Anda di halaman 1dari 15

3 Sosiologi Komunikasi

3
3 Sosiologi Komunikasi

CHAPTER 3
STRUKTUR DAN PROSES SOSIAL

Capaian Pembelajaran
Setelah Mengikuti Sesi Modul Ini, Mahasiswa Diharapkan Mampu Menjelaskan Dan
Memahami Struktur dan Proses Sosial.

I. STRUKTUR MASYARAKAT

Struktur sosial dalam masyarakat mengacu pada pola interaksi yang terdiri dari
jaringan relasi sosial atau faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya suatu proses
sosial. Proses sosial yang terjadi dalam masyarakat tentunya tidak selalu berjalan
dengan tertib dan lancar karena masyarakat pendukungnya memiliki berbagai macam
karakteristik. Demkian pula halnya dengan interaksi sosial atau hubungan sosial yang
merupakan wujud dari proses-proses sosial yang yang ada. Keragaman hubungan
sosial itu tampak nyata. Dalam struktur sosial masyarakat yang mejemuk contohnya
seperti Indonesia.
3 Sosiologi Komunikasi

Keragaman hubungan sosial dalam suatu masyarakat bisa terjadi karena


masing-masing memiliki kebudayaan yang berbeda-beda bahkan dalam satu suku
bangsa pun memiliki perbedaan. Namun perbedaan yang ada itu merupakan suatu
gejala sosial yang wajar dalam kehidupan sosial . berdasarkan hal itulah maka
didapatkan suatu pengertian tentang keragaman hubungan sosial . yang merupaka
suatu pergaulan hidup manusia dari berbagai tipe kelompok yang berbetuk melalui
interaksi sosial yang berbeda dalam kehidupan masyarakat.keragaman hubungan
sosial dapat menimbulkan ketidak harmonisan, pertentangan, pertikaian antarsuku
bangsa maupun intern suku bnagsa. Jika keselarasan tidak ditanamkan sejak dini
terutama dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia yang memiliki keragaman
hubungan sosial,nbahkan keragaman kebudayaan dalam masyarakat majemuk akan
menjadi suatu aset budaya yang tak ternilai harganya.

Secara umum istilah struktur dipahami sebagai “susunan”. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia stuktur berarti “susunan atau cara sesuatu disusun atau dibangun
“, sedangkan struktur sosial diartikan sebagai konsep perumusan asas-asas hubunga
antar individu dalam kehidupan masyarakat yang merupakan pedoman bagi tingkah
laku individu. Dalam sosiologi struktur sosial diartikan sebagai pola yang mapan dari
organisasi internal setiap kelompok sosial.
kelompok atau antar kelompok” ini untuk menjelaskannya sering dikaitkan dengan
norma, status, peran, dan lembaga (tercakup pula asosiasi dan organisasi).
Struktur sosial sangat erat kaitannya dengan kebudayaan. Eratnya kedua
fenomena ini digambarkan oleh “ J.B.A. F. Mayor Polak” pendapatnya bahwa antara
kebudayaan dan struktur terdapat kolerasi fungsional. Artinya antara kebudayaan dan
struktur dalam suatu masyarakat terjadi keadaan saling mendukung dan
membenarkan ini beraryi bahwa apabila terjadi perubahan dalam kebudayaan juga
diikuti oleh perubahan dalam struktur demikian pula sebaliknya Sistem pelapisan
masyarakat, dalam sosiologi dikenal dengan social stratification. Sorokin menyatakan
bahwa social stratification adalam pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat (hirarkis). Perwujudannya adalah kelas-kelas tinggi dan
3 Sosiologi Komunikasi

kelas yang lebih rendah. Selanjutnya menurut Sorokin, dasar dan inti lapisan
masyarakat tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban,
kewajiban dan tanggung jawab nilai-nilai social, dam pengaruhnya diantara anggota-
anggota masyarakat. Dilihat dari bentuknya secara prinsipil lapisan masyarakat
diklarifikasikan dalam tiga kelas, yaitu dilihat dari segi ekonomis, politis, dan
didasarkan pada jabatan. Ketiganya mempunyai hubungan erat dengan yang lainnya,
sehingga saling mempengaruhi.

1. Tipe-Tipe Kelompok Sosial


Kebutuhan manusia untuk saling berhubungan dengan orang lain akan
melahirkan kelompok-kelompok social (social group). Untuk itu diperlukan beberapa
persyaratan, antara lain:
Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan bagian dari kelompok
yang bersangkutan
1. Ada hubungan timbale balik antara anggota yang satu dengan anggota yang
lainnya
2. Ada suatu factor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antar mereka
bertambah erat.
3. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku
4. Bersistem dan berproses.

