Anda di halaman 1dari 2

Nama : Imamah Fida’i

NIM : 181310020
Mata Kuliah : Sosiologi dan Antorpologi Agama
Dosen Pengampu : Dr. Ade Fakih Kurniawan, S. Th,i. M.Ud

TUGAS 7

Teori – teori Sosiologi Agama

A. Teori - teori Klasik

1. Auguste Comte

Istilah sosiologi identik dengan filsuf perancis, Auguste Comte istilah tersebut berasal
dari bahasa latin "socio" yang berarti masyarakat dan masa yunani "logy" atau logos
yang berarti ilmu. Secara keseluruhan sosiologi memiliki arti ilmu yang mempelajari
masyarakat. Contek yang memiliki latar belakang sebagai ilmuwan eksakta
menganggap bahwa serta di tentang masyarakat merupakan sesuatu yang
memungkinkan dilakukan menggunakan prinsip-prinsip yang digunakan dalam ilmu
alam. Sosiologi mempelajari dunia ide manusia koma perilaku, pengelompokan,
organisasi sosial, administrasi, hukum, kejahatan, dan kriminal.
Comte merumuskan teorinya yang terkenal, yakni hukum tiga tahap perkembangan
masyarakat. Menurutnya, masyarakat bergerak secara sistematik mulai dari tahap
teologis, metafisik, dan ilmiah (saintifik). Tahap pertama, masyarakat dicarikan oleh
penjelasan penjelasan yang murni agama terhadap segala sesuatu. Tahap kedua, yakni
tahap metafisika merupakan tahap pencerahan atau reformasi terhadap penjelasan
penjelasan yang memberinya agama tersebut titik Pada tahap saintifik, jadi revolusi
pemikiran manusia hasilnya ialah teman-teman ilmiah teknologi dan pembangunan.

2. Emile Durkheim

Lahir di Epinal (Provinsi Lorraine), Prancis 1858 dan meninggal di Paris pada 1918.
Durkheim menganut pandangan bahwa kehidupan sosial ,bentuk budaya masyarakat
(bahasa, hukum, adat istiadat, nilai dan sebagainya) terutama tatanan sosial tentang
moralitas dan agama. Menurut Durkheim, masyarakat dibangun diatas entitas dan
realitas moral. Ritual-rituak agama meningkatkan kesadaran dan loyalitas kelompok,
Agama menentukan struktur sosial suatu masyarakat. Selain itu, agama
mengendalikan perilaku menyimpang pada satu sisi lain meningkatkan harmoni dan
solidaritas sosial.
Agama bagi Durkheim bukan merupakan “imaginasi”, melainkan oleh beberapa
peganut kepercayaan dilihat sebagai sesuatu yang esensial. Agama sangan riil (nyata).

3. Max Weber

Sosiologi dalam pandangan Max Weber merupakan ilmu pengetahuan konfrehensif


yang mempelajari tindakan sosial. Fokus analisis Weber dalam hal ini ialah pada
pengaruh ide-ide agama terhadap perkembangan kapitalisme. Ia mengkritik teori
Marx terutama teori determinisme ekonomi yang dinilainya terlalu sederhana dan
gagal menjelaskan hubungan kausalitas anatara ekonomi dan struktur sosial dengan
produk cultural dan tindakan manusia. Melalui tesis yang dibangun, Weber berusaha
menjelaskan hubungan kausalitas tersebut.

4. Karl Marx

Marx mempunyai pandangan yang bertentangan dengan dogma-dogma agama dunia


pada umumnya. Jika agama-agama besar dunia memiliki kepercayaan bahwa tuhan
menciptakan manusia, Marx berpandangan bahwa manusia menciptakan Tuhan dalam
pemikirannya. Agama dalam hal ini merupakan kesadaran diri manusia baik yang
belum menemukan dirinya maupun yang kehilangan dirinya sendiri. Masyarakat
menciptakan agama. Dalam hal ini, agama merupakan simbol mahkluk tertindas.
Agama merupakan candu masyarakat. Agama layaknya obat yang tidak
menyembuhkan penyakit, tetapi hanya mengurangi rasa sakit. Sebagai ideologi,
agama membantu merekonsiliasi kelas penguasa dan memberikan harapan ilusi
mengenai dunia spiritual yang lebih baik pada masa mendatang. Jadi, kekayaan
dilegitimasi dan berpotensi menimbulkan perlawanan kelas.

Secara keseluruhan, teori agama Marx cenderung melupakan beberapa aspek agama
dan terlalu menyederhanakan kompleksitas fenomena agama itu sendiri. Teori Marx
hanya menjelaskan kondisi manusia dalam terminologi “masalah”, tetapi tidak
memberikan jawaban terhadap penderitaan manusia, hidup, mati, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai