Anda di halaman 1dari 9

Antropologi Kelas X Bab 2 : Penggolongan Sosial dalam Masyarakat

Indonesia (Diferensiasi Sosial)

 Pengertian Diferensiasi Sosial

Diferensiasi sosial diartikan sebagai pembedaan anggota masyarakat secara horizontal.


Pembedaan ini tidak memperhatikan tingkatan sosial atau tinggi rendahnya status
seseorang. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam diferensiasi sosial masyarakat
ditandai oleh adanya kesatuan berdasarkan perbedaan yang bersifat kedaerahan. Dalam
diferensiasi sosial pula melihat bahwa hak dan kewajiban antar individu relatif sama.
Akan tetapi, dalam diferensiasi sosial sering terjadi konflik yang mendalam baik yang
dilakukan oleh individu maupun kelompok.

Bentuk-Bentuk Diferensiasi Sosial


Dalam diferensiasi sosial terdapat 6 bentuk yaitu :

1. Perbedaan Agama
Agama merupakan keyakinan akan keberadaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta
beserta isinya. Dalam hal ini, Durkheim menyebutkan bahwa agama merupakan salah
satu sistem kepercayaan dan praktik yang dilakukan oleh sekelompok manusia/pengikut
agama dimana dalam kepercayaan dan praktik tersebut berkenaan dengan hal-hal yang
bersifat suci. Di Indonesia, terdapat 6 agama yang diakui oleh negara yaitu Islam,
Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Chu. Perbedaan-perbedaan
agama inilah yang kerap menimbulkan konflik di masyarakat. Oleh karena itu, perlu
adanya toleransi dalam masyarakat agar konflik agama ini tidak terjadi.

2. Perbedaan Ras
Menurut Hernandez (dalam Dayakisni, 2012:13) mengatakan bahwa ras mengacu pada
sekelompok masyarakat yang menggambarkan diri mereka melalui ciri fisik yang
dimilikinya. Ciri-ciri fisik ini dapat berupa warna kulit, warna dan bentuk rambut,
bentuk wajah dan tubuh, serta lain sebagainya. Umumnya ras dibedakan menjadi 3
kelompok yaitu Mongoloid/ras kuning, Kaukasoid/ras putih, dan Negroid/ras hitam.

3. Perbedaan Etnik
Apabila konsep ras didasarkan atas kesamaan ciri fisik, maka lain halnya dengan etnik.
Dalam hal ini, penggolongan etnik atau suku bangsa didasarkan atas kesamaan budaya.
di Indonesia terdapat berbagai macam etnik atau suku bangsa yang tersebar di seluruh
kepulauan, seperti : etnik Jawa, etnik Sunda, etnik Batak, etnik Tionghoa, dan
sebagainya.

4. Perbedaan Gender
Gender dan jenis kelamin memiliki konsepsi yang berbeda. Gender merupakan
konstruksi sosial yang dibuat oleh masyarakat mengenai peran, fungsi, dan tanggung
jawab pada perempuan dan laki-laki. Konstruksi ini dapat diubah dan dipertukarkan.
Sedangkan jenis kelamin merupakan perbedaan pada diri perempuan dan laki-laki
secara biologis yang bersifat universal dan tidak dapat diubah atau dipertukarkan.
Dalam konstruksi gender ini, perempuan lebih diarahkan pada ranah domestik
sementara laki-laki diarahkan pada ranah publik.

5. Perbedaan Profesi/Pekerjaan
Profesi merupakan bagian dari pekerjaan yang sangat bergantung pada keahlian
tertentu dimana keahlian tersebut harus dicapai melalui penguasaan teori dan praktik
terlebih dahulu. Biasanya penghargaan atas profesi atau pekerjaan seseorang didasarkan
atas bobot dari pekerjaan itu sendiri.