1. Klasifikasi Tipe-Tipe Kelompok Social


Menurut George simmel seorang sosiolog jerman mengambil ukuran jumlah besar
kecilnya anggota kelompok, bagaimana individu mempengaruhi kelompoknya, dan
intraksi social dalam kelompoknya. Pendekatan ini, para sosiolog mendasarkan
pengelompokannya pada derajat saling kenal mengenal diantara anggota-
anggotanya (face to face grouping), seperti: keluarga, rukun tetangga, desa, kota,
korporasi, dan Negara.
3 Sosiologi Komunikasi

2. Kelompok Sosial Dipandang Dari Sudut Individu


Tipe pengelompokan ini dilihat dari sudut individu dalam kelompok social
dimana ia tinggal, apakah ia tinggal didalam masyarakat yang masih bersahaja atau
masyarakat yang sudak kompleks. Dalam masyarakat yang masih bersahaja
keanggotaanyya atas dasar kekerabatan, usia, seks, dan kadang-kadang atas dasar
perbedaan pekerjaan atau kedudukan.

3. In Group And Out Group


Tipe in group dan out group atau perasaan dalam atau luar kelompok disadari
oleh sikap etnosentrisme, artinya suatu sikap untuk menilai unsure-unsur kebudayaan
lain dengan mempergunakan ukuran-ukuran sendiri, dan dapat dijumpai pada seluruh
masyarakat baik masyarakat yang masih bersahaja maupun masyarakat yang sudah
kompleks. Sikap in group pada umumnya didasari oleh factor simpati dan selalu
mempunyai perasaan dekat dengan anggota kelompoknya. Sikap ou group itu
sebaliknya dengan ditandai suatu kelainan yang berwujud antagonism atau antipati.

4. Kelompok Primer (Primery Group) dan Kelompok Sekunder (Secondary


Group)
Kelompok primer adalah kelompok-kelompok yang ditandai cirri-ciri kenal
mengenal antara anggota-anggptanyaserta kerjasama yang erat dan bersifat pribadi.
Kelompok sekunder adalah kelompok besar yang terdiri dari banyak orang, antara
siapa hubungannya tidak perlu berdasarkan kenal menngenal secara pribadi dan
sifatnya juga tidak begitu langgeng.

5. Paguyuban (Gemenschaff) dan Patembayan (Gesselschaff)


Paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama yang anggota-anggotanya
diikat oleh hubungan batin murni, bersifat alamiah, dan kekal. Dasar hubungannya
adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan.
Paguyuban memiliki 3 tipe, yaitu: paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaff by
3 Sosiologi Komunikasi

blood), paguyuban karena tempat (gemeinschaff of place), paguyuban karena jiwa


pikiran (gemeinschaff of mind)
Patembayan adalah ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang
pendek, bersifat imaginary atau suatu bentuk yang ada hanya ada dalam pikiran, dan
strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah
mesin.Menurut tonics kedua bentuk kehidupan besama tersebut sama dengan dua
bentuk kemauan asasi manusia yaitu : weswnwille dan kurwille.

6. Formal Group dan Informal Group


Formal group adalah kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja
diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungannya. Contohnya :
perkumpulan pelajar, perkumpulan wartawan, ikatan dokter dll.Informal group tidak
memiliki struktur organisasi tertentu atau tidak pasti.

7. Kelompok-Kelompok Social Yang Tidak Teratur


Kelompok social yang tidak teratur tebgai dalam dua bentuk kelompok besar, yakni
kerumunan
(crowd) dan public.

8. Masyarakat Pedesaan (Rural Community) Dan Masyarakat Perkotaan (Urban


Community)
Masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan mendalam
dengan sistem kekeluargaan yang kuat serta hidup secara berkelompok.
Pandangan terhadap keperluan hidup lebih memprioritaskan kepada keperluan
utama kehidupan. Sedangkan orang kota sudah memandang kebutuhan hidup,
dengan pandangan ,masyarakat sekitarnya, seperti makanan dihidangkan lebih
menarik, pakaian lebih memperhatikan unsur-unsur prestise bukan fungsinya semata.
3 Sosiologi Komunikasi

