Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejak zaman dulu kaum perempuan sering diperlakukan secara tidak
manusiawi di seluruh penjuru dunia dalam sejarah. Perempuan dianggap
sebagai setengah manusia, mahluk pelengkap, konco wingking dan sejenisnya
dimana hak dan kewajiban mereka, terlebih lagi peradabannya diatur dan
ditentukan oleh laki-laki.
Pada peradaban Nasrani Kuno abad ke-5 M, mereka menyatakan bahwa
perempuan tidak memiliki ruh suci. Kemudian pada abad ke-6 Masehi
terdapat pemikiran bahwa perempuan tercipta hanya untuk melayani laki-laki
semata-mata.
Di zaman peradaban Yunani Kuno pada kalangan kerajaan, mereka
menempatkan perempuan sebagai makhluk yang terkurung dalam istana
dengan segala hak yang sudah diboikot. Untuk wanita yang memiliki status
rakyat biasa justru lebih parah lagi kondisinya karena mereka dianggap
sebagai barang dagangan yang dapat dengan bebas diperjualbelikan oleh
suami atau keluarganya. Saat perempuan sudah menikah, suami berhak
melakukan apa saja terhadap istrinya. Pada peradaban Romawi perempuan
kedudukannya dibawah kekuasaan sang ayah, dimana setelah menikah
berpihak kepada suami. Kekuasaan yang dimiliki sangat mutlak, sehingga
berhak menjual, mengusir, menganiaya bahkan sampai membunuh.
Pada abad ke-7 masehi, perempuan sering menjadi barang sesajen bagi
para dewa oleh masyarakat Hindu Kuno. Hak hidup bagi perempuan yang
bersuami tergantung hidup mati suaminya. Jika suaminya meninggal, maka
istri harus dibakar hidup-hidup bersama mayat suaminya dibakar.
Semua uraian di atas menunjukkan bahwa betapa rendahnya seorang
perempuan di mata dunia yang seakan-akan mengatakan bahwa wanita
diciptakan tanpa mempunyai fungsi yang penting.
Namun seiring dengan perubahan jaman dan kemajuan dari pola fikir
yang disebabkan oleh pendidikan yang mulai dinikmati oleh kaum
perempuan, secara perlahan-lahan terjadi pergeseran pandangan nilai wanita

di masyarakat. Sekarang ini justru wanita telah berpartisipasi aktif dalam


kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Yang dimaksudkan disini dalah
peran aktif wanita dalam pembangunan dalam berbagai bidang seperti dalam
pendidikan, kesehatan, politik, ekonomi, sosial, budaya untuk memajukan
bangsa dan negara.
Sekarang ini justru wanita ditekankan sebagai tiang negara, maksudnya
disini dari tangan olahan wanitalah yang akan membentuk generasi penerus
yang kuat dari keluarga. Jika dari keluarga sudah memiliki landasan yang
kuat dari segi kesehatan, moral dan kesejahteraan yang mumpuni maka akan
terbentuklah suatu negara yang kuat landasannya.
B. TUJUAN PENULISAN
Sedangkan yang menjadi tujuan kami dalam pembuatan makalah
ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Manajemen pelayanan
Kebidanan dalam menjelaskan hubungan antara aspek-aspek historis dan
kontemporer yang mempengaruhi perempuan dan kesehatan keluarga
dalam semuaa konteks budaya.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui aspek historis dan kontemporer dalam kebidanan
2. Mengetahui perempuan dan kesehatan keluarga dalam semua konteks
budaya
3. Mengetahui hhubungan aspek-aspek historis dan kontemporer dengan
perempuan dan kesehatan keluarga dalam semmua konteks budaya

BAB II
PEMBAHASAN
A. Aspek-aspek Historis dan kontemporer dalam konteks budaya

1. Sekilas tentang Perubahan Sosial


Masyarakat manusia di manapun tempatnya pasti mendambakan
kemajuan

dan

peningkatan

kesejahteraan yang

optimal.

Kondisi

masyarakat secara obyektif merupakan hasil tali temali antara lingkungan


alam, lingkungan sosial serta karakteristik individu. Ketiga-tiganya selalu
berhubungan antara satu sama lain sehingga membentuk sebuah bangunan
masyarakat yang dapat dilihat sebagai sebuah realitas sosial. Perjalanan
panjang dalam rentangan periode kesejarahan telah mengajak masyarakat
manusia menelusuri hakikat kehidupan dan tata cara kehidupan yang
berkembang pesat. Kemampuan akal budi sebagai instrumen unggulan
manusia telah melahirkan beraneka ragam karya cipta melesat melampaui
aspek-aspek material dilingkungan luarnya.
Dengan demikian, senjata pamungkas tersebut rupanya berperan
besar menafsirkan realitas sosial yang selama ini dipandang sebagai
kenyataan alamiah yang steril dari kemungkinan intervensi kekuatan
manusia. Kiranya semenjak diakuinya kemampuan akal mengungkap
kekuatan alam, secara perlahan-lahan kalangan pemikir mulai melirik
masyarakat sebagai obyek yang mampu dipahami gejala-gejalanya lalu
dikendalikan dan disusun rekayasa sosial berdasarkan pemahaman
menyeluruh tentang kondisi obyektif msayarakat tersebut.Lahirnya ilmuilmu sosial khususnya sosiologi manandai bahwa masyarakat sebagai
kenyataan kini dipahami seperti sebuah benda yang bisa diutak-atik.
Begitu pula tentang perubahan sosial, terlepas dari berbagai definisi
perubahan sosial, pada hakikatnya telah mampu mengungkap hukumhukum dan antisipasi proses-proses sehingga mampu memberikan
kontribusi terhadap peradaban manusia. Apabila perubahan sosial
dipahami sebagai suatu bentuk peradaban manusia akibat adanya
ekskalasi perubahan alam, biologis maupun kondisi fisik maka pada
dasarnya perubahan sosial merupakan sebuah keniscayaan yang terjadi
sepanjang hidup.

Ruang gerak perubahan itu pun juga berlapis-lapis, dimulai dari


kelompok terkecil seperti keluarga sampai pada kejadian yang paling
lengkap mencakup tarikan kekuatan kelembagaan dalam masyarakat.
Perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam lembaga
kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang memengaruhi sistem
sosialnya. Tekanan pada definisi tersebut adalah pada lembaga masyarakat
sebagai himpunan kelompok manusia dimana perubahan memengaruhi
struktur masyarakat lainnya. Perubahan sosial terjadi karena adanya
perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan
masyarakat seperti misalnya perubahan dalam unsur geografis, biologis,
ekonomis, dan kebudayaan.
Perubahan sosial dan pembangunan merupakan salah satu bidang
kajian yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan. Apabila dikaitkan
dengan perkembangan pemerintahan, maka studi ini merupakan salah satu
aspek integral atau produk dari perkembangan kehidupan masyarakat yang
disebut perubahan sosial. Perubahan ini mencakup dua unsur utama yaitu,
perubahan yang terjadi kepada birokrasi dan kepada masyarakat umum
sebagai kelompok sasaran program sosial dalam periode tertentu.
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya.
Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yaitu meliputi
kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, dan lainnya. Akan tetapi,
perubahan tersebut tidak memengaruhi organisasi sosial masyarakatnya.
Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan
sosial. Namun demikian, dalam prakteknya di lapangan kedua jenis
perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan.
Perubahan sosial dialami oleh setiap masyarakat yang pada
dasarnya

tidak

dapat

dipisahkan

dengan

perubahan

kebudayaan

masyarakat yang bersangkutan. Perubahan sosial dapat meliputi semua


segi kehidupan masyarakat, yaitu perubahan dalam cara berpikir dan
interaksi sesama warga menjadi semakin rasional; perubahan dalam sikap
dan orientasi kehidupan ekonomi menjadi makin komersial; perubahan

tata cara kerja sehari-hari yang makin ditandai dengan pembagian kerja
pada spesialisasi kegiatan yang makin tajam; Perubahan dalam
kelembagaan dan kepemimpinan masyarakat yang makin demokratis;
perubahan dalam tata cara dan alat-alat kegiatan yang makin modern dan
efisien, dan lain-lainnya Dari beberapa pendapat ahli ilmu sosial yang
dikutip, dapat disinkronkan pendapat mereka tentang perubahan sosial,
yaitu suatu proses perubahan, modifikasi, atau penyesuaian-penyesuaian
yang terjadi dalam pola hidup masyarakat, yang mencakup nilai-nilai
budaya, pola perilaku kelompok masyarakat, hubungan-hubungan sosial
ekonomi, serta kelembagaan-kelembagaan masyarakat, baik dalam aspek
kehidupan material maupun nonmateri.
Dalam kelompok teori-teori perubahan sosial klasik telah dibahas
empat pandangan dari tokoh-tokoh terkenal yakni August Comte, Karl
Marx, Emile Durkheim, dan Max Weber. August Comte menyatakan
bahwa perubahan sosial berlangsung secara evolusi melalui suatu tahapantahapan perubahan dalam alam pemikiran manusia, yang oleh Comte
disebut dengan Evolusi Intelektual. Tahapan-tahapan pemikiran tersebut
mencakup tiga tahap, dimulai dari tahap Theologis Primitif; tahap
Metafisik transisional, dan terakhir tahap positif rasional. setiap perubahan
tahap pemikiran manusia tersebut mempengaruhi unsur kehidupan
masyarakat lainnya, dan secara keseluruhan juga mendorong perubahan
sosial.
Karl Marx pada dasarnya melihat perubahan sosial sebagai akibat
dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam tata perekonomian
masyarakat, terutama sebagai akibat dari pertentangan yang terus terjadi
antara kelompok pemilik modal atau alat-alat produksi dengan kelompok
pekerja. Di lain pihak Emile Durkheim melihat perubahan sosial terjadi
sebagai hasil dari faktor-faktor ekologis dan demografis, yang mengubah
kehidupan masyarakat dari kondisi tradisional yang diikat solidaritas
mekanistik, ke dalam kondisi masyarakat modern yang diikat oleh
solidaritas organistik. Sementara itu, Max Weber pada dasarnya melihat

perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat adalah akibat dari


pergeseran nilai yang dijadikan orientasi kehidupan masyarakat. Dalam hal
ini dicontohkan masyarakat Eropa yang sekian lama terbelenggu oleh nilai
Katolikisme Ortodox, kemudian berkembang pesat kehidupan sosial
ekonominya atas dorongan dari nilai Protestanisme yang dirasakan lebih
rasional dan lebih sesuai dengan tuntutan kehidupan modern.
2. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial
Aspek-aspek perubahan sosial dapat dibahas dalam dua dimensi.
Pertama, aspek yang dikaitkan dengan lapisan-lapisan kebudayaan yang
terdiri dari aspek material, aspek norma-norma (norms) dan aspek nilainilai (values). Kedua, aspek yang dikaitkan dengan bidang-bidang
kehidupan

sosial

masyarakat,

yang

dalam

kegiatan

belajar

ini

dikemukakan bidang kehidupan ekonomi, bidang kehidupan keluarga, dan


lembaga-lembaga masyarakat.
Aspek kebudayaan material (artifacts) adalah aspek-aspek yang
sifatnya material dan dapat diraba atau dilihat secara nyata, seperti
pakaian, alat-alat kerja, dan sebagainya. Karena sifatnya material, maka
aspek kebudayaan ini relatif cepat berubah
Adapun aspek norma (norms), menyangkut kaidah-kaidah atau
norma-norma sosial yang mengatur interaksi antara semua warga
masyarakat. Aspek ini relatif lebih lambat berubah dibandingkan dengan
aspek kebudayaan material. Aspek lain adalah nilai-nilai budaya (values),
yang berkaitan dengan nilai-nilai luhur yang menjadi pandangan atau
falsafah hidup masyarakat. Nilai-nilai inilah yang mendasari norma-norma
sosial yang menjadi kaidah interaksi antar warga masyarakat. Aspek nilai
inilah paling lambat berubah dibandingkan dengan kedua aspek
kebudayaan yang disebut terdahulu.
Perubahan
menyangkut

sosial

dalam

perubahan-perubahan

bidang
yang

ekonomi
terjadi

pada
pada

dasarnya
kehidupan

masyarakat dalam upaya mereka untuk memenuhi berbagai macam

kebutuhan hidupnya, baik perubahan dalam nilai-nilai ekonomi, sikap,


hubungan ekonomi dengan warga lainnya, maupun dalam cara atau alatalat yang dipergunakan. Salah satu kunci dalam perubahan bidang
ekonomi ini adalah proses diferensiasi dan spesialisasi.
Dalam aspek kehidupan keluarga, yang menjadi fokus perhatian
adalah perubahan fungsi dan peranan keluarga dalam kaitannya dengan
kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Perubahan dalam struktur dan
jumlah anggota keluarga mendorong terjadinya perubahan fungsi dan
peranan keluarga. Salah satu aspek kehidupan keluarga yang paling jelas
perubahannya adalah peranan kaum ibu. Adapun dalam aspek lembagalembaga masyarakat, perubahan sosial pada dasarnya berkembang, dari
suasana kehidupan masyarakat tradisional dengan lembaga-lembaga
masyarakat yang jumlah dan sifatnya masih sedikit dan terbatas, serta
umumnya berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan.
Berkembang menuju masyarakat modern dengan lembaga-lembaga
masyarakat yang lebih bervariasi yang pada umumnya dibentuk atas dasar
kepentingan warganya, baik dalam bidang ekonomi .kebudayaan
pendidikan serta dalam bidang hukum politik dan pemerintahan.
3. Dampak Globalisasi terhadap Perubahan Sosial di Indonesia.
Pengertian globalisasi lebih menekankan kepada kesamaan produk
yang dapat dibuat dan di pasarkan secara bersama oleh sekelompok negara
di berbagai belahan dunia. Secara sederhana, substansi makna dari
globalisasi adalah suatu keadaan di mana segenap aspek perekonomian
(seperti pasokan dan permintaan bahan baku, informasi, transportasi
tenaga kerja, keuangan distribusi, serta kegiatan-kegiatan pemasaran)
menyatu secara terintegrasi dan semakin terjadi ketergantungan satu sama
lain dengan skala internasional. Bentuk kegiatan dilakukan dengan
memasarkan produk atau menciptakan merek global seperti Coba-cola,
McDonald, Kodak dan produk internasional lainnya. Secara garis besar,
ada empat jenis strategis yang lazim diterapkan dalam manajemen

internasional dan salah satu di antaranya adalah strategi memanfaatkan


kekuatan internal untuk mengurangi ancaman dari lingkungan eksternal.
Sebagai misal, negara kita sebagai negara agraris yang berpenduduk
banyak bekerja di sektor ini. Tetapi kita membeli makan/minuman (seperti
Kentucky dan Coca-cola) yang mahal dari (lisensi) luar negeri, di mana
bahan mentahnya justru sebagian besar berasal dari negara kita (sebagai
faktor kekuatan). Strateginya adalah memanfaatkan sumber daya (tenaga
kerja dan bahan baku) membuat produksi sejenis yang bisa dipasarkan di
dalam dan luar negeri (globalisasi). Banyak dampak yang dilahirkan
globalisasi, seperti dampak terhadap aspek budaya, dampak terhadap
aspek kesehatan, dan dampak terhadap kemiskinan.
4. Jenis masalah sosial
Masalah sosial konvensional
Kemiskinan, wanita rawan sosial ekonomi, keluarga berumah tak
layak huni, keterlantaran (balita, anak dan lanjut usia), keterasingan,
kecacatan, ketunaan sosial (gelandangan, tuna susila), anak remaja nakal,
bencana.
Masalah kontemporer
Kerusuhan sosial, korban tindak kekerasan/perlakuan salah, anak
jalanan,

keluarga

dengan

masalah

sosial

psikologis,

Korban

penyalahgunaan Napza, penyandang penyakit HIV/AIDS, keluarga rentan.


5. Ukuran Sosiologi terhadap masalah sosial
Menurut Robert K. Merton dan Robert A. Nisbet, dalam menentukan
bahwa suatu masalah merupakan problema sosial atau tidak, digunakan
beberapa pokok persoalan sebagai ukuran, yaitu sebagai berikut ini.
a. Kriteria Utama

Kriteria utama suatu masalah sosial yaitu tidak adanya penyesuaian


antara ukuran-ukuran dan nilai-nilai sosial dengan kenyataan-kenyataan
serta tindakan-tindakan sosial. Adanya kepincangan-kepincangan antara
anggapan-anggapan masyarakat tentang apa yang seharusnya terjadi,
dengan apa yang terjadi dalam kenyataan pergaulan hidup. Misalnya,
apabila dalam satu bulan terjadi pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh
400 orang dari 10.000 orang penduduk sebuah kota, hal ini belum tentu
merupakan masalah sosial, hal ini tergantung dengan nilai-nilai sosial
masyarakat yang bersangkutan.
b. Sumber-Sumber Masalah Sosial
Masalah sosial merupakan persoalan-persoalan yang timbul secara
langsung dari atau bersumber langsung pada kondisi-kondisi maupun
proses-proses sosial. Jadi sebab-sebab terpenting masalah sosial harus
bersifat sosial. Jadi kejadian-kejadian yang tidak bersumber pada perbuatan
manusia bukanlah merupakan masalah sosial.
Faktor-faktor masalah sosial yang mempengaruhi kesehatan.Ada 4
faktor yang mengakibatkan masalah sosial dan mempengaruhi kesehatan
yaitu :
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dll.
4. Faktor Psikologis : Penyakit syaraf, aliran sesat, dll
B. Hubungan antara aspekaspek historis dan konteemporer yang
mempengaruhi perempuan dan Kesehatan Keluarga dalam semua
konteks budaya
1. Peranan Perempuan
Peranan berasal dari kata peran, berarti sesuatu yang menjadi bagian atau
memegang pimpinan yang terutama. Peranan adalah suatu konsep prihal

apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial
masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan
posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini
merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang
dalam kehidupan kemasyarakatan.
Menurut Biddle dan Thomas, peran adalah serangkaian rumusan yang
membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan
tertentu. Misalnya dalam keluarga, perilaku ibu dalam keluarga diharapkan
bisa memberi anjuran, memberi penilaian, memberi sangsi dan lain-lain
(Bang Beny, 2011). Kesimpulannya, perempuan adalah tingkah laku
seorang ibu yang diharapkan oleh orang lain/masyarakat sesuai dengan
kedudukannya dalam suatu sistem.
Dalam konteks perbedaan laki dan perempuan, Montagu (1971)
mengemukakan

bahwa

sifat-sifat

psikologis

dan

sosial

wanita

membuktikan wanita lebih unggul daripada laki-laki. Selain itu terdapat


fakta-fakta yang membuktikan bahwa wanita adalah organisme yang
secara biologis lebih unggul, unggul dalam arti menikmati nilai
kelangsungan hidup (survival) yang lebih tinggi daripada pria berkat sifatsifat biologisnya. Fakta-fakta itu seharusnya dapat melenyapkan mitos
inferioritas fisik wanita terhadap pria. Kekuatan otot tidak boleh
dikacaukan dengan kekuatan komposisi dan menurut komposisinya wanita
adalah kelamin yang lebih kuat (Montagu, 1971). Marshall, peneliti status
dan peranan wanita Skotlandia sejak abad XI sampai abad XX, membagi
wanita di negeri itu menjadi dua kategori. Pertama, the passive Women
yang berlangsung cukup lama dan berakhir pada tahun 1830. Kedua, the
active Woman yang dimulai sejak tahun 1830 (Marshall, 1983). Pembagian
Marshall ini kiranya dapat diterapkan di negara-negara lain, baik negara
maju maupun Negara berkembang, dengan catatan bahwa awal periode
the active Women itu tidak sama. Seperti yang dikemukakan oleh Marshall
(1983), pergantian dari periode the passive Women ke periode the active
Women tidak berlangsung secara tiba-tiba, maka demikian pula dengan
keadaan di Indonesia.

10

Untuk sampai pada kemajuan wanita Indonesia abad XX sekarang


ini diperlukan suatu masa transisi. Pada masa transisi itu, berarti sejak
zaman penjajahan Belanda, banyak wanita yang mendarmabaktikan
dirinya dengan melakukan kegiatan sosial lewat jalur organisasi, baik
ditingkat pusat maupun tingkat daerah. Adanya keragaman daerah, antara
lain mengenai agama, adat, tingkat pendidikan, dan tingkat kehidupannya,
maka usaha untuk memajukan kaum wanita disesuaikan dengan keadaan
setempat. Para ibu pejuang itu menyadari perlunya memperhatikan sifat
kontinuitas dalam kehidupan dan budaya penduduk dan diperjuangkannya
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pergerakan wanita, merupakan
pendorong paling kuat bagi terjadinya perubahan mengenai kehidupan
wanita yang mencakup banyak bidang. Dalam Sejarah Pergerakan
Nasional disebutkan bahwa dalam usaha mencapai kemerdekaan negara
dan bangsanya kaum wanita melakukan kerja sama dengan kaum pria.
Prinsip kerja sama itu tetap dipegang dan dapat dibuktikan pada waktu
perang kemerdekaan dan pada masa Pembangunan Nasional. Tahun 1978
merupakan tonggak sejarah yang penting bagi peningkatan peranan
wanita. pertama, karena pada tahun itu peranan dan status sosial wanita
secara eskplisit mendapatkan pengakuan konstitusional dalam GBHN.
Kedua, pada tahun itu pertama kalinya pemerintah meletakkan suatu
perlengkapan nasional yang bertanggung jawab meningkatkan peranan
wanita dalam Pembangunan dengan titik pusat Menteri Muda Urusan
Peranan Wanita. Pada tahun 1983 status Menteri Muda itu ditingkatkan
menjadi Menteri Negara Urusan Peranan Wanita (MENUPW). Tugas
pokok MENUPW adalah menangani peningkatan peranan wanita dalam
bidang pembangunan (Tjokrowinoto, 1988).
Kegiatan wanita di dunia internasional dapat disimak pada
partisipasinya dalam berbagai macam konferensi atau seminar di negaranegara Asia dan konferensi Wanita Sedunia, sebagai puncak dari Tahun
Wanita internasional.konferensi ini dilangsungkan di Mexico City pada
tahun 1975, berikutnya di Kopenhagen, Denmark (1980), dan di Nairobi,

11

Kenya (1985). Pemerintah Indonesia, sebagai anggota PBB, mengirim


utusan pada konferensi-konferensi tersebut, akan tetapi disampingnya juga
datang utusan-utusan wanita, terutama dari kongres Wanita Indonesia
(Kowani) yang menghadiri pertemuan Non Govermental Organization
(NGO). Ternyata utusan wanita yang menghadiri pertemuan NGO banyak
membantu utusan-utusan resmi yang dikirim oleh pemerintah.
Peningkatan peranan wanita dalam pembangunan telah secara
khusus menjadi perhatian sejak GBHN 1978, dan dalam GBHN 1993
peran, partisipasi, dan status wanita dalam pembangunan telah
mendapat tempat yang semakin mantap. Upaya peningkatan peranan
wanita dalam Repelita VI diarahkan untuk mencapai kondisi
kemitrasejajaran yang harmonis antara pria dan wanita dalam
pembangunan dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan ber negara, serta ikut melestarikan nilai-nilai Pancasila.
Kunjungan satu setengah hari di Moskow (26/8) misalnya, Menteri
Pemberdayaan wanita Meutia Hatta antara lain telah bertemu dengan
lembaga swadaya masyarakatr (LSM ) yang bergerak di bidang hak asasi
manusia - Moscow Bureau for Human Rights (MBHR). Diskusi hangat
secara informal tesebut menggarisbawahi bahwa untuk hal-hal tertentu
maka pengembangan peranan wanita Indonesia jauh lebih maju
dibandingkan Rusia. Indonesia yang multietnis dan sekaligus religius terus
memberikan

peranan

yang

lebih

besar

kepada

wanita

untuk

mengembangkan dirinya. Tidak banyak lagi halangan baik secara kultural,


religi maupun kebijakan yang menekan wanita untuk berkiprah
sebagaimana pria. Antara pria dan wanita memiliki kelebihan masingmasing sehingga harus saling bekerja sama, bukan mendominasi, Saat ini
yang sedang dilakukan Pemerintah Indonesia adalah menciptakan berbagai
peluang agar kesempatan yang sudah terbuka bagi wanita tersebut dapat
dimanfaatkan sebaik mungkin. Caranya antara lain adalah dengan
mengalokasikan anggaran khusus bagi pemberdayaan wanita, memberikan
pendidikan yang cukup serta memperhatikan kesehatannya. Mulai tahun
2010 berbagai Departemen sudah mulai action dengan kebijakan

