Anda di halaman 1dari 21

Filsafat Ilmu

B. Filsafat Ilmu Sosial

Filsafat sosial secara erat berkaitan dengan filsafat umum. Interpretasi seorang materialis
tentang alam semesta dapat berimplikasi pada interpretasinya atas kehidupan sosial; begitu pula
dengan seorang idealis, dualis atau spiritualis. Perkembangan filsafat sosial mengikuti perubahan
penting dalam pandangan filosof. Misalnya, paham individualisme dapat saja mengikuti idenya
Descartes yang menyatakan bahwa “Cogito ergo sum” (Aku berpikir maka aku ada). Jadi,
nampaknya filsafat sosial itu proyek individual, per kepala. Namun pada faktanya dari ide-ide
individual itu kemudian mengkristal dalam dialog antar masyarakat menjadi sebuah pandangan
umum. Pandangan umum inilah yang kemudian melahirkan keteraturan yang lambat laun
menjadi sistem yang – secara langsung atau tidak, dengan terpaksa atau tidak—menjadi
disepakati. Demikian kira-kira pendapat Durkheim. Filsafat sosial itu mempunyai dua aktivitas:
konseptual yang menjelaskan apa yang seadanya (what the really is) dan normatif yang
menjelaskan apa yang seharusnya (what the really ought to be). Yang pertama melahirkan
sosiologi, psikologi sosial, ekonomi, sejarah dengan teori-teori sosialnya dan yang kedua
menimbulkan filsafat politik, etika, dan hukum. Jadi filsafat sosial tidak melulu dipenuhi oleh
penjelasanpenjelasan tentang masyarakat, tetapi juga penjelasan tentang bagaimana mengubah
masyarakat. Tidaklah mengherankan jika salah satu sifat dari filsafat sosial adalah
“pemberontakan.” Maka yang akan dibahas dalam buku ini adalah beberapa tema besar yang
berpengaruh di masyarakat. Dengan meneliti isu-isu besar dengan pendekatan pandangan atas
“apa seharusnya” masyarakat ini diharapkan dapat memenuhi tugas filsafat yang menurut August
Comte (Trigg, 1985: 56) adalah “menyusun teori umum sebagai kerangka untuk hasil-hasil
semua ilmu khusus.” Mengenai hubungan sosiologi dengan filsafat, Durkheim menyatakan
bahwa sosiologi itu sebagian besar tetap merupakan suatu disiplin “filsafat”, yang terdiri dari
sejumlah generalisasi heterogen yang mencakup segala aspek serta yang lebih tertumpu pada
latar belakang logis dari aturan-aturan a priori daripada suatu studi empiris yang sistematis.
Sosiologi, menurut Durkheim dalam bukunya Suicide, “masih di dalam taraf membangun dan
sintesis-sintesis filsafat. Daripada berusaha untuk menyoroti suatu bagian yang terbatas dari
bidang sosial, sosiologi lebih menyukai generalisasi-generalisasi yang brilian.” (Giddens, 1971:
105-8). Dari segi kegunaan, filsafat sosial dewasa ini sangat dirasakan kepentingannya. Hal ini
didasarkan pada perubahan dan kemajuan yang bersama-sama dialami oleh umat manusia
banyak sekali berbagai persoalan yang dimintai perhatian, khususnya yang menyangkut
kehidupan sosial manusia.

Adapun ruang lingkup dalam filsafat sosial adalah sebagai berikut: 1) Mempertanyakan
dan membicarakan persoalan dalam masyarakat (society) dalam individualisme. 2) Persoalan
individual dalam hubungannya dengan Negara 3) Persoalan yang menyangkut hak-hak asasi dan
otonomi 4) Persoalan keadilan sosial (social justice) dan kerjasama sosial (social cooperation) 5)
Persoalan keadilan (justice) dan kebebasan (freedom) 6) Persoalan antara moral dan hukum 7)
Persoalan masalah moral dan kebebasan (morality and freedom) 8) Persoalan masalah ilmu-ilmu
sosial. Bahan material filsafat sosial adalah sesuatu yang dapat menyelidiki berbagai bidang
dalam masyarakat, maka kita dihadapkan pada kenyataan bahwa manusia hidup bersama dengan
sesama manusia, bahwa mereka secara bersama-sama menimbulkan keadaan hidup material dan
rohaniah yang sebaliknya memberikan pengaruh pada mereka. Hal ini dapat disaksikan secara
lahiriah maupun batiniah. Lahiriah dapat berbentuk, pergaulan di antara mereka, saling bercakap-
cakap, dsb. Batiniah dapat diaplikasikan melalui segala norma-norma yang tidak tampak. Bahan
formal filsafat sosial, saling kaitan dengan bahan material filsafat sosial namun bahan formal
filsafat sosial ini dapat ditinjau dari sisi Relasi Individual dan Relasi sosialnya. Relasi individual
itu sendiri berlangsung dari subjek ke subjek. Motif atau dasar relasi ini adalah dasar kebajikan
dan kehormatan orang lain. Contoh relasi ini seperti rasa simpati, cinta kasih antar manusia, juga
terima kasih dan rasa hormat. Sedangkan relasi sosial adalah relasi yang mempersatukan
sejumlah orang karena adanya suatu objek yang menengahinya. Objek inilah yang membentuk
relasi sosial, mungkin material dan mungkin ideal. Oleh karena itu, terkadang sulit membedakan
antara relasi perseorangan dan relasi sosial sebab keduanya saling memengaruhi, relasi sosial
termasuk dalam relasi perseorangan begitu pun sebaliknya. Filsafat sosial mengeksplorasi
pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang isu-isu sosial dan perilaku sosial. Filsafat sosial
berhubungan dengan wilayah bahasan yang cukup luas. Contoh umum ide-ide filsafat sosial
adalah teori kontrak sosial, kritik kebudayaan, dan individualisme. Tema-tema yang dibahas
dalam filsafat sosial mengan- dung epistemologi, metafisika, filsafat politik, moralitas, dan
sebagainya. Tema-tema utama dalam filsafat sosial adalah diri, entitas sosial, dan hubungan di
antaranya. Individualisme seringkali muncul dalam filsafat sosial, termasuk persoalanpersoalan
pemisahan diri, atau kekurangan orang per orang dari masyarakat. Bagian utama filsafat sosial
bertumpang tindih dengan filsafat politik, terutama yang berhubungan dengan otoritas, revolusi,
kepemilikan, dan hak. Namun, filsafat sosial juga berhubungan dengan bentuk-bentuk yang
subtil dari interaksi sosial, otoritas, dan konflik. Misalnya, ketika filsafat hukum menangani isu-
isu pemerintahan formal dan hukum formal, filsafat sosial menangani isu-isu yang lebih
informal, seperti struktur sosial dari kelompok yang dibentuk secara sukarela, kekuatan sosial
dari perayaan, dsb. Di sini kita dapat L membedakan dengan kekuasaan legal, seperti gubernur,
kekuatan sosial, pelajar sekolah popular. Filsafat sosial juga dapat menangani dinamika
kelompok dan cara-cara di mana orang berkelompok atau bertindak dalam sebuah kesatuan.
Topik-topiknya termasuk pakaian, trend, kultus, kerumunan, dsb. Filsafat sosial juga
berhubungan dengan nilai-nilai sosial. Nilai-nilai sosial dapat berhubungan dengan moralitas,
terutama dalam hubungannya dengan teori-teori moral yang mendefinisikan moralitas dengan
apa yang masyarakat dukung atau tidak dukung. Untuk alasan ini, filsafat sosial tumpang tindih
dengan moralitas dan nilai-nilai moral. Sebagian orang mengatakan filsafat sosial itu sebagai
filsafat tentang masyarakat (philosophy of society), tetapi mengatakan itu dapat membingungkan
dengan filsafat masyarakat tertentu, masyarakat Sunda kah, Jawa kah, dsb. Tetapi masyarakat
sebagai sebuah struktur yang ada pada keberadaan individu, itulah yang lebih dapat ditinjau
secara filosofis.

Filsafat sosial adalah kajian filosofis atas persoalanpersoalan tentang perilaku sosial.
Filsafat sosial, dengan demikian, membawakan spektrum masalah yang luas, dari makna
individu ke legitimasi hukum, dari kontrak sosial ke kriteria revolusi, dari fungsi tindakan sehari-
hari ke dampak ilmu atas kebudayaan, dari perubahan dalam demografi ke peternakan kolektif
sarang tawon, dsb. Filsafat sosial berupaya untuk memahami pola dan nuansa, perubahan dan
kecenderungan masyarakat. Filsafat sosial merupakan lapangan bahasan yang luas dengan
banyak subdisiplin. Upaya untuk memahami dan menguraikan kategorikategori dasar yang
dengannya bisa berpikir tentang aspekaspek sosial dari kehidupan manusia. Topik-topik
diskusinya di antaranya anarkisme, otoritas, kelas (sosial), eksploitasi, holisme, individualisme,
hukum, filsafat liberalisme, Marxisme, kekuasaan (sosial), kepemilikan (properti), dan hak
(rights). Seringkali terjadi tumpang tindih antara persoalan-persoalan yang dialamatkan oleh
filsafat sosial dan etika atau teori nilai. Bentuk-bentuk lain dari filsafat sosial termasuk filsafat
politik dan yurisprudensi, yang secara luas berhubungan dengan masyarakat (society), negara
(state) dan pemerintahan (government) beserta fungsinya. Filsafat sosial, etika, dan filsafat
politik semuanya mem- punyai hubungan dengan ilmu sosial. Pada gilirannya, ilmu sosial itu
sendiri merupakan tema utama filsafat ilmu sosial. Filsafat bahasa dan epistemologi sosial itu
juga merupakan lapangan yang bertumpang tindih dengan filsafat sosial.

Teori-teori ilmu social

B. Pengantar Sosiologi

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan
Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang masyarakat.
Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan
bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat,
dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya.
Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik,
ekonomi, sosial.

Sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu tentang sifat masyarakat, perilaku masyarakat,
dan perkembangan masyarakat. Sosiologi merupakan cabang Ilmu Sosial yang mempelajari
masyarakat dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Sebagai cabang Ilmu, Sosiologi
dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, August Comte. Comte kemudian dikenal sebagai
Bapak Sosiologi. Namun demikian, sejarah mencatat bahwa Émile Durkheim — ilmuwan sosial
Perancis — yang kemudian berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Sebagai
sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil
pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.

Sosiologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata latin socius yang artinya teman,
dan logos dari kata Yunani yang berarti cerita, diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang
berjudul “Cours De Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857). Sosiologi
muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Namun sosiologi sebagai ilmu yang
mempelajari masyarakat baru lahir kemudian di Eropa.

Sejak awal masehi hingga abad 19, Eropa dapat dikatakan menjadi pusat tumbuhnya
peradaban dunia, para ilmuwan ketika itu mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari
kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori
sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia.

Dalam buku itu, Comte menyebutkan ada tiga tahap perkembangan intelektual, yang masing-
masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumya.

Tiga tahapan itu adalah :

1. Tahap teologis; adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia mempunyai
jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di atas manusia.
2. Tahap metafisis; pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala terdapat
kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Oleh karena
adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha
untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam.
3. Tahap positif; adalah tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah.

