Filsafat sosial secara erat berkaitan dengan filsafat umum. Interpretasi seorang materialis
tentang alam semesta dapat berimplikasi pada interpretasinya atas kehidupan sosial; begitu pula
dengan seorang idealis, dualis atau spiritualis. Perkembangan filsafat sosial mengikuti perubahan
penting dalam pandangan filosof. Misalnya, paham individualisme dapat saja mengikuti idenya
Descartes yang menyatakan bahwa “Cogito ergo sum” (Aku berpikir maka aku ada). Jadi,
nampaknya filsafat sosial itu proyek individual, per kepala. Namun pada faktanya dari ide-ide
individual itu kemudian mengkristal dalam dialog antar masyarakat menjadi sebuah pandangan
umum. Pandangan umum inilah yang kemudian melahirkan keteraturan yang lambat laun
menjadi sistem yang – secara langsung atau tidak, dengan terpaksa atau tidak—menjadi
disepakati. Demikian kira-kira pendapat Durkheim. Filsafat sosial itu mempunyai dua aktivitas:
konseptual yang menjelaskan apa yang seadanya (what the really is) dan normatif yang
menjelaskan apa yang seharusnya (what the really ought to be). Yang pertama melahirkan
sosiologi, psikologi sosial, ekonomi, sejarah dengan teori-teori sosialnya dan yang kedua
menimbulkan filsafat politik, etika, dan hukum. Jadi filsafat sosial tidak melulu dipenuhi oleh
penjelasanpenjelasan tentang masyarakat, tetapi juga penjelasan tentang bagaimana mengubah
masyarakat. Tidaklah mengherankan jika salah satu sifat dari filsafat sosial adalah
“pemberontakan.” Maka yang akan dibahas dalam buku ini adalah beberapa tema besar yang
berpengaruh di masyarakat. Dengan meneliti isu-isu besar dengan pendekatan pandangan atas
“apa seharusnya” masyarakat ini diharapkan dapat memenuhi tugas filsafat yang menurut August
Comte (Trigg, 1985: 56) adalah “menyusun teori umum sebagai kerangka untuk hasil-hasil
semua ilmu khusus.” Mengenai hubungan sosiologi dengan filsafat, Durkheim menyatakan
bahwa sosiologi itu sebagian besar tetap merupakan suatu disiplin “filsafat”, yang terdiri dari
sejumlah generalisasi heterogen yang mencakup segala aspek serta yang lebih tertumpu pada
latar belakang logis dari aturan-aturan a priori daripada suatu studi empiris yang sistematis.
Sosiologi, menurut Durkheim dalam bukunya Suicide, “masih di dalam taraf membangun dan
sintesis-sintesis filsafat. Daripada berusaha untuk menyoroti suatu bagian yang terbatas dari
bidang sosial, sosiologi lebih menyukai generalisasi-generalisasi yang brilian.” (Giddens, 1971:
105-8). Dari segi kegunaan, filsafat sosial dewasa ini sangat dirasakan kepentingannya. Hal ini
didasarkan pada perubahan dan kemajuan yang bersama-sama dialami oleh umat manusia
banyak sekali berbagai persoalan yang dimintai perhatian, khususnya yang menyangkut
kehidupan sosial manusia.
Adapun ruang lingkup dalam filsafat sosial adalah sebagai berikut: 1) Mempertanyakan
dan membicarakan persoalan dalam masyarakat (society) dalam individualisme. 2) Persoalan
individual dalam hubungannya dengan Negara 3) Persoalan yang menyangkut hak-hak asasi dan
otonomi 4) Persoalan keadilan sosial (social justice) dan kerjasama sosial (social cooperation) 5)
Persoalan keadilan (justice) dan kebebasan (freedom) 6) Persoalan antara moral dan hukum 7)
Persoalan masalah moral dan kebebasan (morality and freedom) 8) Persoalan masalah ilmu-ilmu
sosial. Bahan material filsafat sosial adalah sesuatu yang dapat menyelidiki berbagai bidang
dalam masyarakat, maka kita dihadapkan pada kenyataan bahwa manusia hidup bersama dengan
sesama manusia, bahwa mereka secara bersama-sama menimbulkan keadaan hidup material dan
rohaniah yang sebaliknya memberikan pengaruh pada mereka. Hal ini dapat disaksikan secara
lahiriah maupun batiniah. Lahiriah dapat berbentuk, pergaulan di antara mereka, saling bercakap-
cakap, dsb. Batiniah dapat diaplikasikan melalui segala norma-norma yang tidak tampak. Bahan
formal filsafat sosial, saling kaitan dengan bahan material filsafat sosial namun bahan formal
filsafat sosial ini dapat ditinjau dari sisi Relasi Individual dan Relasi sosialnya. Relasi individual
itu sendiri berlangsung dari subjek ke subjek. Motif atau dasar relasi ini adalah dasar kebajikan
dan kehormatan orang lain. Contoh relasi ini seperti rasa simpati, cinta kasih antar manusia, juga
terima kasih dan rasa hormat. Sedangkan relasi sosial adalah relasi yang mempersatukan
sejumlah orang karena adanya suatu objek yang menengahinya. Objek inilah yang membentuk
relasi sosial, mungkin material dan mungkin ideal. Oleh karena itu, terkadang sulit membedakan
antara relasi perseorangan dan relasi sosial sebab keduanya saling memengaruhi, relasi sosial
termasuk dalam relasi perseorangan begitu pun sebaliknya. Filsafat sosial mengeksplorasi
pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang isu-isu sosial dan perilaku sosial. Filsafat sosial
berhubungan dengan wilayah bahasan yang cukup luas. Contoh umum ide-ide filsafat sosial
adalah teori kontrak sosial, kritik kebudayaan, dan individualisme. Tema-tema yang dibahas
dalam filsafat sosial mengan- dung epistemologi, metafisika, filsafat politik, moralitas, dan
sebagainya. Tema-tema utama dalam filsafat sosial adalah diri, entitas sosial, dan hubungan di
antaranya. Individualisme seringkali muncul dalam filsafat sosial, termasuk persoalanpersoalan
pemisahan diri, atau kekurangan orang per orang dari masyarakat. Bagian utama filsafat sosial
bertumpang tindih dengan filsafat politik, terutama yang berhubungan dengan otoritas, revolusi,
kepemilikan, dan hak. Namun, filsafat sosial juga berhubungan dengan bentuk-bentuk yang
subtil dari interaksi sosial, otoritas, dan konflik. Misalnya, ketika filsafat hukum menangani isu-
isu pemerintahan formal dan hukum formal, filsafat sosial menangani isu-isu yang lebih
informal, seperti struktur sosial dari kelompok yang dibentuk secara sukarela, kekuatan sosial
dari perayaan, dsb. Di sini kita dapat L membedakan dengan kekuasaan legal, seperti gubernur,
kekuatan sosial, pelajar sekolah popular. Filsafat sosial juga dapat menangani dinamika
kelompok dan cara-cara di mana orang berkelompok atau bertindak dalam sebuah kesatuan.
Topik-topiknya termasuk pakaian, trend, kultus, kerumunan, dsb. Filsafat sosial juga
berhubungan dengan nilai-nilai sosial. Nilai-nilai sosial dapat berhubungan dengan moralitas,
terutama dalam hubungannya dengan teori-teori moral yang mendefinisikan moralitas dengan
apa yang masyarakat dukung atau tidak dukung. Untuk alasan ini, filsafat sosial tumpang tindih
dengan moralitas dan nilai-nilai moral. Sebagian orang mengatakan filsafat sosial itu sebagai
filsafat tentang masyarakat (philosophy of society), tetapi mengatakan itu dapat membingungkan
dengan filsafat masyarakat tertentu, masyarakat Sunda kah, Jawa kah, dsb. Tetapi masyarakat
sebagai sebuah struktur yang ada pada keberadaan individu, itulah yang lebih dapat ditinjau
secara filosofis.
Filsafat sosial adalah kajian filosofis atas persoalanpersoalan tentang perilaku sosial.
Filsafat sosial, dengan demikian, membawakan spektrum masalah yang luas, dari makna
individu ke legitimasi hukum, dari kontrak sosial ke kriteria revolusi, dari fungsi tindakan sehari-
hari ke dampak ilmu atas kebudayaan, dari perubahan dalam demografi ke peternakan kolektif
sarang tawon, dsb. Filsafat sosial berupaya untuk memahami pola dan nuansa, perubahan dan
kecenderungan masyarakat. Filsafat sosial merupakan lapangan bahasan yang luas dengan
banyak subdisiplin. Upaya untuk memahami dan menguraikan kategorikategori dasar yang
dengannya bisa berpikir tentang aspekaspek sosial dari kehidupan manusia. Topik-topik
diskusinya di antaranya anarkisme, otoritas, kelas (sosial), eksploitasi, holisme, individualisme,
hukum, filsafat liberalisme, Marxisme, kekuasaan (sosial), kepemilikan (properti), dan hak
(rights). Seringkali terjadi tumpang tindih antara persoalan-persoalan yang dialamatkan oleh
filsafat sosial dan etika atau teori nilai. Bentuk-bentuk lain dari filsafat sosial termasuk filsafat
politik dan yurisprudensi, yang secara luas berhubungan dengan masyarakat (society), negara
(state) dan pemerintahan (government) beserta fungsinya. Filsafat sosial, etika, dan filsafat
politik semuanya mem- punyai hubungan dengan ilmu sosial. Pada gilirannya, ilmu sosial itu
sendiri merupakan tema utama filsafat ilmu sosial. Filsafat bahasa dan epistemologi sosial itu
juga merupakan lapangan yang bertumpang tindih dengan filsafat sosial.
