Anda di halaman 1dari 10

BAB III INTERAKSI SOSIAL DALAM DINAMIKA KEHIDUPAN SOSIAL

A. DEFINISI INTERAKSI SOSIAL


Sejak dilahirkan manusia mempunyai naluri untuk hidup bergaul dengan sesamanya. Naluri
ini merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk memenuhi
kebutuhan hidup lainnya. Upaya manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya
dilakukan melalui suatu prose yang disebut interaksi sosial. Interaksi Sosial adalah suatu
hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok
dengan kelompok dalam masyarakat. Dalam kanyataan sehari-hari terdapat tiga macam
cakupan dalam definisi interaksi sosial, yaitu :

1. Interaksi antara individu dengan individu


Wujud interaksi ini dapat dalam bentuk jabat tangan, saling menegur, bercakap-cakap atau
mungkin bertengkar
2. Interaksi antara individu dengan kelompok
Secara konkret bentuk interaksi ini bisa dilihat pada contoh : seorang guru sedang mengajari
siswa-siswanya dalam kelas, atau seorang orator yang sedang berpidato di depan orang
banyak.
3. Interaksi antara kelompok dengan kelompok
Bentuk interaksi ini menunjukan bahwa kepentingan individu dalam kelompok merupakan satu
kesatuan, berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok lain. Contohnya, satu
kesebelasan sepak bola bertanding melawan kesebelasan lainnya.
B. CIRI-CIRI INTERAKSI SOSIAL
Menurut Charles P. Loomis, sebuah hubungan bisa disebut interaksi sosial jika memiliki ciri-
ciri berikut :
1. Jumlah pelaku dua orang atau lebih
2. Adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol atau lambang
3. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang
4. Adanya tujuan yang hendak dicapai sebagai hasil dari interaksi tersebut

C. FAKTOR-FAKTOR PENDORONG INTERAKSI SOSIAL


Secara psikologis, seseorang melakukan interaksi sosial dengan orang lain didasari oleh adanya
dorongan-dorongan yang bersifat psikologis-sosiologis, antara lain :
1. Imitasi
Imitasi adalah suatu tindakan seseorang untuk meniru segala sesuatu yang ada pada orang
lain. Hal inni disebabkan oleh adanya minat dan perhatian objek atau subjek yang akan ditiru
serta adanya sikap menghargai dan mengagumi pihak lain yang dianggap cocok. Contoh dari
imitasi adalah gaya dan mode berpakaian di kalangan remaja di kota-kota besar.
2. Identifikasi
Identifikasi merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk menjadi sama (identik) dengan
orang yang ditirunya, baik dari segi gaya hidup maupun perilakunya. Sebagai contoh, seorang
pengagum berat artis terkenal, ia sering mengidentifikasi dirinya menjadi artis idolanya
dengan meniru model rambut, model pakaian, atau gaya perilakunya dan menganggap dirinya
sama dengan artis tersebut.
3. Sugesti
Sugesti adalah rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan seseorang kepada orang
lain sedemikian rupa sehingga orang yang diberi sugesti tersebut menuruti atau melaksanakan
apa yang disugestikannya itu tanpa berpikir lagi secara kritis dan rasional. Umumnya orang
yang mudah tersugesti adalah orang atau kelompok masyarakat yang berada dalam kondisi
lemah, tertekan, atau frustrasi. Contohnya, seorang yang memnderita penyakit menahun akan
mudah tersugesti untuk pergi ke dukun daripada berobat tekun ke dokter.
4. Motivasi
Motivasi adalah dorongan, rangsangan, pengaruhi atau stimulus yang diberikan seseorang
kepada orang lain sedemikian rupa sehingga orang yang diberi motivasi tersebut menuruti
atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional dan penuh rasa tanggung
jawab. Pemberian tugas dari seorang guru kepada murid-muridnya merupakan salah satu
bentuk motivasi supaya mereka mau belajar dengan rajin dan penuh rasa tanggung jawab.
5. Simpati
Simpati merupakan sikap ketertarikan seseorang terhadap orang lain. Melalui proses simpati,
orang merasa dirinya seolah-olah berada dalam keadaan orang lain dan merasakan, apa yang
dialami, dipikirkan atau dirasakan orang lain tersebut. Contohnya, ketika ada tetangga yang
sedang terkena musibah kita ikut merasakan kesedihannya dan berusaha membantunya.
6. Empati
Empati merupakan simpati mendalam yang dapat mempengaruhi kejiwaan dan fisik
seseorang. Contohnya, seorang ibu akan merasa kesepian ketika anaknya bersekolah di luar
kota. Ia selalu rindu dan memikirkan anaknya tersebut sehingga jatuh sakit.

D. SYARAT TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL


1. Kontak sosial
Kontak sosial merupakan hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal
terjadinya interaksi sosial, dan masing-masing pihak saling bereaksi meski tidak
harus bersentuhan secara fisik. Dalam kehidupan sehari-hari, kontak sosial dapat dibedakan
sebagai berikut :
a. Kontak sosial menurut cara-cara yang dilakukan terdiri dari :
1) Kontak langsung, yaitu komunikator menyampaikan pesannya secara langsung
kepada komunikan melalui tatap muka maupun melalui media komunikasi
2) Kontak tidak langsung, yaitu komunikator menyampaikan pesannya kepada komunikan
melalui perantara pihak ketiga
b. Kontak sosial menurut proses terjadinya, terdiri dari :
1) Kontak primer, yaitu yang terjadi pada saat awal komunikasi sosial itu berlangsung
2) Kontak sekunder, yaitu apabila pesan dari komunikator disampaikan kepada komunikan
melalui pihak ketiga atau melalui media komunikasi
2. Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahas latin communicare yang berarti berhubungan. Jadi secara
harfiah, komunikasi berarti berhubungan atau bergaul dengan orang lain. Pada kontak sosial
pengertiannya lebih ditekankan kepada orang atau kelompok yang berinteraksi, sedangkan
komunikasi lebih ditekankan pada bagaimana pesannya itu diproses.
E. BENTUK INTERAKSI SOSIAL
1. Interaksi sosial asosiatif
Interaksi sosial asosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang menghasilkan kerja sama.
Ada beberapa bentuk interaksi sosial asosiatif, antara lain :
a. Kerja sama (Cooperation)
Kerja sama merupakan bentuk utama dari proses interaksi sosial karena pada dasarnya
interaksi yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang bertujuan untuk memenuhi
kepentingan atau kebutuhan bersama. Kerja sama dapat dibedakan lagi menjadi 4 macam,
yaitu :
1) Kerja sama spontan, yaitu kerja sama yang timbul secara spontan
2) Kerja sama langsung, yaitu kerja sama yang terjadi karena adanya perintah atasan atau
penguasa
3) Kerja sama kotrak, yaitu kerja sama yang berlangsung atas dasar ketentuan tertentu yang
disetujui bersama untuk jangka waktu tertentu
4) Kerja sama tradisional, yaitu kerja sama yang terbentuk karena adanya sistem tradisi yang
kondusif.
Pada masyarakat pedesaan, pola kerjasama didorong oleh motivasi untuk :
a) Menghadapi tantangan alam yang masih “keras”
b) Melakukan pekerjaan yang membutuhkan tenaga massal
c) Melaksanakan upacara yang sifatnya sakral (suci)
d) Menghadapi serangan musuh dari luar
Pada masyarakat kota yang sudah begitu kompleks struktur kemasyarakatannya, motivasi
kerjasamanya adalah sebagai berikut :
a) Memperoleh keuntungan ekonomis secara efektif dan efisien
b) Menghindari persaingan bebas, maka dibentuklah semacam asosiasi atau perserikataan, baik
di bidang ekonomi, politik, kesenian, dll.
c) Menggalang persatuan dan kesatuan bangsa di bidang bela negara dan cinta tanah air
b. Akomodasi (Accomodation)
Merupakan suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antarindividu dan kelompok untuk
meredakan pertentangan.
Akomodasi mempunyai dua aspek pengertian :
1) Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan
pertentangan
2) Pada suatu keadaan, adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang perorangan
atau kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma sosial dan nilai sosial yang berlaku
dalam masyarakat.
Akomodasi didahului oleh adanya dua kelompok atau lebih yang saling bertikai. Masing-masing
kelompok dengan kemauannya sendiri berusaha untuk berakomodasi menghilangkan gap atauu
barier yang menjadi pangkal pertentangan sehingg konflik mereda.
Tujuan dari akomodasi adalah sebagai berikut :
1) Mengurangi perbedaan pandangan, pertentangan politik, atau permusuhan antar suku atau
antar negara
2) Mencegah terjadinya ledakan konflik yang mengarah pada benturan fisik
3) Mengupayakan terjadinya akomodasi di antara masyarakat yang dipisahkan oleh sistem kelas
atau kasta
4) Mengupayakan terjadinya proses pembauran atau asimilasi di antara kelompok kesukuan atau
ras.
c. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses ke arah peleburan kebudayaan sehingga masing-masing pihak
merasakan adanya kebudayaan tunggal sebagai milik bersama. Asimilasi akan terjadi apabila:
1) Ada perbedaan kebudayaan antara kedua belah pihak
2) Ada interaksi intensif antara kedua pihak
3) Ada proses saling menyesuaikan
Proses asilmilasi bisa terjadi bila ada hal-hal yang mendukung serta akan susah terjadi kalau
ada faktor yang menghambat. Berikut ini faktor-faktor yang mendukung dan menghambat
proses asimilasi :
No. Faktor Yang Mendukung No. Faktor Yang Menghambat
1 Adanya toleransi antar kebudayaan 1 Adanya isolasi kebudayaan dari
yang berbeda salah satu kebudayaan kelompok
2 Adanya sikap menghargai terhadap 2 Rendahnya pengetahuan tentang
orang asing dan kebudayaannya kebudayaan lain
3 Adanya kesempatan di bidang 3 Ketakutan atas kekuatan
ekonomi yang seimbang kebudayaan kelompok lain
4 Adanya sikap terbuka dari golongan 4 Perasaan superioritas atas
penguasa kebudayaan kelompok tertentu
5 Adanya kesamaan dalam berbagai 5 Adanya perbedaan ciri-ciri ras yang
unsur budaya mencolok
6 Terjadinya perkawinan campuran 6 Adanya perasaan in-group yang
7 Adanya musuh bersama dari luar 7 kuat
Adanya perbedaan kepentingan

d. Akulturasi (Acculturation)
Akultursi atau kontak kebudayaan merupakan proses sosial yang timbul akibat suatu
kebudayaan menerima unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian kebudayaan itu sendiri. Proses akulturasi sudah terjadi sejak zaman dahulu
dalam sejarah kebudayaan manusia. Migrasi antarkelompok manusia dengan kebudayaan yang
berbeda telah menyebabkan individu-individu dalam kelompok itu dihadapkan dengan unsur
kebudayaan asing.
Bangsa Indonesia paling tidak telah mengalami tiga kontak kebudayaan asing yang besar, yaitu
sebagai berikut :
1) Kontak dengan kebudayaan Hindu-Buddha pada zaman kuno (abad ke 1-15), contoh akulturasi
ini adalah masuknya epos Ramayana atau Mahabarata dalam cerita wayang
2) Kontak dengan kebudayaan Islam pada zaman madya (abad ke 15-17), contohnya yaitu
masuknya unsur arsitektur masjid dari Timur Tengah yang melengkapi bangunan keagamaan di
Indonesia
3) Kontak dengan kebudayaan Barat pada zaman baru (abad ke 17-20), contoh akulturasi
Indonesia-Barat adalah perpaduan budaya Indonesia dengan budaya barat dalam bidang
kesenian, arsitektur, perdagangan, pendidikan, dan politik.

2. Interaksi sosial disosiatif


Interaksi sosial disosiatif merupakan suatu bentuk interaksi sosial yang menghasilkan sebuah
perpecahan. Ada beberapa bentuk interaksi sosial disosiatif, antara lain :
a. Persaingan (Competition)
Persaingan adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu
agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman
atau benturan fisik. konsep tersebut merupakan definisi persaingan yang “sehat” dengan pola
aturan main yang wajar.
Persaingan memiliki fungsi yang dinamis, yaitu :
1) Menyalurkan daya kreativitas yang dinamis
2) Menyalurkan daya juang yang sifatnya kompetitif
3) Memberikan stimulus atau rangsangan dinamis untuk berprestasi secara optimal
4) Menyeleksi penempatan atau kedudukan seseorang dalam hierarki organisasi secara tepat
sesuai dengan kemampuannya
5) Menghasilkan spesialisasi keahlian yang menghasilkan sistem pembagian kerja secara efektif.
Ruang lingkup persaingan meliputi berbagai bidang berikut ini :
1) Sosial ekonomi, seperti bidang perdagangan
2) Sosial budaya, seperti bidang kesenian dan keolahragaan
3) Sosial politik, seperti bidang pemerintahan dan organisasi politik
4) Keagamaan, misalnya di antara kelompok-kelompok atau sekte yan berlainan paham
keagamaannya.
Dalam suatu persaingan diharapkan dapat menghasilkan :
1) Perubahan sikap dan kepribadian yang makin mantap
2) Daya juang yang dinamis dan progresif
3) Timbulnya rasa percaya diri
4) Makin kokohnya solidaritas dan kebanggaan politik.
b. Kontravensi
Kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan
(konflik). Wujud dari kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara sembunyi
maupun secara terang-terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok, maupun
terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu.
Bentuk-bentuk kontravensi :
1) Kontravensi yang bersifat umum, seperti penolakan, keengganan, gangguan terhadap pihak
lain, pengacauan rencana pihak lain, dan perbuatan kekerasan
2) Kontravensi yang bersifat sederhana, seperti memaki-maki, menyangkal pihak lain,
mencerca, memfitnah, dan menyebarkan surat selebaran
3) Kontravensi yang bersifat intensif, seperti penghasutan, penyebaran desas-desus, dan
mengecewakan pihak lain
4) Kontravensi yang bersifat rahasia, seperti mengumumkan rahasia pihak lain dan berkhianat
5) Kontravensi yang bersifat taktis, seperti intimidasi, provokasi, mengejutkan pihak lawan dan
mengganggu atau membingungkan pihak lawan.
Tipe-tipe umum kontravensi :
1) Kontravensi yang menyangkut generasi, misalnya perbedaan pendapat antara golongan tua
dengan golongan muda
2) Kontravensi yang menyangkut perbedaan jenis kelamin, misalnya perbedaan pendapat antara
golongan wanita dan golongan pria
3) Kontravensi parlementer, misalnya pertentangan golongan mayoritas dengan minoritas di
masyarakat.
c. Pertentangan atau konflik Sosial
Pertentangan adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu
akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar sehingga
menimbulkan jurang pemisah di antara mereka. Upaya untuk memenuhi tujuan mereka
dilakukan secara tidak wajar dan tidak konstitutional yang saling menjatuhkan.
Sebab-sebab munculnya konflik, antara lain :
1) Perbedaan pendapat
2) Perselisihan paham yang berkepanjangan yang mngusik harga diri serta kebanggaan masing-
masing pihak
3) Benturan kepentingan yang sama
4) Perbedaan sistem nilai dan norma dari kelompok masyarakat yang berlainan kebudayaan
5) Perbedaan kepentingan politik, baik dalam satu negara ataupun antarnegara
Ada beberapa bentuk konflik atau pertentangan, antara lain :
1) Konflik pribadi, yaitu konflik antar individu yang ditandai dengan rasa saling benci terhadap
pihak lawan
2) Konflik rasial, yaitu konflik yang terjadi karena adanya perbedaan ciri-ciri fisik kebudayaan.
Misalnya pertentangan antara ras kulit putih dan ras kulit hitam (negro)
3) Konflik antar kelas sosial, konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antar
kelas sosial. misalnya, konflik antar keum pemilik modal dan buruh
4) Konflik politik, misalnya konflik antar pendukung parpol dan pemilu
5) Konflik internasional, pertentangan yang terjadi akibat perbedaan kepentingan antarnegara
yang akhirnya menyangkut kedaulatan negara.
Akibat yang timbul karena suatu pertentangan (konflik), antara lain :
1) Bertambahnya solidaritas kelompok
2) Berubahnya sikap atau kepribadian, baik yang mengarah kepada hal-hal yang bersifat positif
maupun negatif
3) Terjadinya perubahan sosial yang mengancam keutuhan
4) Jatuhnya korban manusia, rusak dan hilangnya harta benda jika terjadi benturan fisik
5) Terjadinya negosiasi di antara pihak-pihak yang bertikai
6) Timbulnya dominasi oleh salah satu pihak terhadap pihak lain.
Ada beberapa upaya yang dilakukan untuk mengurangi atau memperbaiki situasi, antara lain:
1) Kompromi, yaitu kedua belah pihak yang bertikai saling mengalah. Mereka saling memberi
dan menerima kebijakan tertentu tanpa adanya paksaan
2) Toleransi, yaitu sikap saling menghargai dan menghargai dan menhormati pendirian masing-
masing pihak
3) Konversi, yaitu salah satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain
4) Coersion, yaitu penyelesaian konflik melalui suatu proses yang dipaksakan
5) Mediasi, yaitu penyelesaian suatu konflik dengan menggundang pihak ketiga yang netral dan
berfungsi sebagai penasehat
6) Arbitrase, yaitu penyelesaian konflik melalui pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak
yang bertikai
7) Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan pihak-pihak yang bertikai dalam suatu
perundingan agar diperoleh persetujuan bersama
8) Ajudikasi, yaitu penyelesaian konlfik di pengadilan
9) Segregasi, yaitu upaya untuk saling memisahkan diri dan saling menghindar di antara pihak-
pihak yang bertikai dalam rangka mengurangi ketegangan dan mengurangi konflik
10) Gencatan senjata, yaitu penangguhan konflik untuk jangka waktu tertentu sambil
mengupayakan terselenggaranya upaya-upaya penyelesaian konflik.
Berbagai bentuk hubungan di atas dapat mendorong terciptanya lembaga-lembaga sosial, baik
lembaga formal maupun nonformal, mendorong terbentuknya kelompok-kelompok dengan
kepentingan tertentu, serta organisasi-organisasi sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan
masyarakat.

F. LEMBAGA, KELOMPOK DAN ORGANISASI SEBAGAI HASIL INTERAKSI SOSIAL


Awal terbentuknya lembaga, kelompok maupun organisasi sosial terjadi karena adanya
interaksi sosial antarindividu, antara individu dan kelompok, maupun interaksi sosial
antarkelompok. Mereka berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-
keinginan hidupnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan syarat utama
dalam penciptaan lembaga atau kelompok sosial masyarakat.
1. Lemabaga sosial
a. Pengertian
Pengertian lembaga sosial menurut Gilin dan Gilin (Soerjono Soekanto, 1987) :
1) Lembaga sosial merupakan suatu organisasi pola pemikiran dan pola perilaku yang terwujud
melalui aktivitas kemasyarakatan. Hasilnya terdiri atas adat istiadat, tata kelakuan,
kebiasaan, serta unsur-unsur kebudayaan yang secara langsung atau tidak tergabung dalam
suatu unityang fungsional
2) Hempir semua lembaga sosial mempunyai suatu tingkat kekekalan tertentu sehingga orang
menganggapnya sebagai himpunan norma yang harus dipertahankan
3) Suatu lembaga sosial mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu
4) Lembaga sosial mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
5) Suatu lembaga sosial biasanya juga mrtuemiliki lambang tertentu yang secara simbolis
menggambarkan tujuan dan fungsinya
6) Lembaga sosial memiliki suatu tradisi, baik tertulis maupun tidak tertulis yang merupakan
dasar bagi pranata yang bersangkutan dalam menjalankan fungsinya.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan :
1) Lembag sosial adalah seperangkat ketentuan, aturan, atau norma sosial yang sudah
sedemikian mendalam (melembaga, internalisasi) sehingga keberadaanya disepakati dengan
rasa tanggung jawab oleh seluruh anggota masyarakatnya (memasyarakat, institusionalisasi)
2) Lembaga sosial mengatur berbagai pola kehidupan tertentu dalam masyarakat.
b. Proses pembentukan lembaga sosial
Proses yang dilalui dalam proses pembentukan lembaga sosial adalah sebagai berikut,
1) Menusia mencari cara yang praktis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia
amenemukan beberapa kebiasaan yang baku yang berlaku secara terus-menerus dan diulang-
ulang. Dengan berjalannya waktu, kebiasaan-kebiasaan tersebut dilegalkan oleh masyarakat
sehingga tumbuh berkembang menjadi lembaga
2) Kebiasaan yang sudah dilegalkan dan kemudian menjadi semacam norma. Kemudian
dilembagakan oleh masyarakat (institutionalization). Norma yang merupakan harapan perilaku
ini oleh masyarakat ditetapkan untuk menentukan posisi status dan fungsi peranan untuk
perilaku
3) Proses pelembagaan sebenarnya tidak berhenti demikian saja, tetapi dapat berlangsung lebih
jauh lagi hingga suatu norma masyarakat tidak hanya menjadi institutionalized dalam
masyarakat, tetapi menjadi internalized. Internalisasi adalah suatu taraf perkembangan di
mana para anggota masyarakat dengan sendirinya ingin berperikelakuan sejalan dengan
norma yang berlaku. Dengan kata lain, norma-norma tersebut telah mendarah daging
(internalized)
c. Tipe-tipe lembaga sosial
Tipe-tipe lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatn dapat diklasifikasikan dari berbagai
sudut. Menurut Gilin dan Gilin (Soerjono Soekanto, 1990), lembaga-lembaga sosial dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Dari sudut perkembangannya, dibedakan menjadi :
a) Crescive institutions (lembaga primer), merupakan lembaga-lembaga yang secara tak sengaja
tumbuh dari adat istiadat masyarakat. Contohnya: hak milik, perkawinan dan agama.
b) Enacted institutions, merupakan lembaga yang sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan
tertentu. Misalnya, lembaga utang-piutang, lembaga perdagangan, dan lembaga-lembaga
pendidikan, yang kesemuanya itu berakar dari kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat.
2) Dari sudut pandang nilai-nilai yang dterima masyarakat
a) Basic institutions, lembaga kemasyarakatan yang sangat penting untuk memelihara dan
mempertahankan tata tertib dalam masyarakat, misalnya, keluarga, sekolah dan negara
b) Subsidiary institutions, lembaga kemasyarakatan yang sering dianggap kurang penting,
misalnya kegiatan-kegiatan untuk rekreasi
3) Dari sudut pandang penerimaan masyarakat
a) Approved atau social sanctioned institutions, yaitu lembaga-lembaga yang diterima
masyarakat, seperti sekolah atau perusahaan dagang
b) Unsanctioned institutions, yaitu lembaga yang ditolak oleh masyarakat walau terkadang
mereka tidak berhasil untuk memberantasnya, seperti kelompok penjahat, pemeras, dan
pencoleng
4) Perbedaan antara general institutions dan restricted institutions timbul apabila klasifikasi
tersebut berdasarkan faktor penyebarannya. Misalnya, agama merupakan suatu general
institutions karena dikenal oleh hampir semua masyarakat di dunia, sedangkan agama islam,
protestan, katolik, budha dll. merupakan restricted institutions- karena dianut oleh
masyarakat-masyarakat tertentu di dunia
5) Dari sudut fungsinya
a) operative institutions, berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun pola-pola atau tata cara
yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan, misalnya lembaga
industrialisasi
b) regulative institutions, bertujuan untuk mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan yang
tidak menjadi bagian yang mutlak dari lembaga itu sendiri. Contohnya adalah lembaga-
lembaga hukum, seperti kejaksaan dan pengadilan.
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt menyebutkan bahwa lembaga sosial memiliki dua fungsi
yaitu :
1) Fungsi manifes, yaitu fungsi yang diharapkan oleh banyak orang akan dipenuhi oleh lembaga
itu sendiri, misalnya lembaga keluarga harus memelihara anak, lembaga pendidikan harus
mendidik siwa-siswanya, dsb. Fungsi manife ini bersifat jelas dan diakui
2) Fungsi laten, merupakan dampak atau akibat dari adanya fungsi manifes, seperti efek
samping dari suatu kebijakan, program, lembaga-lembaga atau asosiasi yang tidak
dikehendaki. Misalnya, lembaga ekonomi tidak hanya memproduksi dan mendistribusikan
kebutuhan pokok, tetapi terkadang juga meningkatkan pengangguran dan perbedaan
kekayaan.
2. Kelompok sosial
Kelompok sosial merupakan sekumpulan manusia yang memiliki persamaan ciri dan memiliki
pola interaksi yang terorganisasi, serta terjadi secara berulang-ulang dan memiliki kesadaran
bersama akan keanggotaannya.
Berikut ini merupakan klasifikasi kelompok sosial yang ada di masyarakat :
a. Klasifikasi kelompok sosial menurut besar atau banyaknya anggota kelompok
1) Kelompok primer merupakan suatu kelompok yang para anggotanya saling mengenal secara
akrab, hubungan sosialnya bersifat informal, personal dan total, yang mencakup banyak aspek
dari pengalaman hidup seseorang. Jumlah anggota kelompoknya relatiif kecil sehingga
memungkinkan anggotanya berhubungan secara akrab. Contohnya adalah keluarga, klik, atau
sejumlah sahabat
2) Kelompom sekunder merupakan suatu kelompok di mana hubungan sosialnya bersifat formal,
impersonal, dan segmental (berpisah-pisah) serta didasarkan pada asas kepentingan bersama.
Masing-masing anggota kelompok kadang tidak mengenal secara baik karena seseorang tidak
berurusan dengan orang lain secara pribadi, tetapi sebagai orang yang berfungsi dalam
mennjalankan suatu peran. Jumlah anggota kelompok ini relatif besar, seperti serikat kerja,
mitra dagang, negara.
b. Klasifikasi kelompok sosial menurut proses terbentuknya

Anda mungkin juga menyukai