita bersyukur dan bersabar atas ketentuan Allah SWT atas diri kita
ialah kesungguhan dan kecintaan kita untuk selalu dapat melaksanakan sholat fardhu lima
waktu hingga akhir hayat kita, baik dalam keaadaan susah maupun senang, baik dalam
keadaan lapang maupun sempit, baik dalam keadaan sehat maupun sakit.

8) Yakin dan Tawakkal kepada Allah yang maha baik, serta bergantung dan berharap
sepenuhnya hanya kepada Allah. Hasbunallaah wani'mal wakiil, ni'mal maulaa wani'man
nashiir (Cukuplah Allah bagi kami, Allah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong).

9) Berakhlak mulia. Tidak akan terjalin hubungan yang baik dengan Allah dan sesama
manusia bila kita berakhlak buruk.

10) Meninggalkan semua perbuatan dosa dan maksiat, dan juga meninggalkan hal-hal yang
dapat menjauhkan kita dari keridhoan Allah dan melalaikan kita dari dzikrullaah (mengingat
dan menyebut Allah dalam rangka taat kepada Allah).

11) Hilangkan sifat sombong, tomak (rakus). Hasad (iri hati) dan sifat-sifat tercela lainnya.
Iblis dilaknat oleh Allah karena sombong, Nabi Adam dikeluarkan dari syurga karena rakus,
Qobil membunuh saudaranya Habil karena iri hati (hasad). Sifat-sifat yang buruk akan
menghantarkan kita kepada perbuatan-perbuatan dosa yang dimurkai oleh Allah SWT.

12) Selalu bertobat dan memohon ampunan Allah SWT (istighfar).


Orang yang berdosa bertobat agar dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT, menerima amal
ibadahnya dan meridhoinya.

13) Mendawamkan wudhu dan membiasakan diri kita untuk selalu dalam keadaan suci dari
hadas kecil dan besar. "Sungguh allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan
diri".

14) Memperbanyak dzikrullah, bahkan selalu dzikrullah dalam setiap keadaan, baik dalam
keadaaan duduk, berdiri maupun berbaring.

15) Selalu bermunajat, berdo'a, dan memohon pertolongan kepada Allah dalam setiap
urusan kita.

16) Bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah yang wajib dan bersungguh-sungguh


pula di dalam melaksanakan ibadah yang sunnah untuk taqorrub ilallaah (Mendekatkan diri
pada ALLAH).

17) Setelah menjaga sholat fardhu lima waktu, jagalah pula sholat-sholat sunnah, seperti
sholat tahajjud, witir, duha, tasbih,hajat dan lain-lain.

18) Mengikuti dan mencintai rosuulullah muhammad saw sebagai bukti kecintaan kita
kepada allah, dengan cara melaksanakan sunnah-sunnah Rosulullah SAW dalam kehidupan
kita sehari-hari. Semakin banyak Sunnah Rosulullah SAW yang kita laksanakan maka
semakin baik pula keimanan dan kecintaan kita kepada Allah SWT
19) Selalu berniat ikhlas karena Allah dalam setiap amal ibadah kita.
20) Mengakui kelemahan, kebodohan dan kekurangan diri kita di dalam melaksanakan
semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan Allah.

21) Merasa takut dan malu kepada allah yang maha baik.

22) Berdo'alah kepada Allah. Semoga Allah melimpahkan semua kebaikannya kepada
kita,di mana dengan kebaikan-Nya itu kita dibimbing untuk melakukan hal-hal yang terbaik
dan diridhoi oleh Allah SWT. Hanya kepada Allah kita menyembah dan menghambakan diri,
hanya kepada Allah kita memohon pertolongan.

c. Jalan memperkuatkan hubungan dengan Allah


Tidak terdapat jalan lain untuk menimbulkan hubungan dengan Allah SWT
melainkan satu sahaja. Seseorang insan hendaklah beriman dengan Allah SWT yang Esa
sebagai Rab dan Ilah bagi dirinya dan untuk sekelian makhluk di langit dan di bumi serta
mengimani sifat-sifat Uluhiyyah-Nya. Tuntutan dan kelayakannya tidak boleh diberi kepada
selain daripada Allah. Hendaklah saudara membersihkan hati daripada segala kekaratan
syirik. Apabila manusia dapat menyempurnakan semuanya ini mengikut cara yang dituntut,
akan terikatlah jalinan hubungan antaranya dengan Allah SWT. Adapun untuk mempererat
dan menyuburkan hubungan ini tertakluk kepada dua jalan, yaitu:
jalan kefahaman dan berfikir dan jalan bekerja.
Kaidah menyuburkan hubungan dengan Allah SWT melalui jalan kefahaman dan
tadabbur ialah dengan cara manusia mempelajari Al-Quran dan Hadith Nabi Muhammad
SAW yang sahih dan sedaya upaya mengamatinya berulang-ulang kali dan seterusnya coba
memahaminya agar benar-benar faham. Langkah seterusnya ialah dengan mencoba sedaya
upaya untuk mengamalkannya di dalam kehidupan. Apakah sudah terjalin hubungan diantara
manusia dengan Allah SWT dalam kenyataan hidup sehingga setelah manusia ketahui sudut-
sudut ini, manusia akan coba membentangkan dan membandingkan dengan hal keadaan
manusia. Maka bertambah eratlah hubungan manusia dengan Allah SWT. Maka untuk itu
hendaklah manusia memperhatikan segenap sudut. Sekadar mana dapat diperkuatkan
perasaan ini di dalam diri manusia maka sekadar itulah hubungan manusia dengan Allah
SWT.
Dalam konteks pertalian dengan Allah SWT, manusia adalah hamba Allah SWT.
manusia dijadikan sebagai khalifah-Nya di bumi. Kemudian, daripada Allah SWT
dipindahkan nikmat-nikmat dan pemberian-Nya yang tidak terkira kepada manusia. Bertolak
daripada sini, setelah manusia beriman maka Allah SWT telah membeli jiwa dan harta
manusia dengan surga. Lalu daripada semua itu, manusia bertanggungjawab dihadapan-Nya.
Allah SWT tidak menghisab amal-amal itu daripada segi zahir pekerjaan saudara sahaja,
tetapi juga dicatat bersama-sama dengan perbuatan zahir itu gerak-geri, diam, niat, dan
kehendak manusia. Inilah antara banyak contoh-contoh pertalian yang telah sedia ada di
antara manusia dengan Allah SWT.
Berdasarkan kepada kefahaman ini, menjiwainya dan melaksanakan tuntutannya
akan menentukan derajat hubungan dan taqarrub saudara dengan-Nya. Sejauhmana manusia
melalaikan-Nya dan tidak memikirkan untuk menunaikan tuntutan-tuntutannya maka sekadar
itulah manusia telah menjauhi Allah dan merenggangi hubungan denganNya. Semakin kuat
saudara berjaga-jaga, berusaha untuk memelihara dan mengambil berat terhadap urusanNya,
maka semakin teguh dan mendalamlah hubungan saudara dengan Allah SWT. Namun, jalan
berfikir ini tidak akan mendatangkan buahnya bahkan tidak mungkin kekal dalam jangka
masa yang panjang sekiranya manusia tidak sandarkan kepada jalan amal yaitu ketaatan yang
ikhlas terhadap hukum Ilahi serta membelanjakan jiwa dan harta kepada sebarang jalan yang
boleh membawa mardhatillah.
Makna ketaatan kepada hukum Ilahi ialah melakukan segala apa yang diperintahkan
oleh Allah SWT, dengan penuh kerelaan jiwa di waktu senang dan susah, sunyi dan terang
tanpa menghiraukan keuntungan dunia, malah hanya menghitung keridhoan Allah SWT
semata-mata. Ketaatan kepada hukum-hukum Ilahi juga bererti meninggalkan sesuatu yang
dibenci oleh Allah SWT di waktu sunyi dan terang dengan penuh rasa kebencian terhadap
larangan itu. Jangan manusia jadikan desakan duniawi sebagai motif untuk meninggalkan
larangan Allah SWT. Manusia tinggalkan setiap larangan itu adalah semata-mata karena
Allah SWT. Inilah jalan yang mempertingkatkan derajat ketaqwaan manusia kepada Allah.

