Anda di halaman 1dari 5

[Type here]

Sosiologi Islam adalah disiplin keilmuan yang membekukan kajiannya di ranah kelompok masyarakat
Islam. Sosiologi Islam berupaya memotret kelompok masyarakat Islam yang memiliki sistem budaya
kemasyarakatan yang terbangun atas sistem nilai, keyakinan, historis, dan moralitas sendiri. Sosiologi
Islam merefleksikan sikap keberagamaan umat Islam di Indonesia yang menunjukkan pola hubungan tiga
fase historis dan simbolis dapat disimpulkan menjadi empat hal yakni ketegangan perumusan dasar
negara, ketegangan ideologis, kediktatoran negara, dominasi mayoritas. Pola hubungan yang terbentuk
menunjukkan bias dari objektivitas dogma agama Islam.

3 konsep dari al qur’an yang dapat dikembangkan sebagai teori sosiologi islam yaitu:

1. tadafu’ (saling tolak-menolak/konflik)


2. ta’aruf (saling mengenal)
3. ta’awun (saling tolong-menolong)

a. Tada’fu (tolak menolak)

Daf’u yang artinya penolakan atau pertahanan, konsep ini menjelaskan kesejahteraan di bumi tidak
akan tercapai apabila individu melakukan perbuatan yang bertentangan kemudian tidak ada pihak yang
mencegah dan menyelaraskannya, jika demikian hubungan masyarakat akan runtuh. Sebaliknya
kesejahteraan bumi akan tercapai apabila terbentuknya masyarakat yang solid dimana para anggotanya
berkerja sama dan menyatu seperti satu badan dan satu jiwa. Seperti dalam sabda rasullulah SAW :

“seorang mukmin terhadap mukmin(lainnya) bagaikan satu bangunan,satu sama lain saling
menguatkan”.(HR Bukhari Muslim)

“perumpamaan orang orang beriman dalam hal saling mencintai,mengasihi dan saling berempati
bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya sakit maka seluruh tubuh turut merasakanya dengan
berjaga dan merasakan demam”.(HR.Muslim).

Konsep ini menekankan bahwa manusia adalah kesatuan sosial, adanya hubungan yang saling menjaga
satu sama lain. Kehadiran tada’fu merupakan keniscaya’an dari tuntutan fitrah manusia untuk
mempertahankan kebenarannya . tujuannya tiada lain agar terciptanya hubungan manusia yang
harmonis .

b. Ta’aruf

Kaidah ta’aruf diangakat dari firman Allah ta’ala dalam Q.S Al-Hujurat 49:13.

“hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari orang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku supaya kamu saling mengenal.

Konsep ta’aruf di ayat ini sering diartikan sebagai saling kenal mengenal . konsep ta’aruf berasal dari
kata arafa menurut ibnu

Faris materi kata yang terbentuk dari kata a, ra , pa memiliki arti yang berkesinambungan atau terus
menerus . selain makna tersebut ta’aruf mengandung arti hubungan timbal balik antara sesorang
dengan yang lainnya ( interaksi ). Ada tiga makna pokok dari konsep ta’aruf : (1)adanya hubungan timbal
[Type here]

balik (interaksi) antara satu pihak dengan yang lain; (2) hubungan interaksi tersebut berdasarkan terjadi
atas pengenalan atau pengetahuan yang benar; (3) interaksi yang terjadi menimbulkan keharmonisan
antara pihak yang terlibat.

c. Ta’awun

Konsep ini diangkat dari Q.S Al-Maidah ayat dua yang berbunyi

“saling tolong menolonglah dalam kebajikan dan ketakwaan dan jangan lah saling tolong menolong
dalam dosa dan permusuhan”. Konsep ta’awun mengakui adanya perbedaan sekaligus mengakui bahwa
setiap individu memiliki potensi dan kekuatan. Konsep ini menghendaki agar perbedaan potensi dan
kekuatan (keunggulan, kekuatan, kekayaan dsb) fungsional secara positif dalam membangun kehidupan
bersama yang harmonis.