B. Pelapisan Sosial
1. Proses Terjadinya Lapisan Sosial
Untuk meneliti terjadinya proses terjadinya lapisan masyarakat, maka:
1. Sistem lapisan mungkin berpokok pada sistem pertentengan dalam
masyarakat.
2. Sistem lapisan dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsur-unsur sebagai
berikut:
a. Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif.
b. Sistem pertanggaan yang diciptakan warga masyarakat.
c. Kriteria sistem pertentangan.
d. Lambang-lambang kedudukan.
e. Mudah atau sukarnya bertukar kedudukan.
f. Solidaritas antara individu atau kelompok.
Jika dilihat perbandingannya, secara umum warga lapisan atas (upper class)
tidak terlalu banyak bila dibandingkan dengan lapisan menengah (middle class)
dan lapisan bawah (lower class)
2.Sifat Sistem Lapisan Masyarakat
Sistem lapisan mempunyai dua sifat, yaitu terbuka (open social stratification)
dan tertutup (closed social stratification). Yang bersifat terbuka, setiap anggota
masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapannya
sendiri naik ke lapisan atas, atau bagi mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh
dari lapisan atas ke lapisan bawah. Sedangkan yang bersifat tertutup, membatasi
pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain, baik yang merupakan
gerak ke atas atau ke bawah. Maka, untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam
masyarakat yang tertutup adalah kelahiran.

3. Dasar Lapisan Masyarakat


Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolongkan anggota
masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut:
a. Ukuran kekayaan
3 Sosiologi Komunikasi

b. Ukuran kekuasaan
c. Ukuran kehormatan
d. Ukuran ilmu pengetahuan

4. Teori Pelapisan Masyarakat


1. Teori Fungsional
a. Emile Durkheim dalam bukunya the Division Of Labor In Scienty, menyatakan
bahwa setiap masyarakat memandang aktivitas yang satu lebih penting
daripada yang lainnya.
b. Kingsley Davis dan Robert Moore, mengemukakan pendapat bahwa posisi-
posisi yang paling dalam masyarakat diisi oleh orang yang paling berwenang.

2. Teori Reputasi (Teori Nama Baik)


Menurut Warner status seseorang ditetapkan oleh pendapat (pertimbangan)
orang lain. Dasar pertimbangannya adalah pendapatan, prestise dan
pendidikan. Dia mengemukakan enam tingkatan status ini, yakni:
a. Upper-upper, contohnya orang kaya karena warisan atau keturunan.
b. Lower-upper, kaya karena hasil usaha.
c. Upper-middle, ahli-ahli terdidik dan pengusaha yang berpendapatan tinggi.
d. Lower-middle, golongan pekerja halus, seperti sekertaris dan pekerja
kantor.
e. Upper-lower, pekerja kasar dengan status tetap.
f. Lower-lower, yaitu orang miskin yang tidak punya pekerjaan tetap.

3. Teori Struktur
Treiman, mengambil kesimpulan bahwa dalam masyarakat yang berlain-lainan
tidak ada perbedaan dalam menyusun tingkatan prestise pekerjaan. Dalil yang
dikemukakan adalah:
a. Setiap masyarakat mempunyai kebutuhan yang sama, karena ada pembagian
kerja yang sama
3 Sosiologi Komunikasi

b. Pembagian kerja yang terspesialisasi cenderung melahirkan perbedaan


kekuasaan / wewenang.
c. Orang yang mempunyai kedudukan penting mempunyai kesempatan yang baik
untuk lebih maju.
d. Kekuasaan dan kesempatan yang baik dinilai tinggi dalam setiap masyarakat.

5. Unsur-Unsur Lapisan Masyarakat


Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan
masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Kedudukan (status)
Kadang-kadang dibedakan antara pengertian kedudukan (status), dengan
kedudukan sosial (sosial status). Kedudukan diartikan sebagai tempat atau
posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan social artinya
tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya atau orang lain, dalam
arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta kewajiban-
kewajibannya. Untuk memudahkan pemahaman dari kedua istilah tersebut,
maka digunakan istilah yang sama yakni “kedudukan” (status) saja.
b. Peranan (role)
Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan. Perbendaan antara
kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Keduanya tak dapat dipisahkan, karena yang satu tergantung pada yang lain
dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa
peranan.
Peranan mencakup tiga hal:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial.
3 Sosiologi Komunikasi

Selain dari yang sudah dijelaskan di atas, ada juga yang mengartikan bahwa
antara status dan peran merupakan dua sisi dari mata uang yang sama. Untuk itu,
mereka membagi empat jenis peran dan secara implicit terkandung status social
didalamnya. Keempat jenis peran tersebut adalah:
1. Peran yang diharapkan (expected roles) dan peran yang terlaksana dalam
kenyataan (actual roles)
2. Peran yang terberi (ascribed roles) dan peran yang diperjuangkan (aschieved
roles)
3. Peran kunci (key roles) dan peran tambahan (supplementary roles)
4. Peran tinggi, peran menngah, dan peran rendah

