Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yakni
bapak H. Abd. Rohim Ma'iya, Lc., M.Sy. yang telah membimbing serta
mengajarkan kami, dan mendukung kami sehingga terselesaikan makalah yang
berjudul “Strategi Dakwah Di Zaman Modern”dan juga terima kasih yang
sebesar-besarnya kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami
sehingga terselesaikan makalah ini.
Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan, sebagai wujud rasa syukur
dengan tersusunnya makalah ini kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
selama penyusunan makalah ini, yang telah dengan tulus ikhlas membantu baik
secara moril maupun materiil, terutama kepada Dosen Pembina dan teman-teman
sekalian.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
A. Latar Belakang............................................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................................
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................
A. Agama Islam Sebagai Rahmatan Lil Alamin..............................................
B. Strategi Dakwah Di Zaman Modern...........................................................
C. Beberapa Ayat Tentang Dakwah Beserta Artinya....................................12
BAB III PENUTUP.................................................................................................14
A. Kesimpulan...............................................................................................14
B. Saran.........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam yang memiliki pemeluk terbanyak di muka bumi ini tidak
berkembang dengan sendirinya. Nabi Muhammad SAW telah berjuang keras
untuk mendakwahkan ajaran yang turun dari Allah kepada para sahabat dan
keluarganya. Ia berjuang sampai titik darah penghabisan hingga agama Islam
berdiri kokoh di muka bumi ini. Setelah sekian lama agama islam berdiri
kokoh, agama islam mulai dilupakan oleh umat islam itu sendiri. Banyak
sunnah Nabi yang tertinggal. Syariat Islam mulai dilupakan dan mereka
melakukan banyak dosa.
Melihat keadaan demikian, sebagian kaum muslimin merasakan
musibah yang menimpa mereka. Mereka kembali bangkit menyadarkan kaum
muslimin atas kelalaian yang mereka lakukan. Mereka berjuang kembali
menghidupkan agama Islam. Tidak jarang mereka menggunakan kekerasan
bagi mereka yang menentang. Setelah sekian lama, perjuangan mereka mulai
menampakkan hasil. Umat Islam sadar dan kembali ke jalan yang benar.
Setelah kita mengulas mengetahui betapa keras perjuangan umat
terdahulu menegakkan agama Allah, marilah kita menengok perkembangan
Islam di zaman modern ini. Di zaman seperti inilah cahaya Islam harus tetap
dihidupkan meskipun di sana sini terdapat banyak rintangan dan halangan
khususnya dari kaum yang memusuhi Islam. Tidak jarang kita dapati
sekelompok kaum muslim masih sangat peduli dengan perkembangan Islam
dan berjuang sekuat tenaga dalam menghidupkan Islam di zaman yang penuh
tantangan ini. Berbagai upaya mereka lakukan dan salah satu upaya yang
dilakukan adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi yang semakin
maju. Surat kabar, majalah, televisi, radio, bahkan internet telah menjadi
sasaran dalam mendakwahkan agama Islam.
Melihat fenomena yang terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat
di era globalisasi ini, penulis bertujuan ikut andil dalam mengembalikan
semangat amar ma'ruf dan nahi munkar di muka bumi. Oleh karena itu,
1
tersusunlah karya tulis ilmiah yang berjudul "STRATEGI DAKWAH DI
ZAMAN MODERN" ini yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran
sekaligus wacana kepada para pembaca agar tetap semangat memegang ajaran
Islam dan saling mengajak kepada kebaikan.
B. Rumusan Masalah
Setelah penulis memaparkan latar belakang karya tulis ini, maka penulis akan
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Agama diturunkan berfungsi sebagai rahmatanlil alamin
2. Bagaimana strategi dakwah di era modern?
3. Sebutkan beberapa ayat Al-Qur’an tentang dakwah lengkap dengan arti
dan maksudnya.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah:
1. untuk mengetahui fungsi agama diturunkan sebagai rahmatanlil alamin
2. untuk mendiskripsikan strategi dakwah di zaman modern
3. untuk menjelaskan beberapa ayat Al-Qur’an tentang dakwah lengkap
dengan arti dan maksudnya
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
yang tidak melakukan kegiatan ekonomi, maka mereka tidak bisa dan tak akan
menjadi makmur. Sementara orang yang melakukan ikhtiar kerahmanan
adalah non-muslim, maka mereka akan mendapatkan kemakmuran secara
ekonomi. Karena dalam hal ini mereka mendapat sifat kerahmanan Allah yang
berlaku universal (amma kulla syak).
Sedangkan hak atas syurga ada pada sifat rahimnya Allah Swt, maka
yang mendapat kerahiman ini adalah orang mukminin. Dengan demikian,
dapat ditarik kesimpulan bahwa rahmatan lil’alamin adalah bersatunya karunia
Allah yang terlingkup di dalam kerahiman dan kerahmanan Allah.
Dalam konteks Islam rahmatan lil’alamin, Islam telah mengatur tata
hubungan menyangkut aspek teologis, ritual, sosial, dan humanitas. Dalam
segi teologis, Islam memberi rumusan tegas yang harus diyakini oleh setiap
pemeluknya, tetapi hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk memaksa non-
muslim memeluk agama Islam (Laa Ikrooha Fiddiin). Begitu halnya dalam
tataran ritual yang memang sudah ditentukan operasionalnya dalam Al-Qur’an
dan As-Sunah.
Namun dalam konteks kehidupan sosial, Islam sesungguhnya hanya
berbicara mengenai ketentuan-ketentuan dasar atau pilar-pilarnya saja, yang
penerjemahan operasionalnya secara detail dan komprehensif tergantung pada
kesepakatan dan pemahaman masing-masing komunitas, yang tentu memiliki
keunikan berdasarkan keberagaman lokalitas nilai dan sejarah yang
dimilikinya.
Entitas Islam sebagai rahmat lil’alamin mengakui eksistensi pluralitas,
karena Islam memandang pluralitas sebagai sunnatullah, yaitu fungsi
pengujian Allah pada manusia, fakta sosial, dan rekayasa sosial (social
engineering) kemajuan umat manusia.
Pluralitas, sebagai sunnatullah telah banyak diabadikan dalam al-
Qur’an, di antaranya firman Allah dalam surat Ar-Rum ayat 22 yang
maknanya:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit
dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh pada
4
yang demikan itu benar- benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
mengetahui”.
Juga firman Allah dalam surat al-Hujurat ayat 13 yang maknanya: “Hai
manusia, sungguh kami menciptakan kalian dari jenis laki-laki dan perempuan
dan menjadikan kalian berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kalian
saling mengenal. Sungguh orang yang paling mulia di antara kalian di sisi
Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal”.
Ayat-ayat tersebut menempatkan kemajemukan sosial sebagai syarat
diterminan (conditio sine qua non) dalam penciptaan makhluk.
Dalam al-Qur’an banyak ayat yang menyerukan perdamaian dan kasih-
sayang, antara lain surat Al-Hujurat ayat 10 yang memerintahkan kita untuk
saling menjaga dan mempererat tali persaudaraan. Allah SWT berfirman,
maknanya:
“Sungguh orang-orang beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap
Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.
Benang merah yang bisa kita tarik dari perintah ini adalah untuk
mewujudkan perdamaian, semua orang harus merasa bersaudara. Dalam
konteks ini, Alm KH. Hasyim Muzadi mengajukan tiga macam persaudaraan
(ukhuwwah).
Pertama, Ukhuwwah Islamiyah artinya persaudaraan yang tumbuh dan
berkembang atas dasar keagamaan (Islam), baik dalam skala lokal, nasional
maupun internasional. Kedua, Ukhuwwah wathaniyah artinya persaudaraan
yang tumbuh dan berkembang atas dasar kebangsaan. Ketiga, Ukhuwwah
basyariyah, artinya persaudaraan yang tumbuh dan berkembang atas dasar
kemanusiaan.
Ketiga macam ukhuwwah ini harus diwujudkan secara berimbang
menurut porsinya masing-masing. Satu dengan lainnya tidak boleh
dipertentangkan, sebab hanya melalui tiga dimensi ukhuwah inilah rahmatan
Lil ‘alamin akan terealisasi.
5
Ukhuwwah Islamiyah dan ukhuwwah wathaniyah merupakan landasan
bagi terwujudnya ukhuwwah insaniyah. Baik sebagai umat Islam maupun
bangsa Indonesia, kita harus memperhatikan secara serius, seksama, dan
penuh kejernihan terhadap ukhuwwah Islamiyah dan ukhuwwah wathaniyyah.
Kita tidak boleh mempertentangkan kedua macam ukhuwwah ini. Dalam
hidup bertetangga dengan orang lain, bukan famili, bahkan non-muslim atau
non-Indonesia, kita diwajibkan berukhuwwah dan memuliakan mereka dalam
arti hubungan sosial yang baik.
Rasulullah SAW memberikan contoh hidup damai dan penuh toleransi
dalam lingkungan yang plural. Ketika di Madinah, beliau mendeklarasikan
Piagam Madinah yang berisi jaminan hidup bersama secara damai dengan
umat agama lain. Begitu juga ketika menaklukkan Makkah, beliau menjamin
kepada setiap orang, termasuk musuh yang ditaklukkannya, agar tetap merasa
nyaman dan aman. Gereja- gereja dan sinagog-sinagog boleh
menyelenggarakan peribadatan tanpa harus ketakutan.
Selama hampir 23 tahun perjuangan kenabiannya, Rasulullah SAW
selalu menggunakan pendekatan dialog secara konsisten sehingga misi
kerahmatan lintas suku, budaya dan agama dapat dicapai dengan baik. Selama
lebih 12 tahun di Makkah, perjuangan beliau penuh resiko, bahkan nyawa
beliau terancam. Beliau meminta pada para sahabat untuk tetap bersabar, tidak
menggunakan kekerasan dan pemaksaan, apalagi pembunuhan. Bahkan untuk
menjaga keselamatan kaum muslimin, karena waktu itu kekuatan Islam masih
lemah, pada tahun ke-12 masa kenabian, beliau memutuskan untuk berhijrah
ke Madinah. Pada periode Madinah ini pun, beliau tetap konsisten mengguna-
kan pendekatan peradaban, yaitu membangun ketenangan masyarakat,
menerapkan kebebasan beragama dan kebebasan dalam melaksanakan ajaran
agama masing-masing yang dituangkan dalam Mitsaq Madinah, yang terkenal
dengan sebutan Piagam
Hal tersebut terkandung maksud bahwa kendatipun terjadi perang,
maka motifnya bukan ekonomi atau politik, tetapi motifnya adalah dakwah.
Karena itu perang tidak bersifat ofensif tetapi defensif, yaitu semata-mata
sebagai jalan (wasilah) menuju perdamaian. Untuk itu, perang tidak boleh
6
eksplosif, tidak boleh destruktif dan harus tetap menghargai HAM, yaitu tidak
boleh membunuh orang sipil, anak-anak, perempuan, orangtua, dan tidak
boleh menghancurkan linkungan, fasilitas umum dan simbol-simbol agama,
serta tidak boleh membunuh hewan. Demikianlah inti wasiat Rasulullah Saw
yang disampaikan kepada pasukan sahabat Rasul pada saat Perang Mu’tah dan
Fath Makkah.
7
1. Da'i sebagai Strategi Dakwah
Dalam rangka keberhasilan dakwah di era global, maka diperlukan
da'i yang memiliki profil berikut ini, yaitu: memiliki komitmen tauhid,
istiqamah dan jujur, memiliki visi yang jelas, memiliki wawasan
keislaman, memiliki kemampuan memadukan antara dakwah bil lisan
dengan dakwah bil hal, sesuai kata dengan perbuatan, berdiri di atas semua
paham dan aliran, berpikir strategis, memiliki kemampuan analisis
interdisipliner, sanggup berbicara sesuai dengan kemampuan masyarakat
Dalam menjalankan visi dalam berdakwah, seorang da'i pasti
memiliki permasalahan-permasalahan baik dari diri seorang da'i (faktor
internal) maupun permasalahan yang timbul dari luar (faktor eksternal).
a.Permasalahan yang Timbul dari Seorang Da'i
1) Terjadinya penyempitan makna dakwah oleh para da'i. Dakwah saat
ini sering terkesan dimaknai sebatas pada ceramah-ceramah di
masjid, majelis ta'lim dan pengajian- pengajian. Meskipun tidak
dapat dipungkiri bahwa metode lisan merupakan salah satu metode
dakwah namun hendaknya para da'i tidak menjadikan dakwah
dengan metode ceramah sebagai hal yang prinsip dalam dakwah.
Apalagi paham modern telah menyebar dan menjadikan umat Islam
mulai bosan dengan ceramah-ceramah di masjid atau di majelis
ta'lim.
2) Merosotnya kualitas ilmu yang dimiliki para da'i. Hal ini berdampak
pada menurunnya profesionalisme sang da'i. Ditambah lagi sang da'i
tidak memiliki keilmuan yang cukup terutama dalam bidang Fiqih
dakwah sehingga sering mengecewakan objek dakwah. Kekurangan
ilmu yang dimiliki da'i hari ini juga banyak menimbulkan masalah
tersendiri dalam bidang dakwah. Hal ini tentunya berdampak negatif
terhadap tatanan umat yang ada. Contoh lain adalah seringnya para
da'i terlalu memaksakan sebuah hukum namun tanpa alternatif
sehingga tak jarang sikap ini mengurangi tingkat kepercayaan
masyarakat kepada da'i tersebut atau malah masyarakat bisa menjadi
apatis kepadanya.
8
3) Manajemen dakwah yang dilakukan oleh para da'i masih bersifat
konvensional, yang hanya terbatas pada ceramah dan kuliah agama.
Kurangnya pengetahuan da'i tentang ilmu dakwah ditambah lagi
dengan kurangnya pengetahuan tentang manajemen dakwah yang
efektif dan efisien membuat dakwah sering hanya berpatokan dalam
ceramah dan kuliah agama.
b. Masalah yang Timbul dari Luar Seorang Pengkhotbah
9
Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa pada dasarnya konsep dakwah adalah "Hadam Wal Bina" artinya
merubah sesuatu dan menjadikannya kepada yang sebenarnya. Metode
dakwah yang digunakan tetap sesuai dengan metode yang digunakan
oleh ajaran Islam, namun tentunya metode tersebut disesuaikan dengan
kondisi dan realita zaman.
10
Dari sekelumit pembahasan tentang penggunaan internet di
Indonesia di atas, maka dapat ditarik satu pemahaman umum bahwa
Internet memang merupakan media yang efektif bagi dakwah dan
penyebaran informasi. Meskipun demikian Internet tidak akan bisa
menggantian peran ulama, kiai dan ustadz.
b. Televisi dan Radio
Sebagai media penampil gambar dan suara digital, televisi dan
radio amat digemari oleh masyarakat. Oleh sebagian besar masyarakat
Indonesia televisi dijadikan sebagai sarana hiburan dan sumber informasi
utama. Di beberapa daerah, masyarakat di Indonesia lebih banyak
menghabiskan waktunya untuk melihat televisi dan mendengarkan radio.
Apabila dakwah Islam dapat memanfaatkan media ini dengan efektif,
maka secara otomatis jangkauan dakwah akan lebih luas dan kesan
keagamaan yang ditimbulkan akan lebih dalam. Namun seberapapun besar
keunggulan media televisi dan radio, belum mampu merangkum beberapa
keunggulan dalam media massa lainnya terutama media cetak seperti surat
kabar, koran dan lain sebagainya.
Dalam menyampaikan materi dakwahnya, para da'i harus
sanantiasa merujuk pada Al-Qur'an dan Hadits. Keduanya harus menjadi
pegangan dalam setiap aktivitas dakwah apapun, di manapun, kapanpun
dan menggunakan media apapun termasuk televisi dan radio. Dalam
menyampaikan materi dakwahnya, Al-Qur'an terlebih dulu meletakan
prinsipnya bahwa manusia yang dihadapi adalah makhluk yang terdiri atas
unsur jasmani, akal dan jiwa, sehingga ia harus dilihat dan diperlakukan
dengan keseluruhan unsur-unsurnya secara serempak. Baik dari segi
materi maupun waktu penyajiannya.
Materi dakwah yang disajikan oleh Al-Qur'an dibuktikan
kebenarannya dengan argumentasi yang dipaparkan atau dapat dibuktikan
manusia melalui penalaran akalnya. Kenyataan ini dapat ditemui pada
hampir setiap permisalan yang disajikan oleh Al-Qur'an. Ada kalanya Al-
Qur'an menuntun manusia dengan redaksi yang sangat jelas dan dengan
11
tahapan pemikiran yang sistematis sehingga manusia menemukan sendiri
kebenarannya.
Dengan mencermati uraian di atas hendaknya materi dakwah
dalam televisi dan radio hendaknya tetap mengacu pada kedua sumber
pokok ajaran Islam tersebut.
c. Media Cetak
Berdakwah melalui media cetak juga merupakan metode yang
efektif dalam menyebarkan dakwah. Sebagai contohnya adalah surat kabar
atau koran. Berbeda dengan berdakwah pada media lainnya, surat kabar
adalah salah satu sarana sumber informasi masyarakat yang sangat besar
pengaruhnya terhadap pembacanya. Berdakwah melalui koran dapat
dilakukan dalam bentuk tulisan maupun gambar- gambar yang
mendiskripsikan suatu ajaran dan aplikasinya bagi kehidupan umat
manusia. Dakwah melalui koran lebih tepat dan cepat tersebar ke seluruh
masyarakat, di samping itu masyarakat mudah memahaminya, sebab koran
merupakan media yang telah mampu menjangkau keberadaan masyarakat.
Oleh karena itu menulis pesan-pesan dakwah dalam sebuah koran maka
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu tulisan bernuansa dakwah
itu akan dikonsumsikan kepada media apa, apakah media pers khusus
Islam atau pers umum. Menulis dakwah untuk media pers khusus Islam
memiliki teknik dan cara yang sedikit berbeda dengan menulis di media
pers umum. Media khusus Islam pembacanya sudah jelas, sedang media
pers umum pembacanya berasal dari beragam latar belakang kepercayaan.
Jadi, menyebarkan dakwah dengan memakai ilmu jurnalistik harus
memiliki sifat singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan menarik.
Sedang bahasa agama adalah bahasa yang mengedepankan kebenaran,
kebersihan, tidak simpatik dan menyingkirkan kata-kata yang bernada
hasutan.
12
Artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang menyerah diri?" Surat Fussilat Ayat 33
ۡ ۡ َ ر ويssخَي
ۡ ِأ ُمرُونَ بss
ۡ َُوف َويَ ۡنه
ِ ۚ ونَ َع ِن ٱل ُمن َكss
رss ِ ٱل َم ۡعرss َ ِ ۡ د ُعونَ ِإلَى ۡٱلss
ۡ َة يٞ َو ۡلتَ ُكن ِّمن ُكمۡ ُأ َّم
ٓ
١٠٤ ََوُأوْ ٰلَِئكَ هُ ُم ۡٱل ُم ۡفلِحُون
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Surat Ali ‘Imran Ayat 104
ٓ
اsا قَ ۡو ٗمsَا بِهssَب َو ۡٱلح ُۡك َم َوٱلنُّبُ َّو ۚةَ فَِإن يَ ۡكفُ ۡر بِهَا ٰهَُٓؤٓاَل ِء فَقَ ۡد َو َّك ۡلن
َ َك ٱلَّ ِذينَ َءات َۡي ٰنَهُ ُم ۡٱل ِك ٰتَ ُأوْ ٰلَِئ
٨٩ َُوا بِهَا بِ ٰ َكفِ ِرين ْ لَّ ۡيس
Artinya: Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kitab, hikmat dan
kenabian Jika orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya, maka sesungguhnya
Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang sekali-kali tidak akan
mengingkarinya. Surat Al-An’am Ayat 89
ٓ
َ ُأوْ ٰلَِئ
َ sُ ر ًۖا ِإ ۡن هs ِه َأ ۡجsَٔلُ ُكمۡ َعلَ ۡيsل ٓاَّل َأ ۡسssُ ِدهۡ ۗ قs َد َٰىهُ ُم ۡٱقتs ُدَى ٱهَّلل ۖ ُ فَبِهs َك ٱلَّ ِذينَ ه
َر ٰىsو ِإاَّل ِذ ۡكs
٩٠ َلِ ۡل ٰ َعلَ ِمين
Artinya: Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka
ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu dalam
menyampaikan (Al-Quran)". Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk
seluruh ummat. Surat Al-An’am Ayat 90
٤٨ ب َوتَ َولَّ ٰى َ ِإنَّا قَ ۡد ُأو ِح َي ِإلَ ۡينَٓا َأ َّن ۡٱل َع َذ
َ اب َعلَ ٰى َمن َك َّذ
Artinya: Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu
(ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling. Surat Thaha
Ayat 48
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menghadapi zaman globalisasi ini, para pengemban misi dakwah juga
harus mengubah metode dalam menyampaikan materi dakwahnya.
Menyebamya faham modern telah mengubah cara pandang masyarakat
terhadap Islam. Malihat kenyataan itu, para da'i tidak boleh tinggal diam dan
juga harus mengubah metode dakwah agar materi yang disampaikan dapat
diserap oleh penerima dakwah.
Metode yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki kualitas para
da'i dengan menambah wawasan keilmuan dan memperdalam ilmu tentang
cara-cara menyampaikan materi dakwah. Di samping itu, para da'i juga harus
mempersiapkan segalanya untuk menghadapi segala tantangan dan halangan
yang akan dihadapi dalam menjalankan misi dakwah.
Selain materi dakwah disampaikan secara lisan oleh para da'i di
hadapan para objek dakwah, metode lain dapat ditempuh seperti menyajikan
materi dakwah dalam bentuk tulisan, gambar atau suara digital yang semua itu
lebih dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Internet, televisi, radio, buku.
surat kabar, majalah dan media masa lain dapat dijadikan sebagai perantara
dalam menyebarkan risalah dakwah Islamiyah dan lebih mudah dijangkau dan
dicerna oleh objek dakwah.
14
B. Saran
Di akhir penulisan karya ilmiah ini, penulis berharap kepada seluruh
pembaca agar mengetahui bagaimana realita kehidupan masyarakat di era
globalisasi ini dan mengetahui perkembangan dakwah Islamiah di zaman ini.
Oleh karena itu, marilah kita lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan:
1. Lebih mendalami keilmuan tentang agama Islam
2. Saling mewariskan kepada kebaikan
3. Menyerukan kebaikan dan mencegah kejahatan
4. Menghidupkan pamflet dakwah di bumi.
5. Jika semua hal tersebut dilakukan, Insya Allah kita selalu dalam naungan
Tuhan dan negara kita menjadi baldah toyyibah, negara yang diberkati
Tuhan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Abu Izzudin, Sholihin. 2010. HAPPY ENDING Penuh Berkah. Media Pro-U.
Yogyakarta
Al-Qarni, A'aidl Abdullah. 1996. 30 Tanda Orang Munafik. Gema Manusia Pers,
Jakarta
Katsir, Ibnu, 2004, Kisah Para Nabi. Perpustakaan Azzam. Jakarta yang terkenal.
Syaikh Musthafa, 2000. Pemberitaan Fiqh. Al-l'tishom Cahaya Rakyat.
Jakarta
Muhammad bin Shalih Alu Abdillah, Abul Qa'qa'. 2007, 102 Kiat Agar Semangat
Belajar Agama Membara. Fitrah Mandiri Sejahtera. Surabaya
16
Rahimsyah, MB. 2007. Kisah 25 Nabi dan Rasul. Apollo. Surabaya
17