ISLAMI
Disusun Oleh :
Hadi Samsudin Umar
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, karena nikmat dari-Nya lah sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Peran Pemuda Muslim dalam Mewujudkan
Masyarakat yang Islami”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW, beserta keluarga, sahabat, dan kita para pengikutnya yang Insya Allah
senantiasa istiqomah di jalan-Nya.
Dalam menyelesaikan makalah ini saya telah berusaha untuk mencapai hasil
yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan, pengetahuan, pengalaman dan
kemampuan yang saya miliki, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka kritik dan saran yang membangun sangat saya butuhkan. Mohon maaf
apabila banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat dan berguna bagi kita semua.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Alangkah banyaknya orang atau masyarakat yang mengatasnamakan Islam,
sementara mereka mengusir nilai-nilai keislaman. Atau sekedar berpegang pada bentuk
lahiriyahnya saja, sementara mereka berpaling dari ruhnya. Atau beriman terhadap
sebagian dan kufur terhadap sebagian yang lainnya. Atau hanya ikut bersenang-senang
dengan hari-hari besar Islam, sementara mereka berwala' (memberikan loyalitasnya)
kepada para musuh dan menentang para da'inya serta menolak syari'atnya
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Khilafah rasyidah telah dipimpin oleh para khalifah yang kesemuanya
merupakan al-sabiqun al-awwalun sekaligus kader-kader inti, yakni orang-orang yang
telah dibina oleh Nabi dalam kurun waktu yang sangat lama ditengah-tengah berbagai
fitnah yang menghadang. Nabi saw telah dengan begitu baik melakukan kaderisasi,
sehingga ketika beliau harus menemui al-rafiq al-a‟la, telah siap para kader yang siap
menggantikan beliau. Betapa mantapnya kaderisasi ini, bahkan Nabi tidak merasa perlu
menetapkan secara tegas dan mutlak orang atau sekelompok orang yang harus
menggantikan kepemimpinan beliau.
Terbentuknya khilafah rasyidah tidaklah bermula dari nol. Kekhalifahan ini
hanya tinggal meneruskan masa yang lebih baik yang telah mendahuluinya, yakni masa
kenabian (namun bukan berarti tegaknya khilafah rasyidah ini tanpa tantangan, karena
sebagaimana diketahui bahwa diawal kekhalifahan ini telah muncul berbagai fitnah,
antara lain gelombang kemurtadan besar-besaran). Oleh karena itu, jika kita ingin
memahami bagaimana khilafah rasyidah bisa tegak maka pertanyaan kita harus
dialihkan pada bagaimana Masyarakat Madinah bisa tegak. Perjuangan untuk
menegakkan Negara Madinah dilakukan dengan tahapan-tahapan yang sangat tepat.
Syaikh Munir Al-Ghadban misalnya merinci tahapan-tahapan itu atas 1) tahapan sirriyat
al-da‟wah sirriyat al-tanzhim, 2) tahapan jahriyat al-da‟wah sirriyat al-tanzhim, 3)
tahapan jahriyat al-da‟wah jahriyat al-tanzhim. Sebagian ulama, sebagai misal yang
lain, merinci tahapan-tahapan itu berdasarkan bentuk jihad yang dilakukan : yakni 1)
tahapan menahan diri dan bersabar, 2) tahapan diijinkannya berjihad, 3) tahapan
kewajiban berjihad jika diserang, 4) tahapan kewajiban berjihad untuk memerangi
seluruh kaum musyrik yang menghalangi tegaknya dakwah dan risalah Islam. Ada juga
yang membagi tahapan-tahapan itu berdasarkan materi wahyu, yakni : 1) tahapan
penguatan aqidah dan nilai-nilai universal, 2) tahapan formasi dan penyempurnaan
syariat serta syiar-syiar Islam.
Nabi telah melakukan strategi-strategi dakwah terbaik yang senantiasa
berorientasi untuk kemaslahatan dakwah jangka panjang, meskipun secara jangka
pendek kelihatan merugikan. Contoh yang paling jelas adalah hijrah ke Habasyah untuk
mendapatkan keamanan, peristiwa Hudaibiyah untuk memperluas ruang gerak dakwah,
dan hijrah ke Madinah untuk memantapkan basis dakwah.
4
Nabi tidak segan-segan menjalin kerjasama, kesepakatan bersama, dan koalisi
dengan pihak-pihak luar jika memang hal itu mendatangkan maslahat terbaik bagi
dakwah. Sebagai contoh, beliau telah melakukan kesepakatan bersama dengan
komunitas Ahlul Kitab serta yang lainnya yang tertuang dalam Piagam Madinah dalam
rangka menjaga stabilitas Negara Madinah. Beliau juga telah menggalang koalisi
dengan berbagai negara tetangga dalam rangka menghadapi serangan negara-negara
sekutu atas Negara Madinah dalam Perang Ahzab
Khilafah rasyidah telah dibangun diatas prinsip egaliterisme (al-musaawaah)
dan keadilan yang merupakan perwujudan kalimat tauhid yang menafikan segala bentuk
feodalisme dan kesewenang-wenangan. Meyakini bahwa kepemimpinan atau kekuasaan
mereka merupakan amanah, bahkan ujian, dari Allah swt. Sehingga, tidaklah pernah
terlintas dalam benak mereka untuk bersikap aji mumpung dan adigang adigung
adiguna. Justeru mereka merasa amat berat ketika harus memikul amanah kekuasaan.
Implikasinya, mereka kemudian menjadi para penguasa yang tawadhu’ dan amat
empatik terhadap rakyatnya.
Rakyat pada masa khilafah rasyidah adalah masyarakat terbaik yang memiliki
tradisi amar ma’ruf nahy munkar yang amat kuat dan giat berpartisipasi dalam urusan
bernegara. Mereka bukanlah masyarakat yang cuek bebek terhadap masalah-masalah
politik dan bernegara. Mereka adalah generasi yang pernah diingatkan oleh Nabi bahwa
jika mereka melupakan atau melalaikan jihad untuk berpaling pada kenikmatan dunia
maka mereka akan ditimpa kehinaan yang sangat besar.
Khilafah rasyidah merupakan tatanan masyarakat dan negara yang dengan gigih
telah meneruskan tugas dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Sepeninggal Nabi,
tidak kemudian dakwah menjadi stagnan. Tetapi sebaliknya, dakwah semakin progresif.
Para sahabat dengan penuh kesadaran berpencar – dan tidak malah asyik berkumpul saja
– ke seluruh penjuru bumi yang sanggup mereka jangkau untuk menjadi para pelopor
dakwah. Pada masa Abu Bakar ra, ekspansi dakwah memang kurang optimal karena
beliau harus berkonsentrasi pada penciptaan stabilitas dalam negeri. Tetapi pada masa
Umar ra, ekspansi dakwah telah berlangsung amat hebat, dilanjutkan pada masa Utsman
ra, dan seterusnya.
5
2.3 Kontekstualisasi Konsep Ummah
6
BAB III
PEMBAHASAN
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Sebagai hamba yang beriman, kita diperihtahkan untuk bisa menerima bahwa
adanya berbagai macam perbedaan pendapat dan paham itu sudah merupakan
ketetapan Allah SWT. Dan juga sudah seharusnya kita menyikapi ini dengan secara
wajar. Dala arti sempi kita tetap menjalankan nilai nilai islam yang benar tanpa
menghindari interaksi dari berbagai golongan. Dalam tradisi ulama islam, perbedaan
pendapat bukanlah hal yang baru. Tidak terhitung jumlahnya kitab kitab ulama yang
disusun khusus untuk merangkum, membangdingkan, dan mengkaji berbagai
pandangan yang berbeda beda dengan argumentasinya masing masing.
7
Pada buku menuju jama’atul muslimin Husssain menyatakan bahwa pada
dasarnya realitas umat dewasa ini secara individu, keluarga, maupun masyarakat
sangat jauh dari hakikat keimanan kepada Allah, Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya ,
Rasul-rasul-Nya , hari akhir, serta qadar yang baik dan buruk. Ini dari segi aqidah,
sementara dari bidang ibadah pun demikian pula halnya. Umat Islam masih jauh
dari hakikat Islam yang tercemin dalam shalat, zakat, puasa dan hajinya. Sama
halnya dalam bidang syari’ah dan perundang-undangan umat ini masi jauh dari
hokum-hukum Islam dan ajaran-ajarannya. Dalam hal ini Ummah harus pandai
mengamalkan nilai nilai keislaman secara kaffah salah satunya memahami
perbedaan pendapat atau pemikiran dari berbagai kelompok. Bahwa sejatinya
masalah perbedaan adalah hal yang lumrah yang terjadi dalam kehidupan karena
tidak semua pandangan satu dengan yang lainnya haruslah sama. Sikap saling
mengasihi dan memahami adalah kunci dari persoalan ini. Kurangnya rasa
kepedulian Ummah dalam persoalan Ummah itu sendiri merupkan celah bagi
runtuhnya bangsa.
Kepekaan terhadap saudara sesama muslim yang harus tetap di jaga agar
esensi Ummah itu sendiri tidak hilang. Islam adalah risalah manusia seutuhnya di
dalam setiap peringkat hidupnya, dan risalah hidup dalam setiap aspek dan
lapangannya. Maka tidaklah heran apabila kita mendapati ajaran-ajaran Islam itu
seluruhnya memiliki ciri-ciri kesyumulan yang merangkumi setiap persoalan hidup
dan insan. Yang mana tiap-tiap muslim adalah saudara sudah sepantasnya kita tau
dan memahami apa yang dirasakan oleh Ummah kita sendiri.
8
3.2 Peran KAMMI dalam Mewujudkan Masyarakat Islami di Indonesia
Secara garis besar tahapan dalam perubahan social masyarakat islam adalah sebagai
berikut;
1. Mewujudkan pribadi muslim yang diridhai Allah (bina al-fardli al-muslim),
yaitu pribadi muslim yang penuh moralitas iman, Islam dan ihsan.
2. Mewujudkan rumah tangga dan keluarga Islami (bina‟ al usrah al-islamiyah)
yang diridhai Allah yaitu rumah tangga yang sakinah diliputi mawaddah serta
rahmah
3. Mewujudkan masyarakat dan lingkungan islam (bina‟ al-ijtima‟I al-
islamiyyah) yaitu lingkungan yang kondusif dan layak menerima berkah Allah
karena warganya yang beriman dan bertaqwa
9
KAMMI sebagai organisasi islam kepemudaan memiliki peran penting dengan
kaitannya terhadap peran di masyarakat. Perubahan merupakan hal yang pasti tejadi di
tengah masyarakat yang begitu heterogen dan dinamis. Pemuda merupakan agen yang
ideal dalam membawa nilai-nilai perubahan ke tengah-tengah masyarakat. Pemuda
menjadi ujung tombak pertumbuhan dan perkembangan bangsa.
Dalam konteks kemahasiswaan peran muslim negarawan adalah mampu
menghasilkan pemuda-pemuda yang baik dari segi fikriyah dan jasadiyah. Muslim
negarawan hendaknya mengonsep pemuda-pemuda peradaban sebagaimana firman
Allah, “Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan
mereka (Sang Pencipta), dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk” (QS. Al-
Kahfi:13). Al-Qur’an mencontohkan pada umumnya nabi dan rasul dalam upaya
memelopori gerakan pembaharuan tampil dari dirinya sendiri, seperti Nabi Daud As
dalam usia muda dari golongan minoritas dengan izin Allah berhasil menumbangkan
kekuasaan yang sudah mapan dan absolut (QS. 2: 249). Oleh karena itu pemuda muslim
wajib menguasai ilmu dunia dan akhirat. Seperti yang dikatakan oleh Hasan Al Banna
dalam buku Manhaj Islah bahwa "Islam tidak jengah dengan ilmu pengetahuan, tetapi
malah menjadikannya sebuah kewajiban sebagai penguat dan selanjutnya Islam banyak
mensugesti hal ini … Alquran tidak pernah membedakan antara ilmu dunia dengan
ilmu agama, bahkan menganjurkan agar mengambil dua-duanya.”
10
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Ummah adalah sebuah kata dan frasa dari bahasa Arab yang berarti
“masyarakat” atau ”bangsa”. Kata tersebut berasal dari amma-yaummu, yang dapat
diartikan “menuju”, “menumpu”, atau “meneladani”. Dari akar yang sama terbentuk
pula kata : um yang berarti “ibu”, dan iman yang berarti pemimpin. Dalam konteks
agama islam, kata Ummah bermakna seluruh persebaran Ummah islam atau ”komunitas
dari orang-orang yang beriman” (Ummahul mu‟min), dan dengan demikian bermakna
bermakna saeluruh Dunia Islam. Ungkapan kesatuan Ummah (Ummahul wahidah)
dalam Al Quran merujuk pada seluruh kesatuan dunia islam
Masyarakat Islam merupakan masyarakat yang berbeda dengan masyarakat
mana pun, baik keberadaannya maupun karakternya. Ia merupakan masyarakat yang
Rabbani, insani, akhlaqi dan masyarakat yang seimbang (tawazun). Ummat Islam
dituntut untuk mendirikan masyarakat seperti ini, sehingga mereka bisa memperkuat
agama mereka, membentuk kepribadian mereka dan bisa hidup di bawah naungannya
dengan kehidupan Islami yang sempurna. Suatu kehidupan yang diarahkan oleh aqidah
Islamiyah dan dibersihkan dengan ibadah, dituntun oleh pemahaman yang shahih,
digerakkan oleh semangat yang menyala, terikat dengan moralitas dan adab Islamiyah,
serta diwarnai oleh nilai-nilai Islam. Diatur oleh. hukum Islam dalam perekonomian,
seni, politik dan seluruh segi kehidupannya.
Peran Pemuda muslim dalan mewujudkan masyarakat islami antara lain
Mewujudkan pribadi muslim yang diridhai Allah (bina al-fardli al-muslim) yaitu
pribadi muslim yang penuh moralitas iman, Islam dan ihsan. Mewujudkan rumah
tangga dan keluarga Islami (bina‟ al usrah al-islamiyah yang diridhai Allah yaitu
rumah tangga yang sakinah diliputi mawaddah serta rahmah. Mewujudkan masyarakat
dan lingkungan islam (bina‟ al-ijtima‟I al-islamiyyah) yaitu lingkungan yang kondusif
dan layak menerima berkah Allah karena warganya yang beriman dan bertaqwa.
11
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran
Hasan Al Banna. 2000. Majmu‟atu Rasail: Risalah Pergerakan. Surakarta: Era Adicitra
Intermedia.
Jabir, Husain. 2001 . Menuju Jama’atul Muslimi: Telaah Sistem Jama’ah dalam
Gerakan Islam. Jakarta : Robbani Press
Qardhawi, Yusuf. Sistem Masyarakat Islam dalam Al-Quran dan Sunnah : Ebook
Rosyid, Abdur. Realitas Politik Islam di Era Khilafah Rasyidah dikutip dari :
http://menaraislam.com/fiqih-siyasah/realitas-politik-islam-di-era-khilafah-
rasyidah (7 januari 2019)
Sudarsono, Amin. 2016. Ijtihad Membangun Basis Gerakan. Surabaya: Pustaka Saga
12
Biografi Penulis
13