1. Perbedaan Agama
Agama merupakan keyakinan akan keberadaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta
beserta isinya. Dalam hal ini, Durkheim menyebutkan bahwa agama merupakan salah
satu sistem kepercayaan dan praktik yang dilakukan oleh sekelompok manusia/pengikut
agama dimana dalam kepercayaan dan praktik tersebut berkenaan dengan hal-hal yang
bersifat suci. Di Indonesia, terdapat 6 agama yang diakui oleh negara yaitu Islam,
Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Chu. Perbedaan-perbedaan
agama inilah yang kerap menimbulkan konflik di masyarakat. Oleh karena itu, perlu
adanya toleransi dalam masyarakat agar konflik agama ini tidak terjadi.
2. Perbedaan Ras
Menurut Hernandez (dalam Dayakisni, 2012:13) mengatakan bahwa ras mengacu pada
sekelompok masyarakat yang menggambarkan diri mereka melalui ciri fisik yang
dimilikinya. Ciri-ciri fisik ini dapat berupa warna kulit, warna dan bentuk rambut,
bentuk wajah dan tubuh, serta lain sebagainya. Umumnya ras dibedakan menjadi 3
kelompok yaitu Mongoloid/ras kuning, Kaukasoid/ras putih, dan Negroid/ras hitam.
3. Perbedaan Etnik
Apabila konsep ras didasarkan atas kesamaan ciri fisik, maka lain halnya dengan etnik.
Dalam hal ini, penggolongan etnik atau suku bangsa didasarkan atas kesamaan budaya.
di Indonesia terdapat berbagai macam etnik atau suku bangsa yang tersebar di seluruh
kepulauan, seperti : etnik Jawa, etnik Sunda, etnik Batak, etnik Tionghoa, dan
sebagainya.
4. Perbedaan Gender
Gender dan jenis kelamin memiliki konsepsi yang berbeda. Gender merupakan
konstruksi sosial yang dibuat oleh masyarakat mengenai peran, fungsi, dan tanggung
jawab pada perempuan dan laki-laki. Konstruksi ini dapat diubah dan dipertukarkan.
Sedangkan jenis kelamin merupakan perbedaan pada diri perempuan dan laki-laki
secara biologis yang bersifat universal dan tidak dapat diubah atau dipertukarkan.
Dalam konstruksi gender ini, perempuan lebih diarahkan pada ranah domestik
sementara laki-laki diarahkan pada ranah publik.
5. Perbedaan Profesi/Pekerjaan
Profesi merupakan bagian dari pekerjaan yang sangat bergantung pada keahlian
tertentu dimana keahlian tersebut harus dicapai melalui penguasaan teori dan praktik
terlebih dahulu. Biasanya penghargaan atas profesi atau pekerjaan seseorang didasarkan
atas bobot dari pekerjaan itu sendiri.
A. Struktur Sosial
Pengertian dan Ciri Struktur Sosial
Wiliam Kornblum menekankan konsep struktur sosial pada pola perilaku
individu dan kelompok, yaitu pola perilaku berulang-ulang yang menciptakan
hubungan antarindividu dan antarkelompok dalam masyarakat. Soerjono
Soekanto melihat struktur sosial sebagai sebuah hubungan timbal balik antara
posisi-posisi sosial dan antara peranan-peranan sosial. Abdul Syani melihat
struktur sosial sebagai sebuah tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat.
Didalam tatanan sosial tersebut terkandung hubungan timbal balik antara status
dan peranan (dengan batas-batas perangkat unsur-unsur sosial tertentu). Status
dan peranan tersebut menunjuk pada suatu keteraturan perilaku yang dapat
membentuk suatu masyarakat. Dengan demikian, secara sederhana dapat kita
katakan bahwa struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antar unsur-unsur
sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial,
kelompok-kelompok sosial dan lapisan-lapisan sosial.
Dalam struktur sosial dikenal dua konsep penting yaitu status dan peran
(role). Ralf Linton mendefinisikan status sebagai suatu kumpulan hak dan
kewajiban, sedangkan peran merupakan aspek dinamis dari status seseorang.
Fungsi dan Bentuk Struktur Sosial
Mayor Polak menyatakan bahwa struktur sosial dapat berfungsi sebagai
pengawas sosial, yakni sebagai penekan kemungkinan pelanggaran terhadap
norma, nilai dan pelaturan kelompok atau masyarakat. Struktur sosial juga dapat
berfungsi sebagai dasar untuk menanamkan disiplin sosial kelompok atau
masyarakat.
Menurut Nasikun, dalam konteks Indonesia, struktur sosial dapat dilihat secara
horizontal dan vertikal. Secara horizontal, struktur sosial ditandai dengan adanya
kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama dan adat. Secara
vertikal, struktur sosial ditandai dengan adanya kesatuan sosial berdasarkan
perbedaan lapisan sosial. Dalam banyak literature, struktur sosial horizontal
disebut diferensiasi sosial, sedangkan struktur sosial secara vertikal disebut
stratifikasi sosial.
B. Diferensiasi Sosial
Pengertian Diferensiasi Sosial
Salah satu bentuk struktur sosial adalah diferensiasi sosial. Menurut kamus
sosiologi diferensiasi sosial adalah klasifikasi atau penggolongan terhadap
perbedaan-perbedaan tertentu yang bisaanya sama atau sejenis. Pengertian
sama disini menunjuk pada klasifikasi masyarakat secara horizontal, mendatar
atau sejajar.