Dalam hal yang akan meningkatkan saudara ke derajat ihsan selepas darjat taqwa
ialah dengan cara manusia berusaha mempertingkatkan setiap amal-amal keutamaan
(fadhilat-fadhilat) yang dicintai oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Menjauhi perkara yang
tercela lagi dibenci oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Janganlah manusia memandang ringan
dan remeh di dalam hal membelanjakan apa yang dimiliki oleh manusia seperti jiwa, harta,
masa, usaha, kekuatan fikiran, dan kekuatan hati. Di samping itu, senantiasalah di dalam
keadaan beringat, penuh keinsafan supaya tidak tumbuh di dalam hati saudara rasa sombong
serta ujub dengan amal dan pengorbanan yang telah saudara lakukan sehingga melupai diri
sendiri lalu terlintas di dalam hati perasaan seolah-olah manusia telah berbakti dan berbudi
kepada orang. Sebaliknya mestilah manusia rasai bahwa manusia terlalu sedikit dan terlalu
kurang di dalam melaksanakan semua yang diwajibkan Allah SWT.
d. Rumusan dalam hubungan antara manusia dengan Allah
Ada yang disebut dengan rumusan timbal balik, yaitu action-reaction, analoginya
seperti ini, kalau kita mempunyai bola karet kemudian kita lempar pelan-pelan ke arah
tembok, maka bola tersebut akan memantul kembali dengan pelan kepada kita, namum kalau
kita melemparnya dengan keras maka secara otomatis bola tersebut kembali kepada kita
dengan keras. Di dalam ayat-ayat Al-qur’an, Allah SWT menyebutkan beberapa
penjelasan,fadzkuruni adzkurkum, “bila kau ingat Aku, Aku pun ingat kamu, kalau dalam
hadist qudsi dikatakan, bila ada manusia yang mendekat kepada Aku, maka Aku akan
membalasnya dengan tidak terhitung artinya reaksinya lebih tepat dan banyak, kalau ada
hamba yang meminta maka Aku akan mendekatinya, bila datang pada-Ku berjalan maka Aku
akan menyambutnya dengan berlari”. Artinya bahwa di dalam hukum timbal balik itu Allah
lebih tepat dan lebih banyak membalasnya, dalam hadist yang lain intansurulloha
yansurkum bila engkau menolong agama Allah maka Allah akan menolongmu, itu artinya
ada timbal balik. Banyak dalam Al-qur’an yang menyebutkan rumusan tadi, hanya saja yang
perlu kita fahami bahwa rumusan timbal balik ini Allah SWT sangat luar biasa sekali
memberikan yang lebih dari apa yang kita umpankan, terutama dalam hal kebaikan,
sementara dalam hal kejelekan Allah SWT tidak menambahnya.
Di dalam sistem penilaian amal manusia, Allah itu berat sebelah dan cenderung
berpihak kepada manusia, kita ambil contoh siapapun diantara kita yang mempunyai nilai
jahat atau niat jelek, ketika seseorang berniat jelek itu bukan merupakan suatu point dosa,
akan tetapi kalau niatan jelek itu sudah diaplikasikan atau dibarengi dengan tindakan maka
itupun penilaiannya cuman satu point, tapi kalau kebajikan, baru niat saja itu sudah diberikan
point, dan ketika niat baik itu dilakukan dengan tindakan maka minimal akan mendapatkan
point 10, manjaa’ abil hasanati falahuu ‘asyru amtsaalihaa “Barangsiapa membawa amal
yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya” (QS. Al-an’am ayat 160).
Sekarang ada rumusan timbal balik dalam hubungan antara kita dengan Allah, yaitu
