Disusun Oleh:
Dosen Pengampuh:
PALEMBANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “HAKIKAT
MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN ISLAM” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam, UIN Raden Fatah Palembang. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang hakikat masyarakat dalam pendidikan
islam bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Drs, Abu Mansur, M.Pd.I selaku dosen
mata kuliah filsafat pendidikan islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga penulus dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Nurul Azizah
i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
Daftar isi.....................................................................................................................................ii
BAB I........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A. Pengertian Hakikat Masyarakat.........................................................................................2
B. Tatanan Hidup Bermasyarakat Menurut Pandangan Islam...............................................3
BAB III.......................................................................................................................................5
PENUTUP..................................................................................................................................5
a. Kesimpulan.........................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah mahkluk Allah SWT yang diciptakan dalam rupa yang
paling sempurna, sebagaimana disebutkan dalam Q.S. At-Tīn/95: 4 yang artinya:
“sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Tetapi dalam melaksanakan kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan peran
antar sesama manusia yang biasa disebut dengan interaksi sosial.
Dalam kehidupannya, manusia bukan saja sebagai mahkluk individual, tetapi
manusia juga sebagai mahkluk sosial. Perannya sebagai mahkluk individual, manusia
membutuhkan makan, minum, istirahat, tempat tinggal dan kebutuhan lainnya.
Sedangkan perannya sebagai mahkluk sosial, manusia membutuhkan orang lain guna
melangsungkan kebutuhan hidupnya.
Sekumpulan manusia yang hidup dan saling berinteraksi satu dengan yang
lain serta membentuk suatu sistem tatanan hidup dalam suatu tempat tinggal atau
wilayah inilah yang nantinya disebut dengan masyarakat. Maka untuk lebih mengetahui
mengenai masyarakat disini penulis akan menjelaskan mengenai masyarakat dalam
pendidikan islam.
Dari latar belakang diatas maka penulis mengambisl tiga rumusan masalah yaitu:
a. Apa itu masyarakat?
b. Jelaskan bagaimana pandangan islan mengenai masyarakat!
c. Jelaskan bagaimana pandangan islam mengatur tatanan hidup bermasyarakat!
1
BAB II
PEMBAHASAN
ؕۡت ِّم ۡۢن بَ ۡي ِن يَد َۡي ِه َو ِم ۡن خ َۡلفِ ٖه يَ ۡحفَظُ ۡونَهٗ ِم ۡن اَمۡ ِر هّٰللا ِؕ اِ َّن هّٰللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَ ۡو ٍم َح ٰتّى يُ َغيِّر ُۡوا َما بِا َ ۡنفُ ِس ِهم
ٌ لَهٗ ُم َعقِّ ٰب
َواِ َذ ۤا اَ َرا َد هّٰللا ُ بِقَ ۡو ٍم س ُۡۤو ًءا فَاَل َم َر َّد لَ ۚهٗ َو َما لَهُمۡ ِّم ۡن د ُۡونِ ٖه ِم ۡن وَّا ٍل
“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan
dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada
yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
2
Jadi dapat kita pahami bahwa masyarakat dalam pandangan islam yaitu orang-
orang yang ingin mewujudkan tatanan masyarakat yang sesuai dengan petunjuk Al-
Qur’an dan sunnah rasulullah ﷺsebagaimana dalam surah Ar-Ra’d ayat 11 bahwa Allah
tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum tersebut mengubah nasibnya
sendiri. Maka dari itu suatu masyarakat harus mempunyai tatanan hidup yang sesuai
dengan syari’at-syari’at islam agar memiliki kehidupan yang bahagia dunia dan di
akhirat antar masyarakat dan menghindari dari hal-hal yang tidak seusai dengan ajaran
islam mengenai tatanan bermasyarakat.
3
Adapun penjelasan dari ayat di atas yaitu:
Ayat 11 menjelaskan bahwa dalam bermasyarakat seseorang dilarang untuk
mengolok-ngolok atau mencaci maki orang lain karena belum tentu seseorang yang di
caci maki itu lebih buruk daripada orang yang mencaci maki karena bisa jadi orang
yang di caci lebih baik daripada orang yang mencaci di hadapan Allah. Selain itu ayat
11 juga menjelaskan adab tatanan bermasyarakat bahwa janganlah memanggil dengan
panggilan atau gelar yang buruk Karena hal tersebut biasa saja membawa dampak
negative seperti permusuhan dan lain-lain sebagainya.
Ayat 12 : Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Quran menerangkan bahwa suatu hal
yang mengiringi dugaan merupakan awal mula seseorang untuk membongkar aib dan
mengetahui keburukan saudaranya sendiri. Perilaku buruk ini berdasarkan ayat di atas
jelas sangat dilarang dan harus kita jauhi. Sementara menurut Ibnu Katsir dalam
Tafsir Al Qur’anil ‘Adhim juga menjabarkan ayat di atas Menurutnya, dengan tegas
Allah melarang seluruh hamba-Nya yang beriman agar menjauhi prasangka buruk
(su’uzan). Membicarakan keburukan orang lain atau serinng kita sebut dengan ghibah
dalam ayat tersebut juga diibaratkan sedang memakan bangkai saudaranya sendiri.
Bisa dibayangkan perbuatan memakan bangkai tentu sesuatu yang sangat hina bagi
kita manusia.
Ayat 13 menjelaskan bahwa dalam bermasyarakat Allah menciptakan manusia dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan yang berebeda suku dan bangsa agar saling
mengenal, dan dari ayat ini pula dapat kita ambil kesimpulan bahwa dalam
bermasyarakat seseorang harus saling menghormati tidak memandaang ras, suku,
warna kulit dan lan-lain sebagainya.
4
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dalam pandangan islam masyarakat adalah sekelompok manusia yang hendak
mewujudkan masyarakat yang ideal dengan berpedoman kepada petunjuk-petunjuk
Al-quran dan sunnah rasul ﷺ. Sedangkan secara lebih spesifik yakni sekelompok
umat islam yang memiliki cirri-ciri dalam sikap, prilaku, budaya dan yang lainnya
sesuai dengan syari’at islam. Sebagaimana firman Allah SWT. Dalam QS. Ar-Ra’d
Ayat 11
ؕۡ ِهمƒا بِا َ ۡنفُ ِسƒƒو ٍم َح ٰتّى يُ َغيِّر ُۡوا َمƒۡ ƒَت ِّم ۡۢن بَ ۡي ِن يَد َۡي ِه َو ِم ۡن خ َۡلفِ ٖه يَ ۡحفَظُ ۡونَهٗ ِم ۡن اَمۡ ِر هّٰللا ِؕ اِ َّن هّٰللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِق
ٌ لَهٗ ُم َعقِّ ٰب
هّٰللا
ٍ َواِ َذ ۤا اَ َرا َد ُ بِقَ ۡو ٍم س ُۡۤو ًءا فَاَل َم َر َّد لَ ۚهٗ َو َما لَهُمۡ ِّم ۡن د ُۡونِ ٖه ِم ۡن و
َّال
5
orang yang di caci lebih baik daripada orang yang mencaci di hadapan Allah.
Selain itu ayat 11 juga menjelaskan adab tatanan bermasyarakat bahwa janganlah
memanggil dengan panggilan atau gelar yang buruk Karena hal tersebut biasa saja
membawa dampak negative seperti permusuhan dan lain-lain sebagainya.
• Ayat 12 : Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Quran menerangkan bahwa suatu hal
yang mengiringi dugaan merupakan awal mula seseorang untuk membongkar aib
dan mengetahui keburukan saudaranya sendiri. Perilaku buruk ini berdasarkan ayat
di atas jelas sangat dilarang dan harus kita jauhi. Sementara menurut Ibnu Katsir
dalam Tafsir Al Qur’anil ‘Adhim juga menjabarkan ayat di atas Menurutnya,
dengan tegas Allah melarang seluruh hamba-Nya yang beriman agar menjauhi
prasangka buruk (su’uzan). Membicarakan keburukan orang lain atau serinng kita
sebut dengan ghibah dalam ayat tersebut juga diibaratkan sedang memakan
bangkai saudaranya sendiri. Bisa dibayangkan perbuatan memakan bangkai tentu
sesuatu yang sangat hina bagi kita manusia.
• Ayat 13 menjelaskan bahwa dalam bermasyarakat Allah menciptakan manusia dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan yang berebeda suku dan bangsa agar
saling mengenal, dan dari ayat ini pula dapat kita ambil kesimpulan bahwa dalam
bermasyarakat seseorang harus saling menghormati tidak memandaang ras, suku,
warna kulit dan lan-lain sebagainya
6
DAFTAR PUSTAKA