Anda di halaman 1dari 9

MODUL PEMBELAJARAN 3

MATA PELAJARAN SOSIOLOGI


KELAS XI ( SEBELAS )
BAB 3 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial

Di Susun Oleh :
UCU DARMANTO, S.P.d, MM. Pd.

SMA PELITA BUNGA BANGSA ARJASARI


TAHUN PELAJARAN 2021 - 2022
Materi Sosiologi Kelas XI
Bab 3.1 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial

Tujuan Pembelajaran
Dengan mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu:
- Mendeskripsikan partikularisme kelompok dan perbedaan sosial di masyarakat
- Memahami kesetaraan untuk mencapai kepentingan umum/publik
- Memahami perbedaan dan kesetaraan antarkelompok dalam kehidupan publik; dan
- Memahami relasi antarkelompok dan terciptanya keharmonisan sosial dalam kehidupan masyarakat atau publik
A. Partikularisme Kelompok dan Perbedaan Sosial di Masyarakat
Partikularisme Kelompok dan Perbedaan Sosial
Perbedaan-perbedaan dalam masyarakat membentuk keberagaman dalam masyarakat sehingga melahirkan masyarakat
yang majemuk. Menurut Furnivall, masyarakat majemuk adalah masyarakat
yang berkehidupan secara berkelompok yang berdampingan secara fisik, tetapi terpisah oleh kehidupan sosial dan
tergabung dalam sebuah satuan politik. Menurut Usman Pelly, masyarakat majemuk dikategorikan menjadi dua hal,
yaitu masyarakat dengan pembelahan horizontal dan vertikal. Secara horizontal, struktur masyarakat ditandai dengan
kenyataan adanya kesatuan- kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, adat, dan perbedaan
kedaerahan lainnya. Adapun secara vertikal, struktur masyarakat ditandai dengan adanya perbedaan antara lapisan
atas dengan lapisan bawah yang cukup tajam.
Keragaman di dalam masyarakat tidak hanya menciptakan keunikan, tetapi juga dapat menimbulkan suatu sikap
partikularisme kelompok. Paham partikularisme kelompok pada dasarnya cenderung mengutamakan atau mementingkan
kepentingan kelompok dibandingkan kepentingan bersama atau kepentingan publik. Sikap partikularisme jika tidak disikapi
dengan bijak maka akan menimbulkan konflik.
Struktur Sosial
Hakikat dan Ciri Struktur Sosial
Para ahli sosiologi memiliki pendapat yang berbeda-beda dalam mendefinisikan struktur sosial. Untuk mengetahui
pendapat para ahli tersebut, Klik di Sini. Dengan demikian, secara sederhana dapat kita katakan bahwa struktur sosial
adalah keseluruhan jalinan antar unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial,
kelompok-kelompok sosial dan lapisan- lapisan sosial.
Abdul Syani menyebutkan bahwa struktur sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1) Struktur sosial mengacu pada hubungan-hubungan sosial yang pokok, yang dapat memberikan bentuk dasar
pada masyarakat dan memberikan batas-batas pada kegiatan yang mungkin dilakukan oleh organisasi dalam
masyarakat.
2) Struktur sosial mencakup semua hubungan sosial antarindividu pada saat tertentu.
3) Struktur sosial meliputi seluruh kebudayaan dalam masyarakat.
4) Struktur sosial merupakan realitas sosial yang bersifat statis dan memiliki kerangka yang membentuk suatu
tatanan.
5) Struktur sosial merupakan tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat yang mengandung dua pengertian.
Pertama, di dalam struktur sosial terdapat peranan yang bersifat empiris dalam proses perubahan dan
perkembangan. Kedua, dalam setiap perubahan dan perkembangan tersebut terdapat tahap perhentian di mana
terjadi stabilitas, keteraturan, dan integrasi sosial yang berkesinambungan sebelum kemudian “terancam” oleh
proses ketidakpuasan dalam tubuh masyarakat.
Cara-cara memperoleh status atau kedudukan:
a) Ascribed Status adalah kedudukan atau status yang diperoleh secara otomatis tanpa usaha. Kedudukan tersebut
diperoleh sejak lahir.
b) Aschieved Status adalah kedudukan yang diperoleh seseorang dengan usaha atau disengaja. Kedudukan ini
bersifat terbuka bagi siapa saja.
c) Assigned Status adalah kombinasi dari kedua cara memperoleh status di atas. Status ini diperoleh melalui
penghargaan atau pemberian dari pihak lain
Dalam struktur sosial dikenal dua konsep penting yaitu status dan peran (role). Ralf Linton mendefinisikan status
sebagai suatu kumpulan hak dan kewajiban, sedangkan peran merupakan aspek dinamis dari status seseorang.
Menurut Soerjono Soekanto, status dan peran mempunyai arti penting dalam pola hubungan timbal balik individu dan
masyarakat. Status dan peranan merupakan unsur-unsur baku dalam sistem lapisan sosial. Dengan status tertentu,
seseorang memiliki sekumpulan hak dan kewajiban yang mengarahkan perilakunya agar sesuai dengan pola hubungan atau
norma yang ditentukan dari status tersebut.
Robert K. Merton berpendapat bahwa dalam struktur sosial terdapat beberapa peran yang terkait. Ia menyebutkan hal itu
sebagai perangkat peran (role set). Perangkat peran adalah pelengkap hubungan peran yang dimiliki seseorang karena
menduduki status sosial tertentu.

Fungsi dan Bentuk Struktur Sosial


Mayor Polak menyatakan bahwa struktur sosial dapat berfungsi sebagai pengawas sosial, yakni sebagai penekan
kemungkinan pelanggaran terhadap norma, nilai dan peraturan kelompok atau
masyarakat. Struktur sosial juga dapat berfungsi sebagai dasar untuk menanamkan disiplin sosial kelompok atau
masyarakat.
Peter M. Blau membagi bentuk struktur sosial menjadi dua tipe, yakni intersected social structure dan cosolidated social
structure.
1) Sebuah struktur sosial dikatakan intersected jika keanggotaan dalam kelompok-kelompok sosial yang ada bersifat
menyilang (berpotongan). Artinya, keanggotaan dalam kelompok sosial tersebut memiliki latar belakang ras, suku
bangsa, ataupun agama yang berbeda-beda.
2) Sebuah struktur sosial dikatakan consolidated jika terjadi tumpang tindih parameter (tolok ukur) dan mengakibatkan
penguatan identitas keanggotaan dalam sebuah kelompok sosial.
Menurut Nasikun, dalam konteks Indonesia, struktur sosial dapat dilihat secara horizontal dan vertikal. Secara
horizontal, struktur sosial ditandai dengan adanya kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama dan
adat. Secara vertikal, struktur sosial ditandai dengan adanya kesatuan sosial berdasarkan perbedaan lapisan sosial.
Dalam banyak literatur, struktur sosial horizontal disebut diferensiasi sosial, sedangkan struktur sosial secara vertikal
disebut stratifikasi sosial.
Materi Sosiologi Kelas XI
Bab 3.2 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial

Diferensiasi Sosial Hakikat Diferensiasi Sosial


Salah satu bentuk struktur sosial adalah diferensiasi sosial. Menurut kamus sosiologi diferensiasi sosial adalah klasifikasi
atau penggolongan terhadap perbedaan-perbedaan tertentu yang bisanya sama atau sejenis. Pengertian sama di sini
menunjuk pada klasifikasi masyarakat secara horizontal, mendatar atau sejajar. Berikut beberapa pengertian diferensiasi
sosial menurut para ahli Klik di Sini.
Dalam masyarakat majemuk (plural society), pengelompokan horizontal yang didasarkan pada perbedaan ras, etnis
(suku bangsa), klan dan agama disebut dengan istilah kemajemukan sosial. Pengelompokan berdasarkan perbedaan
profesi dan jenis kelamin disebut heterogenitas sosial.
Kemajemukan sosial ditandai dengan adanya perbedaan berdasarkan:
1) Berdasarkan ciri fisik, misalnya, warna kulit, bentuk rambut, bentuk mata, bentuk hidung, dan bentuk rahang. Ciri-
ciri fisik tersebut disebut ciri-ciri fenotip kuantitatif.
2) Berdasarkan ciri sosial, timbul karena adanya perbedaan pekerjaan yang menimbulkan perbedaan cara pandang dan
pola perilaku dalam masyarakat. Termasuk dalam kategori ini adalah perbedaan peran, prestise dan kekuasaan.
Contohnya pola perilaku guru akan berbeda dengan pola perilaku tentara.
3) Berdasarkan ciri budaya, berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai
yang dianutnya, seperti religi, sistem kekeluargaan, keuletan, dan ketangguhan. Hasilnya dapat dilihat dari
pakaian, adat istiadat, Bahasa, kesenian, arsitektur dan agama.
Bentuk-bentuk Diferensiasi Sosial
Beberapa bentuk diferensiasi sosial di antaranya adalah diferensiasi ras, diferensiasi suku bangsa, diferensiasi klan,
diferensiasi agama, diferensiasi profesi, dan diferensiasi jenis kelamin.
1. Diferensiasi Ras
Ras adalah kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawaan yang sama. Menurut Ralf Linton secara garis besar,
manusia dibagi dalam tiga kelompok ras utama:
1) Ras Mongoloid memiliki ciri-ciri fisik kulit warna kuning sampai sawo matang, rambut lurus, bulu badan sedikit, dan
mata sipit (terutama Asia Mongoloid). Ras Mongoloid dibagi menjadi dua yaitu, Mongoloid Asia dan Indian. Mongoloid
Asia terdiri dari subras Tionghoa (Taiwan, Jepang, Vietnam) dan subras melayu (Malaysia, Indonesia, dan Filipina).
Mongoloid Indian terdiri dari orang-orang Indian di Amerika.
2) Ras Negroid memiliki ciri-ciri fisik rambut keriting, kulit hitam, bibir tebal, dan kelopak mata lurus. Dibagi menjadi
lima subras, yaitu Negrito, Nilitz, Negro Rimba, Negro Oseanis, dan Hontentot-Boysesman.
3) Ras kaukasoid memiliki ciri-ciri fisik hidung mancung, kulit putih, rambut pirang kemerah- merahan sampai coklat
kehitam-hitaman, dan kelopak mata lurus. Dibagi menjadi lima subras, yaitu Nordic, Alpin, Mediteran, Armenoid, dan
India.
Indonesia sebagai Negara kepulauan (archipelago) didiami oleh bermacam-macam subras, yaitu:
1) Negrito, yaitu suku bangsa Semang di Semenanjung Malaya
2) Vedroid, yaitu suku Sakai di Riau, Kubu di Sumatera Selatan, Toala dan Tonum di Sulawesi
3) Neo Melanosoid, yaitu penduduk di Kepulauan Kei dan Aru
4) Melayu terdiri atas :
a) Melayu tua (Proto Melayu) yaitu suku Batak, Toraja dan Dayak
b) Melayu muda (Deutro Melayu) yaitu Aceh, Minang, Bugis, Makassar, Jawa, dan Sunda.
Ciri-ciri fisik setiap ras berbeda karena beberapa faktor berikut.
1) Kondisi geografis dan iklim
2) Faktor makanan
3) Faktor perkawinan (amalgamasi)
2. Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis)
Suku bangsa merupakan hasil dari sistem kekerabatan yang lebih luas. Masyarakat dalam sistem kekerabatan ini tetap
percaya bahwa mereka memiliki ikatan darah dan berasal dari nenek moyang yang sama. Jumlah suku bangsa di Indonesia
saat ini sulit diperkirakan. Menurut C. Van Vollen Houven jumlah suku bangsa di Indonesia adalah 316, sedangkan menurut
Prof. Dr. Konetjaraningrat ada sekitar 119. Keanekaragaman suku bangsa di Indonesia juga menyangkut keanekaragaman
budaya, yang meliputi perbedaan adat istiadat, religi, bahasa dan kesenian.
3. Diferensiasi Klan
Klan sering juga disebut kerabat, keluarga besar, atau keluarga luas (extended family). Dalam masyarakat Indonesia
terdapat dua bentuk klan utama, yakni klan atas dasar garis keturunan ibu (matrilinier) dan atas dasar garis keturunan
ayah (patrilineal).
4. Diferensiasi Agama ... ?
5. Diferensiasi Jenis Kelamin ... ?
6. Diferensiasi Profesi ... ?
Materi Sosiologi Kelas XI
Bab 3.3 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial

Stratifikasi Sosial
Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem
sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, hak istimewa, dan prestise. Pitirim A.
Sorokin mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang
tersusun secara bertingkat (hierarki). Untuk lebih lengkapnya berikut pengertian stratifikasi sosial menurut para ahli Klik
di Sini.
Perwujudan pelapisan di dalam masyarakat dikenal dengan istilah kelas sosial. Kelas sosial terdiri atas kelas sosial tinggi
(upper class), kelas sosial menengah (middle class), dan kelas sosial rendah (lower class). Kelas sosial tinggi bisaanya diisi
oleh para pejabat atau penguasa dan pengusaha kaya. Kelas sosial menengah bisanya meliputi kaum intelektual, seperti
dosen, peneliti, mahasiswa, pengusaha kecil dan menengah, serta pegawai negeri. Kelas sosial rendah bisanya merupakan
kelompok terbesar dalam masyarakat, seperti buruh, petani gurem dan pedagang kecil.
Pengelompokan semacam itu terdapat dalam segala bidang kehidupan.
Faktor Penyebab Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial muncul dengan sendirinya sebagai akibat dari proses yang terjadi dalam masyarakat. Faktor-faktor
penyebabnya adalah kemampuan atau kepandaian, umur, fisik, jenis kelamin, sifat keaslian keanggotaan masyarakat,
dan harta benda. Dalam perkembangan selanjutnya, stratifikasi sosial sengaja dibentuk sebagai subsistem sosial untuk
mewujudkan tujuan tertentu.
Beberapa kondisi umum yang mendorong terciptanya stratifikasi sosial dalam masyarakat, menurut Wila Huky adalah
sebagai berikut:
1) Perbedaan ras dan budaya.
2) Pembagian tugas yang terspesialisasi.
3) Kelangkaan.
Dasar Stratifikasi Sosial Dalam Masyarakat
Dasar stratifikasi sosial dalam masyarakat disebabkan adanya sesuatu yang dihargai lebih.
1) Kekayaan
2) Kekuasaan
3) Keturunan
4) Pendidikan
5) Status atau kedudukan
6) Peran (role)
Sifat Stratifikasi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya stratifikasi sosial dibedakan menjadi:
1) Stratifikasi sosial tertutup, adalah bentuk stratifikasi yang anggota dari setiap stratanya sulit melakukan mobilitas vertikal.
Karenanya, stratifikasi sosial jenis ini bersifat diskriminatif, contohnya sistem kasta, masyarakat rasialis, dan masyarakat
feodal.

2) Stratifikasi Sosial Terbuka, bersifat demokratis. Kemungkinan mobilitas sangat besar. Maksudnya, setiap anggota
strata dapat bebas berpindah strata sosial, baik vertikal maupun
horizontal. Walaupun kenyataannya mobilitas harus melalui perjuangan berat, kemungkinan untuk berpindah
strata selalu ada. Contoh doktor, pengusaha atau guru.

3) Stratifikasi Sosial Campuran, merupakan kombinasi antara stratifikasi sosial tertutup dan
terbuka. Misal seseorang yang memiliki kasta Brahmana di Bali pindah ke Jakarta.
Fungsi Stratifikasi Sosial
1) Distribusi hak-hak istimewa yang objektif
2) Menjadi sistem pertanggaan pada strata yang berhubungan dengan kewibawaan dan penghargaan
3) Kriteria sistem pertentangan dan persaingan
4) Penentu lambang-lambang (simbol status) atau kedudukan
5) Penentu tingkat mudah dan sukarnya bertukar kedudukan
6) Alat solidaritas di antara individu-individu atau kelompok yang menduduki sistem sosial yang sama dalam masyarakat

Perwujudan dari stratifikasi sosial adalah kelas-kelas sosial. Hal ini dapat kita lihat dari segi ekonomi, sosial dan politik
Ekonomi
Pembagian kelas dalam masyarakat dari segi ekonomi akan membedakan masyarakat atas kepemilikan harta.
1) Kelas atas terdiri dari kelompok orang-orang kaya
2) Kelas menengah terdiri dari kelompok orang-orang yang berkecukupan
3) Kelas bawah terdiri dari kelompok orang miskin

Keterangan:
Golongan pertama merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat.
Golongan kedua merupakan golongan yang cukup banyak dalam
masyarakat.
Golongan ketiga merupakan golongan terbanyak dalam masyarakat.

Sosial
Merupakan sistem penggolongan masyarakat menurut status. Umumnya, nilai status seseorang dalam masyarakat diukur dari
prestise atau gengsi. Contohnya, orang lebih memilih menjadi pegawai meski gajinya kecil daripada jadi tukang. Pelapisan
secara sosial dapat pula dilihat dari pembagian kasta di Bali.
Politik
Pelapisan masyarakat didasarkan pada wewenang atau kekuasaan. Makin besar wewenang atau kekuasaan seseorang, makin
tinggi lapisan sosialnya. Masyarakat yang memiliki wewenang atau kuasa umunya ditempatkan pada lapisan masyarakat atas.
Kelompok ini mencakup para pejabat eksekutif, yudikatif dan legislatif. Pembagian jenis ini terlihat pula pada hierarki militer.
Sistem Stratifikasi yang Ada di Indonesia :

1. Sistem Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat Pertanian


Pembagian kelas berdasarkan kepemilikan tanah, berikut stratifikasi masyarakat pertanian di Pulau Jawa

Cikal Bakal
I Kuli Kenceng
Kuli Kendo
Buruh Tani
II

III
Masyarakat pertanian pada umumnya masih menghargai peran pembuka tanah (cikal bakal), yaitu orang yang pertama
kali membuka hutan untuk dijadikan tempat tinggal dan lahan pertanian.
IV
Bisanya mereka menjadi sesepuh atau golongan yang dituakan. Golongan kedua diduduki oleh pemilik tanah atau orang
kaya, tetapi bukan keturunan cikal bakal. Mereka dapat memiliki tanah dan kaya karena keuletan dan kemampuan lainnya.
Kelompok yang kedua disebut kuli kenceng.
Golongan ketiga adalah golongan petani yang hanya memiliki tanah sedikit dan hasilnya hanya cukup untuk dikonsumsi
sendiri (kuli kendo). Golongan yang keempat (buruh tani) adalah orang yang tidak memiliki tanah, namun bekerja disektor
pertanian.
2. Sistem Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat Feodal
Pola dasar masyarakat feodal:
1) Raja dan kaum bangsawan merupakan pusat kekuasaan yang harus ditaati dan dihormati oleh rakyatnya
2) Terdapat lapisan utama, yakni raja dan kaum bangsawan (kaum feodal) dan lapisan di bawahnya, yakni rakyatnya
3) Adanya pola ketergantungan dan patrimonialistik, artinya kaum feodal merupakan tokoh panutan yang harus disegani,
sedangkan rakyat harus hidup menghamba dan selalu dalam posisi di bawah
4) Terdapat pola hubungan antarkelompok yang diskriminatif, yaitu kaum feodal memperlakukan bawahnya secara
tidak adil dan cenderung sewenang-wenang
5) Masyarakat feodal cenderung memiliki sistem stratifikasi tertutup
Konsekuensi Stratifikasi Sosial
Dalam kenyataannya orang tidak memiliki kemampuan yang sama. Ada yang mampu membayar sekolah yang mahal
ada yang tidak. Akibatnya, penghargaan yang diberikan masyarakat pun akan berbeda-beda. Perbedaan seperti ini akan
mempengaruhi gaya hidup (life style).
1) Pakaian: model pakaian dan perlengkapan busana
2) Rumah dan Perabot: Tipe rumah dan letak tempat tinggal serta jenis kendaraan dan perabot rumah tangganya.
3) Bahasa dan Gaya Bicara: Pemilihan kata atau Bahasa dan etika sopan santun
4) Makanan: Selera dan jenis makanan
5) Gelar, Pangkat, atau Jabatan
6) Hobi dan Kegemaran
Materi Sosiologi Kelas XI
Bab 3.4 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial

B. Kesetaraan untuk Mencapai Kepentingan Umum


Hakikat Kesetaraan
Ada lima kategori kesetaraan yang berbeda.
1) Kesetaraan hukum, kesamaan di hadapan hukum
2) Kesetaraan politik, kesetaraan dalam bidang pembangunan
3) Kesetaraan sosial, tidak adanya dominasi oleh pihak tertentu
4) Kesetaraan ekonomi, pembagian sumber daya yang dilakukan secara adil
5) Kesetaraan moral, memiliki nilai yang sama
Ada tiga konsep kesetaraan yang berbeda :
1) Kesetaraan kesempatan, akses ke semua posisi sosial harus di atur oleh kriteria universal
2) Kesetaraan sejak awal, kompetisi yang adil dan setara mensyaratkan bahwa semua peserta mulai dari garis start
yang sama
3) Kesetaraan hasil, semua orang harus menikmati standar hidup dan peluang kehidupan yang setara
Prinsip-Prinsip Kesetaraan
Di dalam masyarakat yang memiliki keragaman, sikap toleran harus dikembangkan oleh setiap individu. Selain itu, harus
memberlakukan prinsip-prinsip kesetaraan yang memungkinkan setiap orang mendapat kesempatan untuk memperoleh
pendidikan yang layak, pekerjaan, serta dapat menempati jabatan atau kedudukan dalam masyarakat. Kesetaraan berarti
kebebasan dari prasangka dan diskriminasi. Selain hak yang sama, semua orang harus menikmati kesempatan hidup yang
sama secara umum. Di Indonesia sendiri, prinsip kesetaraan ini tertuang dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 1, 2, dan 3. Dengan
demikian, secara yuridis maupun politis, semua warga negara memiliki persamaan kedudukan, baik dalam bidang politik,
hukum, pemerintah, ekonomi, dan sosial.
C. Perbedaan dan Kesetaraan Antarkelompok dalam Kehidupan Publik
Kalau kita mencari perbedaan, perbedaan yang dijumpai cenderung terletak pada penekanan dan pembahasan
mengenai stratifikasi sosial. Hal ini lebih banyak mengarah pada deskripsi dan penjelasan gejala perbedaan status
sosial dalam masyarakat terutama perbedaan kelas sosial. Diskriminasi yang terjadi dalam masyarakat disebabkan oleh
adanya dominasi suatu kelompok terhadap kelompok lain. Hal tersebut tentunya justru akan melahirkan hubungan-
hubungan yang kurang baik antarkelompok, berupa sikap saling mencurigai yang berpotensi menimbulkan konflik
horizontal. Prinsip-prinsip kesetaraan dijiwai oleh semangat Pancasila terutama sila kelima yang berbunyi “Keadilan
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”, artinya keadilan tersebut tidak untuk golongan tertentu saja, tetapi untuk
seluruh masyarakat Indonesia, tanpa membedakan kekayaan, jabatan, maupun suku tertentu.

D. Relasi Antarkelompok dan Terciptanya Keharmonisan Sosial Dalam Kehidupan Masyarakat atau Publik
Harmoni Sosial
Sesuatu yang sesuai dengan keinginan masyarakat umum, seperti keadaan tertib, teratur, aman dan nyaman dapat
disebut sebagai suatu kehidupan yang penuh harmoni. Harmoni sosial adalah kondisi di mana individu hidup sejalan dan
serasi dengan tujuan masyarakatnya.
Harmoni sosial juga terjadi dalam masyarakat yang ditandai dengan solidaritas. Secara etimologis, solidaritas adalah
kekompakan atau kesetiakawanan. Kata solidaritas menggambarkan keadaan hubungan antara individu dan atau
kelompok yang berdasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama.
Kesetaraan dan Harmoni Sosial dalam Masyarakat Multikultural
Agar harmoni sosial terwujud dalam masyarakat, maka prinsip kesetaraan harus diterapkan ditengah- tengah diferensiasi
dan stratifikasi sosial.
Dinamika Masyarakat Indonesia
Sejarah perkembangan masyarakat Indonesia menunjukkan bahwa potensi konflik antar kelompok masyarakat di
Indonesia cukup besar. Konflik tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1) Harga diri dan kebanggaan kelompok terusik
2) Perbedaan pendirian atau sikap
3) Perbedaan kebudayaan yang dimiliki setiap etnis
4) Benturan kepentingan (politik, ekonomi dan kekuasaan)
5) Perubahan yang terlalu cepat sehingga mengganggu keseimbangan sistem dan kemapanan
Mewujudkan Masyarakat Multikultural
Di tengah potensi konflik yang memungkinkan bagi bangsa kita, maka usaha untuk membentuk suatu masyarakat
multikultural menjadi sangat penting. Secara sederhana, masyarakat multikultural dapat dimengerti sebagai masyarakat
yang terdiri atas beragam kelompok sosial dengan sistem norma dan kebudayaan yang berbeda-beda. Masyarakat
multikultural merupakan bentuk dari masyarakat modern yang anggotanya terdiri atas berbagai golongan, suku, etnis, ras,
agama, dan budaya. Mereka hidup bersama dalam wilayah lokal maupun nasional. Bahkan, mereka juga berhubungan
dengan masyarakat internasional, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengayaan
Keanekaragaman dalam masyarakat memiliki beberapa karakteristik. Menurut Pierre L. Van den Berghe, karakteristik
keberagaman tersebut adalah sebagai berikut:
1) Terjadinya segmentasi atau pembagian ke dalam kelompok-kelompok yang sering kali memiliki subkebudayaan
yang berbeda satu sama lain
2) Memiliki struktur sosial yang terbagi dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer (tidak saling
melengkapi)
3) Kurang mengembangkan konsensus (kesepakatan) di antara anggotanya tentang nilai-nilai yang bersifat dasar
4) Secara relatif, sering terjadi konflik antara kelompok yang satu dan yang lainnya.
5) Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling tergantung dalam bidang ekonomi
6) Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok lain
Multikulturalisme tidak hanya bermakna keanekaragaman (kemajemukan), tetapi juga kesederajatan antarperbedaan.
Dalam multikulturalisme terkandung pengertian bahwa tidak ada sistem norma dan budaya yang lebih tinggi daripada
budaya lainnya, atau tidak ada sesuatu yang lebih agung dan luhur daripada yang lain. Semua perbedaan adalah sederajat.
Kesederajatan dalam perbedaan merupakan jantung dari multikulturalisme.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perlunya Masyarakat Multikultural
Menurut Tilaar, sekurang-kurangnya ada tiga hal yang mendorong berkembang pesatnya pemikiran multikulturalisme, yaitu
HAM, globalisme, dan demokratisasi. Namun demikian, idealisme masyarakat multikultural dalam kenyataannya menemui
banyak hambatan, di antaranya:
1) Sikap menganggap budaya sendiri lebih baik
2) Pertentangan antara budaya barat dan timur
3) Plularisme dianggap sebagai sesuatu yang eksotis
4) Pandangan yang paternalistis
5) Mencari apa yang disebut indigenous culture, mencari sesuatu yang dianggap asli
6) Pandangan negatif penduduk asli terhadap orang asing yang dapat berbicara mengenai kebudayaan penduduk asli
Manfaat masyarakat multikultural
1) Melalui hubungan yang harmonis antarmasyarakat, dapat digali kearifan budaya yang dimiliki oleh setiap budaya
2) Memunculkan penghargaan terhadap budaya lain sehingga muncul sikap toleransi
3) Menjadi benteng pertahanan terhadap ancaman yang timbul dari budaya kapital
4) Menjadi alat untuk membina dunia yang aman dan sejahtera
5) Mengajarkan suatu pandangan bahwa kebenaran itu tidak dimonopoli oleh satu orang atau kelompok saja

Anda mungkin juga menyukai