Anda di halaman 1dari 12

TEORI-TEORI PERUBAHAN

SOSIAL 
SUB 2.1-2.5
Nani Suryani
21030016
2.1 TINJAUAN UMUM

   Banyak pelopor sosiologi dengan mengkaji kecenderungan umum dan makna sejarah, menjelaskan
perkembangan masyarakat serta membuat perkiraan tentang masa depan masyarakat itu menurut
suatu pola yang bersifat tetap dan pasti berlaku. Peninggalan peradaban dari kehidupan masa silam
telah memberikan kesan akan gambaran tentang kelahiran perkembangan dan keruntuhan suatu
perubahan manusia. Sejarah suatu peradaban tidak hanya menyangkut tentang keakraban tingkat
tinggi suatu masyarakat saja, tetapi juga menggambarkan keadaan lain, yaitu tentang ketakadilan,
penindasan terhadap pertentangan, dan peperangan. Peristiwa-peristiwa itu memberikan ilham dalam
melahirkan sebuah pikiran para ahli ilmu sosial pada kurun waktu sebelum abad-19 untuk menyusun
serta membentuk teori teori yang lebih banyak membicarakan aliran sejarah perkembangan
peradaban manusia.
    Sebagian besar  teori-teori klasik melihat daya gerak sejarah itu berasal dari masyarakat sendiri, dari struktur
ekonomi maupun budaya dan bukan dari faktor supernatural, lingkungan atau faktor biologik. Teori perubahan
sosial Karl Marx dan Frederich Engels merupakan teori kemajuan dan penindasan yang tidak dianggap sebagai teori
linier melainkan teori perjuangan berdasarkan dialektik Hegel yang menyarankan bahwa perubahan sosial lahir
dari konflik dua tekanan kekuasaan yang berbeda,
    Pada umumnya dapat dikemukakan dua kesimpulan tentang manfaat teori-teori klasik perubahan sosial, yaitu
(1)kebanyakan ide dalam teori tertumpu disekitar kutub dan arah perubahan dalam sejarah masyarakat, termasuk pula
beberapa teori yang menjelasaakan tekanan atau mekanisme perubahan, yang dianggap pengetahuan dasar
guna mengenal kehidupan sosial. (2)membicarakan perubahan sosial akibat dari faktor yang timbul dari masyarakat
itu sendiri dengan meletakkan pada berbagai tekanan, seperti peranan ide, aspek spiritual, peranan ekonomi, faktor
budaya dan teknologi.
    Sedangkan beberapa kelemahan tentang teori klasik perubahan sosial, ialah (1)kebanyakan teeori terlalu
umum yang dibentuk pada tingkat metateorik dan sukar diuji dengan data yang empirik. (2)teori bukan merupakan
kebenaran yang sepenuhnya, karena, apa yang disarankan oleh teori hanya sebagian dari kebenaran tersebut. (3)tradisi
empirik yang meletakkan pentingnya penelitian lapangan atau fieldwork dan penggunaan data empirik yang
bertujuan menguji bentukan teori itu tampaknya belum dilakukan secara luas. Ada kecendrungan teori masih bersifat
spekulatif tentang kehidupan sosial manusia
2.2 EVOLUSI MASYARAKAT ATAU
TARAF DIFERENSIASI, HERBERT
SPENCER
Spencer (1820-1903) mengemukakan dalam bukunya Sociology (New York Appeleton & Co,1892,
Vol. 1),bahwa hukum perkembangan organisme merupakan hukum dari semua
perkembangan,teori yang dikemukakan itu didasarkan pada konsep evolusi biologik Lamarck dan
Darwin. Tahapan itu dimulai dari perubahan-perubahan kosmos yang dapat ditelusuri tampak pada
hasil peradaban akhir, yang mengandung atau terdapat proses transformasi dari homogin sampai ke
heterogin, dan hal itu secara esensial berisi perkembangan.
Tampak jelas bahwa Spencer menganggap masyarakat sebagai suatu organisme, yang karena itu
tumbuh kembang. Dengan demikian proses perubahan yang umum tersebut menyebabkan perubahan
seterusnya pada organisasi sosial, misalnya dari kelompok suku bangsa (tribe) kepempinan suku
(chieftainship) seorang ketua dari kepala kepala bagian dalam kumpulan sosial sekunder dan suku
bangsa yang lebih berkuasa itu meneguhkan ciri ciri militer dengan penaklukan melalui peperangan
atau mengadakan persahabatan dengan suku bangsa lainnya.
Pendapat Spencer tentang evolusi masyarakat itu dapat disimpulkan bahwa (1) berbagai fakta
menunjukan evolusi sosial adalah bentuk bentuk dari suatu bagian keseluruhan evolusi.
Masyarakat memperlihatkan suatu integrasi. (2) Perubahan dari homoginitas kepada neteroginitas,
dari kelompok kecil (tribe) kebangsa beradab adalah penuh dengan ketaksamaan strukrual dan
fungsional
2.3 PERKEMBANGAN PERADABAN
TIGA TAHAPAN, AUGUSTE COMTE 

    Menurut tahapan teologi, manusia purba itu menghayati kehidupan sebagai


keikutsertaan mereka dalam proses kosmos, yaitu pandangan timbul karena tak
terjangkau oleh pikirannya yang sederhana.
    Dalam tahap metafisika semua gejala dan kejadian alam tidak lagi dianggap
sebagai hal yang langsung disebabkan oleh roh dewa atau kekuasaan tertinggi,
tetapi karena akal budi untuk mencari pemahaman dan penjelasan dengan
membuat abstraksi makasih dan konsep metafisis misalnya hukum alam, kodrat
manusia dan keharusan yang mutlak.
    Pada tahap positivisma gejala alam dijelaskan oleh akal budi berdasarkan kaidah-kaidah yang dapat
diamati, diuji atau dibuktikan secara empirik.
    Menurut Comte evolusi manusia ditentukan oleh ide-ide, walaupun tidak dikesampingkan oleh
faktor lain ,seperti pertambahan penduduk dapat mendorong evolusi. ia juga membuat kolerasi antara
tahapan intelektual yang mendasarkan dengan tahapan perkembangan kehidupan material manusia,
tipe satuan sosial, tipe order atau tatanan sosial dan perasaan umum yang berwujud pada setiap
tahapan.
    Menurut Comte evolusi manusia ditentukan oleh ide-ide walaupun tidak dikesampingkan oleh
faktor lain seperti pertambahan penduduk dapat mendorong evolusi ia juga membuat kolerasi antara
tahapan intelektual yang mendasarkan dengan tahapan perkembangan kehidupan material manusia tipe
satuan sosial tipe order atau tatanan sosial dan perasaan umum yang berwujud pada setiap tahapan.
2.4 DAUR HIDUP KEBUDAYAAN,
OSWALD SPENGLER

     Kebudayaan adalah organisme, dan sejarah dunia merupakan biografi kolektif


kebudayaan, atau cultures are organisms,and world history is their collective
biography,seperti dikemukakan dalam buku Spengler (the decline of the west
New York Alfred A. Knopd. Inc 1926). Hal itu tidak berarti bahwa budaya selalu
bersifat integratif, karena setiap kebudayaan adalah terpisah satu sama lainnya,
sejarah hidupnya juga terpisah sedangkan apabila terjadi saling hubungan maka
hubungan tersebut dianggap kurang penting dan berlaku secara kebetulan. Setiap
kebudayaan yang bebas itu adalah milik sekumpulan orang yang berpatungan satu
filsafat hidup.
Spengler (1856-1936) menegaskan bahwa setiap budaya memiliki gaya atau etos tersendiri, yang
berbeda dari budaya lainnya. Budaya digambarkan sebagai suatu organisme seperti halnya para
individu yang berkembang melalui tahapan, yaitu anak-anak remaja dewasa dan orang tua. Adapun
peradaban atau civillisation iyalah bagian terakhir dari perkembangan setiap kebudayaan. Dan
dengan konsep budaya yang bersifat organik, Spengler terutama membahas 8 kebudayaan, Mesir,
Mesopotamia, Hindu, Cina, klasik (appolonian), Arab, mayan dan kebudayaan barat (faustian). Iya
juga mengemukakan bahwa setiap kebudayaan itu memiliki jangka waktu hidup selama 1000 tahun
dan banyak budaya yang mati atau mulai mati karena pengaruh negatif peradaban kota. Suatu
kebudayaan itu bagi Spengler ialah suatu proses kemajuan progres, dan kemunduran, regress yang
tidak akan dapat dihindari geraknya. Fase kematangan 'culture' dunia barat telah lewat dan karena
pada masa ini masuk ke tahapan sivilisasi atau Civilization maka berada dalam periode kehancuran.
2.5 SIRKULASI ELIT, WILFREDO
PARETO

     Elit yang memerintah itu beranggotakan para individu yang secara


langsung dan tak langsung menangani peranan penting dalam
memanipulasikan kekuasaan politik. Sedangkan elit yang tidak memerintah
beranggotakan mereka yang memperoleh keberhasilan tetapi bukan dalam
posisi kekuasaan, seperti jutawan, dan insinyur. Kaum elit yang memerintah
tersebut memiliki residu yaitu manifestasi psikis, sentimen dan naluri yang
memungkinkan mereka memperoleh kekuasaan serta memanipulasikan nya.

    Tampak dari uraian Pareto tentang keseimbangan sosial memaparkan suatu


teori siklus atau peredaran tentang perubahan sosial yaitu dua tahap siklus
dengan ciri dominasi sikap sikap konservatif atau yang progresif.
    Pembahasan pareto itu mengemukakan pandangan bahwa sistem sosial atau masyarakat yang
ditegakkan oleh para individu adalah selalu mengarahkan kepada keseimbangan yaitu pemeliharaan
keseimbangan, atau pemulihan setelah terjadi pergolakan. Para individu itu saling mempengaruhi
satu sama lainnya agar supaya suatu keseimbangan selalu atau dapat tercapai.
    Gejala pergantian kaum elit adalah merujuk kepada suatu keadaan manakala orang-orang yang
tidak termasuk kaum elit yang memerintah naik menjadi orang yang berkuasa, dan mereka yang
semula berkuasa kemudian jatuh kekuasaannya. menurut pareto seluruh sejarah politik, khususnya
sejarah revolusi, membuktikan bahwa revolusi dan politik tidak dibuat dan dikemudikan satuan
rakyat biasa tetapi hanya oleh segelintir orang-orang tertentu saja.
    Kaum elit yang merebut kekuasaan dengan menggunakan kekuatan fisik itu, disebut the lions
yang pada suatu ketika bila situasi negara sedemikian rupa tegang dan hanya orang kuat dalam arti
fisik dapat menyelamatkan negara. Situasi semacam itu seringkali timbul di waktu perang atau
akibat suatu perpecahan dari dalam masyarakat tersendiri. Suatu krisis seperti itulah yang memberi
peluang kepada yang kuat, pada umumnya dari militer, untuk mengambil alih kekuasaan.
    Menurut tanggapan Pareto, perjuangan politik hanyalah menyangkut masalah siapa yang
berkuasa. Hal-hal yang sama selalu berulang pandangan ini bersifat tidak historic, mekanistik, dan
deterministik. Pada saat-saat tertentu dalam kehidupan masyarakat mengalami pergeseran
kepemimpinan dan penyusunan kembali unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Keadaan itu
bukanlah perubahan tetapi pengulangan.
SEKIAN DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai