Anda di halaman 1dari 16

LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:
Dr. H.Taufik Abdillah Syukur, MA .

Disusun Oleh:

Muhammad Yoga Pratama (21.01.00.087)

Nur Lailatul Maghfiroh (21.01.00.098)

Sarah Salsabila (21.01.00.107)

Zaki Sulaiman (21.01.00.122)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-HIKMAH JAKARTA

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT., karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Lembaga Pendidikan Islam” tepat pada waktunya.
Makalah ini merupakan salah satu tugas pada mata kuliah ilmu pendidikan islam.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dr. H.Taufik Abdillah Syukur, MA .
selaku dosen pembimbing pada mata kuliah ini, karena atas bimbingan dan pengarahannya
selama penyusunan makalah ini serta pihak-pihak yang telah membantu yang tidak dapat
penulis sampaikan satu-persatu.

Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk
memperbaiki kekurangan-kekurangan agar lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Cilandak, 10 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................1

A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................................1
C. Tujuan Masalah ............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................3

A. Pengertian Lembaga .....................................................................................................3


B. Pengertian Lembaga Pendidikan Islam ........................................................................3
C. Prinsip-Prinsip Pembentukan Lembaga Pendidikan Islam ..........................................3
D. Macam-Macam Lembaga Pendidikan Islam ................................................................ 4
E. Sifat dan Karakter Lembaga Pendidikan Islam ............................................................ 10
F. Tujuan Lembaga Pendidikan Islam .............................................................................. 11

BAB III PENUTUPAN ..........................................................................................................12

A. Kesimpulan................................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan media dalam menyalurkan potensi yang di miliki setiap


individu. Pendidikan juga merupakan aset bagi Negara dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa Indonesia. Dengan perkembangan pendidikan yang semakin
maju, diiringi kemajuan ilmu dan tekhnologi yang semakin melaju pesat.
Masyarakat Indonesia juga harus memiliki kemauan yang tinggi mengikuti arus
modernisasi pada zaman ini. Akan tetapi, kemajuan zaman harus diimbangi oleh
kekuatan dalam beribadah kepada yang Kuasa yaitu Allah Swt. Karena mayoritas
penduduk Indonesia beragama Islam, bahkan umat Islam di Indonesia merupakan
yang terbesar di Dunia.

Upaya mengelola dan menata pendidikan Islam harus memiliki teknik serta
keterampilan, pengelolaan yang baik akan mampu memberikan kita tempat yang
baik di hati masyarakat dan kita tidak akan kalah dengan sekolah pada umumnya,
dari itu kita perlu untuk membuat suatu lembaga yang menaungi pendidikan Islam
demi mewujudkan tujuan pendidikan Islam yang diinginkan. Oleh karena itu, para
pemimpin lembaga pendidikan Islam harus mampu “membaca” selera masyarakat.
Agar pendidikan islam mampu menguasai dunia pendidikan di masyarakat kita.

Sejumlah pemaparan di atas tersebut membuat penulis tertarik untuk bisa


memaparkan beberapa hal terkait dengan “Lembaga Pendidikan Islam” dalam
makalah ini, agar kita bisa tau dan lebih memahami mengenai lembaga pendidikan
Islam, serta kita dapat membantu perkembangan pendidikan Islam agar menjadi
pilihan utama bagi masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut
1. Apa Pengertian Lembaga?
2. Apa Itu Pengertian Lembaga Pendidikan Islam?
3. Apa Saja Prinsip-Prinsip Pembentukan Lembaga Pendidikan Islam?
4. Apa Saja Macam-Macam Lembaga Pendidikan Islam?
5. Bagaimana Sifat Dan Karakter Lembaga Pendidikan Islam?