12

persamaan gender. Pimpinan MBHR, Alexander Brod dan Natalia Ricova


menyatakan kekagumannya atas perkembangan positif yang dicapai oleh
Indonesia dalam masalah tersebut. Dikatakannya bahwa Rusia masih harus
belajar dari Indonesia agar wanitanya lebih berkiprah di kemudian hari.
Dalam konstitusi kita tercantum masalah gender equality, namun dalam
implementasinya

masih

butuh

dukungan

semua

pihak

agar

terimplementasi dengan baik. Mengetahui bahwa dalam pencalonan


anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) setiap partai harus mengusulkan
30 persen calonnya dari wanita dan hingga saat ini sudah terdapat lebih 10
persen wanita menjadi anggota legislatif ditambah beberapa menteri dan
pernah jabatan presiden juga dari kaum hawa, Alexander Brod tidak dapat
menutupi kekagumannya. Kami harus belajar dari Indonesia (M Aji
Surya, 2009).
Berkaitan dengan gender, dikenal ada tiga jenis peran gender
sebagai berikut :
1) Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang,
menyangkut pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa, baik untuk
dikonsumsi maupun untuk diperdagangkan. Peran ini sering pula
disebut dengan peran di sektor public.
2) Peran reproduktif adalah peran yang dijalankan oleh seseorang
untuk kegiatan yang berkaitan dengan pemeliharaan sumber daya
manusia dan pekerjaan urusan rumah tangga, seperti mengasuh anak,
memasak, mencuci pakaian dan alat-alat rumah tangga, menyetrika,
membersihkan rumah, dan lain-lain. Peran reproduktif ini disebut juga
peran di sektor domestic.
3) Peran sosial adalah peran yang dilaksanakan oleh seseorang untuk
berpartisipasi di dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti
gotong-royong dalam menyelesaikan beragam pekerjaan yang
menyangkut kepentingan bersama. (Kantor Menteri Negara Peranan
Wanita, 1998 dan Tim Pusat Studi Wanita Universitas Udayana,
2003).
Dari uraian diatas, dapat dipetik beberapa hal yang terkait dengan
peranan wanita di Indonesia sebagai berikut :

13

1) Walaupun ada ketimpangan gender, sejak zaman dahulu wanita


sudah banyak melakukan perannya di berbagai bidang.
2) Perempuan memiliki andil yang cukup besar dalam bidang
pembangunan khususnya pembangunan bidang kesehatan
3) Pemerintah melalui berbagai keputusan dan kebijakan, telah
menempatkan perempuan sebagai orang yang patut diperhatikan dan
dipertimbangkan kedudukannya baik didalam keluarga (sektor
domestik) maupun di sektor publik.
2. Pelayanan Kesehatan Dasar
World Health Essembly

tahun

1977

telah

menghasilkan

kesepakatan global untuk mencapai Kesehatan Bagi Semua atau Health


For All Pada Tahun 2000 ( KBS 2000 / HFA by The Year 2000 ), yaitu
Tercapainya suatu derajat kesehatan yang optimal yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomi.
Selanjutnya pada tahun 1978, Konferensi di Alma Ata, menetapkan
Primary Health Care (PHC) sebagai Pendekatan atau Strategi Global
untuk mencapai Kesehatan Bagi Semua (KBS) atau Health For All by The
Year 2000 ( HFA 2000 ). Dalam konferensi tersebut Indonesia juga ikut
menandatangani dan telah mengambil kesepakatan global pula dengan
menyatakan bahwa untuk mencapai Kesehatan Bagi Semua Tahun 2000
(FA 2000) kuncinya adalah PHC ( Primary Health Care ) dan Bentuk
Opersional dari PHC tersebut di Indonesia adalah PKMD ( Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Desa) . Pelaku PHC adalah Pemerintah dan/atau
Swasta. Di jajaran Pemerintah, PHC dilaksanakan oleh Puskesmas dan
jejaringnya. Sedangkan di kalangan swasta, PHC dilaksanakan oleh dokter
praktik, bidan praktik, dan bahkan oleh pengobat tradisional (Battra)
(Depkes RI, 2009).
Primary Health Care ( PHC ) adalah : Pelayanan kesehatan pokok
yang berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial
yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga
dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan
biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk

14

memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk


hidup mandiri ( self reliance ) dan menentukan nasib sendiri ( self
determination ). Tiga Unsur Utama yang terkandung dalam PHC adalah :
1) Mencakup Upaya upaya Dasar Kesehatan,
2) Melibatkan Peran Serta Masyarakat,
3) Melibatkan Kerja Sama Lintas Sektoral dengan Lima Prinsip
Dasarnya adalah Pemerataan Upaya Kesehatan, Penekanan Pada
Upaya

Preventif,

Menggunakan

Teknologi

Tepat

Guna,

Melibatkan Peran Serta Masyarakat serta Melibatkan Kerjasama


Lintas Sektoral. Dalam pelaksanaan PHC harus memiliki 8
elemen essensial yaitu :
a. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara
b.
c.
d.
e.
f.

pencegahan panyakit serta pengendaliannya,


Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi,
Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar,
Kesehatan ibu dan anak termasuk KB,
Imunisasi terhadap penyakitpenyakit Infeksi Utama,
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Endemik

Setempat,
g. Pengobatan Penyakit Umum dan Ruda Paksa,
h. Penyediaan obat obat esensial.
Ciri-ciri Primary Health Care adalah 1) Pelayanan yang utama dan
intim dengan masyarakat, 2) Pelayanan yang menyeluruh 3)
Pelayanan yang terorganisasi, 4) Pelayanan yang mementingkan
kesehatan individu maupun masyarakat 5) Pelayanan yang
berkesinambungan, 6) Pelayanan yang progresif, 7) Pelayanan yang
berorientasi kepada keluarga, dan 8) Pelayanan yang tidak
berpandangan kepada salah satu aspek saja . Di Indonesia, bentuk
operasional dari Primary Health Care (PHC) adalah Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). PKMD adalah rangkaian
kegiatan yang dilaksanakan secara gotong royong dan swadaya
dalam rangka menolong diri sendiri, untuk memecahkan masalah,
memenuhi kebutuhan bidang kesehatan dan bidang lain yang
berkaitan dengan tujuan mewujudkan kehidupan yang sehat dan
sejahtera (Widyatuti,2009).

15

Dapat disimpulkan bahwa Primary Health Care (PHC) yang di


Indonesia diterjemahkan kedalam bentuk Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa (PKMD) merupakan suatu tatanan yang mengutamakan
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat dalam rangka mencapai
kehidupan yang sejahtera dan mandiri. Kemudian upaya yang dilakukan
berpegang pada azas gotong royong dari masyarakat, oleh masyarakat, dan
untuk masyarakat, disamping peran peran pemerintah dan sektor swasta.
Dalam pelaksanaannya, banyak melibatkan kerjasama baik lintas program
maupun lintas sektor. Jenis kegiatan yang bisa dilakukan adalah posyandu,
keluarga berencana, pos kesehatan desa, pos persalinan desa, pengobatan
tradisional, dll.
3. Permasalahan kesehatan wanita dalam dimensi ssosial dan upaya
mengataasinya
a. Single parent
Single parent adalah keluarga yang mana, hanya ada satu orang tua
tunggal, hanya ayah atau ibu saja. Keluarga yang terbentuk bisa tedadi
pada keluarga sah secara hukum maupun keluarga yang belum sah secara
hukum, baik hukum agama maupun hukum pemerintah.
Sebab-sebab terjadinya single parent
a. Pada keluarga sah.
1) Perceraian. Adanya, ketidakharmonisan dalam keluarga yang
disebabkan adanya perbedaan persepsi atau perselisihan yang tidak
mungkin ada jalan keluar, masalah ekonomi/pekerjaan, salah satu
pasangan selingkuh, kematangan emosional yang kurang, perbedaan
agama,aktifita.ssuan-iiistri yang tinggi di luar rumah sehigga kurang
komunikasi, problem seksual dapat merupakan faktor timbulnya
perceraian.
2) Orang tua meninggal. Takdir hidup clan coati manusia di tangan
Tuhan. Manusia hanya bisa berdoa dan berupaya. Adapun sebab kematian
ada berbagai macam. Antara lain karma kecelakaan, bunuh diri,
pembunuhan, musibah bencana alam, kecelakaan kerja, keracunan,
penyakit dan lain-lain.

16

3)

Orang tua masuk penjara. Sebab masuk penjara antara lain karena

melakukan tindak kriminal seperti perampokan, pembunuhan, penciarian,


pengedar narkoba atau thicial, perdata seperti hutang, jual beli, atau karma
tidak pidana korupsi sehingga sekian lama tidak berkumpul dengan
keluarga.
4) Study ke pulau lain atau ke negara lain. Tuntutan profesi orang tua
untuk melanjutkan study sebagai peserta tugas belajar mengakibatkan
harus, berpisah dengan keluarga untuk sementara waktu, atau bisa terjadi
seorang anak yang meneruskan pendidikan di pulau lain atau luar negeri
dan hanya bersama ibu saja sehingga menyebabkan anak untuk sekian
lama tidak didampingi otch ayahnya yang hams tetap kerja di negara atau
pulau atau kota. kelahiran.
5) Kerja di luar daerah atau luar negeri. Cita-cita untuk mewujudkan
kehidupan yang lebih baik lagi menyebabkan salah satu orang tua
meninggalkan daerah, terkadang ke luar negeri.
Dampak single parent
a. Dampak negative
1) Perubahan perilaku anak. Bagi seorang anak yang tidak siap,
ditinggalkan orang tuanya bisa menjadi mengakibatkan perubahan tingkah
laku. Menjadi pemarah, berkata kasar, suka melamun, agresif, suka
memukul,

menendang,

menyakiti

temannya.

Anak

juga

tidak

berkesempatan untuk belaiar perilaku yang baik sebagaimana, perilaku


keluarga yang harmonis. Dampak yang paling berbahaya biia anak
mencari pelarian di luar rumah, seperti menjadi anak jalanan, terpengaruh
penggunaaa narkoba untuk melenyapkan segala kegelisahan dalam
hatinya, terutama anak yang kurang kasih sayang, kurang perhatian orang
tuanya.
2) Perempuan merasa terkucil. Terlebih lagi pada perempuan yang
sebagai janda atau yang tidak dinikahi, di masyarakat terkadang
mendapatkan cemooh dan ejekan.

17

3)

Psikologi anak terganggu. Anak Bering mendapat ejekan diri Leman

sepermainan sehingga anak menjadi murung, sedih. Hai ini dapat


mengakibatkan anak menj adi kurang percaya diri dan kurang kreatif.
b. Dampak positif
1) Anak terhindar dari komunikasi yang kontradiktif dari orang tua, tidak
akan terjadi komunikasi yang berlawanan dari orang tua, i-nisaInya ibunya
mengijinkan teLapi ayahnya melarangnya. Nilai yang diajarkan oleh ibu
atau ayah d iterima penuh karena tidak terjadi pertentangan.
2) Ibu berperan penuh dalam pengambilan keputusan clan tegar.
3) Anak lebih mandiri dan berkepribadian kuat, karena terbiasa tidak
selalu hal didampingi, terbiasa menyelesaikan berbagai masalah
kehidupan.
Penanganan single parent
a. Memberikan kegiatan yang positif. Berbagai macam kegiatan yang
dapat mendukung anak untuk lebih bisa mengah, ualisasikan diri secara
positif

antara

lain

dengan

penyaluran.

hobi,

kursus

sehingga

menghindarkan anak melakukan hal-hal yang negatif.


b. Memberi peluang anak belajar berperilaku baik. Bertandang pada
keluarga, lain yang harmonis memberikan kesempatan bagi anak untuk
meneladani figur orang tua yang tidak diperoleh dalam lingkungan
keluarga sendiri.
c. Dukungan komunitas. Bergabung dalam club sesama keluarga
dengan orang tua tunggal dapat memberikan dukungan karena anak
mempunyai banyak teman yang bemasib sama sehingga tidak merasa
sendirian.
Upaya pencegahan single parent dan pencegahan dampak negatif
single parent
a. Pencegahan terjadinya kehamilan di luar nikah.
b. Pencegahan perceraian dengan mempersiapkan perkawinan dengan
baik dalam segi psikologis, ke-aangan, spiritual.
c. Menjaga kommikasi dengan berbagai sarana teknologi informasi.
d. Menciptakan kebersamaan antar anggota keluarga.
e. Peningkatan spiritual dalam keluarga.
b. Perkawinan usia muda dan tua

18

Perkawinan adalah ikatan batin antara pria dan wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga/ rumah tangga yang bahagia dan
kekal berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan No 1 Thahun
1974)
Perkawinan usia muda
Menurut UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 pasal 7 bahwa perkawinan diij
inkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun.
Namun pemerintah mempunyai kebijakan tentang perilaku reproduksi
manusia yang ditegaskan dalam UU No 10 Tahun 1992 yang menyebutkan
bahwa

pemerintah

menetapkan

kebijakan

upaya

penyelenggaraan

Keluarga Berencana. Banyaknya resiko kehamilan kurang dari perkawinan


diij inkan bila laki-laki berumur 21 tahun dan perempi mn berumur 19
tahun. Sehingga perkawinan usia muda adalah perkawinan yang dilakukan
bila pria kurang dari 21 tahun dan perempuan kurang dari 19 tahun.
Perkawinan usia tua
Adalah perkawinan yang dilakukan bila perempuan berumur lebih dari 35
tahun.
Kelebihan perkawinan usia muda
a. Terhidar dari perilaku seks bebas, karena kebutuhan seksual terpenuhi.
b. Menginjak usia tua tidak lagi mempunyai anak yang masih kecil.
Kelebihan perkawinan usia tua
Kematangan fisik, psikologis, sosial, financial sehingga harapan
membentuk keluarga sejahtera berkualitas terbentang.
Kekurangan pernikahan usia muda
a. Meningkatkan angka kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk
semakin meningkat.
b. Ditinjau dari segi kesehatan, perkawinan usia muda meningkatkan
angka

kematian

bayi

dan

ibu,

risiko

komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Selain itu bagi perempuan


meningkatkan risiko cacerviks karena hubungan seksual dilakukan pada
saat secara anatorni sel-sel cerviks belum matur. Bagi bayi risiko
terjadinya kesakitan dan kematian meningkat.

19

c.Kematangan psikologis belum tercapai sehingga keluarga mengalami


kesakitan mewujudkan keluarga yang berkualitas tinggi.
d.Ditinjau dari segi sosial, dengan perkawinan mengurangi kebebasan
pengembangan diri, mengurangi kesempatan melanjutka pendidikan
jenjang tinggi.
e.Adanya konflik dalam keluarga membuka peluang untuk mencari
pelarian pergaulan di luar rumah sehingga meningkatkan risiko
penggunaan minum alkohol, narkoba dan seks bebas.
f. Tingkat peceraian tinggi. Kegagalan kehiarga dalam melewati berbagai
macam permasalahan meningkatkan risiko perceraian
Kekurangan pernikahan usia tua
a.

Meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Kemu-

igkinan/risiko tejadi ca mammae meningkat.


b. Meningkatnya risiko kehamilan dengan

anak

kelainan

bawaan,

misalnya terjadi kromosom non disjunction yaitu kelainan proses meiosis


basil konsepsi (fetus) sehingga menghasilkan kromosom sejumlah 47.
Aneuploidy, yaitu ketika kromosom basil konsepsi tidak tepat 23 pasang.
Contohnya: trisomi 21 (down syndrome), trisomi 13 (patau syndrome) dan
trisomi 18 (edwards syndrome).
Penanganan Perkawinan Usia Muda
a. Pendewasaan usia kehamilan dengan

penggunaan

kontrasepsi

sehingga kehamilan pada waktu usia reproduksi sehat.


b. Bimbingan psikologis. Hal ini dimaksudkan untuk membantu
pasangan dalam menghadapi persoalan-persoalan agar mempunyai cara
pandang dengan pertimbangan kedewasaan, tidak mengedepankan emosi.
c. Dukungan keluarga. Peran keluarga sangat banyak mernbantu kell
1,grga muda baik clukungan berupa material maupun non material untuk
kelanggengan keluarga, sehingga lebih tahan terhadap hambatanhambatan
yang ada.
d. Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan,
perbaikan gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi.
Penanganan Perkawinan Usia Tua
a. Pengawasan kesehatan: ANC secara rutin pada tenaga kesehatan.

20

b.

Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan,

perbaikan gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi.


Pencegahan:
a. Penyuluhan kesehatan untuk menikah pada usia reprodulcsi se-hat.
b. Merubah cara pandang budaya atau cara pandang diri yang tidak
mendukung.
c. Meningkatkan kegiatan sosialisasi.
c.

Wanita Di Tempat Kerja


Alasan wanita bekerja
a. Aktualisasi diri.
Wanita yang bekerja akan memperoleh pengakuan dari lingkungan karena
produktifitas dan kreatifitas yang telah dihasilkan.
b. Mata
pencaharian.
Penghasilan
yang

diperoleh

dalam

rangkamencukupi kebutuhan sehari-hari agar meningkat kualitas hidup


keluarga, baik untuk memenuhi kebutuhan primer seperti pangan, sandang,
papan, atau kebutuhan sekunder seperti perabot rumah tangga, mobil,
jaminan kesehatan, dll.
c. Relasi positif dalam keluarga. Pengetahuan yang luas dan pengalaman
rnengambil keputusan saat bekerja dalam memecahkan suatu masalah
ditempat kerja, pola pikir terbuka memungkinkan jalinan saling
mendukung dalam keluarga.
d. Pemenuhan kebutuhan sosial. Wanita bekerja akan menjumpai banyak
relasi, Leman sehingga dapat memperkaya wawasan bagi wanita.
e. Peningkaan keterampilan/kompetensi. Dengan bekerja wanita terns
terpacu untuk selalu meningkatkan keterampilan atau kompetensi sehingga
dapat meningkatkan rasa percaya diri dan prestasi yang lebih sebagai
karyawan.
f. Pengaruh lingkungan. Lingkungan mayoritas wanita banyak yang
bekerja akan memberikan motivasi bagi wanita lain untuk bekerja.
Dampak wanita bekerja
a. Terpapar zat-zat kimia yang mempengaruhi kesehatan dan infertilitas.
Asap rokok, bahan radiologi, bahan organik, bahan organo fosfat dan
organo Morin untuk racun hewan perusak.

21

b.

Resiko pelecehan seksual. Pelaku pelecehan seksual bisa Leman

sejawat, supervisor, manager atau atasan. Adaptor wanita terkadang tidak


kuasa menolak karena ketakutan atau ancaman di PHK.
c. Penundaan usia nikah. Wanita yang sibuk mengejar prestasi kariemya
menyebabkan

tidak

mempunyai

banyak

waktu

Luang

untuk

memperhatikan pernikahannya.
d. Keharnionisan rumah tangga terpengaruh. Kesibukan aktifitas yang
berlebilian memungkinkan wanita tidak mempunyai banyak waktu untuk
keluarga karena pusat perhatiannya pada kesuksesan kanernya, sehingga bisa
menelantarkan peran sebagai istri dan sebagai ibu.
Upaya pemecahan
a. Bekerja menggunakan proteksi, seperti masker, sarung Langan, baju
khusus untuk proteksi radiasi.
b. Cek kesehatan secara berkala.
c. Melakukan aktifitas bekerja tidak hanya dengan satu pria misalnya
bila lembur, divas luar.
d. Tidak nebeng kendaraan tanpa ditemani orang lain, sekalipun ditawari
oleh atasan.
e. Jangan ragu mengatakan 'tidak' walaupun pada atasan. Tidak perlu
takut pada ancaman di pecat.
f. Menetapkan target menikah.
g. Menjaga komunikasi dengan keluarga. Mencurahkan perhatian khusus
pada keluarga pada hari libur dengan kualitas yang maksimal,
mengagendakan kegiatan bersarna keluarga, memenuhi hak-hak suami dan
anak, berbagi peran dengan suami dan selalu menghargai suami.

d. Incest
Incest adalah hubungan seksual yang terjadi antar anggota keluarga.
Anggota keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga yang
mempunyai hubungan pertalian darah. Batas pertalian darah paling atas
adalah kakek, paling bawah adalah cucu, batas kesamping adalah
keponakan. Keluarga diluar itu bukan termasuk incest. Pelaku biasanya
adalah orang yang lebih dewasa (lebih kuasa) dan korban lebih banyak

22

adalah anak-anak. Sering terjadi pada anak tiri oleh bapak tiri, menantu
oleh mertua, cucu oleh kakeknya.
Incest dapat terjadi karena saling suka atau saling cinta dan dapat juga
terjadi akibat paksaan tanpa rasa cinta. Incest ada yang diluar perkawinan,
namun ada juga yang sengaja dilakukan dalam ikatan perkawinan. Diluar
negri, perkawinan incest diperbolehkan, sedangkan di Indonesia
perkawinan incest tidak dibenarkan menurut hukum. Perkawinan di
Indonesia dinyatakan sah dilakukan menurut agama. Sedangkan
pencatatannya, bila agama Islam di Kantor Urusan Agama (KUA) dan
selain agama Islam di Kantor Pencatatan Sipil. Sah tidaknya perkawinan
di Indonesia berdasarkan ajaran agama masing-masing. Semua agama di
Indonesia melarang perkawinan incest. Bila diketahui ada pertalian darah
(muhrim dalam agama islam) sedangkan perkawinan telah dilakukan dan
walaupun sudah mempunyai anak, maka perkawinan harus dibatalkan.
Gambaran incest di luar ikatan perkawinan
a. Pelaku kebanyakan orang yang kerap berinteraksi dengan korban,
tinggal dalam satu rumah.
b. Korban mayoritas anak-anak sehingga tidak kuasa melakukan
perlawanan

diri.

Biasanya

dibawah

tekanan

karena

ancaman

pelakusehingga ketakutan atau diberi imbalan atau dengan bujuk rayu


misalnya diberi uang atau makanan.
c. Sering berakibat trauma fisik dan psikis.
Perlindungan Hukum
Undang-Undang Perlindungan Anak (UUPA) pasal 81-82
UUPKDRT, KUHP pasal 285, KUHP pasal 98, KUH Perdata pasal 1365.
Upaya Mengatasi
a. Waspada dalam mengasuh anak. Tidak membiasakan anak dirumah
sendirian dengan anggota keluarga yang berlainan jenis.
b. Tidak mengabaikan kata hati tiap ada gelagat yang menjurus pada
tindakan pelecehan dalam keluarga.
c. Memisahkan tempat tidur anak mulai umur 3 tahun dari ayah atau
saudara baik sesama jenis kelamin maupun berlainan jenis kelamin.
d. Perlu juga melibatkan orang lain diluar lingkungan keluarga.

23

e.

Lapor pada petugas penegak hukum walaupun dibawah ancaman

pelaku.
e. Home Less
Home less atau tuna wisma atau gelandangan adalah orang yang hidup
dalam keadaan tidak sesuai dengan norma di masyarakat setempat, serta
tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap diwilayah tertentu dan hidup
ditempat umum. Home less banyak terdapat di kota- kota besar.
Kedatangan mereka ke kota besar tanpa didukung oleh pendidikan dan
ketrampilan yang memadai. Biasanya mereka tinggal di empeeran toko,
kolong jembatan, kolong jalan layang, gerobak tempat barang bekas,
sekitar rel kereta api, di taman, di tempat umum lainnya. Pekerjaan mereka
sebagai pengamen, pengemis, pemulung sampah.
Penyebab Home Less
a. Kemiskinan
Hal ini merupakan faktor utama. Kemiskinan menyebabkan mereka tidak
mampu memenuhi kebutuhan papan, sehingga mereka bertempat tinggal
di tempat umum. Kemiskinan juga menyebabkan rendahnya pendidikan
sehingga tidak mempunyai ketrampilan dan keahlian untuk bekerja. Hal
ini berefek pada anak-anak mereka. Mereka tidak mampu membiayai
anak-anaknya sekolah sehingga anak-anak mereka juga ikut jadi
gelandangan.
b. Bencana Alam
Bencana alam akhir-akhir ini banyak menimpa negara kita. Mereka tinggal
di pengungsian, kehilangan pekerjaan mereka.
c. Yatim Piatu
Anak yang tidak mempunyai orangtua, saudara tidak mempunyai tempat
tinggal sehingga mereka mencari tempat berteduh di tempat-tempat
umum.
d. Kurang Kasih Sayang
Berbagai penyebab sehingga anak merasa kurang diperhatikan, kurang
kasih

sayang

orang

tuanya,

maka

ia

turun

mencari komunitas yang mau menerima dia apa adanya.