Dalam masyarakat majemuk (plural society), pengelompokan horizontal yang
didasarkan pada perbedaan ras, etnis (suku bangsa), klan dan agama disebut
dengan istilah kemajemukan sosial. Pengelompokan berdasarkan perbedaan
profesi dan jenis kelamin disebut heterogenitas sosial.
Kemajemukan sosial ditandai dengan adanya perbedaan berdasarkan :
1. Berdasarkan ciri fisik
Misalnya, warna kulit, bentuk rambut, bentuk mata, bentuk hidung, dan bentuk
rahang. Ciri-ciri fisik tersebut disebut ciri-ciri fenotip kuantitatif.
2. Berdasarkan ciri sosial
Timbul karena adanya perbedaan pekerjaan yang menimbulkan perbedaan cara
pandang dan pola perilaku dalam masyarakat. Termasuk dalam kategori ini adalah
perbedaan peran, prestise dan kekuasaan. Contohnya pola perilaku guru akan
berbeda dengan pola perilaku tentara.
3. Berdasarkan ciri budaya
Berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-
nilai yang dianutnya, seperti religi, system kekeluargaan, keuletan, dan
ketangguhan. Hasilnya dapat dilihat dari pakaian, adat istiadat, Bahasa, kesenian,
arsitektur dan agama.
Bentuk-bentuk Diferensiasi Sosial
Beberapa bentuk diferensiasi sosial diantaranya adalah diferensiasi ras,
diferensiasi suku bangsa, diferensiasi klan, diferensiasi agama, diferensiasi profesi,
dan diferensiasi jenis kelamin.
Diferensiasi Ras
Ras adalah kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawaan yang sama.
Menurut Ralf Linton secara garis besar, manusia dibagi dalam tiga kelompok ras
utama :
1. Ras Mongoloid memiliki ciri-ciri fisik kulit warna kuning sampai sawo matang,
rambut lurus, bulu badan sedikit, dan mata sipit (terutama Asia Mongoloid). Ras
Mongoloid dibagi menjadi dua yaitu, Mongoloid Asia dan Indian. Mongoloid Asia
terdiri dari subras Tionghoa (Taiwan, Jepang, Vietnam) dan subras melayu
(Malaysia, Indonesia, dan Filipina). Mongoloid Indian terdiri dari orang-orang
Indian di Amerika.
2. Ras Negroid memiliki ciri-ciri fisik rambut keriting, kulit hitam, bibir tebal, dan
kelopak mata lurus. Dibagi menjadi lima subras, yaitu Negrito, Nilitz, Negro
Rimba, Negro Oseanis, dan Hontentot-Boysesman.
3. Ras kaukasoid memiliki ciri-ciri fisik hidung mancung, kulit putih, rambut pirang
kemerah-merahan sampai coklat kehitam-hitaman, dan kelopak mata lurus.
Dibagi menjadi lima subras, yaitu Nordic, Alpin, Mediteran, Armenoid, dan India.
Indonesia sebagai Negara kepulauan (archipelago) didiami oleh bermacam-macam
subras, yaitu :
C. Stratifikasi Sosial
Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu system sosial tertentu kedalam lapisan-lapisan hierarki menurut
dimensi kekuasaan, hak istimewa, dan prestise. Pitirim A. Sorokin mendefinisikan
stratifikasi sosial sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas
yang tersusun secara bertingkat (hierarki).
Perwujudan pelapisan didalam masyarakat dikenal dengan istilah kelas sosial.
Kelas sosial terdiri atas kelas sosial tinggi (upper class), kelas sosial menengah (middle
class), dan kelas sosial rendah (lower class). Kelas sosial tinggi bisaanya diisi oleh para
pejabat atau penguasa dan pengusaha kaya. Kelas sosial menengah bisaanya meliputi
kaum intelektual, seperti dosen, peneliti, mahasiswa, pengusaha kecil dan menengah,
serta pegawai negeri. Kelas sosial rendah bisaanya merupakan kelompok terbesar
dalam masyarakat, seperti buruh, petani gurem dan pedagang kecil. Pengelompokan
semacam itu terdapat dalam segala bidang kehidupan.
Faktor Penyebab Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial muncul dengan sendirinya sebagai akibat dari proses yang terjadi
dalam masyarakat. Faktor-faktor penyebabnya adalah kemampuan atau kepandaian,
umur, fisik, jenis kelamin, sifat keaslian keanggotaan masyarakat, dan harta benda.
Dalam perkembangan selanjutnya, stratifikasi sosial sengaja dibentuk sebagai
subsistem sosial untuk mewujudkan tujuan tertentu.
Sosial
Merupakan sistem penggolongan masyarakat menurut status. Umumnya, nilai status
seseorang dalam masyarakat diukur dari prestise atau gengsi. Contohnya, orang lebih
memilih menjadi pegawai meski gajinya kecil daripada jadi tukang. Pelapisan secara
sosial dapat pula dilihat dari pembagian kasta di Bali.
Politik
Pelapisan masyarakat didasarkan pada wewenang atau kekuasaan. Makin besar
wewenang atau kekuasaan seseorang, makin tinggi lapisan sosialnya. Masyarakat yang
memiliki wewenang atau kuasa umunya ditempatkan pada lapisan masyarakat atas.
Kelompok ini mencakup para pejabat eksekutif, yudikatif dan legislative. Pembagian
jenis ini terlihat pula pada hierarki militer.
Sistem Stratifikasi yang Ada di Indonesia
Sumber.
Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2014. Sosiologi 2:Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta. Esis Erlangga.
http://www.benarnews.org/indonesian/berita/
pembakaran_masjid_papua_memicu_konflik-07202015182625.html