Anda di halaman 1dari 14

TATA PERGAULAN

Dosen Pengampu : Arfizal.M.Ag

Disusun Oleh :

Tika Khairunisa 11930223362

Winda Junianti 11930220946

Yhona Permata Azmy 11930223365

JURUSAN ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR 4D


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TAHUN AJARAN 2020-2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah‫ ﷻ‬atas berkat limpahan rahmat, karunia, dan
kuasa-Nya Penulis mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “TATA
PERGAULAN” ini. Shalawat berserta salam juga dihadiahkan kepada Nabi Muhammad ‫ﷺ‬
yang telah membawa umat dari alam kebodohan kepada alam yang penuh denga ilmu
pengetahuan.

Tujuan disusunnya makalah ini adalah supaya pembaca dapat menambah


wawasan dan pengetahuan tentang berbagai macam jenis ilmu yang terkandung di dalam Al-
Qur’an adalah suatu Kitab Suci yang sangat kompleks akan ilmu pengetahuan. Dalam
menyelesaikan makalah ini, penulis melakukan penelaahan melalui studi pustaka dan dari
bacaan media lainnya yang bertujuan untuk melengkapi materi yang diperlukan dalam
penyusunan makalah ini.

Makalah ini sangatlah jauh dari kata sempurna, pasti terdapat kesalahan
didalamnya, baik itu tata cara penulisan, keterkaitan materi, maupun pilihan diksi yang
digunakan yang mana hal tersebut disebabkan oleh kurangnya ilmu yang dimiliki oleh
penulis. Oleh karena itu , kritik dan saran yang membangun sangat penulis butuhkan demi
memperbaiki penyusunan makalah selanjutnya.

Pekanbaru, 8 September 2021

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2

2.1 Pengertian Tata Pergaulan .............................................................................. 4

2.2 Bagaimana Tata Pergaulan Menurut Al-Qur’an dan Hadits ........................... 5

- Hadits 1 ....................................................................................................... 5

- Hadits 2 ....................................................................................................... 6

- Hadits 3 ....................................................................................................... 7

- Hadits 4 ....................................................................................................... 8

- Hadits 5 ........................................................................................................ 9

- Hadits 6 ........................................................................................................ 9

- Hadits 7 ........................................................................................................ 10

2.3 Macam-Macam Tata Pergaulan ...................................................................... 11

BAB III KESIMPULAN..................................................................................... 14

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan senantiasa
membutuhkan kehadiran orang lain. Istilah pergaulan berarti kegiatan manusia untuk
membaur bersama manusia lainnya dan berinteraksi satu sama lain. Dalam istilah
pergaulan diatur sedemikian mungkin sehingga menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan seperti halnya konflik dan lain sebagainya.
Islam adalah agama yang mulia dan mengatur segala aspek kehidupan termasuk
pergaulan. Dalam islam ada beberapa etika yang harus dipenuhi dan hal ini disebut
dengan etika islam. Secara bahasa kata etika berasa; dari kata ethokos (Yunani) atau
ethos yang memiliki arti karakter, kebiasaan, kecenderungan dan penggunaan.
Dalam islam telah diatur bagaimana tata cara bergaul atau bersosialisasi dengan
sesama makhluk hidup, baik sesama muslim atau non muslim agar tercipta kehidupan
yang harmonis dan tidak ada percekcokan apalagi sampai saling bertumpah darah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Tata Pergaulan?
2. Bagaimana Tata Pergaulan Menurut Al-Qur’an dan Hadits?
- Hadits 1
- Hadits 2
- Hadits 3
- Hadits 4
- Hadits 5
- Hadits 6
- Hadits 7
3. Macam-Macam Tata Pergaulan
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Perngertian dari Tata Pergaulan
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Hadits dan Ayat Al-Qur’an dalam Tata Pergaulan
3. Untuk Mengetahui Macam-Macam Tata Pergaulan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tata Pergaulan

pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan


individu dapat juga oleh individu dengan kelompok, seperti yang dikemukan oleh
Aristoteles bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang artinya manusia sebagai
makhluk sosial yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia lain.
Pergaulan yang ia lakukan itu akan mencerminkan kepribadiannya, baik
pergaulan yang positif maupun pergaulan yang negatif. Pergaulan yang positif itu dapat
berupa kerjsama antar individu atau kelompok guna melakukan hal-hal yang postif.
Sedangkan pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah
yang harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih jati dirinya.. 1
Tata pergaulan biasanya berbentuk tata cara kebiasaan setempat atau hukum
atau kebiasaan turun temurun (hukum adat). Tata pergaulan adalah suatu tata aturan yang
2
dilaksanakan sebagai kewajiban sosial.
Istilah pergaulan berarti kegiatan manusia untuk membaur bersama manusia
lainnya dan berinteraksi satu sama lain. sebagaimana firman Allah dalam Surat Al
Hujurat ayat 13 yang berbunyi
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. al-Hujurat: 13).

2.2 Hadits Tentang Tata Pergaulan

- Hadits 1 ( tentang larangan ikthilath / berduaan dengan lawan jenis tanpa ada
mahram)

: ‫سلَّ َم َي ْخطُبُ َيقُو ُل‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫صلَى‬
َ ‫هللا‬ َ ِ‫سو ُل هللا‬ َ , ‫ع ْن ُه َما‬
ُ ‫سمِ ْعتُ َر‬ ُ َ‫ي ا‬
َ ‫هلل‬ َ ‫ض‬
ِ ‫َّاس َر‬
ٍ ‫عب‬َ ‫عََ ْن اِب ِْن‬
, ‫ساف ُِر اَ ْل َم ْرأة ُ ِإ ََّل َم َع ذِي َمحْ َر َجتْ َحاجَّة‬ َ ‫ َو‬, ‫ََل يَ ْخلُ َو َّن َر ُج َّل ِبا ْم َراةٍ َّإَل َو َم َع َها ذُو َمحْ َر ٍم‬
َ ُ ‫َل ت‬
1
Elizabeth B.Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehiudupan, (Jakarta:
Erlangga 1992) hal 187
2
Rachmat Syafe’i, Al-Hadits (Aqidah, Akhlak, Sosial dan Hukum), (Jakarta : PT. Pustaka Setia, 2003) hal 221

2
َ ُ‫ فَ ُح َّج َم َع اِ ْم َرأَتِكَ ( ُمتَفَق‬, ‫طل ِْق‬
ُ‫ َوالل ْفظ‬, ‫علَ ْي ِه‬ َ ‫ اِ ْن‬: ‫ قَا َل‬, ‫َوإِنَّي اِ ْكتُتِبتُ فِي غ َْز َوةِ َكذَا َو َكذَا‬
)‫ِل ُم ْسل ٍِم‬
Artinya : Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu ia berkata “saya mendengar Nabi ‫ ﷺ‬seraya
bersabda : ‘Janganlah sekali-kali seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita
kecuali wanita itu disertai mahramnya. Dan seorang wanita juga tidak boleh bepergian
sendirian, kecuali ditemani oleh mahramnya.’ Tiba-tiba berdirilah seorang laki-laki dan
bertanya, “Ya, Rasulullah, sesungguhnya istriku hendak menunaikan ibadah haji,
sedangkan aku telah ditugaskan pergi berperang ke sana dan ke situ bagaimana ini?”
maka beliau bersabda : pergilah dan kerjakanlah haji berserta istrimu”. (Mutaffaq
‘alaihi, shahih Muslim ).
Penjelasan hadist di atas bahwa bagi lawan jenis dilarang untuk berdua
(khalwah), kecuali sudah halal.Para ulama telah sepakat bahwa perbuatan seperti itu
haram hukumnya, tanpa pengecualian. Dalam hadits lain di tambahkan bahwa kalau laki-
laki dan perempuan yang bukan mahram berkumpul, maka yang ketiganya adalah setan,
sehingga sangat mungkin mereka melakukan hal-hal yang dilarang oleh syara’.
Jika ada keperluan kepada wanita yang bukan muhrim, Al-Qur’an telah
mengajarkan yaitu melalui tabir dalam(QS.Al-Ahzab : 53)
ْ َ‫ب ٰذ ِل ُك ْم ا‬
‫ط َه ُر ِلقُلُ ْو ِب ُك ْم‬ ٍ ٍۗ ‫سا َ ْلت ُ ُم ْوه َُّن َمتَاعا فَاسْـَٔلُ ْوه َُّن ِم ْن َّو َر ۤا ِء ِح َجا‬
َ ‫َواِذَا‬
‫َوقُلُ ْو ِب ِه َّن‬
Artinya : “Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi),
maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan
hati mereka”.
Larangan yang dimaksud tersebut sebagai batasan dalam pergaulan antara lawan
jenis demi menghidari fitnah.
Wanita yang berpergian tanpa mahram terjadi perbedaan pendapat di antara para
ulama. Ada yang menyatakan bahwa larangan tersebut sifatnya mutlak.
- Hadist 2 (Menyebarkan luas salam)
َ‫علَ ْي ِه ْم َو َحدَّثَ ثَا ِبتُ أَنَّهُ َكان‬
َ ‫سلَّ َم‬
َ َ‫ان ف‬
ٍ ‫ص ْب َي‬ ِ ‫ت ا ْل ُبنَانِي فَ َم َّر ِب‬
ٍ ‫َّار َقا َل ُك ْنتُ أَ ْم ْم ِش َم َع ثَا ِب‬ َ ‫ع ْن‬
ٍ ‫سي‬ َ
ُ‫صلى هللا‬ َ ‫هللا‬ ِ ‫سو ِل‬ ُ ‫َس أَ َّنهُ َكانَ َي ْمشِي َم َع َر‬ ُ ‫ع َل ْي ِه ْم َو َحدَّثَ أَن‬َ ‫س َّل َم‬
َ َ‫ان ف‬ ِ ‫َي ْمشِي َم َع أن ٍَس فَ َم َّر ِب‬
ٍ ‫ص ْب َي‬
‫علَ ْي ِه ْم‬ َ َ‫ان ف‬
َ ‫سل َم‬ ِ ِ‫سلَّ َم فَ َم َّر ب‬
ِ َ‫ص ْبي‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ
Artinya : Dari Sayyar dia berkata “saya pernah berjalan bersama Tsabit Al Bunani
3
melewati anak-anak seraya mengucapkan salam kepada mereka. ‘Tsabit berkata,
bahwasannya ia pernah berjalan bersama Anas melewati anak-anak dan Anas pun
mengucapkan salam kepada anak-anak. Anas berkata bahwasannya ia pernah berjalan
bersama Rasulullah ‫ ﷺ‬melewati anak-anak, kemudian beliau mengucapkan salam kepada
mereka”. (Muslim)
Penjelasan hadits di atas adalah salam merupakan salah satu identitas seorang
muslim saling mendoakan antara sesama muslim setiap kali bertemu. Mengucapkan
salam menurut kesepakatan ulama, hukumnya dalah sunat mu’akkad Firman Allah
Subhanallahu Wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an :

َ ‫علَى‬
ٍ‫ش ْيء‬ َ ‫سنَ ِم ْن َها أَ ْو ُردُّوهَا ِإ َّن‬
َ َ‫هللا َكان‬ َ ‫َو ِإذَا ُحيَّيت ُ ْم ِبت َِحيَّ ِة فَ َحيُّوا ِبأ ْح‬
‫َحسِيبًا‬
Artinya “Apabila ada orang memberi hormat (salam) kepada kamu, balaslah
hormat (salamnya) itu dengan cara yang lebih baik, atau balas penghormatan itu (serupa
dengan penghormatannya). Sesungguhnya tuhan itu menghitung segala sesuatu.
QS.An-nisa : 86
Mengucapkan salam tidak hanya disunnahkan ketika berjumpa dengan orang
yang dikenal saja, tetapi juga ketika bertemu dengan orang yang tidak dikenali, orang
yang di dalam kenderaan kepada yang berjalan kaki, orang yang berjalan kepada yang
duduk, kelompok yang sedikit kepada yang ramai. 3

- Hadits 3 (hadis tentang bergaul dengan teman)

‫يس‬ ِ ‫سلَّ َم قَا َل َمث َ ُل ْال َج ِل‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬


َ ُ‫َّللا‬ َ ِ ‫ع ْن النَّ ِبي‬َ ُ‫ع ْنه‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫سى َر‬ َ ‫ع ْن أ َ ِبي ُمو‬ َ
ِ ‫ام ُل ْال ِمس‬
‫ْك ِإ َّما أ َ ْن يُحْ ِذ َيكَ َو ِإ َّما أ َ ْن‬ ِ ‫خ ْال ِك‬
ِ ‫ير فَ َح‬ ِ ‫ام ِل ْال ِمس‬
ِ ِ‫ْك َونَاف‬ ِ ‫ح َوالس َّْوءِ َك َح‬
ِ ‫صا ِل‬
َّ ‫ال‬
ِ ‫ط ِيبَةً َونَافِ ُخ ْال ِك‬
‫ير ِإ َّما أ َ ْن يُحْ ِرقَ ثِيَابَكَ َو ِإ َّما أ َ ْن‬ َ ‫ع ِم ْنهُ َو ِإ َّما أ َ ْن ت َِجدَ ِم ْنهُ ِري ًحا‬
َ ‫ت َ ْبت َا‬
‫ (رواه البخاري‬.ً‫)ت َِجدَ ِري ًحا َخ ِبيثَة‬

Artinya: "Dari Abu Musa radliallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam beliau bersabda: “Perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk
bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi, bisa jadi penjual minyak wangi itu
akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan

3
Nashiruddin Al-Albani Muhammad, Shahih Sunan Ibnu majah (Jakarta: Ebook Creator, 2008) halm 19991
4
mendapatkan bau wanginya sedangkan pandai besi hanya akan membakar bajumu atau
kamu akan mendapatkan bau tidak sedapnya.” (HR.Al-Bukhari (no.5108), Muslim
(no.2628), Ahmad (no.19163).

Dari hadits di atas dapat memberikan ibrah kepada kita , bahwa siapapun kita
ketika bergaul dengan sesama, harus bisa memilih dengan siapa kita bergaul dan
bagaimana kita bergaul. sebagaimana firman.

َ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬


َّ ‫َّللا َوكُونُوا َم َع ال‬
َ‫صا ِدقِين‬

Artinya :” Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allâh, dan
hendaklah kalian bersama orang-orang yang jujur (benar)! [At-Taubah/9:119]
Jelas, bahwa ayat di atas memerintahkan kita sebagai pribadi maupun orang tua
untuk bergaul dengan orang yang jujur. Niscaya kita dan anak keturunan kita menajdi
orang mukmin yang jujur dan benar.4

- Hadits 4 (orang-orang yang saling mencintai karena Allah subhanahu


wata’ala )

َ‫َّللا يَقُو ُل يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة أَيْن‬


َ َّ ‫سلَّ َم إِ َّن‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫ع ْن أَبِي ه َُري َْرة َ قَا َل قَا َل َرسُو ُل‬
َ ‫َّللا‬ َ
ُّ ُ
‫ رواه مسلم‬.‫ْال ُمت َ َحابُّونَ ِب َج ََل ِلي ال َي ْو َم أ ِظل ُه ْم فِي ِظ ِلي َي ْو َم ََل ِظ َّل ِإ ََّل ِظ ِلي‬
ْ

Artinya: "Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman pada hari kiamat kelak: “Mana
orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Hari ini kunaungi mereka, di
mana tidak ada naungan pada hari ini selain naungan-Ku.” (HR. Muslim (no.4655),
Ahmad (no.7190), Malik (no.1776)).
Sungguh Maha luas rahmat Allah subhanahu wata’ala, ketika kecintaan-Nya
diberikan kepada setiap orang yang saling mencinta karena-Nya. Ketika
Allah subhanahu wata’ala sudah mencintai hamba-Nya, ini berarti hamba itu telah
selamat dari murka-Nya.. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

4
Al-Khudlori Sholih, Dakwah, http://ibnuabbasjogja.or.id/, 10 September 2021, 16:61.

5
‫َّللا َوأ َ ِحبَّا ُؤهُ قُ ْل فَ ِل َم يُ َع ِذبُكُ ْم ِبذُنُو ِبكُ ْم َب ْل أ َ ْنت ُ ْم‬
ِ َّ ‫ارى نَحْ ُن أ َ ْبنَا ُء‬َ ‫ص‬ َ َّ‫ت ْال َي ُهودُ َوالن‬ ِ َ‫َوقَال‬
‫ض َو َما‬ ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬ ِ ‫اوا‬َ ‫س َم‬ َّ ‫لِل ُم ْلكُ ال‬ ِ َّ ِ ‫ِب َم ْن يَشَا ُء َو‬ ُ ‫بَشَر ِم َّم ْن َخ َلقَ يَ ْغ ِف ُر ِل َم ْن يَشَا ُء َويُ َعذ‬
‫ير‬
ُ ‫ص‬ ِ ‫بَ ْينَ ُه َما َو ِإ َل ْي ِه ْال َم‬
“Orang-orang Yahudi dan Nasroni mengatakan: “Kami ini adalah anak-anak
Allah dan kekasih-kekasih-Nya”. Katakanlah: “Maka mengapa Allah menyiksa kalian
karena dosa-dosa kalian?” (Kalian bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-
Nya), tetapi kalian adalah manusia(biasa) di antara orang-orang yang diciptakan-Nya
dan Allah mengampuni siapa saja yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang
dikehendaki-Nya…” (QS. al-Maidah [05]: 18)

- Hadits 5 (hadits tentang bermanis muka/senyum)

‫شيْئا‬ ِ ‫سلَّ َم ََل تَحْ ِق َر َّن ِم ْن ْال َم ْع ُر‬


َ ‫وف‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ َ ‫ع ْن أ َ ِبي ذَ ٍر قَا َل قَا َل ِل‬
ُّ ‫ي النَّ ِب‬ َ
‫ رواه مسلم‬.‫ق‬ ْ َ َ ْ
ٍ ‫َول ْو أ ْن ت َلقَى أخَاكَ بِ َوجْ ٍه طل‬َ َ
Artinya: "Dari Abu Dzar dia berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata
kepadaku: “Janganlah kamu menganggap remeh sedikitpun terhadap kebaikan,
walaupun kamu hanya bermanis muka kepada saudaramu (sesama muslim) ketika
bertemu.” (HR. Muslim (no.4760), dan at-Tirmidzi (no.1833)).
Senyum adalah bagaimana kita mengekspresikan rasa yang kita alami kepada
seseorang. Bentuk dari kelembutan hati dan wujud dari cahaya hidayah sunnah dalam
menghadapi kehidupan yang diberikan oleh Allah SWT.
- Hadits 6 .Haram Duduk Berdua (Berkhilwat) Dengan Perempuan Bukan
Muhram. Uqbah Ibn Amir ra. Menerangkan:

َ‫ فَقَا َل َر ُجل ِمن‬, ِ‫ساء‬ َ َّ‫علَى الن‬ ْ ‫ ِإيَّاكُ ْم َواالد‬: ‫سلَّم قَا َل‬
َ ‫ُّخو َل‬ َ ‫ع ِلي ِه َو‬ ِ ‫سو ُل‬
َ ‫هللا‬ ُ ‫أ َ َّن َر‬
‫ت‬ ْ ‫ط ُو‬
ْ ‫اال َم ْو‬ ْ ‫ ْال َح‬: ‫هللا ! أَفَ َرأيْتَ ْال َح ْم َو؟ قَا َل‬
ِ ‫ َيارسُو َل‬: ‫ار‬ ِ ‫ص‬َ ‫ْاْل ْن‬