Comte kemudian membedakan antara sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Sosiologi statis
memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat.
Sosiologi dinamis memusatkan perhatian tentang perkembangan masyarakat dalam arti
pembangunan Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari
tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl
Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim
Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam
pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi.

* Herbert Spencer memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat


seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung
satu sama lain.
* Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik
antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat.
* Emile Durkheim memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri
fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.
* Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri
nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.

Definisi Sosiologi

Berikut ini definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan beberapa ahli.

* Pitirim Sorokin

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka
macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan
gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum
semua jenis gejala-gejala sosial lain.

* Roucek dan Warren

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.

* William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf

Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi
sosial.

* J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan


yang bersifat stabil.

* Max Weber

Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.

* Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi


Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial
termasuk perubahan sosial.

* Paul B. Horton

Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk
kehidupan kelompok tersebut.

* Soejono Sukamto

Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat
umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.

* William Kornblum

Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial
anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan
kondisi.

* Allan Jhonson

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya
dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana
pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.

Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :


“ Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-
pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional,
empiris serta bersifat umum ”

Pokok bahasan sosiologi

* Fakta sosial
Fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu
dan mempunya kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut. Contoh, di sekolah
seorang murid diwajidkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap
hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan
memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara bertindak,
berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan
mengendalikan individu (murid).

* Tindakan sosial

Tindakan sosial adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan


perilaku orang lain. Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan
tindakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga
mendapat perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial.

* Khayalan sosiologis

Khayalan sosiologis diperlukan untuk dapat memahami apa yang terjadi di masyarakat
maupun yang ada dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita
mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya.
Alat untuk melakukan khayalan sosiologis adalah troubles dan issues. Troubles adalah
permasalahan pribadi individu dan merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Issues
merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu. Contoh, jika suatu daerah
hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka pengangguran itu adalah trouble. Masalah
individual ini pemecahannya bisa lewat peningkatan keterampilan pribadi. Sementara jika di kota
tersebut ada 12 juta penduduk yang menganggur dari 18 juta jiwa yang ada, maka pengangguran
tersebut merupakan issue, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.

* Realitas sosial

Seorang sosiolog harus bisa menyingkap berbagai tabir dan mengungkap tiap helai tabir
menjadi suatu realitas yang tidak terduga. Syaratnya, sosiolog tersebut harus mengikuti aturan-
aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian
prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.

Perkembangan sosiologi dari abad ke abad

Perkembangan pada abad pencerahan Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu,
seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa
ada yang bisa mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran. Pendapat itu
kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir di abad pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina,
dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana, manusia
tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi dengan masyarakatnya.
Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan masyarakat belum terpikirkan
pada masa ini. Berkembangnya ilmu pengetahuan di abad pencerahan (sekitar abad ke-17 M),
turut berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai
tampak di abad ini. Para ahli di zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai perubahan
masyarakat harus berpedoman pada akal budi manusia.

Pengaruh perubahan yang terjadi di abad pencerahan

Perubahan-perubahan besar di abad pencerahan, terus berkembang secara revolusioner sapanjang


abad ke-18 M. Dengan cepat struktur masyarakat lama berganti dengan struktur yang lebih baru.
Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi
Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di
seluruh dunia. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis
perubahan dalam masyarakat.

Gejolak abad revolusi

Perubahan yang terjadi akibat revolusi benar-benar mencengangkan. Struktur masyarakat yang
sudah berlaku ratusan tahun rusak. Bangasawan dan kaum Rohaniawan yang semula
bergemilang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang semula
berkuasa penuh, kini harus memimpin berdasarkan undang-undang yang di tetapkan. Banyak
kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah.
Revolusi Perancis berhasil mengubah struktur masyarakat feodal ke masyarakat yang bebas

Gejolak abad revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan
masyarakat harus dapat dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan masyarakat yang
besar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan.
Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan masyarakat sudah diantisipasi secara dini.

Perubahan drastis yang terjadi semasa abad revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya
penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam masyarakat. Artinya :

* Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan
dapat diketahui penyebab dan akibatnya.

* Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu untuk menjelaskan
perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk akal.

* Dengan metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan
perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan masyarakat sudah dapat diantisipasi
sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah.

Kelahiran sosiologi modern

Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada.
Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene merupakan tempat dimana sosiologi muncul pertama
kalinya).

Pada permulaan abad ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu
berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya
kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar masyarakat pun tak
terelakkan.

Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk sampai
pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi. Mereka berupaya
menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat itu. Maka
lahirlah sosiologi modern.

Berkebalikan dengan pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro


(lebih sering disebut pendekatan empiris). Artinya, perubahan masyarakat dapat dipelajari mulai
dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasarkan fakta sosial itu dapat ditarik
kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh. Sejak saat itulah disadari betapa
pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi

Pemikiran terhadap masyarakat lambat laun mendapat bentuk sebagai suatu ilmu pengetahuan
yang kemudian dinamakan sosiologi, pertama kali terjadi di Eropa. Pada abad 19 Auguste Comte
menulis beberapa buah buku yang berisikan pendekatan-pendekatan umum untuk mempelajari
masyarakat. Dia beranggapan saatnya telah tiba bahwa sumua penelitian terhadap permasalahan
kemasyarakatan dan gejala-gejala masyarakat memasuki tahap akhir, yaitu  tahap ilmiah.

Sosiologi (1839), berasal dari kata latin socius yang berarti “kawan” dan logos yang berarti
“kata” atau “berbicara”. Jadi sosiologi berarti “berbicara mengenai masyarakat”. Bagi Comte
sosiologi merupakan ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan hasil
perkembangan ilmu pengetahuan dan sosiologi harus di bentuk berdasarkan pengamatan
terhadap masyarakat bukan merupakan spekulasi.

Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan
kekuatan pemikiran, yang selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan krisis setiap orang lain yang
mengetahuinya. Ilmu pengetahuan dapat di bedakan menurut sifat dan objeknya.

Menurut sifat ilmu pengetahuan di kelompokan menjadi :

1. Ilmu pengetahuan yang bersifat eksak


2. Ilmu pengetahuan yang bersifat non-eksak

Menurut objek ilmu pengetahuan di kelompokan menjadi :

1. Ilmu matematika
2. Ilmu pengetahuan alam
3. Ilmu tentang perilaku
4. Ilmu pengetahuan kerohanian

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Sosiologi bersifat empiris, ilmu pengetahuan itu didasarkan pada observasi terhadap
kenyataan  dan akal sehat serta hasinya tidak bersifat spekulatif.
2. Sosiologi bersifat teoretis, ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha menyusun abstraksi
dari hasil observasi dan menyusunnya menjadi sebuah teori.
3. Sosiologi bersifat komulatif, teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada
dalam arti diperbaiki, memperluas dan memperhalus teori yang lama.
4. Sosiologi bersifat non etis, yang mempersoalkan fakta tertentu untuk tujuan menjelaskan
fakta tersebut secara analitis.

Sosiologi mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya dan hubungan-hubungan antara orang-


orang dalam masyarakat. Beberapa definisi sosiologi :

1. Pitirim Sorokin,

Sosiologi ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam
gejala-gejala social, gejala social dengan gejala nonsosial, cirri-ciri umum semua gejala social.

1. Roucek dan Warren

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dalam antar kelompok-
kelompok.

1. William F Ogburn dan Meyer F Nimkoff

Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi social dan hasilnya yaitu organisasi
social

1. J.A.A van Doorn dan C.J Lammers


Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan
yang bersifat stabil.

1. Selo Soemardjan dan Soelaeman Sumardi

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari stuktur social dan proses-proses social, termasuk
perubahan social.

Sosiologi merupakan ilmu social yang objeknya adalah masyarakat. Masyarakat mencakup
beberapa unsure berikut.

1. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama.


2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama
3. Mereka sadar bahwa mereka satu kesatuan
4. Mereka merupakan suatu system yang hidup bersama.

Seorang filsuf Barat yang pertama kali menelaah masyarakat secara sistemmatis adalah Plato
( 429-347 SM ), bahwa masyarakat sebenarnya merupakan refleksi dari manusia perorangan dan
suatu masyarakat akan mengalami kegoncangan. Artistoteles (348-322 SM) mengikuti system
analisis secara organis dari Plato. Dalam bukunya politic, Aristoteles mengadakan suatu analisis
mendalam terhadap lembaga-lembaga politik dalam masyarakat.

Pada akhir abab pertengahan muncul ahli filsafat Arab, Ibn Khaldun (1332-1406) yang
mengemukakan beberapa prinsip pokok untuk menafsirkan kejadian-kejadian social dan
peristiwa dalam sejarah. Prinsip-prinsip yang sama akan dijumpai bila ingin mengadakan analisis
terhadap timbul tenggelamnya Negara-negara. Pada zaman Renaissance (1200-1600), tercatat
nama-nama seperti Thomas More dengan Utopia –nya dan Campanella yang menulis City of the
Sun.  Mereka masih sangat terpengaruh oleh gagasan-gagasan terhadap adanya masyarakat yang
ideal. Berbeda dengan mereka adalah N. Machiavelli yang menganalisis bagaimana
mempertahankan kekuasaan.

Abad ke-17 ditandai dengan munculnya tulisan Hobbes (1588-1679) yang berjudul The
Leviathan.  Dia beranggapan bahwa dalam keadaan alamiah, kehidupan manusia didasarkan pada
keinginan-keingginan yang mekanis sehingga manusia sering berkelahi. Akan tetapi, mereka
mempunyai pikiran hidup damai dan tentram adalah jauh lebih baik jika mereka mengadakan
suatu perjanjian atau kontrak. Abad ke-18 muncul ajaran-ajaran seperti John Locke (1632-1704)
dan J.J. Rousseau (1712-1778) yang masih berpegang pada konsep kontrak social dari Hobbes.
Menurut Locke, manusia pada dasarnya memiliki hak-hak asasi yang berupa hak untuk hidup,
kebebasan dan hak atas harta. Rousseau berpendapat bahwa kontrak antara pemerintah dengan
yang diperintah menyebabkan tumbuhnya suatu kolektivitas yang memiliki keinginan-keinginan
sendiri, yaitu keinginan umum.Pada abab ke -19 muncul ajaran seperti Saint Simon (1760-1825)
menyatakan bahwa manusia hendaknya di pelajari dalam kehidupan kelompok.

Auguste Comte adalah orang pertama yang membedakan antara ruang lingkup dan isi sosiologi
dari ruang lingkup dan isi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. menurut Comte ada 3 tahap
perkembangan intelektual.

1. Tahap teologis, yaitu tahap dimana manusia menafsirkan gejala-gejala di sekelilingnya


secara teologis, yaitu dengan kekuatan-kekuatan roh dewa-dewa atau Tuhan Yang Maha
Kuasa.
2. Tahap metafisik, yaitu manusia menganggap bahwa dalam setiap gejala terdapat
kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkap.
3. Ilmu pengetahuan positif, yaitu manusia masih terikat cita-cita tanpa verifikasi karena
adan kepercayaan bahwa setiap cita-cita terikat pada suatu realitas tertentu dan dan tidak
ada usaha untuk menemukan hukum alam yang seragam.

Hal yang menonjol dari sistematika Comte adalah penilaiannya terhadap sosiologi, yang
merupaka ilmu pengetahuan yang paling kompleks, dan merupakan suatu ilmu pengetahuan yang
akan berkembang dengan pesat sekali. Comte kemudian membedakan antara sosiologis statis dan
dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar
dari adanya masyarakat. Studi ini mempelajari aksi-aksi dan reaksi timbal balik dari system-
sistem social. Sosiologi dinamis merupakan teori tentang perkembangan dalam arti
pembangunan. Ilmu pengetahuan ini menggambarkan cara-cara pokok dalam mana
perkembangan manusia terjadi dari tingkat intelegensia yang rendah ketingkat yang lebih tinggi.
Comte yakin bahwa masyarakat berkembang menuju suatu kesempurnaan.
D. Pengantar Ilmu Administrasi

Administrasi diartikan sebagai suatu proses pengorganisasian sumber-sumber sehingga


tugas pekerjaan dalam organisasi tingkat apa pun dapat dilaksanakan dengan baik. Proses
administrasi akan melaksanakan tiga fungsi utama yang berhubungan erat dengan tiga tingkatan
umum dalam hierarki formal. Di tingkat atas, yaitu fungsi pengarahan organisasi, terutama
berkaitan dengan proses perencanaan jangka panjang dari suatu tujuan yang akan dicapai. Di
tingkat menengah, yaitu fungsi manajemen organisasi, terutama berkaitan dengan upaya
mempertahankan organisasi sebagai suatu pekerjaan yang terus berlangsung lama, ilim yang
diperlukan oleh staf teknis atau profesional yang terlibat dalam proses produksi (hasil). Di
tingkat bawah adalah fungsi pengawas. Dalam kontak langsung dengan pekerja-pekerja
profesional dan teknis, fungsi pengawasan mengarahkan penggunaan sumber-sumber serta
menjalin agar kegiatan-kegiatan profesional dan teknis dilaksanakan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan. Ketiga tingkatan ini saling berkaitan, memiliki derajat saling hubungan secara
positif dan mempunyai fungsi yang berbeda-beda, seperti beragamnya organisasi dari berbagai
jensi dan ukuran. Misalnya dalam suatu pabrik atau dalam suatu bagian pelayanan sosial medik,
fungsi-fungsi pengarahan, manajemen dan pengawasan dapat tertanam hanya pada satu orang.
Walaupun demikian, yang terpenting adalah administrasi didefinsikan sebagai proses umum
yang pengarahan, manajemen, dan pengawasan merupakan unsurunsurnya.

Sebagai suatu metode, administrasi berlangsung dalam organisasi formal, yaitu suatu unit
sosial yang dibentuk untuk tujuan yang mencakup unsur-unsur konflik dan unsur-unsur
perubahan. Organisasi, dengan struktur formalnya, kelompok-kelompok sosial, lingkungan
sosial, sumber-sumber dan tujuan-tujuan merupakan bahan dasar seorang administarstor bekerja.
Tugas seorang administrator adalah melaksanakan pekerjaan melalui proses pengorganisasian
sumber-sumber dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Bagi administrator yang menduduki
posisi administratif tingkat atas, persoalannya setelah ia memegang posisi itu timbul keengganan
untuk meninggalkan peranan spesialisnya, padahal ia di tuntut oleh posisinya untuk menjalankan
peranan organisasional.

Dengan demikian, petugas spesialis menjadi tidak efektif sebagai seorang admnistrator
karena ia cenderung memberikan pertimbangan yang sebelumnya memang menjadi bidangnya.
Selanjutnya untuk memudahkan pemahaman, berikut disajikan definsi kerja dari beberapa istilah
yang berkaitan dengan administarsi. 1. Administrasi adalah proses yang keseluruhan kegiatan
organisasi diarakan pada pencapaian tujuan antara dan tujuan akhir (Goals and objective) 2.
Administrator adalah anggota organisasi yang tugas utamanya melancarkan proses pencapaian
tujuan organisasi. Petugas lembaga publik (walaupun tugasnya dapat meliputi unsur
adminsitrasi), bukan administraor dan bukan pula pegawai biasa, tetapi pegawai senior yang
merupakan administrator atau pejabat organisasi. Ilmu administrasi adalah salah satu cabang
ilmu sosial yang paling muda, lahir pada akhir abad ke-19. Henri Fayol (1841-1925), adalah
seorang sarjana Prancis, yang pertama melihat adanya prinsip-prinsip universal yang berlaku
bagi administrasi yang mana pun dan dimana pun. Henri Fayol membawakan pengertian
“administrasi (Peradminstration) yang umum berlaku di daratan Eropa (Eropa Kontinental),
dikalangan bangsa Italia, Spanyol, Prancis, jerman, Belgia, Belanda dan sebagainya. Adapun di
Inggris dan negara negara bekas jajahan Inggris, termasuk Amerika Serikat, pengertian semacam
itu tidak ada. Yang mirip-mirip adalah “ Manajemen” Oleh karena itu, buka Henri Fayol “
Administration Industrielle at “ Industrial and general management”, suatu terjemahan yang jelas
bagi orang Inggris, tetapi membingungkan bagi kita di Indonesia yang menganut pandangan
Eropa Kontinental sebagai bekas jajajan Belanda. Kita di Indonesia tidak boleh berselisih paham
satu sama lain hanya karena mempergunakan pengertian-pengertian (Inggris; Concepts, Belbe-
grippen) yang berasal dari Bahasa Asing. Dunia dan cara berpikir bangsa-bangsa itu berbeda,
apalagi antara Inggris dan Prancis. Antara Inggris dan Amerika Serikat, dunia dan cara berpikir
bangsanya berbeda-beda, seperti halanya antara kita dan Malaysia. Perbedaan tersebut
disebabkan oleh sejarah Kebudayaan masingmasing, dan tidak perlu kita kita bawa ke Indonesia
untuk dipertengkarkan oleh kita, sama-sama Sarjana Indonesia.

Oleh karena itu, yang relevan dari pengertian “administrasi” bagi ilmu administrasi,
dianggap tidak relevan oleh ilmu ekonomoi dan ilmu hukum dan ilmu politik sehingga
pandangan terhadap “administrasi” itu berbeda-beda. Keadaaan itu terjadi di mana-mana di dunia
ini normal karena keperluan itu terjadi di mana-mana di dunia ini normal karena keperluan orang
yang selalu berbeda-beda, dan di dalam praktik kehidupan sehari-hari seseotang akan mengambil
segala sesuatunya menurut kebutuhan atau keperluan masing-masing. Definisi ilmu administrasi
ini bukan merupakan batasan yang tuntas, melainkan merupakan suatu definisi pengantar,
definisi kerja, atau “ werkdefinitie”. Setiap ulasan ilmiah ataupun Intelektual harus selalu dimulai
dengan batasan atau definisi, rumusan pembatasan yang jelas daripada “ objek” atau “ kasus
posisi” yang hendak dibicarakan atau distudi, atau rumusan pembatasan dari “ pengertian" Baik “
objek” maupun “ pengertian” tersebut harus merupakan “ Iddeal-type” (Istilah Max Weber) yang
dapat dijadikan “ Model” bagi yang serupa atau mirip banyak. Tanda definisi, kita tidak akan
mengetahui apakah sebenarnya dan setepatnya yang dipersoalkan, lebih-lebih dalam ilmu sosial.
Hal itu karena, segala sesuatu di dunia dan di dalam alam jagad ini, dalam kenyataannya,
berhubungan dan berkaitan satu sama lain sedemikian rupa, sehingga tidak ada satu sesuatu pun
di dunia ini yang berdiri sendiri dalam arti murni. Demikianlah, Ilmu administrasi merupakan
(cabang dan disiplin) ilmu pengetahuan yang dipakai oleh para sarjana ilmu administrasi untuk
mengkaji dan menstudi “ administrasi” sebagai salah satu fonemana masyarakat dan dunia
modern, yang dalam abad ke-20 ini sangat menarik perhatian banyak orang. Bahkan, banyak
yang mengatakan bahwa “ administrasi” itulah yang dapat menolong umat manusia dari efek-
efek dan akibat-akibat negatif daripada perkembangan ilmu pengetahuan alam dan teknologi
modern yang sangat cepat, terlampau cepat bagi sebagian besar umat manusia dunia, disebabkan
oleh terbatasnya fasilitas dan kesempatan pendidikan, terutama di bidang ilmu-ilmu sosial dan
humanoria (ilmu rohaniah) B. Perkembangan Ilmu Administrasi di Indonesia Sesuai dengan sifat
ilmu yang universal, ilmu admnistrasi tidak hanya berkembang di negeri asalnya, melainkan juga
di seluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia karena ilmu sangat dibutuhkan.

Di Indonesia, perkembangan Ilmu admnistrasi ditentukan adanya kebutuhan organisasi


dalam semua lapisan dan tingkat kegiatan, baik yang menyangkut pemerintahan maupun yang
menyangkut dunia usaha. Perguruan-perguruan tinggi di Indonesia sangat menaruh perhatian,
terbukti dengan dibukanya fakultas-fakultas ketatanegaraan dan ketataniagaan di Universitas
Brawijaya, Universitas Krisna – Dwipayana, Universitas 17 Agustus, dan Universitas Jakarta.
Berdirinya sekolah-sekolah tinggi, antara lain Sekolah Tinggi Ilmu Administarsi Negara (STIA),
Lembaga Administrasi Negara, dan sebagai jurusan dalam fakultas sosial politik, misalnya di
Universitas Indonesia , Universitas Gajahmada, Universitas Hasanuddin, Universitas
Samratulangi, Universitas Islam Syekh-Yusuf, dan lain-lain, menunjukkan perkembangan ilmu
tersebut. Disamping itu, lembaga tersebut ada yang melekat pada fakultas ekonomi, seperti
Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, dan
Lembaga Administrasi Perusahaan pada Universitas Trisakti. Selain itu, didapati sebagai
program-program latihan jangka pendek dalam berbagai bidang ilmu administarsi serta lahirnya
sejumlah akademi yang menyangkut administrasi dan manajemen. Dalam Literatul Islam,
masalah administarsi dan manajemen mendapat perhatian dengan diberi nama “idarah” yang
bermakna administrasi atau manajemen dan “zi amah” yang berarti kepemimpinan (leadership).
Berbagai kitab telah dikarang oleh K o n s e p A m i n i s t r a s i Universitas Malikussaleh 5
ulama Islam yang berkaitan dengan administarsi kenegaraan dan pemerintahan (khilafah) yang
menunjukkan perhatian mereka terhadap administrasi. Kitab tentang administrasi pemerintahan
dengan judul ahkamusulthaniyah yang disusun oleh Abil Hasan Al-Mawardi (450H) dan kitab
Assiyasatu Syar’iyah fi Ishlahir-ra’I Warra’yah oleh Ibnu Taimiyah (661-728) ternyata hingga
kini masih tetap menjadi bahan studi yang baik dalam mengenal sistem administrasi negara
dalam pemerintahan Islam. Haroon K. Sherwani telah menulis sebuah kitab dengan judul Studies
In Muslim Political Thought and Administration yang berisi pendapat para sarjana Islam
mengenai administarsi negara, prinsip-prinsip yang telah diterapkan dalam Islam semenjak
zaman Rasulullah SAW sampai masa kekhalifahan. Sementara itu, Muhamamd Asad Leopold
Weiss menulis, The Principles of State and Government in Islam, yang menyangkut tata negara
dan Islam. Sungguhpun idarah dan zi’amah serta imamah baru melembaga sebagai ilmu, secara
praktis telah dipraktikkan pada zaman Rasulullah SAW. Dalam mengurus masyarakat.
Bagaimana kemahiran Nabi dalam membangun persatuan umat yang sebelumnya porak-poranda
akibat pengaruh jahiliah, demikian juga Rasulullah SAW. sebagai panglima perang selalu
menggondol piala kemenangan dalam setiap medan peperangan menunjukkan ketrampilannya
dalam menyusun shaf (barisan), dalam Al Qur’an terdapat dua surat yang menyangkut
keteraturan barisan, yaitu ASSaff dan AS-Saffat, yang menunjukkan pentingnya masalah shaf
untuk mencapai tujuan. Keteraturan shaf di realisasikan, baik dalam shalat maupun dalam perang
menghadapi musuh sehingga umat Islam menjadi umat yang kuat dan berhasil meraih
kemenangan. Ketrampilan idarah dibutuhkan tidak hanya dalam bernegara dan berniaga, tetapi
juga dalam beribadah. Misalnya dalam shalat berjamaah dan menghimpun zakat dan dana
sukarela berupa infak dan sedekah dalam rangka pembangunan umat. Demikian juga, tata
laksanan mesjid guna mewujudkan mesjid yang berfungsi baik sebagai pusat ibadah dan
kemasyarakatan Islam. Drs. Muhammad, M.Si Dalam kitab-kitab Idarah dan Zi’amahn Islam,
disimpulkan bahwa administrasi, manajemen, dan kepemimpinan (Leadership) adalah wajib
diadakan, baik dari segi aqli dari dalil-dalil naqli (Al Qur’an dan Hadist) C. Unsur-unsur
Administrasi Dalam proses opearsi adminitrasi terdapat sejumlah unsur yang saling berkait
antara satu dan yang lain, yang apabila salah satunya tidak ada, proses administrasi akan
pincang. Unsur –unsur tersebut meliputi sebagai berikut : 1. Organisasi, yaitu wadah bagi
segenap kegiatan usaha kerja sama 2. Manajemen, yaitu kegiatan menggerakkan sekelompok
orang dan mengarahkan fasilitas kerja, hubungan ini meliputi : a.Perencanaan b.Pembuatan
Keputusan c. Pembimbingan d.Pengoordinasian e.Pengawasan (kontrol) f. Penyempurnaan dan
perbaikan tata struktur dan tata kerja 3. Komunkasi, yaitu penyampaian berita dan pemindahan
buah pikiran dari seseorang kepada yang lainnya dalam rangka terwujudnya kerja sama. 4.
Kepegawaian, yaitu pengaturan dan pengurusan pegawai atau karyawan yang diperlukan 5.
Keuangan, yaitu pengelolaan segi-segi pembiayaan dan pertanggung jawaban keuangan 6.
Perbekalan, yaitu perencanaan, pengadaan dan pengaturan pemakai barang-barang keperluan
kerja 7. Tata Usaha, yaitu penghimpun, pencatatan, pengolahan, pengiriman, dan penyimpanan
berbagai keterangan yang diperlukan 8. Hubungan Masyarakat, yaitu perwujudan hubungan yang
baik dan dukungan dari lingkungan masyarakat terhadap usaha kerja sama K o n s e p A m i n i s
t r a s i Universitas Malikussaleh 7 Di antara ahli administrasi, ada yang mengemukakan
unsurunsur administarsi, yang terdiri atas manajemen, kantor urusan ruamh tangga, urusan
pegawai, keuangan, hubungan masyarakat, riset kearsipan, perpustakaan, statistik, hukum dan
ekspedisi (Dasardasar Manajemen Oleh Sukarno K) D. Administrasi Indonesia (Nasional)
Penggunaan ilmu dan teknologi dari luar dan penyesuaiannya dengan budaya Indonesia,dan
selanjutnya pembangunan ilmu dan teknologi dari bahan baku intelektual Nusantara,dapat
menghasilkan sosok administrasi Indonesia. Dengan demikian,bangsa Indonesia harus mampu
meningkatkan posisi dan peranannya dari konsumen atau peniru menjadi juga produsen dan
pengekspor ilmu dan teknologi. Administrasi Indonesia (nasional) adalah sebagai berikut. 1.
Administrasi ideal. dalam hubungan ini, penghayatan dan pengamalan pancasila tidak lain dari
administrasi Indonesia. 2. Teori administrasi yang diterapkan sesuai dengan kondisi dan situasi
Indonesia. Disini, nasional berarti sifat nasionalisme administrative berarti pempribumian
administrasi berdasarkan kondisi, sehingga diharapkan memperoleh sifat dan watak
keindonesiaan. Hal itu dapat terjadi jika administrasi dipribumikan menurut dan sesuai dengan
kondisi dan situasi Indonesia. 3. Tujuan. Administrasi nasional berarti administrasi urusan dalam
dan luar negeri yang ditunjukan untuk kepentingan nasional. Motif penyebaran ilmu administrasi
ke dunia ketiga sesungguhnya tidak semata-mata demi ilmu atau perikemanusian, tetapi
digerakkan oleh upaya untuk mengamankan dan mengefektifkan bantuan luar negeri maju
kepada dunia ketiga. Menurut ponsioen dalam national Development (1968:52), program
bantuan luar negeri Negaranegara maju kepada Negara berkembang bermula dari butir empat
program yang diucapkan oleh Presiden Truman pada tanggal 20 januari 1949. Deklarasi Truman
didukung (diikuti) oleh program pendidikan dan latihan di bidang administrasi untuk
mengamankan dan mengefektifkan bantuan tersebut, agen Negara donator (misalnya Amerika
Serikat), menyelenggarakan pendidikan/latihan administrasi bagi aparat pemerintah Negara
penerima donasi atau bantuan. Dengan demikian,dapat dipahami,pada awalnya ilmu administrasi
diekspor ke Indonesia untuk dan sejauh mendukung kepentingan donator. Nasionalisme
administrative bermaksud membalikkan hal itu:administrasi untuk kepentingan nasional. 4.
Ruang lingkup.istilah nasional juga menunjukkan ruang lingkup administrasi di Indonesia dalam
arti, setiap kegiatan yang menyangkut semuabidang administrasi di Indonesia dalam arti, setiap
kegiatan yang menyangkut semua bidang kehidupa bangsa, Negara, dan masyarakat, perlu
diadminstrasikan dengan sebaik-baiknya. Bahkan, organisasi masyarakat yang bersifat sukarela
pun perlu diadministrasikan. Dimana ada keputusan atau ketetapan, disana diperlukan kehadiran
administrasi; dimana ada kebijaksanaan,disana diperlukan kehadiran administrasi. Organisasi
nirlaba,demikian sukiswo Dirdjosuparto dalam manajemen (No. 28/1985:22) perlu
diadministrasikan, kendatipun organisasi ini tidak bermaksud mencari laba (dalam bentuk uang
atau barang) tetapi kepuasan,pengabdian,atau perikemanusian (charity). 5. Gerakan. Uraian
diatas dapat diartikan,administrasi harus menjadi gerakan nasional. Isu tentang perlunya
peningkatan efiensi di segala bidangkehidupan masyarakat,bangsa,dan Negara, yang akhir-akhir
ini tengah diartikulasikan, sebenarnya tidak lain dari pengungkapan betapa perlunya gerakan
nasional di bidang administrasi. 6. Produk. Administrasi nasional berarti juga aministrasi yang
made in Indonesia,dengan bahan baku dari dalam negeri. Dalam siaran TVRI acara berita
nasional (29 september1987) diberitakan bahwa jaringan televise di amerika menawarkan waktu
tiga menit per minggu kepada Indonesia untuk diisi dengan per-KB-an ini salah satu komoditas
informasi produk Indonesia yang pantas diketengahkan. 7. Usaha. Konsep nasional berkaitan
dengan semangat nasionalisme. Administrative atau usaha untuk mempribumikan adminstrasi.
Upaya ini berkaitan dengan budaya administrasi suatu bangsa,yaitu identifikasi,orientasi,dan
persepsi masyarakat Indonesia terhadap mekanisme pelaksanaan sesuatu yang given terhadap
norma dan nilai yang menguasai proses berfungsinya mekanisme tersebut (Moelyarto
Tjokrowinoto,1997:26). Kendatipun agak samar-samar, konsep ini sejajar dengan konsep
economic nationalism. Menurut Andre Hardjana dalam mass Communication and Economic
Nationalism (1980:6), konsep economic nationalism digunakan, baik di tingkat makro yang
berarti government’s economic policy, maupun di tingkat mikro dalam arti individual’s attitudes
toward government’s control over the country’s economic affairs. Jika usaha itu berhasil berarti
administrasi nasional (telah) menjadi bagian integral kebudayaan Indonesia. 9.
Pelayanan,perawatan, dan pengusahaan. Ketiga konsep ini merupakan salinan tiga konsep yang
dikenal dalam bidang Manajemen, yaitu service,stewardship, dan entrepreneurship. Dua yang
disebut kemudian dikemukakan oleh William G.Scott dalam artikel berjudul Organization
Revolution, an end to managerial orthodoxy (dalam administraton and society, Vol 17 No. 2
agustus Agustus 1985: 149). Menurut scott, “stewardship is managerial fidelity in performing the
duties is husbanding the property of others.” Di dalam diri sang steward harus terdapat kesadaran
bahwa segala sesuatu yang berada di bawah kekuasaanya bukan miliknya, dan kesedian untuk
merawat,memelihara,bahkan membiakkan kekayaan orang lain yang dititipkan kepadanya.
Sikapnya haruslah yng terakhir menyelamatkan diri,itu pun jika kesempatan untuk itu ada.
Konsepstewardship dianggap tepat digunakan untuk menunjukkan posisi pemerintah menurut
pasal 33 UUD 1945. 10. Keusahawan (entrepreneurship) menunjukkan kemampuan untuk
menggapai sukses. Glosari manajemen mendefinisikan konsep itu sebagai kemampuan untuk
mewujudkan ide menjadi kenyataan, kemustahilan menjadi kemungkinan, dan tantangan menjadi
peluang. Pola perilaku bangsa, akhirnya dapat dinyatakan, administrasi Indonesia adalah pola
perilaku bangsa Indonesia. Hal ini erat berkaitan dengan butir 7 diatas, seperti diuraikan kelak
pada akhir tulisan ini, salah satu indicator keberhasilan proses belajar mengajar ilmu administrasi
ialah timbulnya kesadaran akan pentingnya administrasi dan kesediaan tiap anggota masyarakat
untuk menjadikannya pola perilaku, baik masyarakat maupun individu.

Anda mungkin juga menyukai