Anda di halaman 1dari 3

Teori Perubahan Sosial Klasik

a. Herbert Spencer
Memandang perkembangan manusia itu melalui beberapa tahapan yang membawa
kepada kompleksitas dan keaneragaman, struktur dan fungsi beberapa bagian tertentu
dalam kehidupan itu yang saling bergantung. Teori Spencer ini dipengaruhi oleh teori
evolusi biologik yang dikembangkan oleh Lamarck dan Darwin. Menurut Spencer
perkembangan selalu berkaitan dengan evolusi dari yang sederhana ke arah sesuatu
yang kompleks melalui berbagai tahapan diferensial yang sambung menyambung.
Tahapan itu dimulai dari perubahan-perubahan kosmos yang dapat ditelusuri tampak
pada hasil perdaban akhir, yang mengandung atau terdapat proses transformasi dari
homogen sampai heterogen dan hal itu secara esensial berisi perkembangan.
Spencer menganggap bahwa masyarakat sebagai sesuatu organisme yang dapat
tumbuh dan berkembang. Keadaan tersebut memperlihatkan keadaan masyarakat
dapat mengalami evolusi dari sederhana menuju kompleks atau dari homogen menuju
heterogen. Perubahan memperlihatkan diferensial sosial, yaitu fungsi dan saling
ketergantungan antara bagian-bagian dalam masyarakat. Proses yang umum tersebut
menyebabkan perubahan seterusnya pada organisasi sosial, misalnya kelompok,
bangsa atau suku yang lebih berkuasa melakukan penaklukan melalui peperangan atau
mengadakan persahabatan dengan suku bangsa lainnya.
Setelah kelompok demi kelompok itu dikonsolidasikan dalam suatu pemerintahan
maka lahirlah perserikatan antar kelompok. Proses sosial melahirkan ciri kompleksitas
pada sistem kekuasaan dengan wujudnya kategori-kategori seperti raja, pemerintahan
lokal, dan ketua kelompok kecil, dan waktu bersamaan pula timbul pembagian kelas
yang lebih tegas, seperti militer, budak, pendeta, dan sebagainya. Gejala itu
memperlihatkan evolusi struktural dan fungsi yang berbeda dalam masyarakat yang
berskala besar dan kompleks.
b. Auguste Comte
Perkembangan pemikiran manusia melalui tahapan ideologi-metafisik-positivisme.
Ketiga tahapan itu juga merupakan manifestasi tiga bentuk organisasi sosial. Teori
perubahan sosial Spencer dan Comte itu dapat dianggap sebagai teori kemajuan.
Menurut Comte bahwa peradaban itu tumbuh menurut suatu arah bersifat alamiah
yang tak terelakan dan tak dapat dihentikan. Sejarah masyarakat dapat dibagi dalam
tiga tahapan peradaban yang besar dengan ciri-ciri: 1)tahapan pertama: Theological
and military epoch, tahap eologi ; 2) tahap kedua : Metaphysical and judical epoch,
tahap metafisik; dan 3) tahap ketiga : Science and industry, tahap ilmu pengetahuan
dan industri.
Tahap teologi, pada tahap ini manusia purba mengahayati kehiduapan sebagai
keikutsertaan mereka dalam proses kosmos, yaitu padangan timbul karena tak
terjangkau oleh pikirannya yang sederhana. Mereka memakai ide-ide keagamaan atau
teologi guna memberikan penjelasan tentang semua gejala dan kejadia kehidupan itu
sendiri maupun alam.
Tahap metafisika, semua gejala dan kejadian alam tidak lagi dianggap sebagai hal
yang langsung disebabkan oleh roh, dewa atau kuasa tertinggi, tetapi karena akal budi
untuk mencari pemahaman dan pejelasan dengan membuat abtraksi dan kosep
metafisis, misalnya hukum alam, kodrat manusia dan keharusan yang mutlak. Tahap
metafisika ini merupakan modifikasi dari tahap teologi.