“Bahwasannya Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: janganlah kamu masuk ke kamar-


kamar perempuan. Seorang laki-laki Anshar berkata: Ya Rasulullah terangkan padaku
bagaimana hukum masuk ke dalam kamar ipar perempuan. Nabi ‫ ﷺ‬menjawab; ipar itu
adalah kematian (kebinasaan).”(al bukhari 67:111: muslim 39:8: Al lu’lu-u wal marjan
3;69-70)
6
Nabi tidak membenarkan kita masuk ke kamar-kamar perempuan, maka hal ini
memberi pengertian, bahwa kita dilarang duduk-duduk berdua-duaan saja dalam sebuah
bilik dengan seorang perempuan tanpa mahramnya. Diterangkan oleh An Nawawy,
bahwa yang dimaksud dengan Hamwu disini, ialah kerabat-kerabat si suami seperti
saudaranya, anak saudaranya dan kerabat-kerabat lain yang boleh mengawini istrinya
bila ia di ceraikan atau meninggal. Yang tidak masuk ke dalam kerabat disini ialah ayah
dan anak si suami karena mereka di anggap mahram. Nabi menerangkan bahwa
kerabat-kerabat si suami menjumpai si istri itu sama dengan menjumpai kematian,
karena menyendiri dalam kamar memudahkan timbul nafsu jahat yang membawa pada
kemurkaan Allah dan membawa kepada kebinasaan, atau menyebabkan si suami
menceraikan istrinya jika sang suami pencemburu. Jelasnya, takut kepada mudah
timbul kejahatan dari kerabat-kerabat itu adalah lebih mudah daripada yang dilakukan
oleh yang bukan kerabat. Dalam Al-Kafi, Imam As shidiq a.s diriwayatkan berkata:
“waspadalah hawa nafsumu sebagaimana engkau mewaspadai musuhmu. Sebab tidak
ada musuh yang lebih berbahaya bagi manusia selain ketundukan pada hawa nafsu dan
perkataan lidahnya.”5
- Hadits 7 tentang memandang wanita
َّ ِ‫ص َرهُ إ‬
‫ال أحْ دَثَ هللا لَهَ ِعبَادَة ً يَ ِجدُ َح ََل َوتَ َها‬ َ َ‫ض ب‬ ْ ‫ى إِ ْم َرأةٍ أَ َّو َل ن‬
ُّ ُ‫َظ َرةٍ ث ُ َّم يَغ‬ َ َ‫امِن ُم ْسل ٍِم يَ ْنظُ ُر إِل‬
ْ ‫َم‬
“Tidaklah seorang muslim yang memandang seorang wanita dalam pandangan
pertamanya. Kemudian ia palingkan pandangannya kecuali Allah menjadikannya nilai
ibadah yang akan dirasakan kemanisannya.” “Memandang wanita (bukan muhram)
merupakan salah satu anak panah iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut
akan Adzab Allah. Maka Allah akan menganugrahkan kepadanya iman yang dirasakan
manisnya dalam hatinya.”[8]. 6

3.3 Macam-Macam Tata Pergaulan

Bersosialisasi dengan sesama makhluk hidup, baik sesama muslim atau non
muslim harus menggunakan aturan-aturan, agar tercipta kehidupan yang tentram dan
nyaman. Sudah tidak dipungkiri lagi kalau hidup tenang dan tentram akan dirasakan

5
Imam Khomeni, 40 Hadits Telaah Atas Hadits-Hadits Mistis dan Akhlak (Bandung:PT Mizan Pustaka,2004)
hal 196
6
Siti Hafidoh, Tata Pergaulan, hal 3-4

7
kenyamanan. Dalam Islam sudah dibuat aturan-aturannya. Seperti sabda Rasulullah
SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari sebagai berikut:

‫ َوكُ ْونُ ْوا ِعبَادَ هللاِ إِ ْخ َوانًا‬، ‫ َوالَ تَدَابَ ُر ْوا‬، ‫غض ُْوا‬
َ ‫ َوالَ تَبَا‬، ‫ َوالَ تَنَا َجشُ ْوا‬، ‫ال ت َحاسدُوا‬
“Jangan kalian saling mendengki, jangan saling najasy, jangan saling
membenci, jangan saling membelakangi! dan hendaklah kalian menjadi hamba-hamba
Allâh yang bersaudara.” (HR. Bukhari dan Muslim) 7