6. Perbedaan Desa dan Kota


Masyarakat desa atau yang disebut juga dengan rural community merupakan
masyarakat yang memiliki ikatan hubungan kekeluargaan yang erat dan hidup dari
sistem pertanian. Sedangkan masyarakat kota atau yang disebut dengan urban
community merupakan masyarakat yang bersifat individualis dan bekerja pada sektor
industri. Meskipun masyarakat desa dan kota memiliki perbedaan, namun mereka
memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara. Oleh karena itu,
pembangunan hendaknya dapat merata sehingga tidak hanya dinikmati oleh masyarakat
kota saja.
Selain memberikan materi mengenai diferensiasi sosial, penulis juga akan menyajikan
artikel berita yang terkait dengan materi di atas. Artikel berita tersebut berupa konflik
yang terjadi di Tolikara, Papua

Konsep Lain Yang berkesinambungan

A. Struktur Sosial

  
Pengertian dan Ciri Struktur Sosial
Wiliam Kornblum menekankan konsep struktur sosial pada pola perilaku
individu dan kelompok, yaitu pola perilaku berulang-ulang yang menciptakan
hubungan antarindividu dan antarkelompok dalam masyarakat. Soerjono
Soekanto melihat struktur sosial sebagai sebuah hubungan timbal balik antara
posisi-posisi sosial dan antara peranan-peranan sosial. Abdul Syani melihat
struktur sosial sebagai sebuah tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat.
Didalam tatanan sosial tersebut terkandung hubungan timbal balik antara status
dan peranan (dengan batas-batas perangkat unsur-unsur sosial tertentu). Status
dan peranan tersebut menunjuk pada suatu keteraturan perilaku yang dapat
membentuk suatu masyarakat. Dengan demikian, secara sederhana dapat kita
katakan bahwa struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antar unsur-unsur
sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial,
kelompok-kelompok sosial dan lapisan-lapisan sosial.
   Dalam struktur sosial dikenal dua konsep penting yaitu status dan peran
(role). Ralf Linton mendefinisikan status sebagai suatu kumpulan hak dan
kewajiban, sedangkan peran merupakan aspek dinamis dari status seseorang.
Fungsi dan Bentuk Struktur Sosial
    Mayor Polak menyatakan bahwa struktur sosial dapat berfungsi sebagai
pengawas sosial, yakni sebagai penekan kemungkinan pelanggaran terhadap
norma, nilai dan pelaturan kelompok atau masyarakat. Struktur sosial juga dapat
berfungsi sebagai dasar untuk menanamkan disiplin sosial kelompok atau
masyarakat.
    Menurut Nasikun, dalam konteks Indonesia, struktur sosial dapat dilihat secara
horizontal dan vertikal. Secara horizontal, struktur sosial ditandai dengan adanya
kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama dan adat. Secara
vertikal, struktur sosial ditandai dengan adanya kesatuan sosial berdasarkan
perbedaan lapisan sosial. Dalam banyak literature, struktur sosial horizontal
disebut diferensiasi sosial, sedangkan struktur sosial secara vertikal disebut
stratifikasi sosial.
B. Diferensiasi Sosial
     Pengertian Diferensiasi Sosial
  Salah satu bentuk struktur sosial adalah diferensiasi sosial. Menurut kamus
sosiologi diferensiasi sosial adalah klasifikasi atau penggolongan terhadap
perbedaan-perbedaan tertentu yang bisaanya sama atau sejenis. Pengertian
sama disini menunjuk pada klasifikasi masyarakat secara horizontal, mendatar
atau sejajar.
  Dalam masyarakat majemuk (plural society), pengelompokan horizontal yang
didasarkan pada perbedaan ras, etnis (suku bangsa), klan dan agama disebut
dengan istilah kemajemukan sosial. Pengelompokan berdasarkan perbedaan
profesi dan jenis kelamin disebut heterogenitas sosial.
 Kemajemukan sosial ditandai dengan adanya perbedaan berdasarkan :
    1. Berdasarkan ciri fisik
    Misalnya, warna kulit, bentuk rambut, bentuk mata, bentuk hidung, dan bentuk
rahang. Ciri-ciri fisik tersebut disebut ciri-ciri fenotip kuantitatif.
2. Berdasarkan ciri sosial
Timbul karena adanya perbedaan pekerjaan yang menimbulkan perbedaan cara
pandang dan pola perilaku dalam masyarakat. Termasuk dalam kategori ini adalah
perbedaan peran, prestise dan kekuasaan. Contohnya pola perilaku guru akan
berbeda dengan pola perilaku tentara.
3. Berdasarkan ciri budaya
  Berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-
nilai yang dianutnya, seperti religi, system kekeluargaan, keuletan, dan
ketangguhan. Hasilnya dapat dilihat dari pakaian, adat istiadat, Bahasa, kesenian,
arsitektur dan agama.
Bentuk-bentuk Diferensiasi Sosial
   Beberapa bentuk diferensiasi sosial diantaranya adalah diferensiasi ras,
diferensiasi suku bangsa, diferensiasi klan, diferensiasi agama, diferensiasi profesi,
dan diferensiasi jenis kelamin.
Diferensiasi Ras
Ras adalah kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawaan yang sama.
Menurut Ralf Linton secara garis besar, manusia dibagi dalam tiga kelompok ras
utama :

1. Ras Mongoloid memiliki ciri-ciri fisik kulit warna kuning sampai sawo matang,
rambut lurus, bulu badan sedikit, dan mata sipit (terutama Asia Mongoloid). Ras
Mongoloid dibagi menjadi dua yaitu, Mongoloid Asia dan Indian. Mongoloid Asia
terdiri dari subras Tionghoa (Taiwan, Jepang, Vietnam) dan subras melayu
(Malaysia, Indonesia, dan Filipina). Mongoloid Indian terdiri dari orang-orang
Indian di Amerika.
2. Ras Negroid memiliki ciri-ciri fisik rambut keriting, kulit hitam, bibir tebal, dan
kelopak mata lurus. Dibagi menjadi lima subras, yaitu Negrito, Nilitz, Negro
Rimba, Negro Oseanis, dan Hontentot-Boysesman.
3. Ras kaukasoid memiliki ciri-ciri fisik hidung mancung, kulit putih, rambut pirang
kemerah-merahan sampai coklat kehitam-hitaman, dan kelopak mata lurus.
Dibagi menjadi lima subras, yaitu Nordic, Alpin, Mediteran, Armenoid, dan India.
      Indonesia sebagai Negara kepulauan (archipelago) didiami oleh bermacam-macam
subras, yaitu :

1. Negrito, yaitu suku bangsa Semang di Semenanjung Malaya


2. Vedroid, yaitu suku Sakai di Riau, Kubu di Sumatera Selatan, Toala dan Tonum di
Sulawesi
3. Neo Melanosoid, yaitu penduduk di Kepulauan Kei dan Aru
4. Melayu terdiri atas :
   a. Melayu tua (Proto Melayu) yaitu suku Batak, Toraja dan     Dayak
   b. Melayu muda (Deutro Melayu) yaitu Aceh, Minang, Bugis, Makassar, Jawa, dan
Sunda.
Ciri-ciri fisik setiap ras berbeda karena beberapa faktor berikut.
1. Kondisi geografis dan iklim
2. Faktor makanan
3. Faktor perkawinan (amalgamasi)
 Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis)
      Suku bangsa merupakan hasil dari system kekerabatan yang lebih luas. Masyarakat
dalam system kekerabatan ini tetap percaya bahwa mereka memiliki ikatan darah dan
berasal dari nenek moyang yang sama. Jumlah suku bangsa di Indonesia saat ini sulit
diperkirakan. Menurut C. Van Vollen Houven jumlah suku bangsa di Indonesia adalah
316, sedangkan menurut Prof. Dr. Konetjaraningrat ada sekitar 119. Keanekaragaman
suku bangsa di Indonesia juga menyangkut keanekaragaman budaya, yang meliputi
perbedaan adat istiadat, religi, bahasa dan kesenian.
 Diferensiasi Klan
        Klan sering juga disebut kerabat, keluarga besar, atau keluarga luas (extended
family). Dalam masyarakat Indonesia terdapat dua bentuk klan utama, yakni klan atas
dasar garis keturunan ibu (matrilinier) dan atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal).
 Diferensiasi Agama
      Agama adalah hal yang sangat sensitif bagi masyarakat. Di Indonesia terdapat
enam agama yang diakui oleh pemerintah yaitu Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha,
dan Konghucu. Walaupun berbeda-beda agama, tetapi dapat bersatu.
 Diferensiasi Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan kategori dalam masyarakat yang berdasarkan pada perbedaan seks
atau jenis kelamin (perbedaan biologis). Perbedaan biologis ini dapat kita lihat dari struktur
organ reproduksi, bentuk tubuh, suara, dan sebagainya. Atas dasar itulah, terdapat kelompok
masyarakat laki-laki atau pria dan kelompok masyarakat perempuan atau wanita.
Pada dasarnya kedudukan laki-laki dan perempuan sama, karena mempunyai kesempatan,
status, dan peran sosial yang sama. Namun, di beberapa daerah tertentu status laki-laki
dianggap lebih tinggi daripada perempuan atau sebaliknya. Hal ini dikarenakan adanya
perbedaan fisik dan sosialisasi nilai dan
norma yang membedakan mereka. Akan tetapi, perbedaan tersebut bersifat horizontal bukan
pada tingkatan-tingkatan dalam masyarakat.
 Diferensiasi Profesi
   Profesi atau pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan manusia sebagai
sumber penghasilan ataumata pencahariannya. Dalam masyarakat sosial profesi
merupakan suatu pekerjaan yang memerlukansuatu keterampilan khusus. Misalnya,
profesi guru memerlukan keterampilan khusus seperti, pandai berbicara, suka
membimbing, sabar, dan sebagainya.
Di masyarakat terdapat berbagai macam profesi yang dimiliki anggota masyarakat. Hal
ini dikarenakan pengaruh industrialisasi dan modernisasi, serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Diferensiasi profesi merupakan penggolongan anggota
masyarakat berdasarkan jenis pekerjaan yang dimiliki. Berdasarkan penggolongan
inilah kita mengenal kelompok masyarakat berprofesi seperti guru, dokter,
pedagang, buruh, pegawai negeri, tentara, dan sebagainya.
Perbedaan profesi biasanya akan membawa pengaruh terhadap perilaku sosial
seseorang di lingkungannya. Contoh, perilaku seorang dokter tentunya berbeda dengan
perilaku seorang tukang becak ketika keduanya melakukan pekerjaan.
Stratifikasi sosial dalam hal ini berasal dari bahasa latin, yaitu stratum yang memiliki arti tingkatan dan socius
yang berarti teman atau masyarakat. Jadi dalam hal ini secara umum dapat kita katakan bahwa pengertian
stratifikasi sosial merupakan tingkatan sosial yang ada dalam masyarakat. Stratifikasi sosial “sosial
stratifikasion” ialah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat “hierarkis”.
Dengan kata lain, perbedaan kedudukan akan menimbulkan stratifikasi sosial atau pelapisan sosial. Yang dalam
perwujudan dari adanya stratifikasi sosial atau pelapisan sosial ialah adanya perbedaan golongan tingkat
kedudukan atau kelas (Narwoko, 2006 : 170).

C. Stratifikasi Sosial
  Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu system sosial tertentu kedalam lapisan-lapisan hierarki menurut
dimensi kekuasaan, hak istimewa, dan prestise. Pitirim A. Sorokin mendefinisikan
stratifikasi sosial sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas
yang tersusun secara bertingkat (hierarki).
       Perwujudan pelapisan didalam masyarakat dikenal dengan istilah kelas sosial.
Kelas sosial terdiri atas kelas sosial tinggi (upper class), kelas sosial menengah (middle
class), dan kelas sosial rendah (lower class). Kelas sosial tinggi bisaanya diisi oleh para
pejabat atau penguasa dan pengusaha kaya. Kelas sosial menengah bisaanya meliputi
kaum intelektual, seperti dosen, peneliti, mahasiswa, pengusaha kecil dan menengah,
serta pegawai negeri. Kelas sosial rendah bisaanya merupakan kelompok terbesar
dalam masyarakat, seperti buruh, petani gurem dan pedagang kecil. Pengelompokan
semacam itu terdapat dalam segala bidang kehidupan.
Faktor Penyebab Stratifikasi Sosial
       Stratifikasi sosial muncul dengan sendirinya sebagai akibat dari proses yang terjadi
dalam masyarakat. Faktor-faktor penyebabnya adalah kemampuan atau kepandaian,
umur, fisik, jenis kelamin, sifat keaslian keanggotaan masyarakat, dan harta benda.
Dalam perkembangan selanjutnya, stratifikasi sosial sengaja dibentuk sebagai
subsistem sosial untuk mewujudkan tujuan tertentu.

1. Perbedaan ras dan budaya.


2. Pembagian tugas yang terspesialisasi.
3. Kelangkaan.

Dasar Stratifikasi Sosial Dalam Masyarakat


   Dasar stratifikasi sosial dalam masyarakat disebabkan adanya sesuatu yang dihargai
lebih.
1. Kekayaan
2. Kekuasaan
3. Keturunan
4. Pendidikan
5. Status atau kedudukan
6. Peran (role)
Sifat Stratifikasi Sosial
      Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya stratifikasi sosial dibedakan
menjadi:
1. Stratifikasi sosial tertutup
        Adalah bentuk stratifikasi yang anggota dari setiap stratanya sulit melakukan
mobilitas vertical. Karenanya, stratifikasi sosial jenis ini bersifat diskriminatif, contohnya
system kasta, masyarakat rasialis, dan masyarakat feudal.

2. Stratifikasi Sosial Terbuka


  Bersifat demokratis. Kemungkinan mobilitas sangat besar. Maksudnya, setiap anggota
strata dapat bebas berpindah strata sosial, baik vertical maupun horizontal. Walaupun
kenyataannya mobilitas harus melalui perjuangan berat, kemungkinan untuk berpindah
strata slalu ada. Contoh doctor, pengusaha atau guru

3. Stratifikasi Sosial Campuran


   Merupakan kombinasi antara stratifikasi sosial tertutup dan terbuka. Missal seseorang
yang memiliki kasta Brahmana di Bali pindah ke Jakarta.

Fungsi Stratifikasi Sosial


1. Distribusi hak-hak istimewa yang objektif
2. Menjadi system pertanggaan pada strata yang berhubungan dengan kewibawaan
dan penghargaan
3. Kriteria system pertentangan dan persaingan
4. Penentu lambing-lambang (symbol status) atau kedudukan
5. Penentu tingkat mudah dan sukarnya bertukar kedudukan
6. Alat solidaritas diantara individu-individu atau kelompok yang menduduki system
sosial yang sama dalam masyarakat
  
Perwujudan dari stratifikasi sosial adalah kelas-kelas sosial. Hal ini dapat kita lihat dari
segi ekonomi, sosial dan politik
Ekonomi
Pembagian kelas dalam masyarakat dari segi ekonomi akan membedakan masyarakat
atas kepemilikan harta.
1. Kelas atas terdiri dari kelompok orang-orang kaya
2. Kelas menengah terdiri dari kelompok orang-orang yang berkecukupan
3. Kelas bawah terdiri dari kelompok orang miskin

Sosial
   Merupakan sistem penggolongan masyarakat menurut status. Umumnya, nilai status
seseorang dalam masyarakat diukur dari prestise atau gengsi. Contohnya, orang lebih
memilih menjadi pegawai meski gajinya kecil daripada jadi tukang. Pelapisan secara
sosial dapat pula dilihat dari pembagian kasta di Bali.
Politik
   Pelapisan masyarakat didasarkan pada wewenang atau kekuasaan. Makin besar
wewenang atau kekuasaan seseorang, makin tinggi lapisan sosialnya. Masyarakat yang
memiliki wewenang atau kuasa umunya ditempatkan pada lapisan masyarakat atas.
Kelompok ini mencakup para pejabat eksekutif, yudikatif dan legislative. Pembagian
jenis ini terlihat pula pada hierarki militer.
Sistem Stratifikasi yang Ada di Indonesia

a. Sistem Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat Pertanian


Pembagian kelas berdasarkan kepemilikan tanah, berikut stratifikasi masyarakat
pertanian di Pulau Jawa
Masyarakat pertanian pada umumnya masih menghargai peran pembuka tanah (cikal
bakal), yaitu orang yang pertama kali membuka hutan untuk dijadikan tempat tinggal
dan lahan pertanian. Bisaanya mereka menjadi sesepuh atau golongan yang dituakan.
Golongan kedua diduduki oleh pemilik tanah atau orang kaya, tetapi bukan keturunan
cikal bakal. Mereka dapat memiliki tanah dan kaya karena keuletan dan kemampuan
lainnya. Kelompok yang kedua disebut kuli kenceng. Golongan ketiga adalah golongan
petani yang hanya memiliki tanah sedikit dan hasilnya hanya cukup untuk dikonsumsi
sendiri (kuli kendo). Golongan yang keempat (buruh tani) adalah orang yang tidak
memiliki tanah, namun bekerja disektor pertanian.

b. Sistem Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat Feudal


    Pola dasar masyarakat feudal :
1) Raja dan kaum bangsawan merupakan pusat kekuasaan yang harus ditaati dan
dihormati oleh rakyatnya
2) Terdapat lapisan utama, yakni raja dan kaum bangsawan (kaum feudal) dan
lapisan dibawahnya, yakni rakyatnya
3) Adanya pola ketergantungan dan patrimonialistik, artinya kaum feudal
merupakan tokoh panutan yang harus disegani, sedangkan rakyat harus hidup
menghamba dan selalu dalam posisi dibawah
4) Terdapat pola hubungan antarkelompok yang diskriminatif, yaitu kaum feudal
memperlakukan bawahanya secara tidak adil dan cenderung sewenang-wenang
5) Masyarakat feudal cenderung memiliki system stratifikasi tertutup

Lapisan Sosial Pada Masyarakat Feudal Surakarta dan Yogyakarta

Lapisan Sosial Masyarakat Feudal di Aceh

Lapisan Sosial Masyarakat Feodal di Sulawesi Selatan

Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Belanda


Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Jepang

Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Industri Modern


Berdasarkan Kriteria Profesi

Berdasarkan Kriteria Ekonomi

 Konsekuensi Stratifikasi Sosial


Dalam kenyataannya orang tidak memiliki kemampuan yang sama. Ada yang
mampu membayar sekolah yang mahal ada yang tidak. Akibatnya, penghargaan
yang diberikan masyarakatpun akan berbeda-beda. Perbedaan seperti ini akan
mempengaruhi gaya hidup (life style).
– Pakaian : model pakaian dan perlengkapan busana
– Rumah dan Perabot : Tipe rumah dan letak tempat tinggal serta jenis kendaraan
dan perabot rumah tangganya.
– Bahasa dan Gaya Bicara : Pemilihan kata atau Bahasa dan etika sopan santun
– Makanan : Selera dan jenis makanan
– Gelar, Pangkat, atau Jabatan
– Hobi dan Kegemaran
D. Kesetaraan
Ada lima kategori kesetaraan yang berbeda.
1) Kesetaraan hukum, kesamaan dihadapan hukum
2) Kesetaraan politik, kesetaraan dalam bidang pembangunan
3) Kesetaraan sosial, tidak adanya dominasi oleh pihak tertentu
4) Kesetaraan ekonomi, pembagian sumber daya yang dilakukan secara adil
5) Kesetaraan moral, memiliki nilai yang sama

 Ada tiga konsep kesetaraan yang berbeda :


a. Kesetaraan kesempatan, akses ke semua posisi sosial harus di atur oleh kriteria
universal
b. Kesetaraan sejak awal, kompetisi yang adil dan setara mensyaratkan bahwa
semua peserta mulai dari garis start yang sama
c. Kesetaraan hasil, semua orang harus menikmati standar hidup dan peluang
kehidupan yang setara
E. Harmoni Sosial
Sesuatu yang sesuai dengan keinginan masyarakat umum, seperti keadaan tertib,
teratur, aman dan nyaman dapat disebut sebagai suatu kehidupan yang penuh
harmoni. Harmoni sosial adalah kondisi dimana individu hidup sejalan dan serasi
dengan tujuan masyarakatnya. Harmoni sosial juga terjadi dalam masyarakat yang
ditandai dengan solidaritas. Secara etimologis, solidaritas adalah kekompakan atau
kesetiakawanan. Kata solidaritas menggambarkan keadaan hubungan antara
individu dan atau kelompok yang berdasarkan pada perasaan moral dan
kepercayaan yang dianut bersama. Kesetaraan dan Harmoni Sosial dalam
Masyarakat Multikultural. Agar harmoni sosial terwujud dalam masyarakat, maka
prinsip kesetaraan harus diterapkan ditengah-tengah diferensiasi dan stratifikasi
sosial.

Dinamika Masyarakat Indonesia

Sejarah perkembangan masyarakat Indonesia menunjukan bahwa potensi konflik


antar kelompok masyarakat di Indonesia cukup besar. Konflik tersebut dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

a. Harga diri dan kebanggaan kelompok terusik


b. Perbedaan pendirian atau sikap
c. Perbedaan kebudayaan yang dimiliki setiap etnis
d. Benturan kepentingan (politik, ekonomi dan kekuasaan)
e. Perubahan yang terlalu cepat sehingga mengganggu keseimbangan sistem dan
kemapanan

Mewujudkan Masyarakat Multikultural


Ditengah pontensi konflik yang memungkinkan bagi bangsa kita, maka usaha untuk
membentuk suatu masyarakat multikultural menjadi sangat penting. Secara sederhana,
masyarakat multikultural dapat dimengerti sebagai masyarakat yang terdiri atas
beragam kelompok sosial dengan sistem norma dan kebudayaan yang berbeda-beda.
Masyarakat multikultural merupakan bentuk dari masyarakat modern yang anggotanya
terdiri atas berbagai golongan, suku, etnis, ras, agama, dan budaya. Mereka hidup
bersama dalam wilayah local maupun nasional. Bahkan, mereka juga berhubungan
dengan masyarakat internasional, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Multikulturalisme tidak hanya bermakna keanekaragaman (kemajemukan), tetapi juga


kesederajatan antarperbedaan. Dalam multikulturalisme terkandung pengertian bahwa tidak ada
sistem norma dan budaya yang lebih tinggi daripada budaya lainnya, atau tidak ada sesuatu yang
lebih agung dan luhur daripada yang lain. Semua perbedaan adalah sederajat. Kesederajatan
dalam perbedaan merupakan jantung dari multikulturalisme.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perlunya Masyarakat Multikultural


Menurut Tilaar, sekurang-kurangnya ada tiga hal yang mendorong berkembang pesatnya
pemikiran multikulturalisme, yaitu HAM, globalisme, dan demokratisasi.  Namun demikian,
idealism masyarakat multikultural dalam kenyataannya menemui banyak hambatan, diantaranya :
1. Sikap menganggap budaya sendiri lebih baik
2. Pertentangan antara budaya barat dan timur
3. Plularisme dianggap sebagai sesuatu yang eksotis
4. Pandangan yang paternalistis
5. Mencari apa yang disebut indigenous culture, mencari sesuatu yang dianggap asli
6. Pandangan negative penduduk asli terhadap orang asing yang dapat berbicara mengenai
kebudayaan penduduk asli

Manfaat masyarakat multikultural


a. Melalui hubungan yang harmonis antarmasyarakat, dapat digali kearifan budaya yang dimiliki
oleh setiap budaya
b. Memunculkan penghargaan terhadap budaya lain sehingga muncul sikap toleransi
c. Menjadi benteng pertahanan terhadap ancaman yang timbul dari budaya capital
d. Menjadi alat untuk membina dunia yang aman dan sejahtera
e. Mengajarkan suatu pandangan bahwa kebenaran itu tidak dimonopoli oleh satu orang atau
kelompok saja

Sumber.
Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2014. Sosiologi 2:Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta. Esis Erlangga.

http://www.benarnews.org/indonesian/berita/
pembakaran_masjid_papua_memicu_konflik-07202015182625.html

Anda mungkin juga menyukai