Anda di halaman 1dari 19

TUGAS SOSIOLOGI

DISUSUN OLEH

WA ODE FARIMAH AZZAHRAH

X-MIPA5

SMA NEGERI 9 KENDARI


DIFERENSIASI SOSIAL

Pengertian Diferensiasi Sosial


Diferensiasi sosial atau perbedaan sosial dapat kita artikan pembedaan warga
masyarakat ke dalam golongan-golongan atau kelompok-kelompok secara horisontal
(sejajar). Sedikit berbeda dengan stratifikasi sosial atau pelapisan sosial yang
mengelompokkan masyarakat ke dalam struktur kelas yang bersifat hierarkhies dan
vertical, diferensiasi sosial atau diferensiasi sosial mengelompokkan masyarakat
secara horizontal, yakni pengelompokan masyarakat dari sudut fisik semata.

Namun demikian, stratifikasi sosial (pelapisan sosial) dan diferensiasi sosial


(perbedaan sosial) memiliki kesamaan, yaitu sama-sama menunjukkan adanya
keanekaragaman yang terjadi dalam sebuah masyarakat. Walaupun terkadang
menimbulkan beberapa masalah seperti konflik, keanekaragaman seperti ini
merupakan potensi pembangunan tersendiri yang patut disyukuri.
Keanekaragaman yang ada dalam masyarakat akan memicu proses dinamika dalam
kehidupan masyarakat tersebut.

Ciri Ciri Diferensisasi Sosial

Ada beberapa ciri yang biasanya digunakan sebagai tolak ukur diferensasi sosial.
Ciri-ciri ini merupakan identitas khas yang menjadikan suatu kelompok tampak
berbeda dengan kelompok lainnya. Adapun ciri-ciri diferensiasi sosial yang dimaksud
adalah sebagai berikut:

a. Ciri-ciri fisik,

Yakni ciri-ciri yang berhubungan dengan sifat-sifat kasat mata yang ditunjukkan oleh ras,
sepertibentuk dan warna rambut, warna kulit, postur tubuh, bentuk dan warna mata, dan
lain sebagainya. Pada prinsipnya ciri-ciri fisik yang ditunjukkan oleh manusia merupakan
anugerah Alloh Ta'ala sehingga adanya bentuk-bentuk diskriminasi seperti politik
aphartheid atau rasdiskriminasi yang sempat diterapkan di Afrika Selatan merupakan
pelanggaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai ketuhanan. Bahkan dalam ajaran
islam disebutkan bahwa Alloh sekali-kali tidak menilai manusia dari bentuk dan ciri fisiknya,
akan tetapi lebih pada hati dan amal kebajikannya.

b.Ciri-ciri Sosial
Adalah ciri-ciri yang berhubungan dengan fungsi warga masyarakat dalam kehidupan
bermasyarakat. Sebagaimana sudah maklum bahwa setiap warga masyarakat
memiliki fungsi dan tugas yang berbeda-beda yang berkaitan dengan profesi,
pekerjaan, maupun mata pencaharian sehari-hari, baik untuk kepentingan dirinya
sendiri maupun untuk kepentingan sosial. Profesi, pekerjaan, maupun mata
pencaharian yang dipilih oleh seseorang tidak menunjukkan adanya tingkatan yang
bersifat vertikal, melainkan menunjukkan adanya perbedaan bakat dan minat antara
orang yang satu dengan orang yang lain yang bersifat horisontal.

c. Ciri-ciri budaya
Merupakan ciri-ciri yang berhubungan dengan adat istiadat dan ke- budayaan yang
berkembang dalam kehidupan masyarakat. Setiap bangsa memiliki adat istiadat dan
kebudayaan yang berbeda-beda. Di Indonesia saja, terdapat sekitar dua ratusan
sistem adat dan sistem budaya, seperti yang terdapat pada masyarakat Jawa,
Sunda, Bali, Madura, Lombok, Batak, Dayak, dan lain sebagainya. Dalam cakupan
dunia tentu sistem adat dan system budaya akan semakin banyak jumlahnya.
Masyarakat Asia, Afrika, Australia, Eropa, dan Amerika tentu mamiliki
karakteristik yang khas yang membedakan satu sama lain.

Bentuk-Bentuk Diferensiasi Sosial

Berdasarkan ciri-ciri di atas (fisik, sosial, dan budaya) bentuk-bentuk diferensiasi


sosial (perbedaan sosial) dapat dibedakan atas enam macam, yaitu: diferensiasi
sosial berdasarkan jenis kelamin, ras, profesi, klan, suku bangsa, dan agama.

a. Diferensiasi Sosial Berdasarkan Ras


Ras merupakan pengelompokan manusia yang didasarkan atas ciri-ciri fisik atau
biologis yang melekat pada diri manusia. Terdapat ciri-ciri fisik yang khas yang
dimiliki oleh manusia, seperti postur tubuh, bentuk dan warna rambut, bentuk dan
warna mata, warna kulit, bentuk hidung, bentuk bibir, bentuk wajah, dan lain
sebagainya.

Ragam ras yang tersebar di seluruh dunia telah diklasifikasikan oleh A.L. Kroeber. Ras
Australoid, penduduk asli Australia (Aborigin). Ras Mongoloid, yang terbagi menjadi subras
Asiatik (Asia Tenggara, Asia Timur, dan Asia Tengah), subras Melayu (Asia Tenggara,
Indonesia, Malaysia, dan Filipina), Subras Amerika (Indian dan Eskimo). Ras Kaukasoid,
penduduk asli Eropa. Negroid, dibedakan menjadi subras Negro Afrika, subras Negrito, dan
subras Melanesian. Bushman, merupakan pendudiik Afrika Selatan. Vedoid, di pedalaman Sri
Lanka dan Sulawesi Selatan. Polynesia tersebar di Kepulauan Mikronesia dan Polynesia,
selanjutnya ras Ainu, penduduk asli Jepang.

b. Diferensiasi Sosial Berdasarkan Suku Bangsa


Diferensiasi suku bangsa bersifat horisontal sehingga masing- masing suku bangsa
memiliki persamaan derajat, harkat, dan martabat. Ciri-ciri yang paling menonjol
yang merupakan identitas suku bangsa adalah bahasa dan kebudayaan. Oleh karena
itu, diferensiasi sosial (perbedaan sosial) berdasarkan suku bangsa sering
ditunjukkan dengan adanya perbedaan bahasa dan kebudayaan.

Di Indonesia kita mengetahui beraneka ragam suku bangsa. Beberapa suku bangsa
terbesar di Indonesia ialah Aceh, Sunda, Jawa, Bali, Batak, Minangkabau, Dayak,
Bugis, Toraja, Ambon dan Lombok. Beberapa kriteria yang menentukan batas-batas
masyarakat suku bangsa yang menjadi pokok dan lokasi nyata suatu uraian mengenai
kebudayaan suatu suku bangsa ialah sebagai berikut.

Kesatuan masyarakat dengan sistem sosial yang seragam.

Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh satu desa atau lebih.

Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh wilayah geografis.

Kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh identitas penduduk itu


sendiri.

Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh kesatuan ekologis.

Kesatuan penduduk yang interaksi di antara mereka sangat dalam.

Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang mengalami pengalaman sejarah


yang sama.
c. Diferensiasi Sosial Berdasarkan Klan
Kesatuan terkecil dari kerabat unilateral disebut sebagai klan. Pada sebuah klan,
masyarakat yang bertalian darah (genealogis) dipengaruhi oleh faktor pertalian
darah yang sangat kuat, sedangkan masyarakat yang bertalian dengan faktor
teritorial (daerah) hampir tidak terlihat. Setiap orang merasa ada hubungan darah
antara satu dengan yang lainnya, sebab mereka merasa satu leluhur (satu
keturunan). Begitu juga kelangsungan hak dan kewajiban diurus dalam suatu
kelompok, di mana anggota kelompok itu ditentukan berdasarkan garis keturunan
perempuan atau laki-laki.

Dari uraian diatas kita dapat mengidentifikasi, bahwa ciri-ciri klan ialah sebagai
berikut.

Pemilihan pasangan hidup diatur / ditetapkan menurut prinsip endogami


(pemilihan pasangan dari dalam klan).

Ikatan kekerabatannya berdasarkan pertalian darah atau persamaan leluhur.

Merupakan kelompok kerja sama abadi.

Hubungan diantara anggota sangat lah erat.

Klan yang terdapat di masyarakat menganut system kekerabatan yang berbeda-


beda. Namun terdapat 3 Sistem kekerabatan yang umum berlaku, yaitu matrilineal,
patrilineal dan bilateral (parental).

1. Sistem Kekerabatan Matrilineal

Sistem kekerabatan matrilineal merupakan system kekerabatan yang menarik


garis keturunan dari pihak perempuan atau ibu. Di indonesia sistem
kekerabatan ini antara lain dianut oleh masyarakat Minangkabau.

2. Sistem Kekerabatan Patrilineal


Sistem kekerabatan patrilineal merupakan system kekerabatan yang menarik
garis keturunan dari pihak ayah atau laki-laki. Di indonesia sistem
kekerabatan ini antara lain dianut oleh masyarakat Batak.

3. Sistem Kekerabatan Bilateral (Parental)

Sistem kekerabatan bilateral adalah system kekerabatan yang menarik garis


keturunan dari kedua belah pihak, baik dari perempuan atau ibu maupun dari
laki-laki atau ayah. Di indonesia sistem kekerabatan ini dianut oleh
masyarakat Jawa.

Bentuk klan dapat dengan mudah kita temukan di Indonesia, salah satunya klan yang
ada pada budaya Batak yang disebut dengan marga, seperti Marga Simanjuntak,
Marga Hutabarat, Marga Harahap, Marga Hutagalung, Marga Hutauruk, dan lain
sebagainya.

d. Diferensiasi Sosial Berdasarkan Agama


Agama merupakan suatu sistem terpadu mengenai kepercayaan dan praktik yang
berhubungan dengan hal yang suci dan menyatukan semua pengikutnya ke dalam
suatu komunitas moral yang disebut umat. Semua ajaran agama mengatur hubungan
antara sesama manusia maupun hubungan antara manusia dengan Tuhan nya.

Agama sangat penting bagi manusia untuk memelihara ketertiban dan kestabilan
dalam masyarakat. Di Negara kita tidak boleh ada sikap anti agama serta tidak
boleh ada paham yang meniadakan Tuhan. Setiap warga Negara harus percaya dan
beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan bertakwa kepada-Nya, hal tersebut
sesua dengan sila pertama dalam Pancasila.

Diferensiasi sosial berdasarkan perbedaan agama tercipta pada kenyataan sosial


bahwa masyarakat terdiri dari manusia manusia yang mempercayai suatu agama
tertentu termasuk dalam sebuah komunitas atau golongan yang disebut dengan
umat. Seperti pada penggolongan yang lainnya, Diferensiasi agama juga tidak
mencerminkan tingkatan-tingkatan secara hierarkis, artinya tidak berarti sebuah
agama tertentu lebih tinggi tingkatannya dari agama yang lainnya. dan hal ini jangan
sampai dijadikan pembeda tingkatan dalam interaksi sosial di masyarakat. Karena
seandainya perbedaan ini dibesar-besarkan, yang terjadi justru ketidak harmonisan
dan kekacauan dalam hubungan bermasyarakat.
1) Komponen-komponen Agama
* Emosi keagamaan, yaitu suatu sikap yang tidak rasional yang mampu
menggetarkan jiwa, misalnya sikap takut bercampur percaya.
* Sistem keyakinan, terwujud dalam bentuk pikiran/gagasan manusia seperti
keyakinan akan sifat-sifat Tuhan, wujud alam gaib, kosmologi, masa akhirat, cincin
sakti, roh nenek moyang, dewa-dewa, dan sebagainya.
* Upacara keagamaan, yang berupa bentuk ibadah kepada Tuhan, Dewa-dewa dan
Roh Nenek Moyang.
* Tempat ibadah, seperti Mesjid, Gereja, Pura, Wihara, Kuil, Klenteng.
* Umat, yakni anggota salah satu agama yang merupakan kesatuan sosial.