TADAFU’

Pada konsep tadafu', dijelaskan oleh M. Quraish Shihab, bahwa hidup adalah pertarungan antara
kebenaran dan kebatilan. Apabila kezaliman tidak dihadapi, dia akan terus meningkat hingga bisa
membinasakan umat manusia. Orang beriman diminta untuk menghadapi para perusak dan orang zalim
agar bumi selamat dari kebinasaan.

Makna tadafu' disini adalah menggiring pihak lain dengan berbagai cara menuju arah yang diinginkan
oleh manusia secara umum dan mempertahankan kedamaian diantara manusia secara umum.

hadist rasulullah tentang tadafu’:

Rasulullah bersabda "Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus,
mempertemukan kembali saudara- saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam
Islam, dan mengukuhkan ukhuwah di antara mereka, (semua itu) adalah amal saleh yang besar
pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah dia
menyambungkan tali persaudaraan." (HR Bukhari Muslim).

TA’ARUF

Konsep kedua adalah ta'aruf. Dengan memperhatikan pikiran-pikiran yang mengantarkan konsep
ta'aruf, keberadaan ta'aruf menjadi lebih jelas dasar dan urgensinya. Pikiran-pikiran tersebut mencakup
beberapa poin penting. Pertama, manusia adalah makhluk yang memiliki ketergantungan kepada
Khaliknya dan saling ketergantungan di antara sesamanya. Kedua, manusia berasal dari satu asal dan
memiliki potensi dasar serta kecenderungan yang sama karena diciptakan diciptakan dari unsur yang
sama (tanah dan ruh). Ketiga, perbedaan-perbedaan yang terjadi di antara manusia, baik yang
diakibatkan oleh hubungan darah atau keturunan maupun oleh perbedaan geografis, bukan perbedaan
yang permanen, melainkan sebagai instrumen untuk menciptakan hubungan dan kebersamaan yang
lebih indah (ta'aruf).

TA’AWUN
[Type here]

Konsep ketiga adalah ta'awun. Konsep ini mengakui adanya perbedaan sekaligus mengakui bahwa setiap
(individu) memiliki potensi dan kekuatan, sekecil apapun adanya. Konsep ini menghendaki agar
perbedaan potensi dan kekuatan (keunggulan, kelemahan, kaya, miskin, dan lain sebagainya) fungsional
secara positif dalam membangun kehidupan bersama yang harmonis. Konsep ta'awun memiliki makna
yang komprehensif dan sistemik. Itu mengapa, sebagian ulama tafsir menafsirkannya sebagai prinsip
besar dalam kehidupan secara menyeluruh. Hadis dari Nabi Muhammad saw. menganalogikan ta'awun
sebagai suatu bangunan yang saling menguatkan atau suatu badan. Apabila ada bagian yang sakit, rasa
sakit tersebut akan terasa oleh bagian yang lainnya.

Ada tiga makna pokok dari konsep ta’aruf:

1. adanya hubungan timbal balik (interaksi) antara satu pihak dengan yang lain;

2. hubungan interaksi tersebut berdasarkan terjadi atas pengenalan atau pengetahuan yang benar;

3. interaksi yang terjadi menimbulkan keharmonisan antara pihak yang terlibat.

Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan Islam

Berbicara mengenai ruang lingkup sosiologi pendidikan, hali ini tidak dapat terlepas dari masyarakat.
Oleh karena itu sosiologi juga disebut ilmu masyarakat atau ilmu yang membecarakan mengenai
masyarakat. Berikut ini akan kami sampaikan mengenai ruang lingkup pembahasan sosiologi[6] :

1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat. Dalam kategori ini


terdapat antara lain masalah-masalah sebagai berikut:
a. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
b. Hubungan antara sistem pendidikan dengan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaaan
c. Fungsi sistem pendidikan dalam proses perubahan sosial dan kultural atau usaha
mempertahankan status quo
d. Hubungan pendidikan dengan sistem tingkat atau status sosial
e. Fungsi sistem pendidikan formal bertalian dengan kelompok rasial, kultural dan sebagainya
2. Hubungan antar-manusia di dalam sekolah. Di dalam bidang ini dapat dipelajari  :
a. hakikat kebudayaan sekolah sejauh ada perbedaannya dengan kebudayaan di luar sekolah.
b. Pola interaksi sosial atau struktur masyarakat sekolah, yang antara lain meliputi berbagai
hubungan antara berbagai unsur di sekolah, kepemimpinan dan hubungan kekuasaan,
stratifikasi sosial dan pola interaksi informal sebagai terdapat dalam clique serta kelompok –
kelompok murid lainnya.
3. Pengaruh sekolah terhadap kelakuan dan kepribadian semua pihak di sekolah

Dalam bidang ini diutamakan aspek proses pendidikan itu sendiri. Di sini kita
analisiskepribadian dan kelakuan guru, murid dan lain-lain atas pengaruh partisipasi
dalamkeseluruhan sistem pendidikan.
[Type here]

4. Sekolah dalam masyarakat disini dianalisis pola-pola interaksi antara sekolah dengan kelompok-


kelompok sosial lainnya dalam masyarakat disekitar sekolah. Antara lain dapat dipelajari:
a. Pengaruh masyarakat atas organisasi sekolah
b. Analisis proses pendidikan yang terdapat dalam sistem – sistem sosial dalam masyarakat
luar sekolah.
c. Hubungan antara sekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan
d. Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat bertalian
dengan organisasisekolah, yang perlu untuk memahami sistem pendidian dalam masyarakat 
sertaintegrasinya di dalam keseluruhan kehidupan masyarakat

Tujuan Sosiologi Pendidikan Islam

Adapun beberapa konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan islam adalah sebagai berikut:

1. Sosiologi pendidikan Islam sebagai proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga maupun
masyarakat.

2. Sosiologi pendidikan bertujuan untuk menganalisis perkembangan dan kemajuan sosial. Banyak


pakar berpendapat bahwa pendidikan memberikan kemungkian yang besar bagi kemajuan
masyarakat karena dengan memiliki ijazah yang semakin tinggi akan lebih mampu menduduki
jabatan yang lebih tinggi pula.

3. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis status pendidikan dalam masyarakat. Konsistensi


lembaga dalam masyarakat sering disesuaikan dengan tingkat daerah dimana lembaga tersebut
berada. Misalnya, Perguruan Tinggi didirikan ditingkat propinsi atau minimal di kabupaten atau
kota, sedangkan TK dan SD bisa berdiri di tingkat desa/kelurahan dan SMP SMA bisa didirikan di
tingkat kecamatan atau kabupaten.

4. Sosiologi pendidikan bertujaun untuk menganalisis partisipasi orang berpendidikan dalam


kegiatan sosial masyarakat. Peran aktif orang yang berpendidikan sering menjadi barometer
maju dan berkembangnya kehiduan masyarakat.

5. Sosilogi pendidikan Islam sebagai analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat. Pada poin
ini lebih mengutamakan fungsi lembaga pendidikan Islam diadakan masyarakat dan hubungan
sekolah dengan masyarakat yang terdiri dari beberapa aspek. Apabila pendidikan Islam tidak
dapat menempatkan diri dalam masyarakat yang berbeda-beda kulturnya maka manusia tidak
sesuai cita-cita Islam yang mencerminkan hakikat Islam tidak bisa terwujud.

6. Sosiologi pendidikan Islam sebagai anilisis social di sekolah dan antara sekolah dan masyarakat.
Diharapkan terjadinya hubungan antara orang-orang dalam sekolahdengan masyarakat
lingkungan sekolah. Peranan social tenaga sekolahdengan masyarakat sekitar sekolah.