B. Pengantar Sosiologi
Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan
Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang masyarakat.
Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan
bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat,
dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya.
Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik,
ekonomi, sosial.
Sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu tentang sifat masyarakat, perilaku masyarakat,
dan perkembangan masyarakat. Sosiologi merupakan cabang Ilmu Sosial yang mempelajari
masyarakat dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Sebagai cabang Ilmu, Sosiologi
dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, August Comte. Comte kemudian dikenal sebagai
Bapak Sosiologi. Namun demikian, sejarah mencatat bahwa Émile Durkheim — ilmuwan sosial
Perancis — yang kemudian berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Sebagai
sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil
pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.
Sosiologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata latin socius yang artinya teman,
dan logos dari kata Yunani yang berarti cerita, diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang
berjudul “Cours De Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857). Sosiologi
muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Namun sosiologi sebagai ilmu yang
mempelajari masyarakat baru lahir kemudian di Eropa.
Sejak awal masehi hingga abad 19, Eropa dapat dikatakan menjadi pusat tumbuhnya
peradaban dunia, para ilmuwan ketika itu mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari
kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori
sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia.
Dalam buku itu, Comte menyebutkan ada tiga tahap perkembangan intelektual, yang masing-
masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumya.
1. Tahap teologis; adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia mempunyai
jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di atas manusia.
2. Tahap metafisis; pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala terdapat
kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Oleh karena
adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha
untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam.
3. Tahap positif; adalah tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah.
Comte kemudian membedakan antara sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Sosiologi statis
memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat.
Sosiologi dinamis memusatkan perhatian tentang perkembangan masyarakat dalam arti
pembangunan Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari
tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl
Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim
Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam
pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi.
Definisi Sosiologi
* Pitirim Sorokin
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka
macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan
gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum
semua jenis gejala-gejala sosial lain.
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi
sosial.
* Max Weber
* Paul B. Horton
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk
kehidupan kelompok tersebut.
* Soejono Sukamto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat
umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
* William Kornblum
Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial
anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan
kondisi.
* Allan Jhonson
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya
dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana
pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.
* Fakta sosial
Fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu
dan mempunya kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut. Contoh, di sekolah
seorang murid diwajidkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap
hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan
memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara bertindak,
berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan
mengendalikan individu (murid).
* Tindakan sosial
* Khayalan sosiologis
Khayalan sosiologis diperlukan untuk dapat memahami apa yang terjadi di masyarakat
maupun yang ada dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita
mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya.
Alat untuk melakukan khayalan sosiologis adalah troubles dan issues. Troubles adalah
permasalahan pribadi individu dan merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Issues
merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu. Contoh, jika suatu daerah
hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka pengangguran itu adalah trouble. Masalah
individual ini pemecahannya bisa lewat peningkatan keterampilan pribadi. Sementara jika di kota
tersebut ada 12 juta penduduk yang menganggur dari 18 juta jiwa yang ada, maka pengangguran
tersebut merupakan issue, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.
* Realitas sosial
Seorang sosiolog harus bisa menyingkap berbagai tabir dan mengungkap tiap helai tabir
menjadi suatu realitas yang tidak terduga. Syaratnya, sosiolog tersebut harus mengikuti aturan-
aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian
prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.
Perkembangan pada abad pencerahan Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu,
seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa
ada yang bisa mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran. Pendapat itu
kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir di abad pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina,
dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana, manusia
tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi dengan masyarakatnya.
Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan masyarakat belum terpikirkan
pada masa ini. Berkembangnya ilmu pengetahuan di abad pencerahan (sekitar abad ke-17 M),
turut berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai
tampak di abad ini. Para ahli di zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai perubahan
masyarakat harus berpedoman pada akal budi manusia.