2) Agama dan Masyarakat


Dalam perkembangannya agama mempengaruhi masyarakat dan demikian juga
masyarakat mempengaruhi agama atau terjadi interaksi yang dinamis. Di Indonesia,
kita mengenal agama Islam, Katolik, Protestan, Budha dan Hindu. Disamping itu
berkembang pula agama atau kepercayaan lain, seperti Khong Hu Chu, Aliran
Kepercayaan, Kaharingan dan Kepercayaan-kepercayaan asli lainnya.

e. Diferensiasi Sosial Berdasarkan Profesi

Yaitu diferensiasi yang didasari suatu pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan
teknik atau keterampilan secara intelektual. Jadi, untuk menjadi seorang profesional tidak
cukup hanya berbekal latihan, tetapi harus pula terampil (competence) serta teruji dalam
menjalankan tugas-tugas khususnya. Seorang profesional hanya menekuni dan
mengembangkan satu jenis pekerjaan dengan diakui secara luas oleh masyanakat (misalnya,
dokter, hakim, guru, arsitek, sosiolog, militer, olah ragawan, politisi, petani, advokat,
pedagang, pengusaha, dan lain sebagainya. ). Oleh kanena suatu profesi bensifat khusus
maka dia akan melahirkan diferensiasi sosial. Artinya, tidak ada perbedaan tinggi atau
nendah, terhormat atau tidak terhormat di antara profesi-profesi tensebut.

f. Diferensiasi Sosial Berdasarkan Jenis Kelamin


Secara alamiah dan kodrati, pria dan wanita terlahir dengan berbagai perbedaan
fisik, sifat maupun kecenderungan. Secara biologis laki-laki pada umumnya lebih
kuat secara fisik dan menyukai hobi serta profesi yang lebih menantang
dibandingkan perempuan yang diciptakan lebih lemah secara fisik, Secara psikologis,
membesarkan anak perempuan relatif lebih sulit dari berat karena jika terlalu ketat, anak
akan menjadi tertekan dan mungkin kemudian sulit menemukan pasangan hidup. Sebaliknya,
jika terlalu longgar anak bisa terjebak dalam pergaulan bebas yang akan merugikan dirinya
sendiri. Adanya pandangan di banyak kelompok masyarakat bahwa anak lelaki merupakan
penerus garis keturunan keluarga. Jika hal seperti itu terjadi semata-mata merupakan
kecenderungan alamiah yang ada pada diri pria dan wanita, bukan diskriminasi.

g.Diferensiasi Sosial Berdasarkan Daerah

Diferensiasi ini merupakan pengelompokan manusia berdasarkan asal daerah atau tempat
tinggalnya, desa atau kota. Terbagi menjadi:
masyarakat desa : kelompok orang yang tinggal di pedesaan atau berasal dari desa.
Masyarakat kota : kelompok orang yang tinggal di perkotaan atau berasal dari kota.
Perbedaan orang desa dengan orang kota dapat ditemukan dalam hal-hal berikut:
perilaku
tutur kata
cara berpakaian
cara menghias rumah dan sebagainya.

h.Diferensiasi Sosial Berdasarkan Partai

Diferensiasi partai adalah perbedaan masyarakat dalam kegiatannya mengatur


kekuasaannegara, yang berupa kesatuan-kesatuan social, seazas, seideologi dan sealiran.
Demi menampung aspirasi masyarakat untuk turut serta mengatur negara/ berkuasa, maka
bermunculan banyak sekali partai. Diferensiasi partai adalah perbedaan masyarakat dalam
kegiatannya mengatur kekuasaan negara, yang berupa kesatuan-kesatuan sosial, seazas,
seideologi dan sealiran. Pada Pemilu tahun 1999 yang lalu terdapat 48 partai, pada Pemilu
tahun 2004 mungkin jumlah partai sudah bertambah lebih banyak.
STRATIFIKASI SOSIAL
Pengertian Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial adalah pengelompokan anggota masyarakat kedalam lapisan-


lapisan sosial secara bertingkat. Atau definisi stratifikasi sosial yaitu merupakan
suatu pengelompokan anggota masyarakat berdasarkan status yang dimilikinya.

Stratifikasi sosial atau disebut juga dengan pelapisan sosial telah dikenal saat
manusia menjalankan kehidupan. Terbentuknya stratifikasi sosial yaitu dari hasil
kebiasaan manusia seperti berkomunikasi, berhubungan atau bersosialisasi satu
sama lain secara teratur maupun tersusun, baik itu secara individual maupun
berkelompok. Tapi apapun wujudnya dalam kehidupan bersama sangat memerlukan
penataan serta organisasi, dalam rangka penataan pada kehidupan inilah yang pada
akhirnya akan terbentuk sedikit-demi sedikit stratifikasi sosial.

DASAR-DASAR PEMBENTUKAN STRATIFIKASI SOSIAL

Ada beberapa ukuran yang dijadikan sebagai dasar dari pembentukan stratifikasi
sosial, yaitu:

1) Ukuran Kekayaan

Kekayaan yang bersifat materi atau kebendaan dapat dijadikan sebagai ukuran
penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, dimana
siapapun yang memiliki kekayaan paling banyak, maka ia akan termasuk ke dalam
lapisan teratas dalam sistem stratifikasi sosial. Hal ini juga berlaku sebaliknya,
dimana mereka yang tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan
yang rendah dalam stratifikasi sosial.

Ukuran kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal,
benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya
dalam berbelanja, serta kemampuannya dalam berbagi terhadap sesama yang
membutuhkan (berdonasi).

2) Ukuran Kekuasaan dan Wewenang

Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati
lapisan teratas dalam sistem stratifikasi sosial dalam masyarakat yang
bersangkutan. Ukuran kekuasaan biasanya tidak terlepas dari ukuran kekayaan,
sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain
yang tidak kaya. Bisa pula terjadi sebaliknya, dimana karena seseorang memiliki
kekuasaan dan wewenang, maka dari situlah ia bisa mendapatkan kekayaan.

3) Ukuran Kehormatan

Ukuran kehormatan berbeda dan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan


serta kekuasaan. Biasanya, orang-orang yang disegani atau dihormati, akan
menempati lapisan atas dari sistem stratifikasi sosial dalam masyarakat. Ukuran
kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, dimana biasanya mereka
akan sangat menghormati orang-orang yang banyak berjasa kepada masyarakat,
atau kepada para orang tua ataupun orang-orang yang berperilaku dan berbudi
luhur.

4) Ukuran Ilmu Pengetahuan

Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang


menghargai ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, seseorang yang paling menguasai ilmu
pengetahuan akan menempati lapisan yang tinggi dalam sistem stratifikasi sosial
masyarakat yang bersangkutan.
Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik
(kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter,
insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti professor.
Meskipun begitu, sering pula timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-
gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya,
sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk
memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah
palsu, dan seterusnya.

Proses Terjadinya Stratifikasi Sosial

Proses terjadinya dari stratifikasi sosial diantaranya seperti di bawah ini:

1. Terjadi secara otomatis/dengan sendirinya

Dapat terjadi karena faktor yang sudah ada sejak seseorang lahir, atau proses ini
bisa terjadi karena pertumbuhan masyarakat. Sesorang yang menempati lapisan
tertentu bukan atas kesengajaan yang dibuat oleh masyarakat atau dirinya sendir
akan tetapi terjadi secara otomatis, seperti misalnya keturunan.

2. Terjadi secara sengaja

Dapat terjadi dengan sengaja dengan maksud untuk tujuan atau kepentingan
bersama. Sistem ini ditentukan dengan adanya wewenang dan juga kekuasaan yang
diberikan oleh seseorang atau organisasi. Misalnya seperti diberikan oleh partai
politik, perusahaan tempat bekerja, pemerintahan dan lain-lain.

Faktor penyebab terjadinya stratifikasi sosial


Beberapa faktor penyebabnya diantaranya seperti berikut ini:

Kekayaan, sesorang yang mempunyai kekayaan yang lebih biasanya termasuk


ke lapisan paling atas dalam stratifikasi sosial.

Kehormatan, orang yang paling di hormati biasanya selalu menempati lapisan


paling atas, sering kita ditemui di masyarakat, misalnya seperti seseorang
yang berjasa besar.

Kekuasaan, ukuran kekuasaan seseorang pun dapat menjadi faktor penyebab


terbentuknya statifikasi sosial dan biasanya seseorang yang mempunyai
kekuasaan selalu menempati lapisan teratas, misalnya seperti gubernur,
bupati dan lain-lain.

Berilmu tinggi atau berpengetahuan tinggi, seseorang akan menempati urutan


paling atas jika dia memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi.

Sifat Sifat Stratifikasi Sosial

A.Stratifikasi Sosial Tertutup (Close Social Stratification)


Stratifikasi sosial tertutup adalah pelapisan dalam masyarakat yang tidak
memungkinkan masyarakat untuk berpindah dari tingkat yang satu ke tingkat yang
lain. Stratifikasi sosial tertutup ini biasanya terjadi pada masyarakat yang bersifat
kasta maupun feodal. Akibatnya kemajuan akan pola perilakunya sangat lambat.

Sistem pelapisan sosial tertutup di Indonesia terjadi pada masyarakat Bali.


Masyarakat tersebut adalah penganut agama Hindu yang mengajarkan sistem kasta.
Menurut ajaran Hindu bahwa masyarakat dibagi menjadi empat kasta yaitu
Brahmana, Satria, Versia, dan Sudra. Dasar perkastaan tersebut adalah sesuai
dengan keturunan. Dalam pelaksanaannya bahwa masyarakat hanya diperbolehkan
untuk berinteraksi antar sesama kasta dan tidak memungkinkan untuk melakukan
gerakan sosial antar kasta.
Dengan sistem stratifikasi tertutup demikian maka masyarakat menjadi terkungkum
sehingga sulit untuk maju.

B.Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification)


Stratifikasi sosial terbuka memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk dapat
berpindah dari posisi yang dimilikinya. Perpindahan ini dikarenakan adanya
perbedaan kemampuan diantyara individu yang berkaitan dengan skill dan
pengetahuan. Stratifikasi demikian biasanya terjadi pada masyarakat modern yang
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Dan terjadinya perpindahan ini dikarenakan
faktor pendidikan.

C.Stratifikasi Sosial Campuran


Bentuk pelapisan sosial campuran ini biasanya terjadi pada masyarakat yang memiliki
susunan yang heterogen. Letak daerahnya adalah peralihan antara desa dan kota
sehingga masih memiliki dua kebudayaan yang masih menyatu. Stratifikasi sosial
campuran adalah bentuk pelapisan yang terjadi dalam masyarakat yang
memungkinkan terjadi suatu perpindahan atau mobilitas antar kelas pada batas-
batas kelas tertentu. Misalnya, soerang masyarakat yang dapat bermutasi untuk
bekerja sebagai pimpinan tidak memungkinkan untuk menjadi bangsawan atau tokoh
masyarakat.

Bentuk Bentuk Stratifikasi Sosial

A.Stratifikasi Berdasarkan Kriteria Ekonomi


Pelapisan sosial demikian terjadi pada masyarakat perkotaan dimana masyarakatnya
memiliki sikap kritis yang tinggi dan tingkat heterogen yang tinggi pula. Pelapisan
ekonomi dibentuk secara sengaja didasarkan pada kualifikasi pendidikan yang
didasarkan akan kepemilikan harta benda. Stratifikasi demikian juga dibentuk untuk
memenuhi kebutuhan kerja dalam bidang ekonomi. Stratifikasi berdasarkan ekonomi
dibagi menjadi tiga kelas sosial yaitu:

Kelas Atas (Upper Class)


Kelompok masyarakat yang memiliki kekayaan material di atas rata-rata.
Masyarakat demikian adalah seperti pengusaha, pejabat, dan lain-lain.

Kelas Menengah (Middle Class)

Kelompok masyarakat yang memiliki kekayaan material rata-rata. Masyarakat


demikian biasa profesinya sebagai pegawai biasa dan karyawan kantor, dan lain-lain.

Kelas Bawah (Low Class)

Kelompok masyarakat yang memiliki kekayaan material di bawah rata-rata.


Masyarakat demikian adalah sopir becak, buruh, dan lain-lain.

Semakin tinggi kelas, maka semakin sedikit warga masyarakat yang termasuk di
dalamnya. Sebaliknya, semakin rendah kelas maka semakin banyak warga masyarakat
yang dapat digolongkan di dalamnya. Hal tersebut juga berlaku pada bentuk-bentuk
stratifikasi masyarakat dengan kriteria sosial dan politik.

Aristoteles membagi masyarakat secara ekonomi menjadi tiga kelas yaitu sebagai
berikut.

Golongan Sangat Kaya

Golongan pertama ini merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat. Golongan


sangat kaya terdiri dari pengusaha, tuan tanah, dan bangsawan.

Golongan Kaya

Golongan kaya merupakan golongan kedua dan cuku banyak terdapat dalam
masyarakat, misalnya pedagang.

Golongan Miskin

Golongan ketiga ini merupakan golongan terbanyak dalam masyarakat dan


kebanyakan adalah rakyat biasa.
Sedangkan Karl Marx juga membagi masyarakat menjadi tiga golongan yaitu sebagai
berikut.

Golongan Kapitalis/Borjuis

Golongan kapitalis/borjuis merupakan golongan orang-orang yang menguasai tanah


alat produksi.

Golongan Menengah

Golongan menengah terdiri dari para pegawai peemrintah.

Golongan Proletar

Golongan proletar adalah orang-orang yang tidak mempunyai tanah dan alat
produksi.

Namun, menurut Karl Marx, dalam kenyataannya golongan menengah merupakan


pembela setia kaum kapitalis sehingga golongan menengah cenderung dimasukkan ke
dalam golongan kapitalis. Oleh sebab itu, hanya terdapat dua golongan masyarakat
yaitu golongan kapitalis/borjuis dan golongan proletar.

B.Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Sosial


Stratifikasi sosial atas dasar kriteria sosial adalah perbedaan anggota masyarakat
ke dalam kelompok tingkatan sosial berdasarkan status sosialnya. Misalnya sebagai
berikut.

Sistem kasta pada masyarakat Hindu yang dibagi menjadi empat kelompok, yaitu
Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra.

Sistem pelapisan berdasarkan ukuran keahlian Astrid S. Susanto, yaitu:

1. Elit,

2. Profesional,

3. Semi propesional,

4. Tenaga terampil,

5. Tenaga semi terampil, dan


6. Tenaga tidak terlatih atau tidak terdidik.

Stratifikasi di bidang pendidikan antara lain sebagai berikut.

1. Pendidikan sangat tinggi (propesor dan doktor).

2. Pendidikan tinggi (sarjana dan mahasiswa).

3. Pendidikan menengah (SLTP dan SMA).

4. Pendidikan rendah (SD).

5. Tidak berpendidikan (buta hurup).

Stratifiksai masyarakat desa di Jawa Tengah atas dasar milik atas tanah, sawah,
kebun atu rumah, yaitu sebagai berikut.

1. Kuli kenceng (pemilik sawah, kebun, dan rumah).

2. Kuli gundul (penggarap sawah atau kebun).

3. Kuli karang kopek.

4. Indung tlosor.

Menurut W.M.F. Hofsteede, pelapisan sosial di desa dapat disederhanakan sebagai


berikut.

Elit desa yaitu lurah, pegawai, guru, tokoh politik maupun agama, dan petani kaya.

Massa yaitu petani menengah, petani kecil, buruh tani, dan pedagang kecil.

C.Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Politik


Bentuk stratifikasi demikian didasarkan pada kekuatan kekuasaan (power) yang
dimiliki individu di mata masyarakat. Kekuatan ini didapatkan karena adanya
simpatik dari masyarakat untuk mendukungnya dalam even politik seperti pemilu.
Dengan demikian maka timbul suatu prespektif antara yang berkuasa dan yang
dikuasai.

Dalam masyarakat bentuk stratifikasi demikian terjadi karena adanya interaksi


antara individu dalam bidang politik. Misalnya, dalam masyarakat bernegara bahwa
terjadinya stratifikasi ini terjadi setelah adanya pemilu yang dilakukan oleh
masyarakat suatu negara tersebut. Kemudian terbentuknya suatu kekuasaan yang
tersusun sesuai pemenangnya.

Pelapisan dalam masyarakat berdasarkan kriteria berarti pembedaan penduduk atau


warga menurut pembagian kuasa. Apa yang dimaksud kekuasaan? Kekuasaan
merupakan kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak atau
kemampuan yang ada pada pemegang kekuasaan. Dalam stratifikasi politik
menghasilkan dua kelasm, yaitu sebagai berikut:

Kelas penguasa

Kelas ini terdiri atas sekelompok elit yang jumlahnya sedikit. Di tangan kelas
penguasa itulah wewenang untuk mengatur gerak masyarakat berada.

Anggota kelas penguasa memiliki bahwa kelompoknyalah yang berwenang mengatur.


Mereka bersatu dan tidak setiap orang dapat menjadi anggota kelas itu. Sifat kelas
penguasa yang demikian, terjadi pada sistem masyarakat yang hidup dalam
pemerintahan feodal dan otoriter.

Kelas yang Dikuasai

Kelas ini terdiri atas warga masyarakat kebanyakan. Mereka menjadi objek
kekuasaan serta tidak mempunyai wewenang untuk mengatur. Mereka harus tunduk
kepada semua aturan yang telah dibuat dan diputuskan oleh penguasa, serta menjadi
objek kekuasaan. Menurut Mac Iver, ada tiga pola umum sistem pelapisan kekuasaan
atau piramida kekuasaan yaitu tipe kasta, oligarkis, dan demokratis.

Tiga pola umum pelapisan kekuasaan menurut Mac Iver adalah sebagai berikut.

Tipe Kasta

Sistem stratifikasi kekuasaan tipe kasta proses terbentuknya berdasarkan


keturunan. Kekuasaan yang bertingkat didasarkan atas ajaran dalam agama Hindu.
Dalam tipe ini bahwa tidak akan terjadi mobilitas sosial.
Tipe Oligarkis

Sistem stratifikasi menurut tipe oligarkis dasar pembentukannya adalah perbedaan


kelas sosial dalam masyarakat. Dalam sistem ini juga memberikan ketegasan akan
tingkatan yang ada. Hal ini memang sama dengan sistem kasta bahwa dasar untuk
mendapatkan posisinya adalah keturunan. Sehingga tidak memungkinkan untuk
terjadinya perpindahan akan kekuasaan.

Tipe Demokratis

Bentuk stratifikasi demikian yang sering ditemukan dalam masyarakat di dunia.


Demokrasi sudah menjadi paham yang sering dianut oleh masyarakat. Hal ini
berkaitan dengan adanya kebebasan dalam mencapai status tertentu dalam
masyarakat. Pada sistem ini memberikan keterbukaan bagi masyarakat untuk
menduduki pada tingkatan tertentu. Jika seorang individu mampu berjuang dan
dapat dapat memiliki kemampuan untuk menjabat pada posisi tertentu maka ia akan
layak untuk duduk pada posisi yang terhormat. Dan sebaliknya jika orang tidak
mampu maka akan menduduki pada posisi di bawah. Sistem stratifikasi demikian
biasanya terjadi pada masyarakat modern yang memiliki tingkat kompetensi yang
tinggi.

Selain pola pada umumnya sistem pelapisan kekuasaan tersebut, perlu diketahui juga
sistem pelapisan kekuasaan yang berlaku pada masyarakat feodal. Raja merupakan
tokoh sentral yang penuh dengan kekuasaan dan priviege (hak-hak istimewa).
Kekuasaan dan priviege yang lebih rendah dari yang ada pada raja, semakin jauh dari
lingkaran keluarga raja, maka semakin berkurang kekuasaan dan hak-hak istimewa
maupun prestise (kehormatan) yang dimiliki oleh seseorang.

Ciri-Ciri Stratifikasi Sosial

Dengan adanya stratifikasi sosial membuat sekelompok orang memiliki ciri-ciri yang
berbeda dalam hal kedudukan, gaya hidup, dan perolehan hak dan sumber daya.
Ketiga ciri stratifikasi sosial sebagai berikut.

1) Perbedaan Kemampuan
Anggota masyarakat dari kelas (strata) tinggi memiliki kemampuan lebih tinggi
dibandingkan dengan anggota kelas sosial di bawahnya.

2) Perbedaan Gaya Hidup


Gaya hidup meliputi banyak hal, seperti mode pakaian, model rumah, selera makanan,
kegiatan sehari-hari, kendaraan, selera seni, cara berbicara, tata krama, pergaulan,
dan hobi (kegemaran). Orang yang berasal dari kelas atas (pejabat tinggi
pemerintah atau pengusaha besar) tentu memiliki gaya hidup yang berbeda dengan
orang kelas bawah.

3) Perbedaan Hak dan Perolehan Sumber Daya


Hak adalah sesuatu yang dapat diperoleh atau dinikmati sehubungan dengan
kedudukan seseorang, sedangkan sumber daya adalah segala sesuatu yang
bermanfaat untuk mendukung kehidupan seseorang. Semakin tinggi kelas sosial
seseorang maka hak yang diperolehnya semakin besar, termasuk kemampuan untuk
memperoleh sumber daya.

Anda mungkin juga menyukai