Anda di halaman 1dari 7

KONSEP ISLAM TENTANG HUBUNGAN SOSIAL

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Islam Terapan

Dosen Pengampu: Adri Efferi, M.Pd. I.

Di susun oleh:

1. Dina Amalia (2210210004)


2. Angelina Shondaqh (2210210010)
3. Riyan Amrissalam (2210210014)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq
dan hidayah-Nya sehingga resume yang di buat untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Ilmu Islam Terapan dapat terselesaikan dengan lancar tanpa halangan suatu
apapun.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Adri Efferi M.Pd. I. selaku dosen
mata kuliah Ilmu Islam Terapan yang telah membimbing dalam penugasan membuat
resume ini. Dan kami juga mengucapkan pada teman-teman yang sudah membaca resume
ini.
Diharapkan dengan adanya resume ini, dapat menambah pemahaman dasar
terhadap materi perkuliahan Ilmu Islam Terapan. Dengan penuh kesadaran bahwa
resume ini perlu disempurnakan lagi, sehingga kritik dan saran dibutuhkan untuk
penyajian serta isinya sangat diperlukan.

Kudus, 27 april2023

Penulis
A. PENGERTIAN HUBUNGAN SOSIAL

Hubungan sosial merupakan kegiatan interaksi sosial masyarakat yang


melakukan tindakan untuk memberi informasi dan mempengaruhi satu sama lain,
hubungan dapat stabil jika di jalani dengan penuh kesadaran serta toleransi.
Menurut gillin hubungan sosial adalah hubungan yang dinamis yang menyangkut
hugungan antar individu, antar kelompok, dan antar orang dengan kelompok.
Secara umum hubungan sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dan
kelompok yang lain. Namun ketika menjalaninya dengan penyimpangan sosial
maka dampak yang akan terjadi dari masyarakat yakni adanya dinamika
kelompok sosial, misalnya peperangan konflik sosial dan penyimpangan lainnya.
Proses terjadinya kontak sosial di masyarakat bisa menciptakan umpan balik yang
terakumulasi yaitu melalui respon dalam bentuk tindakan dan pada bentuk
kelompok sosial ke kelompok lainya, maupun individu yang satu dengan individu
yang lain.