1
C. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengertian
lembaga, pengertian lembaga pendidikan islam, prinsip-prinsip pembentukan,
macam-macam, sifat, karakter lembaga pendidikan islam, dan memenuhi tugas
Ilmu Pendidikan Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Lembaga
Lembaga dalam kamus umum Bahasa Indonesia, kosa kata lembaga memiliki
empat arti: 1) asal mula (yang akan jadi sesuatu), benih (bakal binatang, manusia
dan tumbuhan, misalnya Adam segumpal tanah yang dijadikan manusia pertama),
2) bentuk (rupa, wujud) yang asli, acuan, 3) ikatan (tentang mata cincin dan
sebagainya), 4) badan (organisasi) yang bermaksud melakukan sesuatu
penyelidikan keilmuan Atau melakukan sesuatu usaha.1
Dalam tulisan ini, pengertian lembaga yang dimaksud adalah badan atau
organisasi, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris adalah institution dan ke
dalam bahasa Arab adalah muassasah. Dalam perkembangan selanjutnya, kata
lembaga tidak selamanya mengacu kepada pengertian sebuah badan atau organisasi
yang bersifat formal, melainkan segala bentuk kegiatan yang didalamnya
mengandung nilai-nilai atau aturan dapat disebut lembaga.2

B. Pengertian Lembaga Pendidkan Islam


Lembaga pendidikan Islam adalah suatu bentuk organisasi yang diadakan untuk
mengembangkan lembaga-lembaga sosial, baik yang permanen maupun yang
berubah-ubah. Lembaga ini mempunyai pola-pola tertentu dalam memerankan
fungsinya serta mempunyai struktur tersendiri yang dapat mengikat individu yang
berada dalam naungannya sehingga Lembaga ini mempunyai kekuatan hukum
tersendiri.3

C. Prinsip-Prinsip Pembentukan Lembaga Pendidikan Islam


1. Prinsip pembebasan manusia dari ancaman kesesatan yang menjerumuskan
manusia pada api neraka. sebagaimana firman Allah Swt.:

‫ٓ ا َٰيُّيه َا ذ ِاَّل ْي َن ٓا َمنُ ْوا قُ ْوْٓا َانْ ُف َس ُ ُْك َو َا ْه ِل ْي ُ ُْك َنَ را‬

1
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balain Pustaka, 1991), cet. ke-12,
hlm.582.
2
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), cet. ke-1, hlm. 189-190.
3
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010) hlm.
223.

3
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka.” (At-Tahrim:6).
2. Prinsip pembinaan umat manusia menjadi hamba-hamba Allah yang memiliki
keselarasan dan keseimbangan hidup bahagia didunia dan diakhirat, sebagai
realisasi cita-cita bagi orang yang beriman dan bertakwa yang senantiasa
memanjatkan doa sehari-hari. Sebagaimana firman Allah Swt.

‫َو ِمْنْ ُ ْم ذم ْن ي ذ ُق ْو ُل َرب ذ َنا ا ٓاتِ َنا ِِف ادله نْ َيا َح َس َنة ذو ِِف ْ ٓاْل ِخ َر ِة َح َس َنة ذو ِقنَا عَ َذ َاب النذا ِر‬
Dan di antara mereka ada orang yang berdoa “ya Rabb kami, Berilah kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api
neraka.” (Al-baqarah: 201)
3. Prinsip pembentukan pribadi manusia yang memancarkan sinar keimanan yang
kaya dengan ilmu pengetahuan, yang satu sama lain saling membanggakan
hidupnya untuk menghambakan diri pada Kholik nya. Keyakinan dan keimanan
nya sebagai penyuluh terhadap akal budi yang sekaligus mendasari ilmu
pengetahuannya, Bukan sebaliknya, keimanan dikendalikan oleh akal budi.
4. Prinsip Amar ma'ruf nahi mungkar dan membebaskan manusia dari belenggu-
belenggu kenistaan.4

D. Macam-Macam Lembaga Pendidikan Islam


Macam-macam lembaga pendidikan islam antara lain:
1. Rumah
Dalam bahasa Indonesia rumah diartikan sebagai bangunan tempat tinggal
dalam bahasa Arab kata rumah terjemahan dari kata bata, yabitu, baytan, yang
artinya bermalam atau menginap. Kemudian diartikan pula sebagai rumah
tinggal dan tempat diam.
Rumah (Al Bait) adalah salah satu bangunan yang dijadikan tempat tinggal
selama jangka waktu tertentu. dalam arti khusus, rumah mengacu pada konsep
konsep sosial kemasyarakatan yang terjalin di dalam bangunan tempat tinggal,
seperti keluarga, hidup, makan, tidur, beraktivitas, dan lain-lain.

4
Taufik Abdillah Syukur, Ilmu Pendidikan Islam, (Depok, Raja Grafindo Persada, 2020), cet. ke-1, hlm.
218-220.

4
fungsi rumah sebagai tempat pendidikan
Pertama, dari segi pendidikan non-formal, yakni pendidikan yang dilakukan
di rumah yang bentuk materi pengajaran guru, metode pengajaran dan lainnya
tidak dibakukan secara formal. Misalnya pendidikan yang berkaitan dengan
penanaman aqidah, bimbingan membaca dan menghafal Alquran, praktik ibadah
dan akhlak mulia.
Kedua, dari segi pendidikan informal yakni pendidikan yang dilakukan oleh
kedua orang tua terhadap putra-putrinya. Misalnya pembinaan watak, karakter
kepribadian, dan keterampilan mengerjakan pekerjaan atau tugas keseharian
yang biasa terjadi di rumah tangga.
Kewajiban orang tua pada anak-anaknya
a. Mendoakan anak-anaknya dengan doa yang baik dan jangan sekali-kali
mengutuk anaknya dengan kutukan yang tidak manusiawi.
b. Memelihara anak dari api neraka.
c. Menyerukan shalat pada anaknya.
d. Menciptakan kedamaian dalam rumah tangga.
e. Mencintai dan menyayangi anak-anaknya.
f. Bersikap hati-hati terhadap anak-anaknya.
g. Mencari nafkah yang halal.
h. Mendidik anak agar berbakti pada bapak ibu.
i. Memberi air susu sampai 2 tahun.
2. Masjid
Secara harfiah, Masjid adalah tempat untuk bersujud. Namun, dalam arti
terminologi, masjid diartikan sebagai tempat khusus untuk melakukan aktivitas
Ibadah dalam arti yang luas. Masjid merupakan Central kebudayaan masyarakat
Islam, pusat organisasi kemasyarakatan, pusat pendidikan serta tempat ibadah
dan itikaf.
Di dalam Alquran, kosakata masjid disebut sebanyak 18 kali dan
dihubungkan dengan berbagai hal dan kegiatan. diantaranya ada kosa kata
masjid yang dihubungkan dengan Masjidil Haram sebanyak 14 kali dan ada pula
kosa kata masjid yang dihubungkan sebagai tempat melaksanakan salat ada yang
dihubungkan dengan Masjid yang pertama kali dibangun oleh Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi Wasallam ketika di Madinah.

5
Fungsi utama masjid
a. Sebagai lembaga pendidikan informal dan nonformal. Fungsi masjid bagi
lembaga pendidikan informal dapat dilihat dari perannya sebagai tempat
ibadah shalat lima waktu, berzikir, dan berdoa. Adapun peran masjid sebagai
lembaga pendidikan non-formal dapat dilihat dari sejumlah kegiatan
pendidikan dan pengajaran dalam bentuk halaqah yang dipimpin oleh seorang
ulama dan materi utamanya tentang ilmu agama Islam dengan berbagai
cabangnya.
b. Fungsi masjid sebagai lembaga pendidikan sosial kemasyarakatan dan
kepemimpinan. Misalnya melibatkan diri dalam berbagai kegiatan dan
bersifat Amaliah, seperti Al suffah.
Fungsi masjid dapat lebih efektif bila di dalamnya disediakan fasilitas-
fasilitas terjadinya proses belajar mengajar seperti: Perpustakaan, ruang diskusi
atau rapat, ruang kuliah, dan teknik khotbah.
3. Pondok pesantren
Pesantren secara etimologi berasal dari kata santri yang mendapat awalan pe-
dan akhiran -an sehingga menjadi pe-santria-an yang bermakna kata “shastri”
5
yang artinya murid. Sedangkan secara terminologi pengertian pondok
pesantren dapat dikemukakan dari pendapat para ahli antara lain:
a. Abdurrahman Wahid, mendefinisikan pesantren secara teknis, pesantren
adalah tempat di mana santri tinggal.6
b. Mahmud Yunus, mendefinisikan sebagai tempat santri belajar agama Islam.7
c. Imam Zarkasyi, secara definitif mengartikan pesantren sebagai lembaga
pendidikan Islam dengan sistem asrama atau pondok, di mana kyai sebagai
figur sentralnya, mesjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan
pengajaran agama Islam dibawah bimbingan kyai yang diikuti santri sebagai
kegiatan utamanya. 8 Secara singkat pesantren bisa juga dikatakan sebagai
laboratorium kehidupan, tempat para santri belajar hidup, dan bermasyarakat
dalam berbagai segi dan aspeknya.

5
Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1977), hal
20.
6
Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi Esai-esai Pesantren, (Yogyakarta: LKIS, 2001), hal. 17.
7
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Hidakarya,1990) hal. 231.
8
Amir Hamzah Wirosukarto,et.al., KH. Imam Zarkasyi dari Gontor Merintis Pesantren Modern,
(Ponorogo: Gontor Press, 1996), hal.5.

6
Sebagai lembaga yang tertua, sejarah perkembangan pondok pesantren
memiliki model-model pembelajaran antara lain:
a. Metode wetonan (halaqah). Metode yang didalamnya terdapat seorang kyai
yang membaca suatu kitab dalam waktu tertentu sedangkan santrinya
membaca kitab yang sama lalu santri mendengar dan menyimak bacaan Kyai.
Metode ini dapat dikatakan sebagai proses belajar mengajar secara kolektif.
b. Metode sorogan. Metode yang santrinya sorogan atau mengajukan sebuah
kitab kepada Kyai untuk dibaca di hadapannya, kesalahan dalam bacaan yaitu
langsung dibenahi Kyai. Metode ini dapat dikatakan sebagai proses belajar
mengajar Individual.9
Ciri-ciri khusus pondok pesantren adalah isi kurikulum yang dibuat terfokus
pada ilmu-ilmu agama misalnya tafsir, al-quran hadis, fiqih, dan tasawuf, materi
retorika, dan lain-lain. Secara literatur ilmu-ilmu tersebut memakai kitab-kitab
klasik yang disebut dengan istilah kitab kuning dengan ciri-ciri:
a. Kitab-kitab-nya berbahasa Arab
b. Umumnya tidak memakai syakal atau harakat
c. Berisi keilmuan yang cukup berbobot
d. Banyak diantara kertasnya berwarna kuning
e. Lazimnya dikaji dan dipelajari di pondok pesantren.10
4. Madrasah
Madrasah yang berasal dari bahasa arab merupakan Isim makna dari fi’il
madhi “darasa” yang artinya tempat duduk untuk belajar tempat atau wahana
untuk mengetahui proses pembelajaran secara formal dan memiliki konoasi
spesefik, maksudnya pada madrasah itulah anak menjalani proses belajar secara
terarah, terpimpin, dan terkendali. Termonologi madrasah pada gilirannya lebih
popular di sebut dengan sekolah.11 Dalam Kamus Bahasa Indonesia, madrasah
artinya sekolah atau perguruan yang biasanya berdasarkan agama Islam;
ibtidaiyah (tingkat dasar), tsanawiyah (tingkat menengah), aliyah (tingkat
menengah atas).12

9
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 236.
10
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 238.
11
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam Indonesia, (Jakarta, Kencana,
2013), hlm. 259.
12
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (aplikasi)

7
5. Kuttab
Kuttab (Arabic: ‫ كتاب‬kuttab, plural: ‫ كتاتيب‬kataatib) Adalah pendidikan klasik
yang sudah ada sebelum masa Rasulullah Saw. Sistem inilah yang diadopsi
menjadi pembelajaran dasar kalangan anak-anak di zaman Rasulullah Saw.
Kuttab merupakan juga tempat pertama seorang anak belajar membaca Alquran,
menulis, prinsip-prinsip agama, bahasa dan ilmu hitung. Di Kuttab disediakan
pengasuh pengasuh khusus di bidang tersebut diatas secara penuh.
6. Al-hawanit Al-warraqin
Al-hawanit Al-warraqin (Arab: ‫) حوانيت الوراقين‬, Pada masa ini bermunculan
tokoh-tokoh buku sebagai agen komersial dan Sekaligus berfungsi sebagai
center of learning, ini berawal pada permulaan Daulah Abbasyiah. Toko-toko
buku memiliki peranan penting dalam kegiatan keilmuan Islam, pada awalnya
memang hanya menjual buku-buku, tetapi berikutnya menjadi sarana untuk
berdiskusi dan berdebat, bahkan pertemuan rutin sering dirancang dan
dilaksanakan di situ. Di samping toko buku, percetakan juga memiliki peranan
penting dalam kegiatan transfer keilmuan Islam.
7. Al-shalunat Al-adabiyah
Al-shalunat Al-adabiyah (Arab: ‫) الصالونات االدبية‬, Lembaga ini merupakan
pengembangan dari majelis-majelis al khulafa al Rasyidin selain mengurus
materi masa pemerintahan, juga memberikan fatwa-fatwa agama melalui forum
masjid ataupun di luar masjid. Forum ini mengalami kemajuan yang cukup pesat
karena sering diadakan semacam perlombaan syair dan perdebatan para fuqaha
dan diskusi di antara para sarjana dari berbagai disiplin ilmu. Sehingga
muncullah tokoh-tokoh yang aktif hadir dalam forum tersebut: 1) dari kalangan
penyair: Abu Nawas, Abu muslim Ibnu Al-Walid dan Al-Abbas Al-Ahnaf. 2)
dari kalangan musisi: Ibrahim Al mawali dan anaknya bernama Ishak. 3) dari
kalangan ahli gramatika: Abu Ubaidah Al-Ismail Al-kisa’I,Ibn-Siman, Al-Wa’iz
dan Al-Waraqid.
8. Zawiyah
zawiyah (Arab: ‫ ) زاوية‬Pada awalnya merujuk pada sudut bangunan,
seringkali Masjid, tempat sekelompok orang berkumpul untuk mendengarkan
pengajaran seorang Syaikh. Zawiyah ini adalah bangunan yang lebih kecil
dibandingkan dengan khanaqah. yang dibesarkan di seputar seorang Syaikh,

8
yang semula adalah tidak permanen karena sering syaikhnya adalah seorang
pendatang. Zawiyah memiliki dua jenis yaitu:
a. Zawiyah tradisional yang mempunyai hubungan erat dengan penguasa atau
mamluk.
b. zawiyah yang lebih independen dan zawiyah inilah yang sering menjalankan
fungsinya sebagai masjid dan ribath, yaitu menyediakan fasilitas ibadah,
makanan dan perlindungan bagi orang miskin. Contoh dari bagian kedua ini
adalah zawiyah Syaikh Ibnu Riwam yang selalu menolak bantuan. Meskipun
zawiyah ini pada awalnya hanya berupa bangunan kecil, namun dalam
perkembangannya, menurut Fernandez banyak bangunan zawiyah yang
berupa Allah yang besar, sebagai tempat pertemuan para sufi.13
9. Ribath
Ribath (Arab: ‫ ) رباط‬Adalah tempat kegiatan kaum sufi yang ingin
menjauhkan diri dari kehidupan duniawi, dan mengkonsentrasikan diri untuk
semata-mata ibadah. juga memberikan perhatian terhadap kegiatan keilmuan
yang dipimpin oleh seorang Syekh yang terkenal dengan ilmu dan
kesalehannya.14 Kata ribath dalam bahasa Arab memiliki beberapa arti yaitu:
a. Sesuatu yang dibuat untuk mengikat (tali dan sebagainya), membalut.
b. Sekawan kuda, rombongan (pasukan) berkuda.
c. Tangsi, markas tentara.
d. Tempat diwakafkan untuk fakir miskin.
e. Hati, dalam bahasa Indonesia kata ribath mengandung arti gedung atau
tempat melakukan ibadah dan kewajiban lain.15

Sebagian tokoh mengatakan bahwa istilah ribath di ambil dari firman Allah
Swt. dalam surat al-anfal ayat 60

‫اّلل َوعَدُ ذو ُ ُْك َو ٓا َخ ِرْي َن ِم ْن‬ ِ ِّ ٓ ‫َو َا ِعد ْهوا لَه ُْم ذما ْاس َت َط ْع ُ ُْت ِِّم ْن قُ ذو ٍة ذو ِم ْن ِِّر ََب ِط الْ َخ ْيلِ ُت ْر ِه ُب ْو َن ِب ٖه عَدُ ذو‬
‫اّلل يُ َو ذف ِالَ ْي ُ ُْك َو َان ُ ُْْت َْل ت ُْظلَ ُم ْو َن‬ِ ِّ ٓ ِ‫َش ٍء ِ ِْف َس ِب ْيل‬ ْ َ ‫د ُْوِنِ ِ ْ ْۚم َْل تَ ْعلَ ُم ْوِنَ ُ ْ ْۚم َا ٓ ِّ ُّلل ي َ ْعلَ ُمه ْ ُْۗم َو َما تُ ْن ِف ُق ْوا ِم ْن‬

13
Emroni, Kontribusi Lembaga Sufi Dalam Pendidikan Islam, jurnal tafsir, vol. 3 No. 5, Januari-Maret,
2015, hlm. 122.
14
Iskandar Engku dan Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islami, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2014),
hlm. 43.
15
Emroni, Kontribusi Lembaga Sufi Dalam Pendidikan Islam, Hlm. 121.

9
“dan siapkanlah untuk menghadapi mereka (orang-orang kafir) kekuatan apa
saja yang kamu sanggup dan dari ribet al-khail (kuda-kuda yang ditambahkan
untuk berperang). (Dengan persiapan itu), kamu menggetarkan musuh-
musuhmu dan orang-orang selain mereka yang tidak kamu ketahui, sedangkan
Allah mengetahui.”

Ribath juga merupakan sebuah istilah yang menunjukkan tempat


berkumpulnya para sufi dan ahli tarekat guna melaksanakan latihan-latihan
spiritual.16

10. Khanaqah
Khanaqah (Arab: ‫ ) خانقاه‬Berasal dari bahasa persi Okhaniqah yang dalam
bentuk jamaknya adalah khanaqaha. Ada juga yang berpendapat bahwa honako
itu berasal dari bahasa Arab khanqah yang dalam bentuk jamaknya adalah
khawaniq, semuanya itu bermakna ruang atau rumah. Namun istilah ini baru
mendapat perhatian dari para sejarawan setelah abad ke-4/10.17

E. Sifat dan Karakter Lembaga Pendidikan Islam


Sifat dan karakter lembaga pendidikan Islam antara lain sebagai berikut:
1. Lembaga pendidikan Islam bersifat religius.
2. Lembaga pendidikan Islam bersifat holistik, terdiri dari lembaga pendidikan
informal, nonformal, dan formal. Informal dapat diwakili oleh rumah al-bait, non
formal seperti masjid, zawiyah, ribath, sedangkan yang formal yaitu madrasah.
3. Lembaga pendidikan Islam bersifat dinamis dan inovatif. Dinamakan dinamis
karena lembaga pendidikan Islam tidak terpaku pada satu bentuk saja, melainkan
mengambil berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan ilmu atau keterampilan
yang ingin dikembangkan. Dan dikatakan inovatif, karena lembaga pendidikan
Islam selalu mengalami pembaharuan dan pengembangan yang tidak ada contoh
atau model sebelumnya.
4. Lembaga pendidikan Islam bersifat responsif dan fleksibel yakni senantiasa
menyesuaikan diri atau menjawab berbagai kebutuhan masyarakat.

