Anda di halaman 1dari 5

MEMBEDAH TEORI SOSIOLOGI AGAMA KLASIK

Emile Durkheim – Fakta Sosial – Fungsionalisme

Dosen pengampu: Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si

Disusun oleh: Rumyana – 10040320100

Abstrak

Sosiologi Agama Klasik merupakan pengumpulan masa yang dimana pada dasarnya model
perkembangan teori yang ada pada awal kelahiran sosilogi. Klasik yang dimaksud adalah masa
awal kebangkitan dari sosiologi. Dalam sejarah sosiologi, peristiwa besar yang terjadi di awal
perkembangan ialah revolusi politik yaitu diawali dengan Revolusi Prancis. Fokus utamanya
ialah para tokoh yang mempunyai gagasan tentang sosiologi agama. Banyk gagasan yang
dikeluarkan oleh para tokoh, mulai dari Max Weber, Auguste Comte, Emile Durkheim dan lain-
lain.

Abstract

Classical Sociology of Religion is a mass collection which is basically a model for the
development of theories that existed at the beginning of the birth of sociology. The classic in
question is the early period of the rise of sociology. In the history of sociology, the major event
that occurred at the beginning of development was the political revolution, which was preceded
by the French Revolution. The main focus is figures who have ideas about the sociology of
religion. Many ideas were issued by the characters, ranging from Max Weber, Auguste Comte,
Emile Durkheim and others.
A. Konteks Sosial dan Politik yang Melatarbelakangi Teori
Pandangan Durkheim tentang kehidupan sosial dapat membentukbudaya masyarakat seperti
huku, adat istiadat, bahsa, nilai dan sebagainya. Di beberapa karyanya, Durkheim
mempertahabkan suatu pandangan sosial radikal tentang perilaku manusia sebagai suatu yang
dibentuk oleh kultur dan stuktur sosial. Suatu penjelaan tentang agama di jelaskan pada buku The
Elementary Fors of the Religious Life, ia mengutarakan bahwa perasaan terpesona dan takzim
merupakan respon manusia terhadap yang sacral sebenarnya ekspresi ketergantungan mutlak
seseorang terhadap masyarakat (Langer, 2008).

B. Realita sosial yang mendasari teori


Seperti halnya yang terjadi pada masyrakat Arborogin diAutralia, Durkheim membuktikan bahwa
agama memiliki fungsi menginteraksi masyarakat dalam suatu tatanan moral. Menurutnya,
masyarakat dibangun atas etensitas dan realitas moral. Yang dimana ritual-ritual agama dapat
meningkatkan kesadaran dan loyalitas kelompok. Selain itu, agama juga menentukan struktur
sosial dan mengendalikan prilaku menyimpang pada satu sisi dan sisi yang lain yang
meninmbulkan harmoni dan solidaritas sosial.

C. Latar belakang pencetus teori


Emile Durkheim, ia merupakan seorang sosiolog Prancis yang pemikirannya selalu hadir dalam
sosiologi klasik dan modern. Ia disebit sebagai bapak sosilogi karena telah membidani kelahiran
sosiologi. Ia lahir di Epinal yaitu Provinsi Lorraine, Prancis tahun 1858 dan meninggal di Paris
pada tahun 1917. Ia dibesarkan di tengah keluarga Yahudi ortodoks, anak seorang rubbi. Sejak
kecil ia dididik menjadi rubbi tetapi ketika remaja ia belajar pengetahuan yang sekuler.

D. Aliran pemikiran yang mempengaruhi


Aliran-aliran pemikiran Durkheim terpengaruh dari antropo;ogo dan filsafat. Hal tersebut telihat
dari caranya ia memberikan definisi tentang agama. Dalam bukunya Bryan Turner yaitu Teori
Agama dan Teori Sosial Kontemporer (2012), ia mengatakan bahwa definisi agama yang
ditawarkan oleh Durkheim dan antropolog William Smith memiliki kemiripan. Mereka berdua
sering mendefiniskan agama melalui praktek-praktek sosial keagamaan dalam masyarakat.

