Anda di halaman 1dari 8

RESUME MATERI

Mata kuliah : SOSIOLOGI PENDIDIKAN


Dosen Pengampu : Abdul Rosyid, M.Pd

Nama : Siti Nurul Hidayah


NPM : 2122.01.2005
Prodi : Pendidikan Agama Islam
Semester :3
Kelas : Ekstensi Minggu

PENGERTIAN SOSIOLOGI
Sosiologi adalah ilmu yang membahas tentang berbagai aspek dalam masyarakat serta
pengaruhnya bagi kehidupan manusia. Istilah sosiologi pertama kali digunakan
oleh Auguste Comte dan kemudian diperluas menjadi suatu disiplin ilmiah oleh Émile
Durkheim. Perkembangan sosiologi sebagai ilmu dibagi menjadi empat tahap, yaitu
masa abad pertengahan, masa abad renaisans, masa sosiologi sebagai ilmu tentang
masyarakat dengan menggunakan metode ilmiah dari keilmuan lain (abad ke-18 M),
dan masa sosiologi sebagai ilmu dengan metode ilmiah yang mandiri (abad ke-19 M).
Sosiologi memiliki objek kajian yang jelas dan dapat diselidiki melalui metode-metode
ilmiah serta dapat disusun menjadi suatu sistem yang masuk akal dan saling
berhubungan. Objek kajian utama dalam sosiologi ialah struktur masyarakat, unsur
sosial, sosialisasi dan perubahan sosial. Cabang-cabang ilmu sosiologi bersifat
gabungan antara ilmu tentang gejala sosial yang terjadi dalam masyarakat dengan
ilmu-ilmu lainnya.