e. Tinggal di Daerah Konflik

24

ke

jalan

untuk

Penduduk yang tinggal di daerah konflik, dimana mereka merasa


keamanannya kurang terjaga mengakibatkan mereka pindah ke daerah lain
yang mereka anggap lebih aman, apalagi kalau rumah mereka hancur
karena perang. Banyak tindak kekerasan di wilayah konflik, termasuk
pelecehan seksual, perkosaan, pembunuhan sehingga mereka memaksa
meninggalkan daerahnya.
Dampak Home Less
a. Kebersihan dan Kesehatan
Rumah mereka seadanya, sangat jauh dari kriteria rumah sehat. Perilaku
hidup bersih sehat sangat kurang. Tempat tinggal mereka kotor, ventilasi,
pernerangan kurang, keperluan untuk mandi, cuci dan masak tidak
memenuhi kesehatan, dll sehingga muncul masalah kesehatan. Mereka
tidak memperhatikan hal ini karena untuk makan saja mereka hampir tidak
bisa terpenuhi. Mereka tidak mempunyai cukup dana untuk pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan.
b. Pengguna Narkoba
Banyak diantara mereka menggunakan narkoba. Pengaruh lingkungan
mereka sangat berpengaruh. Mereka rawan terkena HIV AIDS dengan
penggunaan jarum suntik secara bergantian.
c. Gizi Kurang
Ketidakmampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan pangan, akibat
rendahnya daya beli makanan, apalagi membeli makanan bergizi
mengakibatkan mereka mengalami gizi buruk, termasuk ibu hamil dan
anak balita. Mereka makan sekedar kenyang.
d. Tindak Kekerasan Sesama Home Less
Perebutan atau persaingan lahan pencari makan menyebabkan mereka
saling terjadi konflik.
e. Dimanfaatkan
Anak-anak kecil banyak dimanfaatkan untuk mengemis dan menyetorkan
sejumlah uang setiap harinya agar terhindar dari tindak kekerasan oleh
pihak lain yang lebih kuat atau oleh orang dewasa yang tidak
bertanggungjawab.
f. Pelecehan Seksual

25

Orang dewasa yang tidak bertanggungjawab melakukan sodomi,


pelecehan seksual dengan imbalan uang, atau dibawah ancaman mereka
untuk melampiaskan nafsu mereka.
Penanggulangan
Pencegahan dilakukan dengan :
a. Penyuluhan dan konseling.
b. Pendidikan pelatihan keterampilan.
c. Pengawasan serta pembinaan lanjut.
Penghentian / Peniadaan
a. Penertiban oleh aparat pemerintah.
b. Penampungan.
c. Pelimpahan.
Rehabilitasi
a. Pembangunan perumahan sangat sederhana.
b. Pengadaan rumah singgah dan diberikan berbagai pelatihan dan
pendidikan.
c. Transmigrasi.
f. Wanita di Pusat Rehabilitasi
Pusat rehabilitasi wanita meliputi :
a. Maslah sosial, contohnya PSK.
b. Masalah psikologis, misalnya trauma pada korban kekerasan.
c. Masalah drug abuse.
Rehabilitasi bagi para PSK dilakukan :
a. Di luar panti ditempat lokalisasi.
b. Di dalam panti.
Upaya rehabilitasi yang dilakukan meliputi :
a. Bimbingan agama.
b. Bimbingan sosial.
c. Latihan keterampilan.
d. Pendidikan kesehatan.
e. Pendidikan dan kesejahteraan pribadi.
Rehabilitasi wanita korban kekerasan, trauma psikologis
Upaya yang dilakukan dengan membangkan dan membangkitkan
rasa percaya diri. Salah satu cara dengan therapy psikologis. Mereka
membutuhkan pendampingan agar bisa kembali pada keadaan semula.
Upaya rehabilitasi korban kekerasan tercantum dalam UUPKDRT.
4.

Pekerja Seks Komersial

26

Pekerja seks komersial adalah suatu pekerjaan dimana seorang perempuan


menggunakan atau mengeksploitasi tubuhnya untuk mendapatkan uang.
Akibatnya semakin banyak ditemukan penyakit menular seksual. Profesi
sebagai pekerja seks komersial dengan penyakit menular seksual
merupakan satu lingkaran setan. Biasanya penyakit menular seksual ini
diidap oleh PSK, dimana dalam menjajakan dirinya terhadap pasangan
kencan yang berganti-ganti tanpa menggunakan pengaman sseperti
kondom.
Faktor-faktor penyebab adanya PSK
a. Kemiskinan
Kebutuhan yang semakin banyak pada seorang perempuan memaksa dia
untuk mencari sebuah pekerjaan dengan penghasilan yang memuaskan
namun kadang dari beberapa mereka harus bekerja sebagai PSK untuk
pemenuhan kebutuhan tersebut.
b. Kekerasan Seksual
Penelitian menunjukkan banyak faktor penyebab perempuan menjadi PSK
diantaranya kekerasan seksual seperti perkosaan oleh bapak kandung,
paman, guru, dan sebagainya.
c. Penipuan
Faktor lain yaitu penipuan dan pemaksaan dengan berkedok agen penyalur
kerja. Kasus penjualan anak perempuan oleh orangtua sendiripun kerap
ditemui.
d. Pornografi
Menurut definisi Undang-Undang Anti Pornografi, pornografi adalah
bentuk ekspresi visual berupa gambar, lukisan, tulisan, foto, film atau yang
dipersamakan dengan film, video, tayangan atau media komunikasi
lainnya yang sengaja dibuat untuk memperlihatkan secara terang-terangan
atau tersamar kepada publik alat vital dan bagian-bagian tubuh serta
gerakan-gerakan erotis yang menonjolkan sensualitas dan/atau seksualitas,
serta segala bentuk perilaku seksual dan hubungan seks manusia yang
patut diduga menimbulkan rangsangan nafsu birahi pada orang lain.
Persoalan-persoalan psikologis
a. Akibat gaya hidup modern

27

Seorang perempuan pastinya ingin tampil dengan keindahan tubuh


danbarang-barang yang dikenakannya. Namun ada dari beberapa mereka
yang terpojok karena masalah keuangan untuk pemenuhan keinginan
tersebut maka mereka mengambil jalan akhir dengan menjadi PSK untuk
pemuasan dirinya.
b. Broken Home
Kehidupan keluarga yang kurang baik dapat memaksa seorang remaja
untuk melakukan hal-hal yang kurang baik diluar rumah dan itu
dimanfaatkan oleh seseorang yang tidak bertanggungjawab dengan
mengajaknya bekerja sebagai PSK.
c. Kenangan masa kecil yang buruk
Tindak pelecehan yang semakin meningkat pada seorang perempuan
bahkan adanya perkosaan pada anak kecil bisa menjadi faktor dia menjadi
seorang PSK.
Dampak yang ditimbulkan bila seseorang bekerja sebagai PSK
a. Keluarga dan masyarakat tidak dapat lagi memandang nilainya sebagai
seorang perempuan.
b. Stabilitas sosial pada dirinya akan terhambat, karena masyarakat hanya
akan selalu mencemooh dirinya.
c. Memberikan citra buruk bagi keluarga.
d. Mempermudah penyebaran penyakit menular seksual, seperti gonore,
klamidia, herpes kelamin, sifilis, hepatitis B, HIV/AIDS.
Penanganan masalah PSK
a. Keluarga
1) Meningkatkan pendidikan anak-anak terutama

mengenalkan

pendidikan seks secara dini agar terhindar dari perilaku seks bebas.
2) Meningkatkan bimbingan agama sesuai tameng agar terhindar dari
perbuatan dosa.
b. Masyarakat
Meningkatkan kepedulian

dan

melakukan

pendekatan

terhadap

kehidupanPSK.
c. Pemerintah
1) Memperbanyak tempat atau panti rehabilitasi.
2) Meregulasi undang-undang khusus tentang PSK.
3) Meningkatkan keamanan dengan lebih menggiatkan razia lokalisasi
PSK untuk dijaring dan mendapatkan rehabilitasi.
Aspek kesehaan reproduksi

28

Diantara remaja putri berusia 11-15 tahun, yang diteliti, ada yang
mengidap penyakit menular seksual Trikhomonas dan Human Papilloma
Virus. Ini mengisyaratkan bahwa remaja putri dalam usia yang sangat
masih muda sudah melakukan huungan seks dengan laki-laki, bahkan
tertular penyakit. Yang lebih menarik lagi adalah penelitian ini dilakukan
diklinik spesialis swasta. Ini menunjukkan bahwa mereka yang datang
kesana adalah kalangan menengah keatas. Kembali hendak dikemukakan
disini bahwa, bukan masalah ekonomi yang mendorong remaja putri
menjadi PSK, tetapi lebih pengaruh selera hedonistik. Dampak perilaku
seksual yang sudah merambah dalam usia yang masih sangat muda ini
akan mempengaruhi kesehatan reproduksi mereka dikemudian. Akibatnya
bisa terjadi kemandulan atau beberapa penyakit saluran reproduksi
lainnya, terutama mereka yang sudah pernah terinfeksi oleh HPV (Human
Papilloma Virus).
g. Drug Abuse
Penyalahgunaan obat dimaksud bila suatu obat digunakan tidak untuk
tujuan mengobati penyakit, akan tetapi digunakan dengan sengaja untuk
mencari atau mencapai kesadaran tertentu karena pengaruh obat pada jiwa.
Dari segi hukum obat-obat yangs ering disalah gunakan dapat dibagi
dalam dua kelompok, yaitu: narkotika atau obat bius dan bahan
psikotropika. Untuk mencegah penyalahgunaan obat, pemerintah barubaru ini telah mengesahkan dua Undang-Undang penting yaitu:
a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tanggal 11
Maret 1997 tentang Psikotropika.
b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 tahun 1997 tanggal 1
September 1997 tentang Narkotika.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Contohnya adalah opium, morphine, cocaine, ganja/marihuana, dan
sebagainya.

29

Narkotika dibedakan menjadi :


a. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi,

serta

mempunyai

potensi

sangat

tinggi

mengakibatkan

ketergantungan.
b. Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
c. Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan

serta

mempunyai

potensi

ringan

mengakibatkan

ketergantungan.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. Bahan psikotropika adalah bahan/obat yang mempengaruhi jiwa
atau keadaan jiwa, yaitu :
a. Keadaan kejiwaan diubah menjadi lebih tenang, ada perasaan nyaman
sampai tidur.
b. Dalam hal ini pemakai menjadi gembira, hilang rasa susah/sedih,
capek/depresi.
c. Bahan memberi halusinasi, yaitu si pemakai melihat/merasakan segala
sesuatu lebih indah dari yang sebenarnya dihadapi.
Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan

sindroma

ketergantungan digolongkan menjadi :


a. psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan.
b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan an dapat digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai poensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan.

30

c.

Psikotropika

golongan

III

adalah

psikotropika

yang

berkhasiatpengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk


tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sindroma ketergantungan.
d. Psikotropika golongan IV psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Cara Pencegahan Tindak Penyalahgunaan Obat Terlarang
Penggunaan obat terlarang tersebut sudah melanggar hukum, agar
generasi muda tidak semakin terjerumus maka perlu adanya pencegahan.
Upaya-upaya yang dapat ditempuh antar lain:
a. Melakukan kerjasama dengan pihak

yang

berwenang

untuk

melakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba. Misalnya dengan


mengadakan seminar, maupun temu wicara antara gerakan anti
narkobadengan para pelajar, penyuluhan kepada masyarakat umum
maupun sekolah-sekolah mengnai bahaya narkoba.
b. Mengadakan razia mendadak secara rutin. Razia ini perlu dilakukan
agar para pengedar, pengguna dapat terjaring disaat tanpa mereka ketahui
(saat transaksi jual beli obat terlarang). Razia dapat dilakukan di sekolah,
diskotik, club malam, cafe, maupun tempat-tempat sunyi yang diduga
sebagai tempat transaksi.
c. Pendampingan dari orangtua siswa itu senadiridengan memberikan
perhatian dan kasih sayang. Salah satu penyebab banyaknya remaja
terjerumus dalam pemakaian obat terlarang adalah kurang kasih sayang
dari keluarga, sebab mereka berpikir tidak perlu lagi ada beban pikiran
keluarga ketika mereka memakai obat tersebut.
d. Pihak sekolah harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap
gerak-gerik anak didiknya, karena biasanya penyebaran (transaksi)
narkoba sering terjadi disekitar lingkingan sekolah.
e. Pendidikan moral keagamaan harus lebih ditekankan kepada siswa,
karena salah satu penyebab terjerumusnya anak-anak kedalam lingkaran

31

setan ini adalah kurangnya pendidikan moral dan keagamaan yang mereka
serap, sehingga perbuatan tercela seperti inipun akhirnya mereka jalani.
Solusi atau cara mengatasi tindak penyalahgunaan obat terlarang
a. Membawa anggota keluarga (pemakai) ke panti rehabilitasi untuk
mendapatkan penanganan yang memadai.
b. Pembinaan kehidupan beragama, baik disekolah, keluarga dan
lingkungan.
c. Adanya komunikasi yang harmonis antara remaja dan orang tua, guru
serta lingkungannya.
d. Selalu berperilaku positif dengan melakukan aktivitas fisik dalam
penyaluran energi remaja yang tinggi seperti berolahraga.
e. Perlunya pengembangan diri dengan berbagai program/hobi baik di
sekolah maupun dirumah dan lingkungan sekitar.
f. Mengetahui secraa pasti gaya hidup sehat sehingga mampu
menangkal pengaruh atau bujukan memakai obat terlarang.
g. Saling menghargain sesama remaja (peer group) dan anggota
keluarga.
h. Penyelaesaian berbagai masalah dikalangan remaja/pelajar serta
positif dan konstruktif.
6. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subjek
dan objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Pendidikan juga
merupakan proses sadar dan sistematis disekolah, keluarga, dan
masyarakat untuk menyampaikan suatu maksud dari suatu konsep yang
sudah

diterapkan.

mempunyai

Tujuan

kemampuan

pendidikan
dan

yaitu

ketrampilan

diharapkan

secara

individu

mandiri

untuk

meningkatkan taraf hidup lahir batin dan meningkatkan perannyasebagai


pribadi, pegawai/karyawan, warga masyarakat, warga negara, dan makhlik
Tuhan dalam mengisi pembangunan.
Tingkat kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa pada
hakekatnya

ditentukan

oleh

kualitas

pendidikan

yang

diperoleh.

Pendidikan yang baik dan berkualitas saat melhirkan individu yang baik
dan berkualitas pula. Sebaliknya apabila pendidikan yang diperoleh tidak

32

baik dan tidak berkualitas, maka hal ini akan berdampak terhadap kualitas
SDM yang dibangun. Peningkatan pendidikan bagi kaum perempuan
merupakan keharusan yang tidak dapat dielakkan demi mencapai
kesetaraan dan keadilan gender. Analisis gender dalam pembangunan
pendidikan ditingkat nasional menemukan adanya kesenjangan gender
dalam pelaksanaan pendidikan terutama di tingkat SMK dan perguruan
tinggi, namun lebih seimbang peda tingkat SD, SMP, dan SMU.
Kecenderungan adalah semakin tinggi jenjang pendidikan, maka makin
meningkat kesenjangan gendernya.
Pendidikan yang tinggi dipandang perlu bagi kaum wanita, karena
pendidikan yang tinggi maka mereka dapat meningkatkan taraf hidup,
membuat keputusan yang menyangkut masalah kesehatan mereka sendiri.
Seorang wanita yang lulus dari perguruan tinggi akan lebih mudah
mendapatkan pekerjaan dan mampu berperilaku hidupn sehat bila
dibandingkan dengan seorang wanita yang memiliki pendidikan rendah.
Semakin tinggi pendidikan seorang wanita maka ia semakin mampu
mandiri dengan sesuatu yang menyangkut diri mereka sendiri.

BAB III
PENUTUP
Beberapa kesimpulan yang bisa ditarik dari Peranan Perempuan Dalam Pelayanan
Kesehatan Dasar adalah :
A. Perempuan selain sebagai mahluk kodrati, dia juga sebagai mahluk social
yang bisa berperan dimana saja, di semua bidang pembangunan termasuk
pembangunan kesehatan
B. Perempuan memiliki posisi

yang

sangat

penting

disemua

pembangunan dengan keunggulan dan kelebihan yang dimiliki.

33

lini

C. Pemerintah telah menunjukkan perhatiannya kepada perempuan dengan


kebijakannya yang responsive gender
D. Dalam bidang kesehatan, perempuan banyak memiliki peran baik dalam
peran domestik maupun dalam peran publik yang mendukung kesehatan.
E. Banyak hal yang bisa diisi oleh perempuan dari hal yang paling sederhana
dalam lingkungan keluarga maupun ke hal yang paling kompleks di
masyarakat dalam bidang kesehatan.
F. Pelayanan kesehatan dasar salah satunya yang bisa diisi oleh perempuan
baik sebagai subjek maupun okyek dalam pelayanan kesehatan dasar.
G. Hubungan aspek-aspek historis dan kontemporer dengan perempuan dan
kesehatan keluarga dalaam konteks budaya

34

Anda mungkin juga menyukai