E. Fenomena sosial yang dipertanyakan dan dijelaskan:


 Integrasi/solidaritas sosial: Emile Durkheim memberi perhatian lebih terhadap integrasi
sosial, hampir semua karyanya membahas tentang integrasi sosial. Bahkan ia melakukan
pengamatan terhadap fenimena keagamaan pada masyarakat Aborigin di Australia,
menurutnya masyarakat disana dibangun di atas entitas dan realitas moral yang dimana
ritual-ritual agamanya meningkatkan kesadaran dan loyalitas kelompok yang membuat
aktivitas ritual suci tersebut sebagai tindakan kolektif yang mencerminkan solidaritas
kelompok.

F. Jenis penjelasan yang diberikan:


 Penjelasan fungsional:Masyarakat sebagai fakta sosial yang berifat sui generis, menurut
Durkheim dapat dikatakan bersifat independent yang artinya bebas dari ekstensi individu
di dalamnya.Masyarakat memiliki struktur dan setiap elemennya berhubungan satu sama
lain secara teratur. Serta masyarakat juga memiliki power yang dibuktikan dapat
membentuk alam pikiran dan tindakan individu.

G. Posisi teori dalam perdebatan body vs mind; materi vs ide


Durkheim sedang berasa di tengah-tengah pemikiran sekuler awal abad 20, ia meletakkan agama
sebagai fakta sosial bahkan ia mengkritik definisi-definisi lain tentang agama yang hanya
berkutat pada makna agama secara cpritual dan magis. Durkheim menjelaskan bahwa manusia
bisa dijelaskan dengan pendekatan fungsionalisme yang dimana dapat secara individual.

H. Posisi teori dalam perdebatan paradigma:


 Jenis realitas: Objektif vs Subjektif
Seperti yang dijelaskan diatas, fakta sosial menurut Durkheim mempunyai 2 macam
bentuk, yang pertama: Dalam bentuk material seperti barang yang dapat disimak,
ditangkap dan diobservasi; yang kedua: bentuk non material seperti sesuatu yang
dianggap nyata. Dari 2 macam bentuk fakta sosial tersebut dapat disimpulkan bahwa
dalta sosial adalah fenomena yang bersifat subjektif yang hanya muncyul dari dalam
kesadaran manusia saja. Contohnya seperti opini, egoism dan altruism.
I. Posisi teori dalam spectrum individualisme vs strukturalisme
J. Posisi teori dalam metodologi ilmu sosial
 Positivistik. Ia mempunyai pemikiran positivis yang itu berarti bahwa pemikiran dari
studinya tentang masyarakat bersifat netral atau tidak memihak dan ilmiah. Ia sangat
tertarik pada persolan tentabg faktor-faktor apa yang jadi penyebab kemajuan masyrakat.
Ia mendefinisikan agaman merupakan ekpresi kohesi sosial. Di dalam bukunya ia
bependapat bahwa tuhan Totemik doa orang Aborigin secara aktual merupakan ekspresi
dari konsepsi merekatentang masyarakat itu sendiri. Meniritnya hal itu tidak hanya di
masyarakat suku Aborigin saja, tetapi bagi seluruh masyarakat.
K. Bias dalam teori
Bias yang ada pada teori Emile Durkheim adalah nilai-nilai umum atau cammon values dan
norma yang terwujud dalam kebudayaan atau bisa juga dalam sub kultur. Norma dan nilai ini bisa
disebut sebagai institusi atau pranata.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Sindung,H. 2015. Sosiologi Agama Dari Klasik Hingga Postmodern. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Agus, Machfud, M.Si. 2017. Sosiologi Agama. Universitas Negeri Surabaya

Susvi.T & Lilik.T. 2016. Sosiologi SMA . Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang PKn dan IPS.

Anda mungkin juga menyukai