Anda di halaman 1dari 5

BAB 2

PEMBAHASAN
1. Pendekatan sosiologi
a. Definisi sosiologi
Pendekatan sosiologi digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam
memahami agama. Sosiologi adalah ilmu yang membahas tentang pelajaran
hidup dalam masyarakat dan menyelidiki tentang ikatan ikatan atau proses
kehidupan sosial anatara manusia yang menguasai hidupnya itu.
Secara etomologi, kata sosiologi berasal dari bahasa latin yaitu “socius” yang
artinya teman, dan juga kata yunani “logos” yang berarti berkata atau
berbicara tentang manusia yang berteman atau bermasyarakat.
Secara terminologi, sosiologis adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial
dan proses proses sosial termasuk perubahan sosial. Adapun objek dalam
sosiologi contohnya dapat dilihat dari manusia dalam bermasyarakat.
Tujuannya agar manusia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
hidupnya.

b. Pendekatan Sosiologi Agama


Dari segi sosiologi, pendeketan terhadap agama telah melahirkan berbagai
teori, teori ini dikenal dengan teori tingkatan. Teori yang dikemukakan oleh
august comte, dalam bukunya yang berjudul “cours de philosophie positive”.
Teori tersebut terdiri dari tiga, yaitu :
1) Teori fungsional
Teori ini adalah teori yang berasumsi masyarakat sebagai organisme
ekologi yang mengalami suatu pertumbuhan. Semakin besar
pertumbuhan terjadi semakin kompleks pula masalah-masalah yang
akan dihadapi.
2) Teori Interaksionisme
Teori interaksionalismes adalah teori yang berasumsi dalam masyarakat
pasti terdapat hubungan antara masyarakat dengan individu, antara
individu dengan individu lain
3) Teori konflik
Teori konflik yakni teori yang percaya bahwa setiap masyarakat
mempunyai kepentingan (interst) dan kekuasaan (power) yang merupakan
pusat dari segala hubungan sosial.
Pentingnya pendekatan sosiologis dalam memahami agama dapat dipahami
karena banyak ajaran agama yang berkaitan dengan masalah sosial. Salah
satunya mengunakan masalah sosiak sebagai pendorong dalam memahami
agamannya. Agama dapat dikatakan diturunkan untuk kepentingan sosial, di
dalam al-Qur’an misalnya dapat dijumpai beberapa ayat yang berkenaan
antara hubungan manusia dengan manusia lainnya. Oleh karena itu sosiologis
sangat penting dalam pendekatan agama agar menyesuaikan dengan ajaran
agama dan dapat menghargai agama lain di lingkup kehidupan bermasyarakat
karena pasti dalam bermasyarakat terdapat suatu perbedaan.

2. Isteraksi sosial antara muslim dan nonmuslim


a. Definisi Interaksi Sosial
Interaksi adalah suatu jenis hubungan tang terjadi antara dua atau lebih dari
objek/individu dimana saling mempengaruhi, mengubah atau memiliki efek
satu sama lain. Kunci dalam kehidupan sosial itu interaksi sosial tanpa adanya
interaksi maka kehidupan bersamapun tidak akan berjalan baik. Interaksi
sosial yang bersifat sosial dan bukan personal karena dari interaksi sosial
dibutuhkan dua individu atau lebih sehingga didalam suatu interaksi sosial
terdapat penyesuaian terhadap aksi atau perilaku yang sebelumnya terjadi. Jadi
interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan hubungan sosial yang
dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud itu misalnya hubungan antara satu
kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, bisa juga antara individu
dengan suatu kelompok untuk mencapai tujuan yang sama.

b. syarat syarat interaksi sosial


suatu interaksi sosial akan terjadi jika tealah memenuhi sebuah syarat syarat
suatu interaksi sebagai kehidupan bersama. Terdapat dua syarat, yaotu:
1. kontak sosial
kontak sosial adalah hubungan antara satu indidvidu atau kebih dalam
suatu percakapan dapat saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing
masing dalam kehidupan bermasyarakat. Secara bahasa dapat diartikan
sebagai bersama sama menyentuh, sedangkan secara fisik dapat diartikan
ketika suatu individu bertemu dengan bertatap muka dan berkontak soasial
langsung secara badan dilakukan dengan berbincang dengan pihak lain.
Dalam kontak sosial tidak hanya bergantung pada tindakan atau kegiatan
sosial tapi juga dari suatu respon, tanggapan, reaksi atau timbal balik
terhadap tindakan atau kegiatan tersebut.
Dalam kontak sosial, dapat terjadi hubungan positif dan juga negatif.
Kontak sosial hubungan positif dapat terjadi apabila hubungan antara
kedua belah pihak dapat saling mengerti, disamping menguntungkan pihak
masing masing, sehingga hubungangan biasanya berlangsung lama,dan
dapat mengarah ke tujuan yang sama. Sedangkan kontak sosial negatif
terjadi karena hubungan dua belah pihak tidak dapat saling mengerti,
mungkin saling merugikan satu sama lain, sehingga mengakibatkan suatu
pertentangan dan perselisihan
2. komunikasi sosial
Syarat kedua terjadinya sebuah proses sosial dengan komunikasi,
komunikasi merupakan dasar dari interaksi sosial karena tanpa adanya
suatu komunikasi manusia tidak akan dapat saling memberi interaksi satu
dengan yang lainnya. Komunikasi sebagai sarana untuk menyapaikan
suatu pesan atau arti, dapat berupa lisan juga tulisan. Komunikasi sosial
diartikan sebagai persamaan pandangan antara orang orang yang
berinteraksi terhadap sesuatu, komunikasi adalah bahwa seseorang
meberikan lisan kepada orang lain (berupa pembicaraan, gerak gerak,
badaniah atau sikap) perasaan perasaan yang ingin disampaikan oleh orang
yang menyampaikan. Orang yang bersangkutan kepada orang yang
menyampaikan perasaan tersebut memberikan reaksi yang ingin
disampaikan oleh orang tersebut.

c. Faktor Faktor Interaksi Sosial


Faktor faktor interaksi sosial dapat berjalan secara sendiri sendiri maupun
berkelompok antara lain, yaitu:
1. Imitasi
Imitasi adalah meniru tindkan dan perilaku orang lain yang dimulai sejak
bayi hingga dewasa.
2. Sugesti
Faktor sugesti adalah faktor yang meberikan suatu pandangan dan sikap
yang berasal dari diri sendiri yang kemudian diterima oleh pihak lain.
3. Identifikasi
Identifikasi merupakan menyamakan dirinya dengan orang lain. Hal
tersebut merupakan keinginan suatu individu untuk menjadikan dirinya
sama dengan orang lain.
4. Simpati
Simpati adalah ketertarikan seseorang atas dasar perasaan karena perasaan
saling mengerti antara yang satu dengan yang lain, maka perasaan
merupakan faktor utama berkembangnya simpati.

d. Interaksi sosial sesama muslim


Dalam sejarah, kaum muslim memiliki tingat solidaritas sosial yang tinggi
dalam kehidupan bermasyarakat. Hubungan sesama kaum muslim tidak dapat
dipisahkan layaknya bagian anggota tubuh. Ukhuwah islamiyah atau
persaudaraan dalam islam lahir karena adanya suatu persamaan semakin
banyak persamaan semakin kuat persaudaraan itu, persamaan yang paling
mendasar yaitu akidah. Sebagaimana Allah berfiman di dalam al-Qur’an :
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah
antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar
kalian mendapat rahmat” (QS. al-Hujurāt {49}: 10)

Saling memberikan kasih sayang, saling mengasihi, saling memahami, dan


saling memperdulikan akan membentuk persaudaraan yang harmonis. Dengan
begitu umat islam akan membentuk suatu kelompok masyarakat yang penuh
kasih sayang dan saling mengigatkan dalam hal kebenaran atau kebaikan.
Sebagaimana Allah berfirman di dalam al-Qur’an:
“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta
saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”
(QS. al-‘Aṣhr [103]: 3).

Kita sebagai umat muslim diajarkan begitu banyak hal tentang kehidupan dan
hubungan antara manusia satu sama lain. Kita diajarkan bahwa manusia
diciptakan untuk saling berinteraksi dan membutuhkan satu sama lain.
Sebagaimana Allah berfiman di dalam al-Qur’an:
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al
Hujurat: 13)

Ada banyak hal yang umat muslim lakukan dalam berinteraksi sosial,
misalnya: saat idul fitri semua umat muslim melakukan interaksi sosial dengan
lingkungannya dengan saling berbicara untuk saling memaafkan. Ada juga
saat umat muslim yaitu ustad atau ustadzah melakukan tausyiah di depan
beberapa umat muslim untuk menyapaikan ceramah keagamaan yang
menyampaikan pesan pesan di dalamnnya. Dan berbagai macam lagi interaksi
sosial lainnya yang menyatukan pesaudaraan antar umat muslim. Dalam
menjaga dan memelihara ukhuwah islamiyah atau persaudaraan antar umat
muslim kita harus memiliki sikap sikap sebagai berikut, antara lain:
1. Mencintai bagi saudaranya sebagaimana mencintai diri sendiri dan
membenci bagi saudaranya apa-apa yang dibenci bagi dirinya.(HR
Bhukari dan Muslim)
2. Merendah diri di hadapan saudaranya dan tidak bersikap sombong dan
angkuh (HR Abu Daud dan Ibnu Majah)
3. Tidak mencaci saudaranya dan tidak menghinanya dengan bentuk apapun.
(QS Al-Hujarat 11)
4. Tidak dengki dan iri kepada saudaranya.(HR Bukhari dan Muslim)
5. Memperlakukan saudaranya dengan baik dan menahan diri dari segala hal
yang menyakitinya.(HR Al-Hakim dan Tarmidzi)
6. Memelihara jiwa, harta dan kehormatan saudaranya. (HR Muslim)

e. Interaksi sosial antar umat beragama


Agama islam diturunkan dengan berbagai segala keberagamannya. Islam
diturunkan bukan hanya untuk menjalankan syariat islam tapi juga
mengajarkan dalam bermuamalah atau interaksi sosial. Islam tidak pernah
melarang umatnya untuk tidak berinteraksi dengan umat agama lain. Islam
mengajarkan umatnya dalam mengikuti kebenaran dan keadilan dalam segala
hal.
Dalam masyarakat banyak sekali perbedaan salah satunya perbedaan dalam
memeluk suatu agama, tidak hanya beragama muslim saja. Bagi umat muslim
hubungan ini tidak menjadi suatu halangan dalam kaitan kemanusiaan atau
muamalah bahkan dintuntun untuk berperilaku baik dengan umat yang
beragama non muslim, sebagai firman Allah di dalam al-Qur’an:
“Wahai manusia! Sesumgguhnya, Kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui,
Mahateliti” (QS. al-Hujurāt [49]: 13).
Ayat tersebut memiliki bahwa manusia diciptakan dalam suatu perbedaan,
tetapi semua manusia berasal dari asal yang sama maka dari itu jangan sampai
bertengkar, terpecah belah, bersilisih, dan berpisah pisah. Tujuan dijadikannya
suatu perbedaan bukan untuk saling berujung pada perpisahan atau
pertingkaian, tetapi untuk menuntut manusia agar saling mengenal dan saling
berinteraksi antara satu sama lain. Tapi hal tersebut berdasarkan umum tidak
bersifat keagamaan, melainkan saling menghormati dan menghargai antar
sosial masyarakat. Jika interaksi sosial berdasarkan aspek keagamaan dalam
islam maka acuannya adalah al-Qur’an surat al-kfirun ayat 6 :
“untukmu agamu dan untuku agamaku”(Q.S.al-Kafirun:6)
Di dalam kitab suci al-Qur’an mengajarkan umat muslim untuk mencari titik
temu atau kompromi antar pemeluk agama, menegaskan apabila dalam
interaksi sosial tidak dapat menemukan sebuah, maka seaharusnya masing-
masing pihak saling menghargai dan saling mengakui kepercayaan pihak lain
dan tidak saling menyalahkan satu sama lain seperti disebutkan di dalam Al –
Qur’an surah Ali Imran ayat 64:
Katakanlah:"Hai Ahlul Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa
tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan
sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain
sebagai Rabb-Rabb selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah
kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah
diri kepada Allah (QS.Ali Imran: 64)

Anda mungkin juga menyukai