Anda di halaman 1dari 16

PERAN PEMUDA MUSLIM DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT YANG

ISLAMI

Disusun Oleh :
Hadi Samsudin Umar

KAMMI KOMISARIAT BRAWIJAYA


KAMMI DAERAH MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, karena nikmat dari-Nya lah sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Peran Pemuda Muslim dalam Mewujudkan
Masyarakat yang Islami”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW, beserta keluarga, sahabat, dan kita para pengikutnya yang Insya Allah
senantiasa istiqomah di jalan-Nya.
Dalam menyelesaikan makalah ini saya telah berusaha untuk mencapai hasil
yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan, pengetahuan, pengalaman dan
kemampuan yang saya miliki, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka kritik dan saran yang membangun sangat saya butuhkan. Mohon maaf
apabila banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Malang, 25 November 2018

Hadi Samsudin Umar


DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................... i


Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi ............................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................. 1
1.2 Tujuan...................................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Ummah ................................................................................... 3
2.2 Masyarakat Islami di era Rasulullah dan Khalifah Rasyidah .............. 3
2.3 Kontekstualisasi Konsep Ummat……………………………………..6

2.4 Problematika Ummat………………………………………………….6

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Permasalahan Realisasi Mewujudkan Masyarat Islami di Indonesia ... 7
3.2.Peran KAMMI dalam Mewujudkan Masyarakat Islami di Indonesia . 9
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ....................................................................................... 11
Daftar Pustaka .............................................................................................. 12
Biografi Penulis ............................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sesungguhnya Islam telah memperhatikan masyarakat sebagaimana dia
memperhatikan individu, karena masing-masing dari keduanya saling rnempengaruhi.
Tidak lain masyarakat itu kecuali sekumpulan dari individu-individu yang terikat
dengan ikatan tertentu, sehingga kebaikan individu juga berarti kebaikan masyarakat.
Keberadaan individu dalam masyarakat bagaikan batu bata dalam sebuah bangunan, dan
sebuah bangunan tidak akan baik apabila batu batanya rapuh. Sebaliknya, seseorang
tidak akan menjadi baik kecuali berada dalam lingkungan masyarakat yang kondusif
bagi perkembangan kepribadiannya. Para anggotanya berinteraksi secara benar serta
berperilaku yang positif.
Masyarakat merupakan lahan yang di dalamnya tumbuh benih-benih individu.
Mereka tumbuh dan berkembang dalam ekosistemnya, memanfaatkan langit, udara dan
mataharinya. Dan tidaklah hijrah Nabi SAW ke Madinah kecuali dalam kerangka usaha
untuk membangun masyarakat yang mandiri yang terpancang di dalamnya aqidah
Islam, nilai-nilai, syi'ar-syi'ar dan aturan-aturannya. Sungguh kita telah merasakan pada
zaman kita ini mihnah (cobaan), dengan adanya seorang (individu) Muslim dalam
masyarakat yang tidak menjadikan Islam sebagai pedoman hidupnya, sehingga ia
memusuhi syari'atnya dan mengusir da'wahnya. Seseorang yang hidup di lingkungan
seperti ini senantiasa dalam keresahan, kegoncangan dan kebingungan, sebagai akibat
dari pertentangan/perbedaan yang jelas antara apa yang diyakini, yaitu berupa perintah
dan larangan agama dari satu sisi, dengan apa yang dihadapi berupa tekanan pemikiran,
perasaan, tradisi, sistem dan undang-undang yang bertentangan dengan arahan-
arahannya. Manusia, sebagaimana dikatakan oleh orang-orang dahulu, adalah selalu
berkembang sesuai dengan tabiatnya, dan sebagaimana dikatakan oleh orang-orang
sekarang, sebagai makhluk sosial, ia tidak bisa hidup secara sendirian, tetapi ia harus
berta'awun (bekerja sama) dengan orang lain.

1
Alangkah banyaknya orang atau masyarakat yang mengatasnamakan Islam,
sementara mereka mengusir nilai-nilai keislaman. Atau sekedar berpegang pada bentuk
lahiriyahnya saja, sementara mereka berpaling dari ruhnya. Atau beriman terhadap
sebagian dan kufur terhadap sebagian yang lainnya. Atau hanya ikut bersenang-senang
dengan hari-hari besar Islam, sementara mereka berwala' (memberikan loyalitasnya)
kepada para musuh dan menentang para da'inya serta menolak syari'atnya

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut :
1.2.1 Apa saja permasalahan realisasi mewujudkan masyarat islami di Indonesia?
1.2.2 Bagaimana peran KAMMI dalam mewujudkan masyarakat islami di
Indonesia?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini sebagai berikut :
1.3.1 Menelaah serta memahami permasalahan realisasi perwujudan masyarakat
Islami di Indonesia.
1.3.2 Menelaah serta memahami peran KAMMI dalam mewujudkan masyarakat
Islami di Indonesia
1.3.3 Untuk memenuhi syarat dalam mengikuti DM 2 KAMMI yang dilaksanakan
oleh pengurus KAMMI Daerah Bogor.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Ummah


Ummah adalah sebuah kata dan frasa dari bahasa Arab yang berarti
“masyarakat” atau ”bangsa”. Kata tersebut berasal dari amma-yaummu, yang dapat
diartikan “menuju”, “menumpu”, atau “meneladani”. Dari akar yang sama terbentuk
pula kata : um yang berarti “ibu”, dan iman yang berarti pemimpin. Dalam konteks
agama islam, kata Ummah bermakna seluruh persebaran Ummah islam atau ”komunitas
dari orang-orang yang beriman” (Ummahul mu‟min), dan dengan demikian bermakna
bermakna saeluruh Dunia Islam. Ungkapan kesatuan Ummah (Ummahul wahidah)
dalam Al Quran merujuk pada seluruh kesatuan dunia islam. Al Qur’an menyatakan :
sesungguhnya umatmu ini (agama tauhid) adalah umat (agama) yang satu, dan Aku
adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku (QS Al-Anbiya [21]:92).

2.2 Masyarakat Islami di era Rasulullah dan Khalifah Rasyidah


Sebaik-baik masyarakat yang pernah ada dalam sejarah adalah masyarakat
dibawah kepemimpinan Rasulullah SAW. Masa tersebut tidak akan pernah bisa terulang
karena tidak akan pernah ada rasul lagi setelah Rasulullah Muhammad SAW. Namun
bagaimanapun juga, masyarakat tersebut harus dijiplak karena Rasulullah SAW dalam
segala hal merupakan uswah bagi umatnya sepanjang zaman. Generasi yang telah
berhasil menjiplak manhaj masyarakat Nabi ialah generasi khilafah rasyidah, dibawah
kepemimpinan para khalifah yang disebut sebagai al-khulafaa‟ al-rasyidun (para
khalifah yang mendapatkan petunjuk; kata khalifah sendiri dalam konteks ini bermakna
para pengganti kepemimpinan Rasul). Karena itu, dalam hadits futuristik,
kepemimpinan ini disebut sebagai al-khilafah „ala minhaj al-nubuwwah. Masyarakat
yang terakhir disebut ini merupakan generasi terbaik sesudah generasi kenabian, dan
sekaligus merupakan patron atau model masyarakat yang ingin diwujudkan oleh umat

3
Khilafah rasyidah telah dipimpin oleh para khalifah yang kesemuanya
merupakan al-sabiqun al-awwalun sekaligus kader-kader inti, yakni orang-orang yang
telah dibina oleh Nabi dalam kurun waktu yang sangat lama ditengah-tengah berbagai
fitnah yang menghadang. Nabi saw telah dengan begitu baik melakukan kaderisasi,
sehingga ketika beliau harus menemui al-rafiq al-a‟la, telah siap para kader yang siap
menggantikan beliau. Betapa mantapnya kaderisasi ini, bahkan Nabi tidak merasa perlu
menetapkan secara tegas dan mutlak orang atau sekelompok orang yang harus
menggantikan kepemimpinan beliau.
Terbentuknya khilafah rasyidah tidaklah bermula dari nol. Kekhalifahan ini
hanya tinggal meneruskan masa yang lebih baik yang telah mendahuluinya, yakni masa
kenabian (namun bukan berarti tegaknya khilafah rasyidah ini tanpa tantangan, karena
sebagaimana diketahui bahwa diawal kekhalifahan ini telah muncul berbagai fitnah,
antara lain gelombang kemurtadan besar-besaran). Oleh karena itu, jika kita ingin
memahami bagaimana khilafah rasyidah bisa tegak maka pertanyaan kita harus
dialihkan pada bagaimana Masyarakat Madinah bisa tegak. Perjuangan untuk
menegakkan Negara Madinah dilakukan dengan tahapan-tahapan yang sangat tepat.
Syaikh Munir Al-Ghadban misalnya merinci tahapan-tahapan itu atas 1) tahapan sirriyat
al-da‟wah sirriyat al-tanzhim, 2) tahapan jahriyat al-da‟wah sirriyat al-tanzhim, 3)
tahapan jahriyat al-da‟wah jahriyat al-tanzhim. Sebagian ulama, sebagai misal yang
lain, merinci tahapan-tahapan itu berdasarkan bentuk jihad yang dilakukan : yakni 1)
tahapan menahan diri dan bersabar, 2) tahapan diijinkannya berjihad, 3) tahapan
kewajiban berjihad jika diserang, 4) tahapan kewajiban berjihad untuk memerangi
seluruh kaum musyrik yang menghalangi tegaknya dakwah dan risalah Islam. Ada juga
yang membagi tahapan-tahapan itu berdasarkan materi wahyu, yakni : 1) tahapan
penguatan aqidah dan nilai-nilai universal, 2) tahapan formasi dan penyempurnaan
syariat serta syiar-syiar Islam.
Nabi telah melakukan strategi-strategi dakwah terbaik yang senantiasa
berorientasi untuk kemaslahatan dakwah jangka panjang, meskipun secara jangka
pendek kelihatan merugikan. Contoh yang paling jelas adalah hijrah ke Habasyah untuk
mendapatkan keamanan, peristiwa Hudaibiyah untuk memperluas ruang gerak dakwah,
dan hijrah ke Madinah untuk memantapkan basis dakwah.

4
Nabi tidak segan-segan menjalin kerjasama, kesepakatan bersama, dan koalisi
dengan pihak-pihak luar jika memang hal itu mendatangkan maslahat terbaik bagi
dakwah. Sebagai contoh, beliau telah melakukan kesepakatan bersama dengan
komunitas Ahlul Kitab serta yang lainnya yang tertuang dalam Piagam Madinah dalam
rangka menjaga stabilitas Negara Madinah. Beliau juga telah menggalang koalisi
dengan berbagai negara tetangga dalam rangka menghadapi serangan negara-negara
sekutu atas Negara Madinah dalam Perang Ahzab
Khilafah rasyidah telah dibangun diatas prinsip egaliterisme (al-musaawaah)
dan keadilan yang merupakan perwujudan kalimat tauhid yang menafikan segala bentuk
feodalisme dan kesewenang-wenangan. Meyakini bahwa kepemimpinan atau kekuasaan
mereka merupakan amanah, bahkan ujian, dari Allah swt. Sehingga, tidaklah pernah
terlintas dalam benak mereka untuk bersikap aji mumpung dan adigang adigung
adiguna. Justeru mereka merasa amat berat ketika harus memikul amanah kekuasaan.
Implikasinya, mereka kemudian menjadi para penguasa yang tawadhu’ dan amat
empatik terhadap rakyatnya.

Rakyat pada masa khilafah rasyidah adalah masyarakat terbaik yang memiliki
tradisi amar ma’ruf nahy munkar yang amat kuat dan giat berpartisipasi dalam urusan
bernegara. Mereka bukanlah masyarakat yang cuek bebek terhadap masalah-masalah
politik dan bernegara. Mereka adalah generasi yang pernah diingatkan oleh Nabi bahwa
jika mereka melupakan atau melalaikan jihad untuk berpaling pada kenikmatan dunia
maka mereka akan ditimpa kehinaan yang sangat besar.

Khilafah rasyidah merupakan tatanan masyarakat dan negara yang dengan gigih
telah meneruskan tugas dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Sepeninggal Nabi,
tidak kemudian dakwah menjadi stagnan. Tetapi sebaliknya, dakwah semakin progresif.
Para sahabat dengan penuh kesadaran berpencar – dan tidak malah asyik berkumpul saja
– ke seluruh penjuru bumi yang sanggup mereka jangkau untuk menjadi para pelopor
dakwah. Pada masa Abu Bakar ra, ekspansi dakwah memang kurang optimal karena
beliau harus berkonsentrasi pada penciptaan stabilitas dalam negeri. Tetapi pada masa
Umar ra, ekspansi dakwah telah berlangsung amat hebat, dilanjutkan pada masa Utsman
ra, dan seterusnya.

5
2.3 Kontekstualisasi Konsep Ummah

Konseptualisasi Ummah merupakan penggambaran Ummah secara utuh dengan


melihat kejadian dan keadaan Ummah pada masa sekarang baik secara pengamatan
maupun penelitian.. Islam adalah risalah dalam segenap lapangan hidup manusia dan
setiap aspek kegiatannya. Tidak ada satu aspek dan hidup manusia ini, melainkan Islam
telah menetapkan ketentuan-ketentuannya..
Islam sebagaimana kata Almarhum “al Aqqaad” ialah aqidah yang paling
penting bagi manusia, sama ada bagi orang perseorangan atau masyarakat. Ia menjadi
faktor utama bagi ruhani dan jasmani manusia supaya ia dapat melihat kehidupan dunia
dan akhirat, baik di masa damai atau perang, di dalam rangka menunaikan
tanggungjawab terhadap diri dan pemerintahnya. Maka bukanlah muslim yang hanya
mencari akhirat tanpa dunia, atau mengejar dunia meninggalkan akhirat tetapi dapat
seimbang keduanya.
Masyarakat Islam merupakan masyarakat yang berbeda dengan masyarakat
mana pun, baik keberadaannya maupun karakternya. Ia merupakan masyarakat yang
Rabbani, insani, akhlaqi dan masyarakat yang seimbang (tawazun). Ummat Islam
dituntut untuk mendirikan masyarakat seperti ini, sehingga mereka bisa memperkuat
agama mereka, membentuk kepribadian mereka dan bisa hidup di bawah naungannya
dengan kehidupan Islami yang sempurna. Suatu kehidupan yang diarahkan oleh aqidah
Islamiyah dan dibersihkan dengan ibadah, dituntun oleh pemahaman yang shahih,
digerakkan oleh semangat yang menyala, terikat dengan moralitas dan adab Islamiyah,
serta diwarnai oleh nilai-nilai Islam. Diatur oleh. hukum Islam dalam perekonomian,
seni, politik dan seluruh segi kehidupannya.

2.4 Problematika Ummat


Pada dasarnya realitas umat dewasa ini secara individu, keluarga, maupun
masyarakat sangat jauh dari hakikat keimanan kepada Allah, Malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya , Rasul-rasul-Nya , hari akhir, serta qadar yang baik dan buruk. Ini dari segi aqidah,
sementara dari bidang ibadah pun demikian pula halnya. Umat Islam masih jauh dari
hakikat Islam yang tercemin dalam shalat, zakat, puasa dan hajinya. Sama halnya dalam
bidang syari’ah dan perundang-undangan umat ini masi jauh dari hokum-hukum Islam
dan ajaran-ajarannya.

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Permasalahan Realisasi Mewujudkan Masyarat Islami di Indonesia


Gejolak perpecahan dalam Ummah islam itu sendiri yang masih menyikapi
perbedaan secara kaku dan egoisme yang tinggi. Saling hujat dan hantam
menghantam antara satu pendapat dengan pendapat yang lain yang menyebabkan
kehancuran Ummah dan terkotak-kotak. Banyaknya aliansi, partai, maupun
organisasi dalam abad sekarang adalah merupakan ketetapan Allah SWT yang mana
terdapat pada surah ( Al Hujarat : 13 )

} )31( ‫َخبِير‬ َّ َّ‫َّللاِ أَ ْتقَا ُك ْم إِن‬


‫َّللاَ َعلِيم‬ َّ ‫ارفُىا إِنَّ أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد‬ ُ ‫اس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِمنْ َذ َك ٍر َوأُ ْنثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم‬
َ ‫شعُىبًا َوقَبَائِ َل لِتَ َع‬ ُ َّ‫{يَا أَيُّ َها الن‬

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Sebagai hamba yang beriman, kita diperihtahkan untuk bisa menerima bahwa
adanya berbagai macam perbedaan pendapat dan paham itu sudah merupakan
ketetapan Allah SWT. Dan juga sudah seharusnya kita menyikapi ini dengan secara
wajar. Dala arti sempi kita tetap menjalankan nilai nilai islam yang benar tanpa
menghindari interaksi dari berbagai golongan. Dalam tradisi ulama islam, perbedaan
pendapat bukanlah hal yang baru. Tidak terhitung jumlahnya kitab kitab ulama yang
disusun khusus untuk merangkum, membangdingkan, dan mengkaji berbagai
pandangan yang berbeda beda dengan argumentasinya masing masing.

7
Pada buku menuju jama’atul muslimin Husssain menyatakan bahwa pada
dasarnya realitas umat dewasa ini secara individu, keluarga, maupun masyarakat
sangat jauh dari hakikat keimanan kepada Allah, Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya ,
Rasul-rasul-Nya , hari akhir, serta qadar yang baik dan buruk. Ini dari segi aqidah,
sementara dari bidang ibadah pun demikian pula halnya. Umat Islam masih jauh
dari hakikat Islam yang tercemin dalam shalat, zakat, puasa dan hajinya. Sama
halnya dalam bidang syari’ah dan perundang-undangan umat ini masi jauh dari
hokum-hukum Islam dan ajaran-ajarannya. Dalam hal ini Ummah harus pandai
mengamalkan nilai nilai keislaman secara kaffah salah satunya memahami
perbedaan pendapat atau pemikiran dari berbagai kelompok. Bahwa sejatinya
masalah perbedaan adalah hal yang lumrah yang terjadi dalam kehidupan karena
tidak semua pandangan satu dengan yang lainnya haruslah sama. Sikap saling
mengasihi dan memahami adalah kunci dari persoalan ini. Kurangnya rasa
kepedulian Ummah dalam persoalan Ummah itu sendiri merupkan celah bagi
runtuhnya bangsa.
Kepekaan terhadap saudara sesama muslim yang harus tetap di jaga agar
esensi Ummah itu sendiri tidak hilang. Islam adalah risalah manusia seutuhnya di
dalam setiap peringkat hidupnya, dan risalah hidup dalam setiap aspek dan
lapangannya. Maka tidaklah heran apabila kita mendapati ajaran-ajaran Islam itu
seluruhnya memiliki ciri-ciri kesyumulan yang merangkumi setiap persoalan hidup
dan insan. Yang mana tiap-tiap muslim adalah saudara sudah sepantasnya kita tau
dan memahami apa yang dirasakan oleh Ummah kita sendiri.

8
3.2 Peran KAMMI dalam Mewujudkan Masyarakat Islami di Indonesia
Secara garis besar tahapan dalam perubahan social masyarakat islam adalah sebagai
berikut;
1. Mewujudkan pribadi muslim yang diridhai Allah (bina al-fardli al-muslim),
yaitu pribadi muslim yang penuh moralitas iman, Islam dan ihsan.
2. Mewujudkan rumah tangga dan keluarga Islami (bina‟ al usrah al-islamiyah)
yang diridhai Allah yaitu rumah tangga yang sakinah diliputi mawaddah serta
rahmah
3. Mewujudkan masyarakat dan lingkungan islam (bina‟ al-ijtima‟I al-
islamiyyah) yaitu lingkungan yang kondusif dan layak menerima berkah Allah
karena warganya yang beriman dan bertaqwa

Sebagai sebuah organ gerakan mahasiswa, KAMMI menempatkan diri sebagian


tak terpisahkan dari umat Islam sebagai jama’ah besar dengan ikatan aqidah sebagai
kunci. Oleh karena itu, strategi perubahan social yang direncanakan KAMMI menyusun
dirinya atas unsur-unsur sebagai berikut :
1. Qo‟idah ijtima‟iyah (basis social) yaitu lapisan masyarakat yang simpai dan
mendukung perjuangan KAMMI yang meliputi masyarakat umum, mahasiswa,
organisasi dan lembaga swadaya masyarakat,pers, tokoh dan lain sebagainya.
2. Qo‟idah Harokiyah (basis oprasional) yaitu lapisan kader KAMMI yang
bergerak di tengah-tengah masyarakat untuk merealisasikan dan mengeksekusi
tugas-tugas dakwah
3. Qo‟idah al-fikriyah (membangun basis konsep), yaitu membangun kader
pemimpin yang mampu menjadi teladan masyarakat, memiliki kualifikasi
keilmuan yang tinggi sesuai bidangnya, yang menjadi guru bagi gerakan,
mengislamisasikan ilmu pengetahuan pada bidangnya, dan memelopori
penerapan soslusi islam terhadap berbagai segi kehidupan manusia.

9
KAMMI sebagai organisasi islam kepemudaan memiliki peran penting dengan
kaitannya terhadap peran di masyarakat. Perubahan merupakan hal yang pasti tejadi di
tengah masyarakat yang begitu heterogen dan dinamis. Pemuda merupakan agen yang
ideal dalam membawa nilai-nilai perubahan ke tengah-tengah masyarakat. Pemuda
menjadi ujung tombak pertumbuhan dan perkembangan bangsa.
Dalam konteks kemahasiswaan peran muslim negarawan adalah mampu
menghasilkan pemuda-pemuda yang baik dari segi fikriyah dan jasadiyah. Muslim
negarawan hendaknya mengonsep pemuda-pemuda peradaban sebagaimana firman
Allah, “Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan
mereka (Sang Pencipta), dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk” (QS. Al-
Kahfi:13). Al-Qur’an mencontohkan pada umumnya nabi dan rasul dalam upaya
memelopori gerakan pembaharuan tampil dari dirinya sendiri, seperti Nabi Daud As
dalam usia muda dari golongan minoritas dengan izin Allah berhasil menumbangkan
kekuasaan yang sudah mapan dan absolut (QS. 2: 249). Oleh karena itu pemuda muslim
wajib menguasai ilmu dunia dan akhirat. Seperti yang dikatakan oleh Hasan Al Banna
dalam buku Manhaj Islah bahwa "Islam tidak jengah dengan ilmu pengetahuan, tetapi
malah menjadikannya sebuah kewajiban sebagai penguat dan selanjutnya Islam banyak
mensugesti hal ini … Alquran tidak pernah membedakan antara ilmu dunia dengan
ilmu agama, bahkan menganjurkan agar mengambil dua-duanya.”

10
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Ummah adalah sebuah kata dan frasa dari bahasa Arab yang berarti
“masyarakat” atau ”bangsa”. Kata tersebut berasal dari amma-yaummu, yang dapat
diartikan “menuju”, “menumpu”, atau “meneladani”. Dari akar yang sama terbentuk
pula kata : um yang berarti “ibu”, dan iman yang berarti pemimpin. Dalam konteks
agama islam, kata Ummah bermakna seluruh persebaran Ummah islam atau ”komunitas
dari orang-orang yang beriman” (Ummahul mu‟min), dan dengan demikian bermakna
bermakna saeluruh Dunia Islam. Ungkapan kesatuan Ummah (Ummahul wahidah)
dalam Al Quran merujuk pada seluruh kesatuan dunia islam
Masyarakat Islam merupakan masyarakat yang berbeda dengan masyarakat
mana pun, baik keberadaannya maupun karakternya. Ia merupakan masyarakat yang
Rabbani, insani, akhlaqi dan masyarakat yang seimbang (tawazun). Ummat Islam
dituntut untuk mendirikan masyarakat seperti ini, sehingga mereka bisa memperkuat
agama mereka, membentuk kepribadian mereka dan bisa hidup di bawah naungannya
dengan kehidupan Islami yang sempurna. Suatu kehidupan yang diarahkan oleh aqidah
Islamiyah dan dibersihkan dengan ibadah, dituntun oleh pemahaman yang shahih,
digerakkan oleh semangat yang menyala, terikat dengan moralitas dan adab Islamiyah,
serta diwarnai oleh nilai-nilai Islam. Diatur oleh. hukum Islam dalam perekonomian,
seni, politik dan seluruh segi kehidupannya.
Peran Pemuda muslim dalan mewujudkan masyarakat islami antara lain
Mewujudkan pribadi muslim yang diridhai Allah (bina al-fardli al-muslim) yaitu
pribadi muslim yang penuh moralitas iman, Islam dan ihsan. Mewujudkan rumah
tangga dan keluarga Islami (bina‟ al usrah al-islamiyah yang diridhai Allah yaitu
rumah tangga yang sakinah diliputi mawaddah serta rahmah. Mewujudkan masyarakat
dan lingkungan islam (bina‟ al-ijtima‟I al-islamiyyah) yaitu lingkungan yang kondusif
dan layak menerima berkah Allah karena warganya yang beriman dan bertaqwa.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran
Hasan Al Banna. 2000. Majmu‟atu Rasail: Risalah Pergerakan. Surakarta: Era Adicitra
Intermedia.
Jabir, Husain. 2001 . Menuju Jama’atul Muslimi: Telaah Sistem Jama’ah dalam
Gerakan Islam. Jakarta : Robbani Press
Qardhawi, Yusuf. Sistem Masyarakat Islam dalam Al-Quran dan Sunnah : Ebook
Rosyid, Abdur. Realitas Politik Islam di Era Khilafah Rasyidah dikutip dari :
http://menaraislam.com/fiqih-siyasah/realitas-politik-islam-di-era-khilafah-
rasyidah (7 januari 2019)
Sudarsono, Amin. 2016. Ijtihad Membangun Basis Gerakan. Surabaya: Pustaka Saga

12
Biografi Penulis

Nama : Hadi Samsudin Umar


TTL : Madiun, 8 Juni 1996
Almamater : Universitas Brawijaya
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Alamat asal : Jalan Wonoasri No 9B Madiun
Alamat sekarang : Jalan Sumber Sari gang.IV, Malang.
No.hp : 082299340340
Hadi Samsudin Umar yang biasa di panggil Hadi. Lahir pada tanggal 08 Juni
1996 di Madiun, Jawa Timur. Tahun 2003-2009 Hadi menempuh Sekolah Dasar di SD
Negeri 01 Kartoharjo, tahun 2009-2012 menempuh Sekolah Menengah Pertama di
SMP Negeri 03 Madiun, tahun 2012-2015 menempuh Sekolah Menengah Akhir di
SMA Negeri 04 Madiun, dan sekarang menempuh pendidikaan tinggi di Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya Malang.
Selama menjadi mahasiswa di Universitas Brawijaya, penulis memiliki
pengalaman-pengalaman dalam organisasi aktif sebagai kader Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat Brawijaya dan DPM Fapet sebagai
staf komisi II UAKI di departemen Iqtishodi, Eksekutif Mahasiswa sebagai staf di
Kementrian Sosial Masyarakat,

13

Anda mungkin juga menyukai