Tahap positifisme, yaitu gejala alam dijelaskan oleh akal budi berdasarkan kaidahkaidah yang dapat diamati, diujui dan dibuktikan secara empirik. Manusia dibuat
mampu menerapkan dan memanfaatkan akal budi untuk menguasai lingkungan alam
bagi perencana masa depan yang baik. Masyarakat pada tahapan ini adalah
masyarakat industri, yang relasi-relasi mereka merupakan bentukan dasar-dasar
industrial. Masyarakat cenderung secara kolektif diorganisasikan menurut dasar yang
sama, yaitu tujuan utamanya berupa produksi dan industri dapat dipahami sebagai
penyebab perubahan sosial yang besar. Menurut Comte bahwa evaluasi ditentukan
oleh ide-ide dan juga faktor pertambahan penduduk dapat mendorong evaluasi.
c. Wildrof Pareto
Teorinya dikenal dengan teori pareto,yaitu teori lingkaran tentang perubahan sosial.
Teori pareto ini mengansumsikan bahwa dalam setiap cabang aktifitas manusia itu
setiap individu diberikan suatu indeks sebagai tanda kapasitas dirinya, yang diberi
skor tertinggi sampai yang rendah menurut ukuran kapasitas tersebut. Kemudian
dibuat suatu kelas orang-orang yang memiliki peringkat teratas dalam bidang
aktifitasnya dan kelas tersebut diberi nama elit. Kelas tersebut dibagi menjadi dua
strata, yaitu : (1) Strata bawah yang disebut bukan elite; dan (2) strata atasan, seperti
menteri, senator, jendral, ketua pengadilan dan sebagainya, dan non-governing elite
atau elit bukan yang memerintah, seperti jutawan, pengusaha dan sebagainya.
Kedua elit tersebut cenderung untuk saling berganti dalam memegang kekuasaan.
Kaum elit yang merebut kekuasaan dengan menggunakan kekuatan fisik disebut the
lion , yang berkuasa saat negara membutuhkan pemimpin yang kuat secara fisik
untuk menyelamtkan negara tersebut. Setelah negara mapan biasanya membutuhkan
pemimpin yang cerdik dan pandai, pada masa ini kaum cendikiawanlah yang
mempunyai peluang untuk merebut kekuasaan dengan menggunakan taktik bohong
serta mengelabuhi rakyat, kelompok ini disebut the foxes. Demikianlah the foxes
menggantikan the lions untuk sementara waktu sampai pada saat the lions akan
menggantikan lagi the foxes.

Masyarakat berbagai suku bangsa yang belum beradab (Uncivilised) bersifat


homogen, semua anggota masyarakat memiliki kekuasaan dan fungsi sama, hanya
jenis kelamin yang menjadi perbedaan. Menurut perkembangan evolusioner, pada
mulanya timbul diferensiasi antara golongan yang memerintah dan golongan para
pengikut. Kepemimpinan itu timbul pada masyarakat yang hidupnya bersifat
nomadik. Seseorang yang dianggap kuat dan cerdik biasanya diakui sebagai
pemimpin oleh pihak-pihak lainnya walaupun pada mulanya tidak ada batas-batas
tegas, pasti dan tetap. Namun lama-kelamaan batas antara yang memerintah dengan
para pengikutnya itu tampak perbedaan yang semakin jelas dan tegas. Kekuasaan
yang tertinggi mengandung sifat yang diwariskan dalam keluarga tertentu dan
seterusnya maka timbullah pusat-pusat kekuasaan lain. Inilah cikal bakal lahirnya
kerajaan-kerajaan sampai abad modern saat ini. Seseorang memperoleh karena ia
memiliki kelebihan-kelebihan, seperti kelebihan fisik, kelebihan ekonomi, kelebihan
secara agama, dan kelebihan kecerdasan.

Anda mungkin juga menyukai