16
Emroni, Kontribusi Lembaga Sufi Dalam Pendidikan Islam, Hlm. 122.
17
Emroni, Kontribusi Lembaga Sufi Dalam Pendidikan Islam, Hlm. 123.

10
5. Lembaga pendidikan Islam bersifat terbuka, yakni dapat diakses atau digunakan
untuk seluruh lapisan masyarakat dengan berbagai latar belakang keahlian status
sosial ekonomi budaya, dan lain-lain sebagainya. Hal ini sejalan dengan prinsip
Islam yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.
6. Lembaga pendidikan Islam berbasis masyarakat hal ini selain karena lembaga
pendidikan Islam tersebut dapat digunakan oleh seluruh masyarakat, juga karena
dibangun dan diadakan oleh masyarakat.18

F. Tujuan Lembaga Pendidikan Islam


Menurut Muhaimin. Lembaga pendidikan Islam secara umum bertujuan untuk
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik
tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat berbangas dan bernegara. Lembaga pendidikan Islam mempunyai
tujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki menusia itu, mulai dari tahapan
kognitif, yakni pengetahuan, pemahaman peserta didik terhadap ajaran Islam. Untuk
selanjutnya dengan tahapan afektif, yakni terjadinya profesionalisasi ajaran dan
nilai-nilai agama ke dalam diri peserta didik, dalam arti menghayati dan meyakini.
Melalui tahapan afektif tersebut diharapkan tumbuh motivasi dalam diri siswa dan
bergerak untuk mengamalkan mentaati ajaran Islam, tahapan psikomotorik yang
telah di internalisaskan dalam dirinya. Dengan demikian akan terbentuknya manusia
muslim yang bertaqwa dan berakhlak mulia.

18
Abudin Nata, filsafat Pendidikan Islam, hlm. 194-195.

11
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Simpulan yang dapat diambil dari pemaparan diatas adalah sebagai berikut:
1. Lembaga pendidikan merupakan salah satu sistem yang memungkinkan
berlangsungnya pendidikan secara berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan.
2. Macam-macam lembaga pendidikan islam ada sembilan yaitu:
a. Rumah
b. Masjid
c. Pondok pesantren
d. Madrasah
e. Kuttab ( ‫) كتاب‬
f. Al-hawanit Al-warraqin
g. Al-shalunat Al-adabiyah ( ‫) الصالونات االدبية‬,
h. zawiyah ( ‫) زاوية‬
i. Ribath ( ‫) رباط‬
j. Khanaqah ( ‫) خانقاه‬
3. Lembaga pendidikan bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman,
penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi
manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak
mulia.

B. Saran
Pemakalah mengharapkan agar apa yang telah dijelaskan di atas dapat dipahami
oleh pembaca sekalian, sekaligus bermanfaat bagi kita semua. Selanjutnya, kritik dan
saran dari pembaca sangat kami harapkan sebagai pembangun guna memperbaiki dalam
pembuatan makalah berikutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Abdillah Syukur, Taufik. Ilmu Pendidikan Islam. Depok: Raja Grafindo Persada. 2020.

Abdurrahman Wahid, Abdurrahman. Menggerakkan Tradisi Esai-esai Pesantren. Yogyakarta:


LKIS. 2001.
Emroni. Kontribusi Lembaga Sufi Dalam Pendidikan Islam. jurnal tafsir. Januari-
Maret. 2015.
Hamzah Wirosukarto, Amir. KH. Imam Zarkasyi dari Gontor Merintis Pesantren
Modern. Ponorogo: Gontor Press. 1996.
Iskandar, Engku. dan Siti Zubaidah. Sejarah Pendidikan Islami. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2014.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (aplikasi)
Madjid, Nurcholish. Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta:
Paramadina. 1977.
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada
Media. 2010.
Nata, Abudin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama. 2005..
Nizar, Samsul. Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam Indonesia.
Jakarta: Kencana. 2013.
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: BalainPustaka.
1991.
Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Hidakarya. 1990.

13

Anda mungkin juga menyukai