Perubahan yang terjadi akibat revolusi benar-benar mencengangkan. Struktur masyarakat yang
sudah berlaku ratusan tahun rusak. Bangasawan dan kaum Rohaniawan yang semula
bergemilang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang semula
berkuasa penuh, kini harus memimpin berdasarkan undang-undang yang di tetapkan. Banyak
kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah.
Revolusi Perancis berhasil mengubah struktur masyarakat feodal ke masyarakat yang bebas
Gejolak abad revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan
masyarakat harus dapat dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan masyarakat yang
besar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan.
Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan masyarakat sudah diantisipasi secara dini.
Perubahan drastis yang terjadi semasa abad revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya
penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam masyarakat. Artinya :
* Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan
dapat diketahui penyebab dan akibatnya.
* Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu untuk menjelaskan
perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk akal.
* Dengan metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan
perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan masyarakat sudah dapat diantisipasi
sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah.
Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada.
Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene merupakan tempat dimana sosiologi muncul pertama
kalinya).
Pada permulaan abad ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu
berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya
kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar masyarakat pun tak
terelakkan.
Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk sampai
pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi. Mereka berupaya
menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat itu. Maka
lahirlah sosiologi modern.
Pemikiran terhadap masyarakat lambat laun mendapat bentuk sebagai suatu ilmu pengetahuan
yang kemudian dinamakan sosiologi, pertama kali terjadi di Eropa. Pada abad 19 Auguste Comte
menulis beberapa buah buku yang berisikan pendekatan-pendekatan umum untuk mempelajari
masyarakat. Dia beranggapan saatnya telah tiba bahwa sumua penelitian terhadap permasalahan
kemasyarakatan dan gejala-gejala masyarakat memasuki tahap akhir, yaitu tahap ilmiah.
Sosiologi (1839), berasal dari kata latin socius yang berarti “kawan” dan logos yang berarti
“kata” atau “berbicara”. Jadi sosiologi berarti “berbicara mengenai masyarakat”. Bagi Comte
sosiologi merupakan ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan hasil
perkembangan ilmu pengetahuan dan sosiologi harus di bentuk berdasarkan pengamatan
terhadap masyarakat bukan merupakan spekulasi.
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan
kekuatan pemikiran, yang selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan krisis setiap orang lain yang
mengetahuinya. Ilmu pengetahuan dapat di bedakan menurut sifat dan objeknya.
1. Ilmu matematika
2. Ilmu pengetahuan alam
3. Ilmu tentang perilaku
4. Ilmu pengetahuan kerohanian
1. Sosiologi bersifat empiris, ilmu pengetahuan itu didasarkan pada observasi terhadap
kenyataan dan akal sehat serta hasinya tidak bersifat spekulatif.
2. Sosiologi bersifat teoretis, ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha menyusun abstraksi
dari hasil observasi dan menyusunnya menjadi sebuah teori.
3. Sosiologi bersifat komulatif, teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada
dalam arti diperbaiki, memperluas dan memperhalus teori yang lama.
4. Sosiologi bersifat non etis, yang mempersoalkan fakta tertentu untuk tujuan menjelaskan
fakta tersebut secara analitis.
1. Pitirim Sorokin,
Sosiologi ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam
gejala-gejala social, gejala social dengan gejala nonsosial, cirri-ciri umum semua gejala social.
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dalam antar kelompok-
kelompok.
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi social dan hasilnya yaitu organisasi
social
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari stuktur social dan proses-proses social, termasuk
perubahan social.
Sosiologi merupakan ilmu social yang objeknya adalah masyarakat. Masyarakat mencakup
beberapa unsure berikut.
Seorang filsuf Barat yang pertama kali menelaah masyarakat secara sistemmatis adalah Plato
( 429-347 SM ), bahwa masyarakat sebenarnya merupakan refleksi dari manusia perorangan dan
suatu masyarakat akan mengalami kegoncangan. Artistoteles (348-322 SM) mengikuti system
analisis secara organis dari Plato. Dalam bukunya politic, Aristoteles mengadakan suatu analisis
mendalam terhadap lembaga-lembaga politik dalam masyarakat.
Pada akhir abab pertengahan muncul ahli filsafat Arab, Ibn Khaldun (1332-1406) yang
mengemukakan beberapa prinsip pokok untuk menafsirkan kejadian-kejadian social dan
peristiwa dalam sejarah. Prinsip-prinsip yang sama akan dijumpai bila ingin mengadakan analisis
terhadap timbul tenggelamnya Negara-negara. Pada zaman Renaissance (1200-1600), tercatat
nama-nama seperti Thomas More dengan Utopia –nya dan Campanella yang menulis City of the
Sun. Mereka masih sangat terpengaruh oleh gagasan-gagasan terhadap adanya masyarakat yang
ideal. Berbeda dengan mereka adalah N. Machiavelli yang menganalisis bagaimana
mempertahankan kekuasaan.
Abad ke-17 ditandai dengan munculnya tulisan Hobbes (1588-1679) yang berjudul The
Leviathan. Dia beranggapan bahwa dalam keadaan alamiah, kehidupan manusia didasarkan pada
keinginan-keingginan yang mekanis sehingga manusia sering berkelahi. Akan tetapi, mereka
mempunyai pikiran hidup damai dan tentram adalah jauh lebih baik jika mereka mengadakan
suatu perjanjian atau kontrak. Abad ke-18 muncul ajaran-ajaran seperti John Locke (1632-1704)
dan J.J. Rousseau (1712-1778) yang masih berpegang pada konsep kontrak social dari Hobbes.
Menurut Locke, manusia pada dasarnya memiliki hak-hak asasi yang berupa hak untuk hidup,
kebebasan dan hak atas harta. Rousseau berpendapat bahwa kontrak antara pemerintah dengan
yang diperintah menyebabkan tumbuhnya suatu kolektivitas yang memiliki keinginan-keinginan
sendiri, yaitu keinginan umum.Pada abab ke -19 muncul ajaran seperti Saint Simon (1760-1825)
menyatakan bahwa manusia hendaknya di pelajari dalam kehidupan kelompok.
Auguste Comte adalah orang pertama yang membedakan antara ruang lingkup dan isi sosiologi
dari ruang lingkup dan isi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. menurut Comte ada 3 tahap
perkembangan intelektual.
Hal yang menonjol dari sistematika Comte adalah penilaiannya terhadap sosiologi, yang
merupaka ilmu pengetahuan yang paling kompleks, dan merupakan suatu ilmu pengetahuan yang
akan berkembang dengan pesat sekali. Comte kemudian membedakan antara sosiologis statis dan
dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar
dari adanya masyarakat. Studi ini mempelajari aksi-aksi dan reaksi timbal balik dari system-
sistem social. Sosiologi dinamis merupakan teori tentang perkembangan dalam arti
pembangunan. Ilmu pengetahuan ini menggambarkan cara-cara pokok dalam mana
perkembangan manusia terjadi dari tingkat intelegensia yang rendah ketingkat yang lebih tinggi.
Comte yakin bahwa masyarakat berkembang menuju suatu kesempurnaan.
D. Pengantar Ilmu Administrasi
Sebagai suatu metode, administrasi berlangsung dalam organisasi formal, yaitu suatu unit
sosial yang dibentuk untuk tujuan yang mencakup unsur-unsur konflik dan unsur-unsur
perubahan. Organisasi, dengan struktur formalnya, kelompok-kelompok sosial, lingkungan
sosial, sumber-sumber dan tujuan-tujuan merupakan bahan dasar seorang administarstor bekerja.
Tugas seorang administrator adalah melaksanakan pekerjaan melalui proses pengorganisasian
sumber-sumber dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Bagi administrator yang menduduki
posisi administratif tingkat atas, persoalannya setelah ia memegang posisi itu timbul keengganan
untuk meninggalkan peranan spesialisnya, padahal ia di tuntut oleh posisinya untuk menjalankan
peranan organisasional.
Dengan demikian, petugas spesialis menjadi tidak efektif sebagai seorang admnistrator
karena ia cenderung memberikan pertimbangan yang sebelumnya memang menjadi bidangnya.
Selanjutnya untuk memudahkan pemahaman, berikut disajikan definsi kerja dari beberapa istilah
yang berkaitan dengan administarsi. 1. Administrasi adalah proses yang keseluruhan kegiatan
organisasi diarakan pada pencapaian tujuan antara dan tujuan akhir (Goals and objective) 2.
Administrator adalah anggota organisasi yang tugas utamanya melancarkan proses pencapaian
tujuan organisasi. Petugas lembaga publik (walaupun tugasnya dapat meliputi unsur
adminsitrasi), bukan administraor dan bukan pula pegawai biasa, tetapi pegawai senior yang
merupakan administrator atau pejabat organisasi. Ilmu administrasi adalah salah satu cabang
ilmu sosial yang paling muda, lahir pada akhir abad ke-19. Henri Fayol (1841-1925), adalah
seorang sarjana Prancis, yang pertama melihat adanya prinsip-prinsip universal yang berlaku
bagi administrasi yang mana pun dan dimana pun. Henri Fayol membawakan pengertian
“administrasi (Peradminstration) yang umum berlaku di daratan Eropa (Eropa Kontinental),
dikalangan bangsa Italia, Spanyol, Prancis, jerman, Belgia, Belanda dan sebagainya. Adapun di
Inggris dan negara negara bekas jajahan Inggris, termasuk Amerika Serikat, pengertian semacam
itu tidak ada. Yang mirip-mirip adalah “ Manajemen” Oleh karena itu, buka Henri Fayol “
Administration Industrielle at “ Industrial and general management”, suatu terjemahan yang jelas
bagi orang Inggris, tetapi membingungkan bagi kita di Indonesia yang menganut pandangan
Eropa Kontinental sebagai bekas jajajan Belanda. Kita di Indonesia tidak boleh berselisih paham
satu sama lain hanya karena mempergunakan pengertian-pengertian (Inggris; Concepts, Belbe-
grippen) yang berasal dari Bahasa Asing. Dunia dan cara berpikir bangsa-bangsa itu berbeda,
apalagi antara Inggris dan Prancis. Antara Inggris dan Amerika Serikat, dunia dan cara berpikir
bangsanya berbeda-beda, seperti halanya antara kita dan Malaysia. Perbedaan tersebut
disebabkan oleh sejarah Kebudayaan masingmasing, dan tidak perlu kita kita bawa ke Indonesia
untuk dipertengkarkan oleh kita, sama-sama Sarjana Indonesia.
Oleh karena itu, yang relevan dari pengertian “administrasi” bagi ilmu administrasi,
dianggap tidak relevan oleh ilmu ekonomoi dan ilmu hukum dan ilmu politik sehingga
pandangan terhadap “administrasi” itu berbeda-beda. Keadaaan itu terjadi di mana-mana di dunia
ini normal karena keperluan itu terjadi di mana-mana di dunia ini normal karena keperluan orang
yang selalu berbeda-beda, dan di dalam praktik kehidupan sehari-hari seseotang akan mengambil
segala sesuatunya menurut kebutuhan atau keperluan masing-masing. Definisi ilmu administrasi
ini bukan merupakan batasan yang tuntas, melainkan merupakan suatu definisi pengantar,
definisi kerja, atau “ werkdefinitie”. Setiap ulasan ilmiah ataupun Intelektual harus selalu dimulai
dengan batasan atau definisi, rumusan pembatasan yang jelas daripada “ objek” atau “ kasus
posisi” yang hendak dibicarakan atau distudi, atau rumusan pembatasan dari “ pengertian" Baik “
objek” maupun “ pengertian” tersebut harus merupakan “ Iddeal-type” (Istilah Max Weber) yang
dapat dijadikan “ Model” bagi yang serupa atau mirip banyak. Tanda definisi, kita tidak akan
mengetahui apakah sebenarnya dan setepatnya yang dipersoalkan, lebih-lebih dalam ilmu sosial.
Hal itu karena, segala sesuatu di dunia dan di dalam alam jagad ini, dalam kenyataannya,
berhubungan dan berkaitan satu sama lain sedemikian rupa, sehingga tidak ada satu sesuatu pun
di dunia ini yang berdiri sendiri dalam arti murni. Demikianlah, Ilmu administrasi merupakan
(cabang dan disiplin) ilmu pengetahuan yang dipakai oleh para sarjana ilmu administrasi untuk
mengkaji dan menstudi “ administrasi” sebagai salah satu fonemana masyarakat dan dunia
modern, yang dalam abad ke-20 ini sangat menarik perhatian banyak orang. Bahkan, banyak
yang mengatakan bahwa “ administrasi” itulah yang dapat menolong umat manusia dari efek-
efek dan akibat-akibat negatif daripada perkembangan ilmu pengetahuan alam dan teknologi
modern yang sangat cepat, terlampau cepat bagi sebagian besar umat manusia dunia, disebabkan
oleh terbatasnya fasilitas dan kesempatan pendidikan, terutama di bidang ilmu-ilmu sosial dan
humanoria (ilmu rohaniah) B. Perkembangan Ilmu Administrasi di Indonesia Sesuai dengan sifat
ilmu yang universal, ilmu admnistrasi tidak hanya berkembang di negeri asalnya, melainkan juga
di seluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia karena ilmu sangat dibutuhkan.