6. Mobilitas Sosial
A. Pengertian Umum Dan Jenis-Jenis Gerak Sosial
Kimbali Young dan Raymond W.Mack mengemukakan bahwa yang
dimaksud gerak social atau sosial mobility adalah suatu gerak dalam
struktursosial (social structure), yaitu pola-pola tertentu yang mengatur
organisasi suatu kelompok sosial.
Secara prinsipil ada dua macam gerak social yaitu, gerak sosial
horizontal dan gerak sosial vertical. Gerak sosial horizontal merupakan
peralihan individu atau obyek-obyek social lainnya dari suatu kelompok social
ke kelompok social lainnya yang sederajat dan gerak sosial yang horizontal,
tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang ataupun suatu
obyek sosial. Sedangkan gerak sosial vertical adalah perpindahan individu atau
objek social dari suatu kedudukan social ke kedudukan lainnya, yang tidak
sederajat. Sesuai dengan arahnya, maka terdapat dua jenis gerak sosial yang
vertical, yaitu yang naik (social-climbing) dan yang turun (social-sinking).

B. Saluran Gerak Sosial Vertikal


Menurut Pitirim A. Sorokin, gerak sosial vertical mempunyai saluran-saluran
dalam masyarakat. Proses gerak sosial vertical melalui saluran tadi disebut
3 Sosiologi Komunikasi

social circulation. Saluran yang terpenting adalah angkatan bersenjata,


lembaga keagamaan, sekolah, organisasi politik, ekonomi dan keahlian

II. PROSES DAN INTERAKSI SOSIAL

A. Interaksi Sosial
1. Pengertian dan Faktor-Faktor Terjadinya Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan factor penting dalam kehidupan sosial, karena
tanpa terjadinya interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan sosial. Pertemuan
dua orang akanmenghasilkan pergaulan dalam berkelompok tanpa adanya
komunikasi, saling mempengaruhi dan kerjasama. Sebaliknya pertemuan dua
orang dapat menimbulkan tindakan sosial karena masing-masing orang akan
muncul perasaan atau saling menilai satu sama lain. Untuk terjadinya interaksi
sosial harus memenuhi dua syarat, yaitu :
1) Adanya kontak sosial (social contact)
2) Adanya komunikasi
Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Antara individu dengan individu
2. Antara individu dengan kelompok
3. Antara kelompok dengan kelompok
3 Sosiologi Komunikasi

Faktor-faktor terjadinya interaksi sosial


1. Imitasi
Imitasi adalah dorongan untuk meniru orang lain. Imitasi dapat terjadi apabila
seseorang melakukan tindakan peniruan baik secara sadar maupun tidak
sadar. Imitasi akan mudah terjadi apabila:
a) Pihak peniru memiliki sikap penerimaan hal yang ditiru
b) Pihak meniru mempunyai minat yang besar, ,engagumi, dan menjunjung
tinggi terhadap hal yang ditiru.
c) Pihak peniru mempunyai sesuatu pandangan atau tingkah laku, serta
mempunyai penghargaan sosial yang tinggi terhadap yang ditiru.
2. Sugesti
Sugesti adalah pengaruh psikis yang berasal dari diri sendiri atau dari diri
orang lain dan umumnya diterima tanpa daya tarik. Sugesti yang berasal dari
dalam diri sendiri disebut oto sugesti, contohnya rasa sakit-sakitan yang
secara medis jelas penyebabnya. Sedangkan sugesti yang berasal dari diri
orang lain disebut heterosugesti, contoh iklan promosi barang
3. Identifikasi
Identifikasi adalah suatu dorongan atau kecenderungan untuk menjadi sama
atau ideni dengan orang lain. Hubngan sosial yang berlangsung melalui
proses identifikasi lebih mendalam dibandingkan dengan proses imitasi dan
sugesti.
4. Simpati
Simpati adalah perasaan senang kepada orang lain yang biasanya tidak
disebabkan alas an yang logis tetapi berdasarkan perasaan.
2. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial secara umum dibagi menjadi dua bentuk,
yaitu yang bersifat asosiatif dan disosiatif. Bentuk interaksi sosial yang
berbentuk asosiatif meliputi kerjasama dan akomodasi, sedangkan yang
bersifat disosiatif meliputi persaingan, kontravensi, dan pertentangan atau
pertikaian.
3 Sosiologi Komunikasi

Kerjasama disebut juga koperasi. Dalam pelaksanaanya, kerjasama


diklarifikasikan ke dalam beberapa bentuk, yakni:
a) Kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong menolong
b) Bargaining, yaitu perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara
dua organisasi atau lebih.
c) Ko-oprasi, yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam
kepemimpinan atau pelaksanaan polotik dalam suatu organisasi.
d) Koalisi yaitu kombinasi antara dua atau lebih yang memounyai tujuan yang
sama.
e) Join-vemture yaitu bentuk kerjasama yang bergerak dalamperusahaan
proyek-proyek tertentu dengan bagi keuntungan berdasarkan
kesepakatan.
Dalam bentuk interaksi sosial lainnya adalah akomodasi. Akomodasi
merupakan upaya untuk memperlancar interaksi sosial,dengan mengurani
pertentangan, mencegah terjadinya disintegrasi.
Bentuk interaksi sosial yang bersifat disosiatif adalah persaingan
(competition). Persaingan adalah proses sosial dimana individu atau kelompok
bersaing tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan untuk mencari
keuntungan dalam bidang kehidupan.
Persiangan mempunyai dua tipe, yaitu :
• Persaingan yang bersifat pribadi, disebut juga rivaly. Contohnya dua orang
bersaing untuk memperoleh kedudukan tertentu dalam suatu organisasi
• Persaingan yang tidak bersifat pribadi adalah persaingan antar kelompok.
Contohnya dua perusahaan bersaing untuk mendapatkan monopoli disuatu
tertentu.
3 Sosiologi Komunikasi

Dari kedua tipe persaingan tersebut dapat menghasilkan beberapa bentuk,


yaitu :
1. Persiangan ekonomi. Persaingan ini timbul karena terbatasnya
persediaan barang apabila dibandingkan dengan jumlah konsumen.
2. Persaingan kedudkan atau peranan. Persaingan ini terjadi mendapatkan
kedudukan yang tinggi atau dihargai dalam suatu masyarakat.
3. Persaingan kebudayaan. Persaingan ini terjadi apabila dalam suatu
wilayah terdapat dua kebudayaan atau lebih
4. Persaingan ras. Persaingan ini terjadi adanya pandangan yang
membedakan ciri-ciri atau lahiriah, seperti warna kulit, bentuk wajah,
maupun corak rambut

Persaingan dalam batas-batas tertentu mempunyai bebrapa fungsi, yaitu


1. Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif
2. Sebagai jalan dimana kinginan, kepentingan serta nilai-nilai pada suatu
masa menjadi pusat perhatian
3. Alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial, artinya
mendudukan individu pada peranan sesuai kemampuan yang dimilikinya
4. Alat untuk menyaring para warga golongan karya untuk menghasilkan
pembagian kerja yang efektif
Bentuk interaksi sosial disosiatif lainnya adalah kontravesri. Kontraversi
adalah sikap mental yang tersembunyi terhadap orang lain atau kelompok lain.
Terdapat lima bentuk kontraversi, yaitu :
1. Kontravesri bersifat umum
2. Kontraversi sederhana
3. Kontraversi intensif
4. Kontraversi rahasia
5. Kontraversi taksis
3 Sosiologi Komunikasi

Bahan Diskusi
Setelah mempelajari modul diatas, buatlah resume Chapter 3 dari modul tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Dra. Ita Rustianti. Ridwan ,M.Pd: Diktat Rujukan Perkuliahan Pendidikan Sosial
Budaya. Universitas pendidikan Indonesia Kampus Serang

Sosiologi komunikasi : Teori, Paradigma dan diskursus tekhnologi komunikasi di


Masyarakat :Prof.Dr.H.M.Burhan Bungin, M.Si.Ph.D

Teori Sosiologi modern, George Ritzer-Douglas J. Goodman Teori Sosiologi


modern, ( Edisi ke enam )

Sosiologi suatu pengantar.2007. Jakarta Soekanto, Seorjono 2007. Jakarta:


Rajawali Press (edisi 41)

Sosiologi skematika, teori, dan terapan.2007. Syani, Abdul. Jakarta: Bumi Aksara
(edisi ke-3)

Filsafat ilmu sebuah pengantar popular.2007 Suriasumantri, jujun s.. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan (edisi ke-20)

Sistem sosial budaya Indonesia.2012. Bandar Lampung Suwarno, DKK.. Universitas


Lampung

Anda mungkin juga menyukai