SEJARAH SOSIOLOGI
Sosiologi sebagai disiplin ilmu baru muncul terutama sejak pemikiran pencerahan, yang
tak lama hadir setelah Revolusi Prancis. Sosiologi disebut juga
sebagai ilmu masyarakat yang positivistik. Asal usulnya dipengaruhi berbagai
pergerakan dalam filsafat ilmu dan filsafat ilmu pengetahuan. Analisis sosial bermakna
luas, namun, memiliki asal usul dari filsafat yang mendahului bidang ini. Ilmu sosiologi
modern muncul sebagai reaksi terhadap modernitas, kapitalisme, urbanisasi,
rasionalisasi, sekularisasi, penjajahan dan imperialisme. Akhir abad ke-19 sosiologi
menaruh perhatian yang dalam pada negara kebangsaan modern; yang terdiri
dari lembaga, unit-unit sosialisasi, dan sarana pengawasan. Penekanan pada konsep
"modernitas", dan "Pencerahan", digunakan untuk membedakan diskursus sosiologi
dari filsafat politik klasik.
Berbagai teknik penelitian sosial kuantitatif telah menjadi alat yang biasa digunakan
untuk mengkaji pemerintahan, bisnis, dan organisasi, dan juga penggunaannya dalam
ilmu sosial lainnya. Berbeda dengan penjelasan teoretis dari dinamika sosial, teknik ini
telah memberikan tingkat otonomi dari disiplin sosiologi dalam penelitian sosial. Oleh
sebab itu, ilmu sosial telah disesuaikan sebagai istilah rujukan berbagai disiplin ilmu
yang mempelajari manusia, interaksi, masyarakat atau budaya.
a. Zaman kuno
Pemikiran sosiologi dapat ditelusuri hingga era Yunani Kuno (lih.
komentar Xenophanes: "Jika kuda menyembah para dewa, maka para dewa
pasti menyerupai kuda"). Observasi proto-sosiologis dapat ditemukan dalam
teks-teks pendiri filsafat Barat (Herodotus, Thukidides, Plato, Polibios dan
sebagainya), dan juga pemikiran filsuf non-Eropa seperti Konfusius.
Kecenderungan karakteristik dalam pemikiran sosiologi Yunani kuno dapat
ditelusuri kembali pada lingkungan sosial mereka. Karena jarang ada organisasi
politik yang luas atau terpusat di dalam suatu negara yang memungkinkan
semangat kesukuan atas lokalisme dan permainan bebas. Semangat lokalisme
dan kedaerahan merasuki sebagian besar pemikiran Yunani mengenai
fenomena sosial.
Asal usul teknik survei dapat ditelusuri kembali pada naskah "Domesday
Book" yang diperintahkan raja William I pada tahun 1086.
Pada abad ke-13, Ma Tuan-Lin, seorang sejarawan Cina, yang pertama kali
mengenali pola dinamika sosial sebagai komponen penting perkembangan
sejarah. Hal tersebut ditulisnya pada manuskrip ensiklopedis miliknya, yang
berjudul Wenxian Tongkao atau "Pemeriksaan Komprehensif Literatur"
b. Ibnu Khaldun (abad ke-14)
Sosiologi Islam sudah diketahui sejak abad ke-14. Beberapa pihak
menganggap Ibnu Khaldun, seorang ilmuwan Islam Tunisia dari Afrika Utara;
merupakan sosiolog pertama. Dia dinobatkan sebagai bapak sosiologi. Karyanya
yang berjudul Muqaddimah merupakan karya yang menjelaskan penalaran
ilmiah atas kohesi sosial dan konflik sosial. Ibnu Khaldun (1332–1406) terkenal
dengan bukunya yang berjudul Muqaddimah; yang kemudian diterjemahkan
sebagai 'Prolegomena' dalam bahasa Latin. Buku tersebu merupakan pengantar
bagi tujuh volume analisis sejarah universal. Karyanya berisi tentang filsafat
sosial dan ilmu sosial terpadu yang pertama kali merumuskan teori kohesi
sosial dan konflik sosial. Dengan demikian, dia dianggap sebagai pelopor dalam
ilmu sosiologi.
Ibnu Khaldun menyusun teori dinamika sejarah yang melibatkan konseptualisasi
konflik sosial dan perubahan sosial. Dia mengembangkan dikotomi antara
kehidupan yang menetap dengan kehidupan yang berpindah-pindah, serta
konsep "generasi", dan hilangnya kekuasaan yang tak terelakkan yang terjadi
saat para pejuang gurun menaklukkan kota. Sarjana Arab kontemporer bernama
Sati 'al-Husri menerjemahkan buku Muqaddimah sehingga karya klasik tersebut
dapat dibaca sebagai karya sosiologis, yang dipecah menjadi enam buku
sosiologi umum. Topik yang dibahas dalam karya ini meliputi politik, kehidupan
perkotaan, ekonomi, dan pengetahuan. Karya ini didasarkan pada konsep
sentral Ibn Khaldun tentang 'asabiyyah', yang diterjemahkan sebagai "kohesi
sosial", "solidaritas kelompok", atau "kesukuan". Konsep 'kohesi sosial' ini
muncul secara spontan dalam suku-suku dan kelompok kekerabatan kecil
lainnya; Hal tersebut diperkuat dan diperbesar oleh ideologi agama. Ibnu
Khaldun melihat bagaimana kohesi ini membuat suatu kelompok dapat berkuasa
di satu sisi, namun mengandung sesuatu yang dapat menjatuhkan dirinya sendiri
pada sisi lainnya; seperti aspek-aspek psikologi, sosiologi, ekonomi, dan politik,
yang dapat membentuk suatu kelompok, dinasti atau kerajaan baru dengan
keterikatan kohesi yang lebih kuat (atau sesuatu yang lebih muda dan lain
sebagainya).

Ciri-ciri sosiologi
Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang mempelajari tentang
masyarakat. Sosiologi sebagai ilmu telah memenuhi semua unsur ilmu pengetahuan.
Ciri utama dari sosiologi sebagai ilmu ialah empiris, teoretis, kumulatif dan nonetis.
Empiris, yaitu didasarkan pada pengamatan dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat
perkiraan. Teoretis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil pengamatan
yang nyata dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun
secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori.
Kumulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada, kemudian diperbaiki,
diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama. Nonetis, yaitu pembahasan
suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruk masalah tersebut, tetapi lebih
bertujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.

STRATIFIKASI SOSIAL
Stratifikasi sosial adalah pengelompokan anggota masyarakat ke dalam lapisan sosial
yang bertingkat. Pengertian lainnya dari stratifikasi sosial merupakan pengelompokan
anggota masyarakat atas dasar status sosial yang dimilikinya. Stratifikasi sosial atau
pelapisan sosial sudah dikenal sejak manusia menjalankan kehidupan.
Gambaran strata sosial pada sosiologi
 Si kaya, dengan ciri-ciri serba mewah, bersih, teratur, serba berlebih dan glamor
 Si miskin, dengan ciri-ciri serba kotor, rusak, tidak teratur, serba kekurangan dan
sederhana
Dalam buku Pengantar Sosiologi, Kamanto Sunarto mendefinisikan stratifikasi sosial
sebagai perbedaan masyarakat berdasarkan status yang dimilikinya. Perbedaan
tersebut dilihat secara vetikal atau berjenjang. Pembedaan secara vertikal disini adalah
akan ada individu yang memiliki status lebih tinggi dan lebih rendah.
Macam-macam status sosial:
 Achieved status, yaitu status sosial yang didapat sesorang karena kerja keras
dan usaha yang dilakukan. Contoh: direktur, presiden
 Ascribed status, yaitu status yang didapat sejak lahir. Contoh: raja, pangeran,
jenis kelamin, status sebagai kakak atau adik
Dimensi stratifikasi terdiri atas:
 Privilege: atas dasar kekayaan atau kepemilikan atas suatu barang atau aset,
pendapatan dan tingkat pendidikan seseorang.
 Power: kekuasaan yang dimiliki dari status yang dimilikinya.
 Prestige: kehormatan atas status tersebut di dalam masyarakat

Mobilitas sosial adalah perubahan kedudukan warga masyarakat kelas sosial yang
satu ke ke kelas sosial yang lain. Mobilitas sosial berarti perpindahan individu, keluarga,
atau kelompok melalui sistem hierarki atau stratifikasi sosial.
Bentuk mobilitas sosial
 Mobilitas vertikal
Mobilitas sosial vertikal merupakan perpindahan dari suatu kedudukan ke
kedudukan sosial lain yang tidak sederajat. Perpindahan tersebut bisa menjadi ke
tingkat yang lebih tinggi (social climbing), maupun sebaliknya ke tingkat lebih rendah
(social sinking).
a. Social Climbing
Mobilitas ini terjadi ditandai dengan naiknya status seseorang ke kedudukan
yang lebih tinggi lagi atau terbentuknya suatu kelompok baru yang lebih tinggi,
daripada lapisan sosial yang sudah ada sebelumnya. Contoh: Seorang karyawan
yang memiliki kinerja yang sangat bagus, kemudian ia berhasil naik pangkat
menjadi manajer di kantornya.
b. Sosial sinking
Social sinking adalah proses penurunan status atau kedudukan seseorang,
dari atas ke bawah. Adapun alasan dari adanya social sinking adalah masa
pensiun, turun jabatan, maupun dipecat, berhalangan melaksanakan tugas,
memasuki masa pensiun, turun jabatan, atau dipecat. Contoh: Polisi yang
diturunkan pangkat jabatannya, karena melakukan pelanggaran dalam
menjalankan tugas.
 Mobilitas Horizontal
Mobilitas sosial horisontal merupakan perpindahan status dalam lapisan yang
sama. Pada mobilitas ini, tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan
seseorang.

Contoh: Seorang kepala sekolah yang dipindahkan bertugas ke sekolah lain karena
masa kerja di sekolah lamanya sudah habis. Walaupun ia dipindahkan ke sekolah
yang baru, namun jabatannya masih tetap sebagai kepala sekolah.
Dampak Terjadinya Mobilitas Sosial
Dampak dari adanya mobilitas sosial bisa bersifat positif dan negatif.

Dampak Positif
a. Menjadi pendorong sekaligus mempercepat tingkat perubahan sosial ke arah yang
lebih baik. Perubahan positif ini terjadi, apabila didukung dengan umber daya manusia
yang berkualitas. Salah satu caranya adalah dengan memperbaiki kualitas pendidikan.

b. Meningkatkan integritas sosial


Perubahan sosial yang terjadi tentunya akan mendapatkan respon yang berbeda-beda.
Ada yang meresponnya sebagai sebuah tantangan, ada juga yang meresponnya
sebagai bentuk penerimaan. Penerimaan pengaruh yang ditimbulkan dari adanya
mobilitas sosial menjadi salah satu contoh terjadinya integrasi dalam masyarakat.

Dampak Negatif
a. Timbulnya konflik-konflik sosial
Mobilitas sosial bisa dikatakan sebagai salah satu perjuangan seseorang atau
kelompok sosial, untuk dapat mencapai posisi sosial yang lebih tinggi. Adanya
persaingan yang ada, tidak heran jika biasanya akan berujung dengan sebuah konflik.

b. Beresiko terkena gangguan psikologis


Tidak sedikit orang, yang mengalami kegelisahan setelah kehilangan jabatan atau
kedudukannya. Hal tersebut tentunya akan mengganggu psikologis, bahkan bisa
membahayakan dirinya sendiri akibat stres berkepanjangan yang dapat menimbulkan
berbagai penyakit psikis, hingga fisik.

Gangguan psikologis dapat terjadi apabila individu atau kelompok sosial tidak
mempunyai tekad untuk berubah ke arah yang lebih baik dan tidak bisa menerima
keadaan dengan ikhlas.
Secara umum masyarakat terstratifikasi atas 3 kelas sosial:
1. Kelas sosial atas
2. Kelas sosial menengah
3. Kelas sosial bawah

PENGERTIAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN


Sosiologi pendidikan merupakan gabungan dari kata sosiologi dan pendidikan. Menurut
Brinkerhoft dan White, sosiologi artinya sebuah ilmu studi sistematik tentang interaksi
sosial manusia. Sedangkan arti kata pendidikan menurut KBBI adalah suatu proses
pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dari dua pengertian
tersebut dapat diartikan bahwa sosiologi pendidikan adalah sebuah ilmu yang mengkaji
dan memperlajari hubungan antara masyarakat yang mana terjadi interaksi sosial
dengan pendidikan didalamnya. Dalam hubungan antara sosiologi dan pendidikan ini
dapat dilihat bagaimana masyarakat mempengaruhi pendidikan dan sebaliknya
bagaimana pendidikan itu sendiri yang mempengaruhi masyarakat.

Sosiologi pendidikan juga merupakan sebuah pendekatan sosiologis yang diterapkan


pada lingkungan pendidikan. Pendekatan sosiologis yang dimaksud disini ialah konsep,
variable, metode, dan teori yang digunakan dalam sosiologi untuk memahami kejadian-
kejadian sosial yang di dalamnya terdapat kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan.

Menurut ahli sosiologi, Dr. Elwood mengatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang proses belajar serta juga mempelajari antara
orang yang satu dengan orang yang lainnya. Dalam studi sosiologi pendidikan
mencakup pengertian individu dengan lingkungan sekitarnya, sebab antara seorang
individu tidak dapat berdiri sendiri-sendiri dengan lingkungan sosialnya. Sosiologi
pendidikan tidak hanya memiliki sasaran khusus terhadap lembaga-lembaga
pendidikan formal saja seperti sekolah melainkan juga harus meliputi lembaga-lembaga
lainnya seperti keluarga, kelompok bermain, lembaga keagaamaan dan lainnya.

Menurut Frank J. Miflen menyebutkan terkait dengan pengertian sosiologi, inti dari
sosiologi pendidikan adalah studi ilmiah dari interaksi sosial yang menyinggung
lembaga pendidikan atau lembaga persekolahan seperti antara satu sekolah dengan
yang lainnya bisa bekerja sama dengan mengembangkan bagaimana menciptakan
sebuah sekolah atau program yang diberikan oleh sekolah untuk siswa agar
berkembang sesuai dengan kebutuhan yang ada di masyarakat.

Ciri-ciri sosiologi pendidikan:

 Empiris. Empiris adalah ciri utama


sosiologi sebagai ilmu, sebab empiris bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang
terjadi di tengah-tengah masyarakat.
 Teoritis. Teoritis adalah peningkatan
fase penciptaan yang menjadi salah satu bentuk budaya yang bisa disimpan dalam
waktu lama dan dapat diwariskan kepada generasi muda.
 Komultif. Komultif adalah sebagai akibat
dari penciptaan terus-menerus sebagai konsekuensi dari terjadinya perubahan di
masyarakat, yang membuat teori-teori itu akan berkomulasi mengarah kepada teori
yang lebih baik.
 Nonetis. Nonetis adalah karena teori ini
menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta individu-individu di dalamnya,
tidak menilai apakah hal ini baik atau buruk.

Ada perdebatan dalam sosiologi pendidikan:


 Golongan yang terlalu menitik beratkan pandangan pendidikan daripada
sosiologinya
 Golongan “applied” educational sociology, yang terdiri dari ahli sosiologi yang
memberikan dasar pengertian sosiokultural untuk pendidikan
 Golongan yang terutama menitik beratkan pandangan teoritik yang ingin
mengembangkan teori sosiologi tentang proses pendidikan

Pokok bahasan sosiologi pendidikan:


a. Makro
 Pendidikan dengan institusi masyarakat
 Pendidikan dengan politik
 Pendidikan dengan ekonomi
b. Meso
 Struktur organisasi sekolah
 Peran dan fungsi organisasi sekolah
 Hubungan organisasi sekolah dengan struktur masyarakat
c. Mikro
 Interaksi sosial yang berlangsung dalam situasi pendidikan

Batasan-batasan pembahasan pada sosiologi pendidikan berdasarkan pokok


bahasan menurut Routledge dan Kegan Paul:
 Proses pendidikan sebagai interaksi sosial
 Sekolah sebagai kelompok sosial
 Pengaruh lembaga sosial lain pada lembaga pendidikan
 Fungsi lembaga pendidikan pada masyarakat

Tujuan sosiologi pendidikan


 Memberikan analisis terhadap pendidikan sebagai alat kemajuan sosial
 Merumuskan tujuan pendidikan
 Sebagai bentuk aplikasi sosiologi terhadap pendidikan
 Menjelaskan proses pendidikan sebagai proses sosialisasi
 Memberikan pengajaran sosiologi bagi tenaga-tenaga pendidikan dan penelitian
pendidikan
 Menjelaskan peranan pendidikan di masyarakat
 Menjelaskan pola interaksi di sekolah dan antar sekolah dengan masyarakat

Aspek yang dipelajari dalam sosiologi pendidikan:


 Hubungan antara sistem pendidikan dengan proses sosial dan perubahan
kebudayaan atau dengan pemeliharaan status quo
 Fungsi sistem pendidikan formal dalam proses pembaruan sosial
 Fungsi sistem pendidikan di dalam proses pengendalian sosial
 Hubungan antar sistem pendidikan dengan pendapat umum
 Hubungan antar pendidikan dengan kelas sosial atau sistem status
 Keberartian pendidikan sebagai suatu simbol terpercaya di dalam kebudayaan
yang demokratis

Anda mungkin juga menyukai