hamba dengan Tuhan-Nya, ada sebuah hadist yang berbunyi, bila seseorang ingin mengetahui
tinggi rendahnya derajat di sisi Allah maka lihatlah tinggi derajat Allah di hatimu, artinya bila
Allah disertakan di hati kita jadi nomor satu di atas segala kepentingan dan diatas segalanya
maka derajat kita pun nomor satu di sisi Allah. Bila Allah dinomor duakan, nomor tiga atau
nomor ke berapa setelah kepentingan itu dan ini. maka kitapun direndahkan derajatnya oleh
Allah SWT, maka ketika kita berdoa kepada Allah meminta agar diijabah, kadang-kadang
dari rumusan tadi keluar sebuah pernyataan, kamu mau permintaan kamu dinomor satukan
sementara perintah Tuhan saja dinomor tigakan, bila engkau menomor satukan perintah
Tuhan maka permintaanmu pun nomor satu, tapi bila suatu saat engkau menomor duakan
perintah Tuhan sampai menomor terakhirkannya, meskipun engkau meminta-minta seribu
kali pun tetap tidak akan diijabah.
Di dalam hukum timbal balik ini sebenarnya ibadah itu ada 3 target, yaitu : 1) sah
sesuai hukum misalkan kita sholat, selama kita melaksanakan sholat dzuhur sesuai
ajaran fikih yang diambil dari Al-qur’an dan hadist syaratnya dipenuhi rukunnya dipenuhi
maka menurut standar hukum fikih sholat dzuhur kita tersebut dinyatakan sah, target pertama
sudah tercapai, tapi belum tentu sholat yang sah itu diterima oleh Allah, karena tidak
menutup kemungkinan seseorang melakukan sholat tapi hati dan niatnya tidak benar. Seperti
orang berpuasa dari pagi sampai maghrib, maka menurut standar fikih puasanya sah tetapi
ketika dia berpuasa melakukan hal-hal yang negatif maka Allah enggan menerimanya, jadi
yang pertama diterima karena sah menurut hukum.
2) diterima, dan yang ketiga dalam hubungan kita dengan Allah diterima oleh Allah itu
dengan harga berapa? dengan nilai berapa? karena kelulusan nilai 6 dengan kelulusan nilai 9
itu berbeda prestasi kelulusannya, yang ini cumlaudeyang ini biasa-biasa saja.
3) bagaimana ibadah kita sah, diterima dan diterima dengan nilai yang sangat tinggi di sisi
Allah SWT. Untuk diterima dengan nilai yang sangat tinggi ini standarnya lain, kalau sah
menurut standarnya fikih, kalau diterima dari standarnya niat dan hubungan horizontal, kalau
hubungan horiozontal seorang muslim baik maka dia akan mendapatkan nilai point yang
diterima, lulus dengan nilai standar.
Oleh karena itu kenapa kalau durhaka kepada orang tua itu akan menjadi penghalang
tidak diterimanya sholat seseorang dan Allah enggan menerima ibadah hambanya yang
durhaka kepada orang tua. Tidak sedikit orang yang beribadah karena hubungan
horizontalnya tidak baik, ke istrinya jahat, keanak buahnya berbuat dzalim, keorang tuanya
durhaka walaupun jidatnya hitam karena bekas sujud namun Allah tetap tidak akan menerima
amal ibadahnya karena hubungan horizontal yang baik itu adalah penentu dan penyempurna
ibadah vertikal, itu rumusannya. Oleh karena itu tahapan pertama sah, tahapan kedua diterima
dan tahapan ketiga diterima dengan nilai yang tinggi, maka yang dijadikan standar dari ketiga
tahapan tersebut itu adalah keilmuan dan kema’rifatan.
B. Hablum minannas
a. Pengertian Hablum minannas
Hablum minannas adalah perjanjian dari kaum Mukminin dalam bentuk jaminan
keamanan bagi orang kafir dzimmi dengan membayar upeti bagi kaum Mukminin melalui
pemerintahnya untuk hidup sebagai warga negara Islam dari kalangan minoritas non Muslim.
Atau dengan bahasa lain ialah dalam berinteraksi dengan sesama manusia, maka jaminan
yang bisa dipercaya hanyalah dari kaum muslimin yang dibimbing oleh Syari'at Allah Ta'ala.
Dengan demikian, akhlaqul karimah dibangun di atas kerangka hubungan dengan
Allah melalui perjanjian yang diatur dalam Syari'at-Nya berkenaan dengan kewajiban
menunaikan hak-hak Allah Ta'ala dan juga kerangka hubungan dengan sesama manusia
melalui kewajiban menunaikan hak-hak sesama manusia baik yang muslim maupun yang
kafir. Dari kerangka inilah kemudian diuraikan kriteria akhlaqul karimah. Hak-hak Allah itu
ialah mentauhidkan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain-Nya. Yaitu
menunaikan tauhidullah dan menjauhi syirik, mentaati Rasul-Nya dan
menjauhi bid'ah (penyimpangan dari ajarannya). Dan inilah sesungguhnya prinsip utama bagi
akhlaqul karimah, yang kemudian dari prinsip ini akhlaq Rasulullah SAW dipuji dan
disanjung oleh Allah Ta'ala dalam firman-Nya: “Dan sesungguhnya engkau (hai Muhammad)
di atas akhlaq yang agung.” ( QS Al-Qalam : 49).
b. Cara menjalin hubungan dengan Allah
Manusia dalam kegiatan sehari hari tidak lepas dari interaksi sesama manusia, baik
yang positif dan negatif. Disini saya mencoba berbagi cara bagaimana cara menjalin
hubungan yang baik dengan teman ataupun dengan orang yang belum kita kenal.
Berikut cara cara untuk menjaga sebuah hubungan pertemanan :
1. Hormatilah teman, teman biasanya sebaya dengan kita, bahkan ada yang lebih tua dari kita,
oleh karenanya sudah sepantasnya kita menghormati yang lebih tua.
2. Tidak bercanda keterlaluan. Kalau kita bersenda gurau hal hal yang kecil mugkin tidak
masalah, tetapi kalau sudah diluar batas, maka hubungan itu bisa langsung retak.
3. Sesekali kumpul. Biasanya jika ada waktu senggang ajak teman teman kita untuk hangout
bareng ke mall untuk makan ataupun sekadar jalan jalan, ini berfungsi untuk mengakrabkan
diri kita. Jangan terlalu sering karena akan merasa jenuh.
4. Bantu, bantulah teman jika mengalami kesulitan, ingat membantu dalam yang postif.
Jangan sesekali membantu teman jika berbuat salah apalagi melanggar hukum.
5. Ibadah berjamaah, selain mendapatkan pahala yang berlipat, beribadah dengan teman akan
semakin akrab dengan teman.
6. Saling mengingatkan, itu perlu karena sifat dasar manusia adalah pelupa.
7. Berbagi, saling memberi jika mempunya rejeki lebih.
Banyak manfaat jika kita bisa menjaga hubungan dengan teman, contohnya:
1. Jika kita kesulitan dalam hal keuangan, kita bisa minta bantuan teman.
2. Jika kita berbisnis, kita bisa mengajak teman untuk mengmbangkan bisnis tertentu.
3. Jika kita ingin mengeluarkan pikiran atau isi hati, temanlah sebagai penampung itu semua.
SIMPULAN
Di dunia ini ada yang namanya berhubungan, berhubungan dengan sesame jenis
maupun tidak, dan berhubungan dengan Allah SWT. Jadi kita harus bisa menyeimbangkan
hubungan dengan sesama manusia dengan Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai