Anda di halaman 1dari 21

DASAR-DASAR PENDIDIKAN MASYARAKAT ISLAM

(Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar PMI)

Disusun oleh :

Putri Rahayu 2008305037

PENGEMBANGAN MASYARKAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB dan DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CIREBON

1
1441 H/2020

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil-alamin, Dengan menyebut nama Allah SWT yang telah


memberikan kemudahan dan kelancaran sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nati-nantikan
syafaatnya di hari akhir nanti.

Tak lupa ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada teman-teman serta dosen
pengampu yang telah mendukung kelancaran pembuatan makalah ini sehingga makalah
ini selesai pada waktu yang tepat. Tapi, penulis hanyalah manusia yang tak luput dari
kesalahan dan meminta maaf atas kesalahan baik pada penulisan atau bacaan semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan kepada para pembaca.

Bogor, 2 Desember 2020

penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................3

1.1 Latar belakang..................................................................................................3

1.2 Rumusan masalah.................................................................................................4

1.3 Tujuan Masalah....................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................4

2.1. Dasar-Dasar Pendidikan Islam........................................................................4

2.2. Dasar-Dasar Pendidikan di Indonesia............................................................7

BAB III PENGAPLIKASIAN DASAR PMI DALAM MENGAMATI


PERMASALAHAN DAN POTEINSIAL DALAM MASYARAKAT.....................12

3.1 Permasalahan.......................................................................................................12

3.2. Pengamatan.....................................................................................................14

3.3. Potensial...........................................................................................................15

BAB IV PENUTUP........................................................................................................16

4.1 Kesimpulan...........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pendidikan pada umumnya merupakan masalah yang tidak pernah selesai


(unfinished agenda), dimana pendidikan selalu menjadi pembicaraan yang hangat dan
tidak pernah memuaskan baik bagi negara miskin, berkembang maupun negara yang
sudah maju. Hal ini karena manusia secara fitrah menginginkan yang lebih baik, teori
pendidikan selalu ketinggalan oleh kebutuhan masyarakat,dan berubahnya pengaruh
pandangan hidup.

Dengan dasar fitrah manusia ingin lebih baik, teori pendidikan mengikuti kebutuhan
masyarakat dan pandangan hidup yang semakin berkembang, maka pendidikan tidak
bisa melepaskan diri dari historis dan dasar yang menjadi pijakan kehidupan manusia
pada saat itu. Begitu pula dengan pendidikan Islam sebagai bagian dari perkembangan
agama Islam di dunia tidak melepaskan dari perkembangan umat Islam dari masyarakat
yang relatif sederhana menjadi masyarakat Islam yang semakin komplek dan global.

Pendidikan Islam pada hakikatnya merupakan aktivitas pendidikan yang


diselenggarakan atau didirikan dengan hasrat dan niat untuk mengejawantahkan ajaran-
ajaran dan nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam di Indonesia dapat terwujud menjadi
beberapa bentuk seperti pondok pesantren, madrasah, pelajaran agama Islam di sekolah,
pendidikan Islam dalam keluarga dan masyarakat baik yang bersifat formal maupun
non-formal.

1.2 Rumusan masalah


a. Apa dasar-dasar pendidikan Islam?
b. Apa dasar pendidikan di Indonesia?
c. Bagaimana pelaksanaan pendidikan Islam di Indonesia?

1.3 Tujuan Masalah


a. Mengetahui dasar-dasar pendidikan Islam.
b. Mengetahui dasar pendidikan di Indonesia.

4
c. Mengetahui bagaimana pelaksanaan pendidikan Islam di Indonesia pada
Masyarakat.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Dasar-Dasar Pendidikan Islam

Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu tersebut
tegak, kokoh berdiri. Dasar suatu bangunan yaitu fondamen yang menjadi landasan
bangunan tersebut agar bangunan itu tegak dan kokoh berdiri. Demikian pula dasar
pendidikan Islam yaitu fondamen yang menjadi landasan atau asas agar pendidikan
Islam dapat tegak berdiri tidak mudah roboh karena tiupan angina kencang berupa
ideology yang muncul baik sekarang mauun yang akan datang. Dengan adanya dasar ini
maka pendidikan Islam akan tegak berdiri dan tidak mudah diombang-ambing oleh
pengaruh luar yang mau merobohkan ataupun mempengaruhinya.

Secara umum, daasar pendidikan Islamdibagi kepada 3 bagian, yakni:

1. Dasar pokok

a. Al-qur`an

Islam adalah agama yang membawa misi agar umatnya menyelenggarakan pendidikan
dan pengajaran. Ayat al-qur`an yang pertama kali turun adalah berkenaan disamping
masalah keimanan juga pendidikan.

Allah SWT berfirman, yang artinya:”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”(QS. Al-`alaq:1-5).

5
Dari ayat-ayat tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa seolah-olah Allah
berkata hendaklah manusia meyakini akan adanya Tuhan, penciptaan manusia (dari
segumpal darah), selanjutnya untuk memperkokoh keyakinannya dan memelihara agar
tiadak luntur hendaklah melaksanakan pendidikan dan pengajaran.

Bahkan tidak hanya itu, Allah juga memberikan bahan (materi/pendidikan yang
mempermudah manusia untuk hidup di dunia ini).

Allah SWT berfirman:


ٓ
َ ٰ ۡ‫ونِي بِأ َ ۡس َمٓا ِء ٰهَٓؤُٓاَل ِء إِن ُكنتُم‬Wُُِٔ‫ال أَ ۢنٔ‍ب‬
٣١ َ‫ص ِدقِين‬ َ َ‫ضهُمۡ َعلَى ۡٱل َم ٰلَئِ َك ِة فَق‬
َ ‫َو َعلَّ َم َءا َد َم ٱأۡل َ ۡس َمٓا َء ُكلَّهَا ثُ َّم ع ََر‬

(QS.Al-baqarah:31)

Ayat ini menjelaskan bahwa untuk memahamisegala sesuatu belum cukup kalau hanya
memahami apa, bagaimana serta manfaat benda itu tetapi harus memahami sampai ke
hakikat dari benda itu.

Dengan penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa supaya manusia itu menemukan jati
dirinya sebagai insan yang bermartabat maka ia harus menyelenggarakan pendidikan
dan pengajaran.

b. Sunnah

Al-Qur`an disampaikan oleh Rasulallah SAW kepada manusia dengan penuh amanat,
tidak sedikitpun ditambah ataupun dikurangi. Selanjutnya, manusialah hendaknya yang
berusaha memahaminya, menerimanya dan kemudian mengamalkannya.

Sering kali manusia menemui kesulitan dalam memahaminya,dan ini dialami oleh para
sahabat sebagai generasi pertama penerima al-Qur`an. Karenanya mereka meminta
penjelasan kepada Rasulallah SAW, yang memang diberi otoritas untuk itu. Allah SWT
menyatakan otoritas dimaksud dalam firman Allah SWT, yang artinya: “…….dan Kami
turunkan kepadamu al-Dzikri (Al Quran), agar kamu menerangkan pada umat manusia
apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka berfikir” (QS. Al-Nahl:
44).

Para ulama meyatakan bahwa kedudukan Sunnah terhadap al-Qur`an adalah sebagai
penjelas. Bahkan Umar bin al-Khaththab mengingatkan bahwa Sunnah merupakan

6
penjelasan yang paling baik. Ia berkata “ Akan datang suatu kaum yang membantahmu
dengan hal-hal yang subhat di dalam al-Qur`an. Maka hadapilah mereka dengan
berpegang kepada Sunnah, karena orang-orang yang bergelut dengan sunah lebih tahu
tentang kitab Allah SWT.

Menurut Abdurrahman al-Nahlawi mengemukakan dalam lapangan pendidikan sunnah


mempunyai dua faedah:

1) Menjelaskan sistem pendidikan Islam sebagaimana terdapat di dalam al-Qur`an dan


menerangkan hal-hal rinci yang tidak terdapat di dalamnya .

2) Menggariskan metode-metode pendidikan yang dapat di praktikkan.

Dengan adanya sunnah sebagai sumber hukum kedua setelah al-Quran, maka dalam
pendidikan apa yang dijelaskan Rasulullah baik berupa perkataan, perbuatan maupun
taqrir akan menjadi sumber dasar dalam pendidikan baik sebagai sistem pendidikan
maupun metodologi pendidikan Islam yang harus dijalani.

2. Dasar tambahan

Ra`yu

Masyarakat selalu mengalami perubahan, baik pola-pola tingkah laku, organisasi,


susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat,
kekuasaan dan wewenang dan sebagainya.

Pendidikan sebagai lembaga sosial akan turut mengalami perubahan sesuai dengan
perubahan yang tejadi di masyarakat. Kita tahu perubahan-perubahan yang ada di
zaman sekarang atau mungkin sepuluh tahun yang akan datang mestinya tidak dijumpai
pada masa Rasulullah saw, tetapi memerlukan jawaban untuk kepentingan pendidikan
di masa sekarang. Untuk itulah diperlukan ijtihad dari pendidik muslim.

Dasar hukum yang memboleh ijtihad dengan penggunaan ra’yu adalah sebuah hadits
percakapan Rasulullah dengan Muaz bin Jabal ketika akan diutus di Yaman. Artinya:
“Hai Muaz: Jika engkau diminta memutuskan perkara, dengan apakah engkau
memutuskannya?”. Muaz menjawab; dengan Kitab Allah (al-Quran), maka Rasulullah
bersabda; Kalau engkau tidak mendapati (dalam al-Quran itu)” kata Muaz: “dengan

7
Sunnah Rasulullah”, Rasulullah bersabda kembali; Jika engkau tidak mendapati di
situ?’ Muaz menjawab,” Saya berijtihad dengan pendapatku dan tidak akan kembali”.

Ijtihad pada dasarnya merupakan usaha sungguh- sungguh orang muslim untuk selalu
berprilaku berdasarkan ajaran Islam. Untuk itu manakala tidak ditemukan petunjuk yang
jelas dari al-Qur`an ataupun Sunnah tentang suatu prilaku ,orang muslim akan
mengerahkan segenap kemampuannya untuk menemukannya dengan prinsip-prinsip al-
Qur`an atau Sunnah.

3. Dasar operasional

Dasar-dasar oprerasional pendidikan Islam yang terbentuk sebagai aktualisasi dari dasar
ideal, menurut Hasan Langgulung ada enam macam, yaitu: dasar historis, dasar sosial,
dasar ekonomi, dasar politik, dasar psikologis dan dasar fisiologis.[3]

a. Dasar historis

Dasar historis adalah pengalaman masa lalu berupa peraturan dan budaya masyarakat
sebagai mata rantai yang berkelanjutan dari cita-cita dan praktik pendidikan Islam.

b. Dasar sosial

Dasar sosial adalah dasar yang memberikan kerangka budaya dimana pendidikan
berkembang.

c. Dasar ekonomi

Dasar ekonomi merupakan yang memberikan persepektif terhadap potensi manusia


berupa materi dan persiapan yang mengatur sumber-sumbernya yang bertanggung
jawab terhadap anggaran pembelajaannya.

d. Dasar politik

Dasar politik sebagai dasar yang memberikan bingkai dan ideologi dasar yang
digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan
rencana yang dibuat.

e. Dasar psikologis

8
Dasar psikologis adalah dasar yang memberikan informasi tentang watak peserta didik,
guru dalam proses pendidikan.

f. Dasar fisiologis

Dasar filosofis merupakan dasar yang memberikan kemampuan memilih yang terbaik,
sistem dan mengontrol dalam menentukan yang terbaik untuk dilaksanakan.

Dengan dasar-dasar pendidikan secara operasional bagaimana pendidikan Islam secara


idealitas dan bagaimana pendidikan Islam secara realitas telah berjalan dalam kurun
waktu 14 abad. Pendidikan Islam yang terjadi antara suatu negara secara operasional
akan mengalami perbedaan. Hal ini karena perkembangan historisnya tidak sama, begitu
pula secara sosial, psikologi, politik yang menentukan arah dan pelaksanaan pendidikan
Islam di suatu negara.

2.2. Dasar-Dasar Pendidikan di Indonesia

Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang


diterapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 adalah dasar negara, kepribadian, tujuan dan
pandangan hidup bangsa Indonesia. Sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa,
Pancasila merupakan pedoman yang menunjukkan arah, cita-cita dan tujuan bangsa.
Demikian pula halnya dengan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia. Pancasila
menjadi dasar sistem nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, segai
termasuk dalam Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila sehingga pendidikan nasional
Indonesia adalah pendidikan Pancasila.

Karena itu, Pancasila harus menjadi semua dasar kegiatan pendidikan di Indonesia.
Selain berdasarkan Pancasila, pendidikan nasional juga bercita-cita untuk membentuk
manusia Pancasialis, yaitu manusia indonesia yang menghayati dan mengamalkan
Pancasila dan sikap perbuatan dan tingkah lakunya, baik dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Melalui sistem pendidikan nasional
diharapkan setiap rakyat indonesia mempertahankan hidupnya, mengembangkan dirinya
dan secara bersama-sama membangun masyarakatnya.

Pendidikan di Indonesia memiliki landasan ideal adalah Pancasila, landasan


konstitusional ialah UUD 1945, dan landasan oprasional ialah Ketetapan MPR tentang
GBHN. Adapun yang dimaksud dengan dasar di sini adalah dasar pelaksanaannya, yang

9
mempunyai peranan penting untuk dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan
di sekolah-sekolah atau di lembaga-lembaga pendidikan lainnya.

Adapun dasar pendidikan di negara Indonesia secara yuridis formal telah dirumuskan
antara lain sebagai berikut:

1. Undang-Undang tentang Pendidikan dan Pengajaran No. 4 tahun 1950, Nomor 2


tahun 1945, Bab III Pasal 4 Yang Berbunyi: Pendidikan dan pengajaran berdasarkan
atas asas-asas yang termasuk dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar RI dan
kebudayaan bangsa Indonesia.

2. Ketetapan MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1966 Bab II Pasal 2 yang berbunyi: Dasar
pendidikan adalah falsafah negara Pancasila.

3. Dalam GBHN tahun 1973, GBHN 1978, GBHN 1983 dan GBHN 1988 Bab IV
bagian pendidikan berbunyi: Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila.

4. Tap MPR Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN dalam Bab IV bagian Pendidikan
yang berbunyi: Pendidikan Nasional (yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia
dan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

5. Undang-undang RI No 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional


berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

6. Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Dengan demikian jelaslah bahwa dasar pendidikan di Indonesia adalah Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 sesuai dengan UUSPN No. 2 tahun 1989 dan UU
Sisdiknas No. 20 tahun 2003.

C. Pelaksanaan Pendidikan Islam di Indonesia

a. Pesantren Akar Pendidikan Islam di Indonesia

Terkait kemunculan dan masuknya Islam di Indonesia, sampai saat ini masih menjadi
kontroversi di kalangan para ilmuwan dan sejarawan. Namun demikian, mayoritas dari
mereka menduga bahwa Islam telah diperkenalkan di Indonesia sekitar abad ke-7 M
oleh para musafir dan pedagang muslim, melalui jalur perdagangan dari Teluk Parsi dan

10
Tiongkok. Kemudian pada abad ke-11M sudah dapat dipastikan bahwa Islam telah
masuk di kepulauan Nusantara melalui kota-kota pantai di Pulau Sumatera, Jawa,
Sulawesi dan Maluku. Dan, pada abad itu pula muncul pusat-pusat kekuasaan serta
pendalaman studi ke-Islaman. Dari pusat-pusat inilah kemudian akhirnya Islam dapat
berkembang dan tersebar ke seluruh pelosok Nusantara. Perkembangan dan perluasan
Islam itu tidak lain melalui para pedagang muslim, wali, muballigh dan ulama’ dengan
cara pendirian masjid, pesantren atau dayah atau surau.

Pada dasarnya, pendidikan Islam di Indonesia sudah berlangsung sejak masuknya Islam
ke Indonesia. Pada tahap awal, pendidikan Islam dimulai dari kontak-kontak pribadi
maupun kolektif antara muballigh (pendidik) dengan peserta didiknya. Setelah
komunitas muslim daerah terbentuk di suatu daerah tersebut, mereka membangun
tempat peribadatan dalam hal ini masjid. Masjid merupakan lembaga pendidikan Islam
yang pertama muncul, di samping rumah tempat kediaman ulama’ atau muballigh.

Setelah penggunaan masjid sudah cukup optimal, maka kemudian dirasa perlu untuk
memiliki sebuah tempat yang benar-benar menjadi pusat pendidikan dan pembelajaran
Islam. Untuk itu, muncullah lembaga pendidikan lainnya seperti pesantren, dayah
ataupun surau. Nama–nama tersebut walaupun berbeda, tetapi hakikatnya sama yakni
sebagai tempat menuntut ilmu pengetahuan keagamaan.

Pesantren sebagai akar pendidikan Islam, yang menjadi pusat pembelajaran Islam
setelah keberadaan masjid, senyatanya memiliki dinamika yang terus berkembang
hingga sekarang. Menurut Prof. Mastuhu, pesantren adalah lembaga pendidikan
tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai
pedoman perilaku sehari-hari.

Pesantren sejatinya telah berkiprah di Indonesia sebagai pranata kependidikan Islam di


tengah-tengah masyarakat sejak abad ke-13 M, kemudian berlanjut dengan pasang
surutnya hingga sekarang. Untuk itulah, tidak aneh jika pesantren telah menjadi akar
pendidikan Islam di negeri ini. Karena senyatanya, dalam pesantren telah terjadi proses
pembelajaran sekaligus proses pendidikan; yang tidak hanya memberikan seperangkat
pengetahuan, melainkan juga nilai-nilai (value). Dalam pesantren, terjadi sebuah proses

11
pembentukan tata nilai yang lengkap, yang merupakan proses pemberian ilmu secara
aplikatif.

Menurut Muhammad Tolhah Hasan dalam bukunya Dinamika Tentang Pendidikan


Islam, disebutkan bahwa komponen-komponen yang ada dalam pesantren antara lain:

1) Kyai, sebagai figur sentral dan dominan dalam pesantren, sebagai sumber ilmu
pengetahuan sekaligus sumber tata nilai.

2) Pengajian kitab-kitab agama (kitab kuning), yang disampaikan oleh Kyai dan
diikuti para santri.

3) Masjid, yang berfungsi sebagai tempat kegiatan pengajian, disamping menjadi


pusat peribadatan.

4) Santri, sebagai pencari ilmu (agama) dan pendamba bimbingan Kyai.

5) Pondok, sebagai tempat tinggal santri yang menampung santri selama mereka
menuntut ilmu dari Kyai.

Sedangkan dalam proses pembelajaran dan proses pendidikan, di pesantren


menggunakan dua sistem yang umum, yakni:

1. Sistem “sorogan” yang sifatnya individual, yakni seorang santri mendatangi


seorang guru yang akan mengajarkan kitab tertentu, yang umumnya berbahasa Arab.

2. Sistem “bandongan” yang sering disebut dengan sistem weton. Dalam sistem
ini, sekelompok santri mendengarkan dan menyimak seorang guru yang membacakan,
menerjemahkan dan mengulas kitab-kitab kuning. Setiap santri memperhatikan kitab
masing-masing dan membuat catatan yang dirasa perlu.

Kelompok bandongan ini jika jumlahnya tidak terlalu banyak, maka disebut dengan
halaqoh yang arti asalnya adalah lingkaran. Di pesantren-pesantren besar, ada lagi
sistem lain yang disebut musyawarah, yang diikuti santri-santri senior yang telah
mampu membaca kitab kuning dengan baik.

Hingga kini, keberadaan pesantren telah mengalami berbagai dinamika, sejak dari
pesantren tradisional hingga pesantren modern.

b. Lembaga-lembaga pendidikan islam setelah pesantren

12
Eksistensi pesantren senyatanya mendorong lahirnya lembaga-lembaga pendidikan
Islam lainnya, antara lain:

a) Madrasah

Madrasah merupakan lembaga pendidikan Islam yang lebih modern dibanding


pesantren, baik ditinjau dari sisi metodologi maupun kurikulum pengajarannya. Kendati
demikian, kemunculan madrasah ini tidak lain diawali oleh keberadaan pesantren.
Sebagian lulusan pesantren melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi ke beberapa pusat
kajian Islam di beberapa negara Timur Tengah, khususnya Arab Saudi dan Mesir.
Lulusan-lulusan Islam Timur Tengah itulah yang kemudian akhirnya menjadi
pemrakarsa pendirian madrasah-madrasah di Indonesia.

Dalam madrasah, sistem pembelajaran tidak lagi menggunakan sorogan ataupun


bandongan, melainkan lebih modern lagi. Madrasah telah mengaplikasikan sistem kelas
dalam proses pembelajarannya. Elemen yang ada dalam madrasah juga bukan lagi Kyai
dan santri, tetapi murid dan guru (ustad/ustadzah). Dan metode yang digunakan juga
beragam, bisa ceramah, atau drill dan lain-lain, tergantung pada ustad/ustadzah atau
guru.

b) Sekolah-sekolah Islam

Di samping madrasah, lembaga pendidikan Islam yang berkembang hingga sekarang


adalah sekolah-sekolah Islam. Pada dasarnya, kata sekolah merupakan terjemah dari
madrasah, hanya saja madrasah adalah kosa kata bahasa Arab, sedangkan sekolah
adalah bahasa Indonesia. Namun demikian, pada aplikasinya terdapat perbedaan antara
madrasah dan sekolah Islam. Madrasah berada dalam naungan Kementrian Agama
(Kemenag), sedangkan sekolah Islam pada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud). Selain itu,dari segi bobot muatan materi keagamaannya, madrasah
lebih banyak materi agama dibanding sekolah Islam.

c) Pendidikan Tinggi Islam

Pendidikan Tinggi Islam juga merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang
modern. Dalam sejarah, pendidikan tinggi Islam yang tertua adalah Sekolah Tinggi

13
Islam (STI), yang menjadi cikal bakal pendidikan tinggi Islam selanjutnya. STI
didirikan pada 8 Juli 1945 di Jakarta, kemudian dipindahkan ke Yogyakarta, dan pada
tahun 1948 resmi berganti nama menjadi Universitas Islam Indonesia (UII).
Selanjutnya, UII merupakan bibit utama dari perguruan-perguruan tinggi swasta yang
kemudian berkembang menjadi beberapa Universitas Islam yang populer di Indonesia,
seperti misalnya Universitas Ibn Kholdun di Bogor, Universitas Muhammadiyah di
Surakarta, Universitas Islam Sultan Agung di Semarang, Universitas Islam Malang
(UNISMA) di Malang, Universitas Islam Sunan Giri (UNSURI) di Surabaya,
Universitas Darul ‘Ulum (UNDAR) di Jombang dan lain-lain.

Menurut Tolhah Hasan, perkembangan dan kemajuan perguruan tinggi Islam di


Indonesia banyak ditentukan oleh beberapa faktor di antaranya: kredibilitas
kepemimpinan, kreativitas manajerial kelembagaan, pengembangan program akademik
yang jelas dan kualitas dosen yang memiliki tradisi akademik.

c. Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia

Tak dapat dipungkiri, bahwa seiring berjalannya waktu, lembaga-lembaga


pendidikan Islam juga mengalami berbagai dinamika. Tak hanya pada pesantren,
bahkan madrasah dan perguruan tinggi Islam pun tak luput dari dinamika yang ada.

Pesantren yang dulunya masih tradisional senyatanya mengalami beberapa


perubahan dan perkembangan, seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan
dan teknologi. Pesantren yang dulunya tradisional, dalam pola pembelajaran dan muatan
materi serta kurikulumnya, kini telah mengalami perkembangan dengan mengadaptasi
beberapa teori-teori pendidikan yang dirasa bisa diterapkan di lingkungan pesantren.
Alhasil, kini semakin banyak bermunculan pesantren modern, yang dalam pola
pembelajarannya tidak lagi konvensional, tapi lebih modern dengan berbagai sentuhan
manajemen pendidikan yang dinamis. Mayoritas pesantren dewasa ini juga memberikan
materi dan muatan pendidikan umum. Tidak sedikit pesantren yang sekaligus memiliki
lembaga sekolah dan manajemennya mengacu pada Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Sedangkan dinamika sistem pendidikan madrasah dapat dicatat dari beberapa


perubahan, seperti dimasukkannya mata pelajaran umum dalam kurikulumnya,

14
meningkatkan kualitas guru dengan memperhatikan syarat kelayakan mengajar,
membenahi manajemen pendidikannya melalui akreditasi yang diselenggarakan
pemerintah, mengikuti ujian negara menurut jenjangnya.

Tak pelak, bahwa dinamika pendidikan Islam, di samping kemadrasahan, juga


muncul persekolahan yang lebih banyak mengadopsi model sekolah barat. Dan,
kemunculannya itu antara lain dipicu oleh kebutuhan masyarakat muslim yang berminat
mendapatkan pendidikan yang memudahkan memasuki lapangan kerja dalam lembaga
pemerintahan maupun lembaga swasta yang mensyaratkan memiliki keterampilan
tertentu, seperti teknik, perawat kesehatan, administrasi dan perbankan.

Pada perguruan tinggi Islam pun sejatinya juga mengalami berbagai perubahan dan
perkembangan. Dinamika dalam pendidikan tinggi Islam ini salah satunya dapat diraba
dari perubahan status dari Sekolah Tinggi, menjadi Institut, hingga kini menjadi
Universitas. Dengan demikian, materi dan bahan ajar yang ditawarkan di perguruan
tinggi Islam yang kini mayoritas menjadi Universitas, tidak hanya disiplin ilmu agama
Islam saja, melainkan juga berbagai disiplin ilmu umum.

BAB III

PENGAPLIKASIAN DASAR PMI DALAM MENGAMATI PERMASALAHAN


DAN POTEINSIAL DALAM MASYARAKAT

3.1 Permasalahan
Membangun kesejahteraan masyarakat adalah serangkaian kegiatan yang di
rencanakan untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan
sumber yang ada pada mereka dengan prinsif partisipatif. Karena melalui partisipatif
mereka diharapkan memiliki kemampuan memecahkan permasalah mereka sendiri.
Berbagai bentuk kegiatan pembangunan yang tidak melibatkan mereka ternyata
melahirkan ketergantungan kepada Pemerintah atau Pekerja Sosial yang dengan

15
susah payah membantu mereka untuk keluar dari belenggu kemiskinan dan
keterbelakangan.

Membangun keberdayaan masyarakat dilakukan melalui interaksi secara


aktif antara pihak pemberdaya dengan yang diberdayakan, dimana masyarakat
terlibat secara aktif dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
penilaian suatu program atau kegiatan pemberdayaan dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan mereka.Dalam proses interaksi antara pihak pemerintah dan pekerja
sosial dengan masyarakat dilakukan dalam posisi setara, dimana pihak pemerintah
dan pekerja soial lebih merupakan fasilitator, motivator, dan mediator dalam proses
manajemen pemberdayaan tersebut. Hal ini dilakukan agar masyarakat yang
menjadi sasaran pemberdayaan lebih merasakan bahwa dirinyalah yang menjadi
subyek dari upaya memberdayakan diri mereka sendiri. Keterlibatan mereka dalam
proses manajemen pemberdayaan memungkinkan mereka terlibat secara aktif dalam
setiap kegiatan, karena apa yang mereka rencanakan, apa yang mereka laksanakan,
apa yang mereka awasi dan mereka hasilkan pada dasarnya adalah karya mereka
sendiri, untuk kepentingan mereka sendiri dan mereka bertanggung jawab untuk
menyukseskannya.

Dalam hal mempelajari suatu ilmu yang sudah kita pelajari adalah terlebih
dahulu mengamati sebuah permasalahan dan potensial dalam masyarakat sekitar
kita. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah dampak dari adanya pengembangan
masyarakat islam dalam hal nilai dan etika, sebab hal itu sangat perlu dan penting
untuk dilakukan mengingat kita sebagai bangsa Indonesia masih menggunakan nilai
dan norma dari tradisi nenek moyang kita dan perlu kita pertahankan dengan cara
mengaplikasikannya pada masyarakat islam zaman sekarang. Sebagai contoh akan
saya terangkan pada penjelasan dibawah ini yang menjadi masalah yang ada di
daerah kampung saya sendiri.

1. Terkait permasalahan keamanan Kampung Sirna Sari yang telah ditanyakan


bahwa narasumber menyatakan keamanan yang ada di kampung Sirna Sari RT
05 terbilang cukup aman dan nyaman namun terkadang pelaku curanmor masih
terjadi. Akan tetapi, pelaku curanmor atau kejahatan lain terjadi pada tiap-tiap
waktu tertentu dan yang sangat disayangkan adalah pelaku kejahatan jarang

16
yang tertangkap. Tapi, didaerah kampung Sirna Sari RT 05 jika pelaku kejahatan
tertangkap sudah tidak ada lagi yang melakukan penghakiman masa.
2. Untuk permasalahan lain yaitu pada masalah aliran listrik, aliran listrik di
Kampung Sirna Sari sudah terbilang baik dan hanya ada pada permasalahan
pemadaman listrik yang sering terjadi apalagi pada saat terjadi hujan lebat yang
disertai petir dan juga angin. Hal ini sangat menganggu kegiatan karena saat kita
sedang membutuhkan untuk memasak, belajar online saat pandemi ini akan
mengakibatkan jaringan selular menjadi hilang dan kegiatan sulit dilakukan atau
pemadaman terkadang secara mendadak pada sore hari. Padahal PLTA Karacak
yang ada didaerah Pamijahan ini dekat tapi aliran llistrik masih banyak
terganggu.
3. Dalam permasalahan lain di daerah Kampung Sirna Sari RT 05 adalah pada
aliran air PDAM, aliran PDAM yang ada dikampung Sirna Sari RT 05 terbilang
cukup baiK, namun sering terjadi beberapa permasalahan Karena apa? Karena
terkadang ada air yang sering surut berhari-hari jika musim kemarau datang atau
mampet pada saluran air. Biasanya orang sekitar mencari mata air agar bisa
mendapatkan air bersih untuk mencuci, atau menggali aliran air yang ada
sekitaran sawah untuk mendapatkan air. Salah satu faktor yang menjadi sulitnya
air di kampung Sirna Sari RT 05 adalah jauh dari jalur sungai maka air sulit
untuk ada kecuali pada saat musim hujan.

Dari penjelasan masalah yang didaerah saya bahwa dapat disimpulkan


keadaan masyarakat yang masih banyak yang melanggar nilai dan etika, maka dari
itu perlu diberikan penjelasan serta pengetahuan kepada masyarakat cara
memanfaatkan sumber daya yang terdapat di sekitar dan bagaimana cara
membangun usaha yang dimulai dari hal kecil sehingga tidak dapat menganggu atau
terganggu dalam keamanan atau permasalahan lainnya.

3.2. Pengamatan

17
Pengembangan Masyarakat adalah salah satu metode pekerjaan sosial yang
tujuan utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui
pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada
prinsip-prinsip partisipasi sosial. Selanjutnya dinyatakan, bahwa sebagai sebuah
metode, pengembangan masyarakat memiliki peranan penting yang dilakukan oleh
para pekerja sosial, tetapi juga bagian penting dari profesi lain seperti para
perencana kota, pengembang perumahan, dan bahkan kini sangat populer diterapkan
oleh para industriawan di perusahaan-perusahaan besar.

Pemberdayaan masyarakat dipandang sebagai sebuah metode yang


memungkinkan orang yang menjadi sasaran pemberdayaan dapat meningkatkan
kualitas hidupnya serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses
yang mempengaruhi kehidupannya. Metode pengembangan masyarakat berfokus
pada upaya-upaya menolong anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat
untuk bekerja sama., mengidentifikasi kebutuhan bersama, untuk selanjutnya
merumuskan dan merencanakan serta melaksanakan kegiatan bersama guna
memenuhi kebutuhan tersebut. Dan ada beberapa hal yang saya perhatikan
dilingkungan saya dan perlu diberikan edukasi untuk masyarakat yaitu ada pada :

1. Bagaimana dengan kondisi sarana dan pra sarana? Untuk kondisi sarana dan
pra sarana yang terdapat di Kampung Sirna Sari RT 05 kurang memadai
karena sarana angkutan umum jarang melintas di kampung Sirna Sari RT 05
bahkan untuk halte dan penerangan jalan umum masih jarang. Untuk
mendapatkan sarana umum perlu berjalan terlebih dahulu dengan jarak yang
harus ditempuh hampir 2 KM, maka dari itu saya mengharapkan kepada
aparatur desa lebih memperhatikan sarpras yang ada di daerah sekitaran
kampung Sirna Sari RT 05.
2. Apakah tempat pembuangan sampah telah memadai? Untuk tempat
pembuangan sampah di daerah Kampung Sirna Sari untuk saat ini sudah
tidak diperhatikan lagi karena truk yang dulu sering mengambil sampah
sudah tidak ada lagi. Maka dari itu, banyak para pembuang sampah
membuang dipiggir jalan tanpa bertanggung jawab selain dipinggir jalan
yang merusak pemandangan jalan warga sekitar juga banyak yang

18
membuang ke selokan air yang membuat air selokan mampet dan sering
terjadi banjir akibat sampah.

Dan dalam hal ini masyarakat khususnya masyarakat islam perlu diberikan
pengetahuan serta edukasi bagaimana cara mengelola sampah dengan baik dan
memanfaatkannya sebaik mungkin. Selain itu, memberikan ide-ide yang perlu
diberikan untuk menunjang masyarkat dalam hidup mematuhi aturan nilai dan
etika.

3.3. Potensial

Dalam permasalahan tentu ada juga potensi yang dapat diambil dari lingkungan
masyarakat sekitar saya sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar
dan masyarakat luar. Potensi yang ada di daerah saya ada pada lahan pertanian
yang masih sangat luas dan dapat dimanfaatkan dengan sebaikk mungkin karena
didaerah perkotaan sudah agak sulit mendapatkan lahan pertanian maka dari itu
sebaiknya masyarakat diberikan pengetahuan tentang bina masyarakat agar
dapat memanfaatkan lahan dengan baik dengan menanam tanaman yang
berkualitas sehingga harga jual yang didapatkan bisa sangat mahal, selain itu
bisa juga dijadikan tempat rekreasi dengan membuat taman atau seperti cafe
yang berkonsep outdoor karena hal ini sangat diminati masyarakat saat ini yang
dapat menjadikan masyarakat perkotaan melihat dan merasakan suasana cafe
yang menyatu dengan alam tanpa merusak alam. Selain hal diatas adapula
potensi lain seperti tambang batu kapur yang apabila dimanfaatkan akan sangat
baik sekali bisa untuk kerajinan bisa untuk hal lain yang dapat memberikan
keuntungan yang sangat tinggi.

BAB IV

PENUTUP

19
4.1 Kesimpulan

Dasar pendidikan Islam yakni: “Al-qur`an, sunnah, ra`yu, dasar historis, dasar sosial,
dasar ekonomi, dasar politik, dasar psikologis dan dasar fisiologis”.

Adapun dasar pendidikan di Indonesia adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar


1945 sesuai dengan UUSPN No. 2 tahun 1989 dan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003.

Sedangkan pelaksanaan pendidikan islam di Indonesiasejatinya berlangsung sejak


masuknya Islam di Indonesia dengan masjid sebagai pusat peribadatan dan tempat
belajar. Setelah penggunaan masjid cukup optimal, maka muncullah “pesantren” yang
kemudian menjadi “akar pendidikan Islam di Indonesia”. Keberadaan pesantren
senyatanya mendorong lahirnya lembaga-lembaga pendidikan Islam lain setelah
pesantren, di antaranya madrasah, sekolah-sekolah Islam dan Perguruan Tinggi Islam.
Dalam perjalanannya, lembaga-lembaga pendidikan Islam tak luput dari berbagai
dinamika yang ada, seiring dengan perkembangan zaman. Pesantren, dari jenis
pesantren tradisional ke pesantren modern. Madrasah yang semakin memperbaiki
kualitasnya dengan berbagai upaya, salah satunya peningkatan kualitas guru. Dan,
perguruan tinggi Islam yang dulunya masih berstatus Sekolah Tinggi, berkembang
menjadi Institut hingga akhirnya menjadi Universitas.

Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk
individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi menjadi
kemandirian berpikir,bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka lakukan.
Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang
melakukan sesuatu yaang ditandai dengan kemampuan pemikiran, memutuskan serta
melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang
dihadapi dengan mempergunakan daya atau kemampuan yang dimiliki

20
DAFTAR PUSTAKA

Dra.Hj.Nur Uhbiyati.2005. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung:Pustaka Setia

Drs. Bukhari Umar, M.Ag.2010.Ilmu Pendidukan Islam, Jakarta:Amzah

https://pendidikanislamyes.wordpress.com/2014/05/08/dasar-dasar-pendidikan-islam/
diakses pada 08 oktober 2017 pkl. 07:02

http://ulashoim.blogspot.co.id/2012/06/pendidikan-islam-di-indonesia-makalah.html
diakses pada tanggal 06 oktober 2017 pkl.13:40

21

Anda mungkin juga menyukai