7. Sosiologi pendidikan Islam sebagai alat kemajuan perkembagan social. Pendidikan Islam sebagai
disiplin ilmu dapat melestarikan danmemajuakan tradisi budaya moral yang Islami sehingga
terwujudkomunikasi social dalam masyarakat dan membawa kebudayaankepuncak yang
setinggi-tingginya.

8. Sosiologi pendidikan Islam sebagai dasar menentukan tujuan  pendidikan. Diharapakan


pendidikan Islam mampu mendasari jiwa generasimuda dengan iman dan takwa serta berilmu
[Type here]

pengetahuan sehingga dapatmemotivasi daya kreativitasnya dalam mengembangkan ilmu


pengetahuanyang sesuai al-Quran.

9. Sosiologi pendidikan Islam sebagai sosiologi terapan. Sosiologi pendidikan dianggap bukan ilmu
yang murni akan tetapisebuah ilmu yang diterapakan untuk mengendalikan pendidikan
antarasosiologi dengan pendidikan Islam dipadukan dengan menerapkan prinsip-prinsip
sosiologi pada seluruh pendidikan
Sosiologi Islam sudah diketahui sejak abad ke-14. Beberapa pihak menganggap Ibnu Khaldun,
seorang ilmuwan Islam Tunisia dari Afrika Utara; merupakan sosiolog pertama. Dia dinobatkan
sebagai bapak sosiologi. Karyanya yang berjudul Muqaddimah merupakan karya yang menjelaskan
penalaran ilmiah atas kohesi sosial dan konflik sosial. Ibnu Khaldun (1332–1406) terkenal dengan
bukunya yang berjudul Muqaddimah; yang kemudian diterjemahkan sebagai 'Prolegomena' dalam
bahasa Latin. Buku tersebu merupakan pengantar bagi tujuh volume analisis sejarah universal.
Karyanya berisi tentang filsafat sosial dan ilmu sosial terpadu yang pertama kali merumuskan
teori kohesi sosial dan konflik sosial. Dengan demikian, dia dianggap sebagai pelopor dalam ilmu
sosiologi.
Ibnu Khaldun menyusun teori dinamika sejarah yang melibatkan konseptualisasi konflik sosial dan
perubahan sosial. Dia mengembangkan dikotomi antara kehidupan yang menetap dengan
kehidupan yang berpindah-pindah, serta konsep "generasi", dan hilangnya kekuasaan yang tak
terelakkan yang terjadi saat para pejuang gurun menaklukkan kota. Sarjana Arab kontemporer
bernama Sati 'al-Husri menerjemahkan buku Muqaddimah sehingga karya klasik tersebut dapat
dibaca sebagai karya sosiologis, yang dipecah menjadi enam buku sosiologi umum. Topik yang
dibahas dalam karya ini meliputi politik, kehidupan perkotaan, ekonomi, dan pengetahuan. Karya ini
didasarkan pada konsep sentral Ibn Khaldun tentang 'asabiyyah', yang diterjemahkan sebagai
"kohesi sosial", "solidaritas kelompok", atau "kesukuan". Konsep 'kohesi sosial' ini muncul secara
spontan dalam suku-suku dan kelompok kekerabatan kecil lainnya; Hal tersebut diperkuat dan
diperbesar oleh ideologi agama. Ibnu Khaldun melihat bagaimana kohesi ini membuat suatu
kelompok dapat berkuasa di satu sisi, namun mengandung sesuatu yang dapat menjatuhkan dirinya
sendiri pada sisi lainnya; seperti aspek-aspek psikologi, sosiologi, ekonomi, dan politik, yang dapat
membentuk suatu kelompok, dinasti atau kerajaan baru dengan keterikatan kohesi yang lebih kuat
(atau sesuatu yang lebih muda dan lain sebagainya).

Anda mungkin juga menyukai