Oleh karena itu hubungan sosial akan terbuka, namun juga bisa bersifat
tertutup (privasi). Islam mengajarkan untuk saling melengkapi, saling membantu,
dan saling berinteraksi kepada siapapun. Siapapun tidak akan rugi jika saling
membantu, justru dengan hal tersebut hubungan manusia tidak akan putus dan
terjaga sampai kapanpun. Hubungan sosial cepat terjadi di masyarakat karena
masyarakat secara umum memiliki alasan untuk memperoleh kepentingan
bersama yang telah memiliki tatanan hidup, norma norma, dan adat istiadat dalam
lingkungannya. Dalam Islam, hubungan sosial disebut dengan istilah hablum
minannaasi (hubungan dengan sesama manusia), pengertiannya juga tidak
berbeda dengan pengertian hubungan sosial diatas, yaitu hubungan dengan
individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok.
Contohnya, Saling sapa, berjabat tangan, silaturrahim, solidaritas sosial, ukwah
islamiah dan lai-lain. Hubungan sosial tidak hanya terjadi dikalangan komunitas
atau suatu kelompokya saja tetapi juga diluar komunitasnya.
B. BENTUK HUBUNGAN SOSIAL DALAM ISLAM
Hubungan sosial mempunyai bentuk-bentuk yang terbagi menjadi
beberapa bentuk tertentu berdasarkan sifatnya, yaitu hubungan sosial positif dan
negatif. Hubungan sosial yang bersifat positif dinamakan asosiatif, sedangkan
hubungan sosial yang bersifat negatif disebut dengan disosiatif. Hubungan sosial
asosiatif terbagi menjadi tiga yakni: kerja sama, akomodasi, dan akulturasi.
Sedangkan hubungan sosial disosiatif terbagi menjadi tiga yakni: persaingan,
kontraversi, dan konflik.
Dijelaskan dalam ayat alqur`an yang merupakan ayat yang berkaitan dengan
hubungan sosial (QS. Al-Hujurat: 13) yang berbunyi:
‫ا‬
‫س اَِّن َخلَ ْق ۤن ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر واُنْثۤى َو َج َع ْلۤن ُك ْم ُشعُ ْواًب وقَبَآئِ َل لِتَ َعا َرفُ ْوا ۗ اِن‬
ُ ‫ا‬ ‫الن‬ ‫ا‬‫ه‬ ‫ي‬ ‫ٰي‬
َ ُّ َۤ
ِ ِ ِ ِ
‫اَ ْكَرَم ُك ْم عْن َد ۤالل اَ تْ ۤقٮ ُك ْم ۗ ان ۤاللَ َعلْي رم َخبِ ْير‬
Artinya:
"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Maha Teliti." (QS. Al-Hujurat: 13).
Allah menurunkan ayat ini menjadi salah satu ayat alqur`an yang
menjelaskan hubungan sesama manusia. Allah menciptakan makhluknya secara
berbeda-beda, ada kelebihan dan kekurangan bukan tanpa tujuan bahkan yang
lain. Akan tetapi agar menjadikan kita saling mengenal satu sama lain,
memahami, saling menghormati, dan agar saling menghargai satu sama lain dari
setiap kekurangan maupun kelebihan yang dimiliki setiap makhluknya. Seperti
halnya hubungan sosial dalam perspektif islam yang mana di ajarakan oleh
Rasulullah saw yakni dengan memelihara hubungan silaturahmi. Banyak hadist
yang menjelaskan keutamaan dan manfaat dari silaturahmi, saling memberi
manfaat, saling menghargai dan saling menghormati.

‫ ((امل ْسلِ ُم َم ْن‬:‫ال‬


َ َ‫عن عبد هللا بن عمرو بن العاص رضي هللا عنهما عن النيب صلى هللا عليه وسلم ق‬
ُ
ِ ‫ وامله‬،ِ‫سلِم املسلِمو َن ِمن لِسانِِه وي ِده‬
.‫ ُمت َف رق َعلَ ِيه‬.))ُ‫اج ُر َم ْن َه َجَر َما ََنَى هللاُ َعْنه‬ َُ َ َ َ َ ْ ُ ْ ُ َ َ

Dari Abdullah bin 'Amru radliyallahu 'anhuma dari Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam, bersabda: "Seorang muslim adalah orang yang semua orang islam
selamat dari lisan dan tangannya, dan seorang Muhajir adalah orang yang
meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.1"
Hadits ini memberikan petunjuk, barang siapa yang bisa menjaga lisan dan
tangannya dari saudara muslimnya maka sungguh sempurna islamnya dan barang
siapa hijrah dari apa yang dilarang Allah maka dia adalah seorang yang hijrah
sebenarnya.

C. SYARAT TERJADINYA HUBUNGAN SOSIAL


Sebelum menjelaskan syarat-syarat terjadinya hubungan sosial terlebih
dahulu dijelaskan ciri-cirinya, antara lain :
1. Pelaku jumlahnya lebih dari satu orang.
2. Terjadi komunikasi antara pelaku dengan menggunakan simbol-simbol.
3. Punya dimensi waktu: masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan
datang yang menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung.
4. Mempunyai tujuan-tujuan tertentu, bisa sama dan bisa pula berbeda.
Menurut Soerjono Soekonto ada dua syarat terjadinya hubungan sosial, yaitu:
1. Kontak Sosial (Social Contact).
Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih melalui
percakapan, atau dialog yang mana masing-masing pihak mengerti maksud

1
Rahmanda and Aulia Rahman, “Pembinaan Hubungan Sosial Menurut Islam,” Lathaif: Literasi Tafsir,
Hadis Dan Filologi 1, no. 1 (2022): 91, https://doi.org/10.31958/lathaif.v1i1.5921.
dan tujuannya. Kontak sosial terbagi menjadi dua yaitu, kontak sosial secara
langsung dan kontak sosial secara tidak langsung. Kontak sosial secara
langsung misalnya pertemuan dan dialog. Kontak sosial secara tidak langsung
yaitu, dengan menggunakan peralatan seperti telepon, radio, dan surat atau
yang paling populer saat ini yaitu melaui WA (whats App).

2. Komunikasi Sosial.

Sedangkan komunikasi sosial adalah suatu proses saling memberikan


tafsiran kepada atau dari perilaku pihak lain. Melalui tafsiran tersebut,
sesorang dapat mewujudkan perilaku sebagai bentuk reaksi terhadap maksud
atau peran yang ingin disampaikan oleh pihak lain.

D. ETIKA HUBUNGAN SOSIAL DALAM ISLAM


Dalam melakukan hubungan sosial harus ada etika yang dibangun sehingga
hubungan itu tetap harmonis, kondusif dan tidak terputus. Berkaitan dengan hal
tersebut, Islam menjelaskan beberapa etika tersebut, antara lain:

1. Tidak boleh saling memfitnah.


Perbuatan fitnah itu dilarang dalam ajaran Islam karena bertentangan
dengan kenyataannya. Dalam kehidupan sosial ditemukan beberapa bentuk
fitnah, yaitu fitnah terhadap harta, anak, keluarga, dan jabatan. bahkan
perilaku tersebut cukup sulit dihindari oleh sebagian masyarakat. Dari segi
pergaulan sosial, fitnah itu cukup merugikan orang lain dan dampaknya dapat
menimbulkan permusuhan, kebencian, dendam dan terputusnya hubungan
silaturrahim.
2. Tidak boleh menghina atau menghujat sesama muslim.
Perilaku tersebut sering ditemukan dalam kehidupan sosial. Orang begitu
mudah tersinggung, menghina, menghujat tanpa alasan yang jelas.
Dampaknya, yakni sering terjadi permusuhan, kebencian, bahkan juga
pertengkaran sesama muslim yang pada akhirnya mengganggu ukhwah
Islamiyah.
3. Tidak boleh berburuk sangka kepada orang lain (suudzan).
Dalam Islam, sifat buruk sangka tidak dibenarkan dan termasuk kedalam
kategori akhlak al-mazmumah (akhlak tercela).
4. Bersikap jujur dan adil.

Dalam kehidupan sosial tidak dibenarkan seseorang yang penuh dengan


kebohongan dan ketidak adilan, karena dapat merugikan pribadi, keluarga,
masyarakat bahkan merugikan negara. Sedangkan seorang yang jujur dan adil
mereka akan dihormati, dicintai oleh rakyat dan diteladani kepribadianya.

5. Bersifat tawadhu’ atau rendah diri.


Tawadhu’ merupakan salah satu sikap yang dibangun dalam interaksi
sosial. Dan tidak dibenarkan seseorang yang bersifat sombong karena adanya
jabatan atau status sosial.
6. Berakhlak mulia.
Bustanuddin Agus mengatakan bahwa sesorang yang berakhlak mulia
akan mengantarkan bangsa itu menjadi baik dan dihormati dalam hubungan
internasional. Tetapi apabila masyarakat dan bangsanya tidak berakhlak mulia
maka bangsa itu tidak dihormati dan mengalami kehancuran. Perilaku atau
berakhlak mulia tidak cukup kalau hanya sebatas ungkapan tetapi harus dalam
perilaku nyata.

Beberapa sifat di atas merupakan perbuatan-perbuatan yang mampu


memperbaiki hubungan baik antar manusia dengan sesama. Oleh sebab itu, Allah
SWT mengajarkan kita untuk melakukan beberapa perbuatan ini agar terciptanya
sebuah hubungan yang harmonis, penuh dengan kedamaian dan kenyamanan
dalam kehidupan sesama.

Anda mungkin juga menyukai