Dari hadis di atas diketahui bahwa agama Islam adalah agama yang
memperhatikan umatnya dari segi bersosialisasi dengan sesama makhluk sosial. Setelah
adanya perhatian tersebut, itu belum menentukan ketenangan hidup. Karena sejatinya
kenyamanan dan ketenangan hidup itu harus dimualai dari kepribadian masing-masing
individu. Apakah ia menjalankan aturan-aturan, atau mengabaikannya. Karena tidak
sedikit perkelahian-perkelahan bahkan peperangan terjadi disebabkan tidak menaati
peraturan yang telah ditetapkan.

- Tata Pergaulan Sesama Muslim


Agama islam adalah agama yang menuntun kepada jalan kebenaran dan tidak
ada lagi keraguan didalamnya. 8 Tidak lepas dari itu, karena islam mengatur segala
aspek kehidupan, dimulai dari bangun tidur sampai tertidur kembali. Seperti halnya
ketika hendak tidur dan bangun tidur islam mengajarkan untuk berdoa agar selalu
mengingat kepada sang penciptanya.
Berikut beberapa tata pergaulan sesama muslim:
1. Pertama, larangan berduaan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram dan
belum resmi menikah. para ulama telah sepakat bahwa perbuatan seperti itu hukumnya
haram. Tanpa pengecualian.
2. jauh yang membutuhkan waktu minimal dua hari.
3. saling menghormati, mengasihi dan saling menyayangi satu sama lain. baik kecil
dengan besar, kaya dengan miskin, maupun bawahan dengan atasan. Bukan hanya
sebuah ajaran semata, akan tatapi juga sebagai anjuran yang harus dilaksanakan.
Sebagaimana sabda Rasulallah saw :

7
An-Nawawi, Matan Hadits Arba’in, ( Jakarta: Pustak Ibnu ‘Umar), Hal. 54
8
Depatemen Agama Republik Indonesia, Al-‘Aliyy (Bandung: Diponerogo, 2006), Hal. 3
8
َ‫اح ُمون‬
ِ ‫الر‬ ِ َّ ‫ قَا َل قَا َل َرسُو ُل‬،‫ع ْم ٍرو‬
َّ " ‫َّللا صلى هللا عليه وسلم‬ َ ‫َّللا ب ِْن‬ َ ‫ع ْن‬
ِ َّ ‫ع ْب ِد‬ َ
ِ‫س َماء‬ ِ ‫ار َح ُموا َم ْن فِي األ َ ْر‬
َّ ‫ضيَ ْر َح ْمكُ ْم َم ْن فِي ال‬ ْ ‫الرحْ َم ُن‬
َّ ‫يَ ْر َح ُم ُه ُم‬
Artinya: "Orang orang yang penyayang itu akan dikasihi oleh Yang
Mahapenyayang Yang Mahasuci lagi Mahatinggi, maka sayangilah makhluk yang ada
9
di bumi niscaya kalian akan disayangi oleh makhluk yang ada di langit."
- Tata Pergaulan dengan Non Muslim

Seperti halnya pergaulan dengan sesama muslim, pergaulan dengan non


muslim juga harus menggunakan akhlak yang baik, dan juga harus diperlakukan seperti
saudara sekemanusiaan. Tiada perbedaan antara mereka dari segi kemanusiaan, karena
itu tidak wajar ada istilah “pihak lain” karena semua manusia sama dari segi
kemanusiaan. Yang ada hanya “kita” bukan “kami”.

hubungan keagamaan tidak membatalkan hubungan kemanusiaan Al-Quran


menyebutkan:

َ ‫اس ِإنَّا َخلَ ْق َٰنَكُم ِمن ذَك ٍَر َوأُنث َ َٰى َو َج َع ْل َٰنَكُ ْم شُ ُعوبًا َوقَ َبا ٓ ِئ َل ِلت َ َع‬
َ‫ارفُ ٓو ۟ا ۚ ِإ َّن أ َ ْك َر َمكُ ْم ِعند‬ ُ َّ‫َٰ َيٓأَيُّ َها ٱلن‬
‫ع ِليم َخ ِبير‬
َ ‫ٱلِل‬ َ َّ ‫ٱلِل أَتْقَ َٰىكُ ْم ۚ ِإ َّن‬
ِ َّ

Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seoran,g perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal (QS. AL-Hujurat [49]: 13).10

Dari ayat ini, dapat diketahui bahwa seluruh manusia, baik itu kaya atau miskin,
muda atau tua, kecil atau besar itu tidak menjamin ketinggian derajatnya dihadapan
tuhan semesta alam. Akan tetapi, ketinggian derajat bisa dibedakan tergantung kadar
ketaqwaannya kepada sang Khalik.

9
Muhammad, Al-Mau’idatu al-‘Usfuriyah, ( al Haramain) cet. Ke-1, hlm. 2
10
7 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-‘Aliyy (Bandung: Diponerogo, 2006), Hal. 412

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pergaulan yang baik ialah melaksanakan pergaulan menurut norma-norma
kemasyarakatan yang ti dak bertentangan dengan hukum syara’, serta memenuhi segala
yang berhak mendapatkannya. Me lakukan pergaulan baik bisa dilakukan oleh siapa
saja dan kapan saja. Tergantung orang yang berk einginan atau tidak. Karena semua hal
itu tergantung diri masing-masing, tidak ada yang harus dip akssa dan memaksa,
keinginan yang berasal dari hati maka akan menghasilkan yang baik.
Pergaulan yang ia lakukan itu akan mencerminkan kepribadiannya, baik
pergaulan yang positif maupun pergaulan yang negatif. Pergaulan yang positif itu dapat
berupa kerjsama antar individu atau kelompok guna melakukan hal-hal yang postif.
Sedangkan pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah
yang harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih jati dirinya. Dalam usia remaja
ini biasanya seorang sangat labil, mudah terpengaruh bujukan dan bahkan dia ingin
mencoba sesuatu yang baru yang mungkin dia belum itu baik atau tidak.
Tata pergaulan biasanya berbentuk tata cara kebiasaan setempat atau hukum
atau kebiasaan turun temurun (hukum adat). Tata pergaulan merupakan nirma-norma
kesopanan merupakan terdapat disegala bentuk pergaulan dimasyarakat. Tata pergaulan
adalah suatu tata aturan yang dilaksanakan sebagai kewajiban sosial.
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan senantiasa
membutuhkan kehadiran orang lain. Istilah pergaulan berarti kegiatan manusia untuk
membaur bersama manusia lainnya dan berinteraksi satu sama lain.

10
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth B.Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehiudpan, 1992 (Jakarta: Erlangga)
Rachmat Syafe’i, Al-Hadits (Aqidah, Akhlak, Sosial dan Hukum), 2003 (Jakarta
: PT. Pustaka Setia)

Yusuf al-Qardhawi, Fiqh al-jihad ,2010 (Bandung:PT Mizan Pustaka,)

Nashiruddin Al-Albani Muhammad, Shahih Sunan Ibnu majah 2008 (Jakarta:


Ebook Creator, 2008)

Al-Khudlori Sholih, Dakwah, http://ibnuabbasjogja.or.id/, 10 September 2021,


16:61.

Imam Khomeni, 40 Hadits Telaah Atas Hadits-Hadits Mistis dan Akhlak 2004
(Bandung:PT Mizan Pustaka)

Siti Hafidoh, Tata Pergaulan, hal 3-4


An-Nawawi, Matan Hadits Arba’in, ( Jakarta: Pustak Ibnu ‘Umar)

Depatemen Agama Republik Indonesia, Al-‘Aliyy 2006 (Bandung: Diponerogo)


Syafe’I Rachmat, Al-Hadis, Aqidah, Akhlaq, Sosial, dan Hukum, 2000
(Bandung, Pustaka Setia)

Muhammad, Al-Mau’idatu al-‘Usfuriyah, ( al Haramain)


1
7 Depatemen Agama Republik Indonesia, Al-‘Aliyy 2006 (Bandung: Diponerogo)

11

Anda mungkin juga menyukai