Anda di halaman 1dari 36

SKRIPSI

REALISASI KURSUS CALON PENGANTIN (SUSCATIN)


TERHADAP KEHIDUPAN BERUMAH TANGGA
(STUDI KASUS DI KUA KECAMATAN METRO TIMUR)

Oleh:

VIOLIS MAISURI
NPM. 1902011025

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSIYYAH


FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO


1445 H / TAHUN 2023 M
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kekuasaan dan keagungan Allah SWT antara lain Dia menciptakan laki-

laki dan perempuan untuk saling melengkapi dalam berumah tangga.

Melaksanakan perkawinan ialah wujud ketaatan mengenai otoritas agama dan

cara meneladani para nabi Allah dan sunnahnya. Oleh karenanya itu, apabila

seseorang telah memenuhi syarat-syarat perkawinan, sehingganya ia wajib

menjalaninya, karenanya dengan demikian akan lebih baik kehidupannya.

Untuk membangun rumah tangga yang bahagia dan kekal berlandaskan

Ketuhanan Yang Maha Esa, seorang pria dan seorang wanita sebagaimana

suami istri mengembangkan ikatan lahir dan batin.1

Membangun keluarga yang dimaksudkan karenanya ibadah, sehingganya

perkawinan ialah ikatan suci yang diikatkan pada keimanan kepada Allah

SWT, oleh karenanya itu perkawinan ini tidak sekedar merubah kedudukan

dan tidak sekedar mengikuti hawa nafsu.2 Oleh karenanya itu suatu

perkawinan sepatutnya dipelihara dengan baik agar sanggup langgeng seumur

hidup, dan tujuan perkawinan islami ialah terwujudnya keluarga sakinah yang

pada gilirannya akan melahirkan keluarga sakinah dan kehidupan yang

bahagia, sesuai dengan kehendak Allah SWT, mengatakan:

1
Khoiruddin Nasution, HUKUM PERKAWINAN I, Academia, 2013.hlm.21.
2
Nur Ahmad, “KONSELING PERNIKAHAN BERBASIS ASMARA ( As-Sakinah,
Mawaddah, Wa Rahmah ),” KONSELING RELIGI Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 2017.
2

َ‫ اِلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً َّو َرحْ َمةً ۗاِ َّن فِ ْي ٰذلِك‬T‫ق لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َواجًا لِّتَ ْس ُكنُ ْٓوا‬
َ َ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖ ٓه اَ ْن َخل‬
٢١ َ‫ت لِّقَوْ ٍم يَّتَفَ َّكرُوْ ن‬ ٍ ‫اَل ٰ ٰي‬

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan


untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS.
Ar-Rum: 21).

Ayat di atas ialah bagian dari perintah menikah yang menjelaskan

bahwasanya Allah SWT telah menjadikan jodoh menurut jenisnya sendiri.

Oleh karenanya itu, sekarang disunatullah bagi seorang pria dan seorang

wanita untuk berasal dari ras manusia yang sama ketika memulai sebuah

keluarga. Terwujudnya rumah tangga yang harmonis dan warga yang

berkarakter sakinah, mawwadah, dan warahmah.3

Harapan kita akan kehidupan rumah tangga yang menyenangkan, tenang,

dan menyenangkan setelah menikah tidak selalu terpenuhi. Pernikahan

mungkin diguncang oleh pertengkaran antara suami dan istri. Jalan seseorang

menuju kebahagiaan rumah tangga pasti akan terhalang oleh beberapa batu

kecil. Apakah ada kemungkinan pasangan tersebut sanggup mengatasi

perselisihan tersebut secara damai, atau akankah perselisihan tersebut semakin

memburuk dan berujung pada pertengkaran yang pada akhirnya berujung pada

perceraian? Ketika pasangan telah kehabisan semua pilihan lain dan masih

belum bisa akur, perceraian mungkin ialah pilihan terbaik.4

3
Henderi Kusmidi Kusmidi, “Konsep Sakinah, Mawaddah Dan Rahmah Dalam Pernikahan,”
EL-AFKAR : Jurnal Pemikiran Keislaman Dan Tafsir Hadis, 2018, 63.
4
Yasin Baidi Supriatna, Fatma Amilia, Fiqh Munakahat II, 2008.,hlm.4.
3

Meskipun perceraian berlandaskan agama ialah sah, proses perceraian

secara umum diatur oleh Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, yang

mengatur tentang perkawinan, dengan tujuan mengurangi tingginya angka

perceraian di negara ini. Dengan kata lain, jika salah satu pasangan

mengajukan gugatan atau mengajukan permohonan cerai di Indonesia,

Pengadilan Agama akan berupaya untuk mendamaikan pasangan tersebut.

Wilayah Kota Metro pun tak kebal mengenai perceraian. Laporan Pengadilan

Agama Metro membuktikan bahwasanya angka perceraian tahunan di

Kabupaten Metro Timur sangat tidak stabil (fluktuatif) antara tahun 2018

hingga 2022.

Tabel 1.1
Jumlah kasus perkawinan dan perceraian di Kecamatan Metro Timur

Jumlah
Jumlah
No Tahun Kasus Persentase
Perkawinan
Perceraian
1 2018 251 168 66,9%
2 2019 287 175 60,9%
3 2020 247 183 74%
4 2021 279 135 48,3%
5 2022 256 133 51,9%
Sumber: Pengadilan Agama Kota Metro dan KUA Kecamatan Metro Timur

Kasus perceraian di Kecamatan Metro Timur tercantum di atas. Pada

periode ini, terjadi kenaikan dan penurunan. Informasi tersebut dihimpun dari

kasus perceraian yang disidangkan di Pengadilan Agama Kota Metro. Angka

perceraian menurut statistik masih cukup tinggi di wilayah Metro Timur.

Perceraian ialah hal biasa di Kota Metro karenanya bermacam alasan,

termasuk perselingkuhan, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, perjudian,


4

pengabaian, pelecehan mengenai pasangan, perselingkuhan, seringnya

pertengkaran, dan kesulitan keuangan.

Untuk mewujudkan kehidupan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan

warahmah serta mengurangi tingginya angka perselisihan, perceraian, dan

kekerasan dalam rumah tangga, sehingganya perlu diadakan kursus bagi calon

pengantin.5 Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pranikah; Peraturan yang

Dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam; DJ.II/542

Tahun 2013

Bimbingan perkawinan diselenggarakan oleh Kementerian Agama dan

organisasi keagamaan Islam yang telah mendapat akreditasi dari Kementerian

Agama, sesuai Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Nomor DJ.II/542 Tahun 2013 dan Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan

Masyarakat Islam (BIMAS) Kementerian Agama Nomor 373 Tahun 2017.

Mulai dari pra-perencanaan rumah tangga hingga penyelesaian perselisihan

antar kerabat.6

Salah satu tindakan kunci dan strategis yang dipergunakan untuk

membentuk keluarga sakinah ialah nasihat pernikahan atau yang dikenal

dengan suscatin. Tingginya angka perceraian dalam budaya kita telah

menyebabkan berkembangnya peraturan yang dimaksudkan untuk

menyediakan nasihat kepada pasangan menikah tentang cara menghindari

pertengkaran dan meningkatkan ikatan mereka satu sama lain.

5
Agus Hermanto Muhammad Bunyamin, Hukum Perkawinan Islam (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2017).,hlm.176.
6
Neng Dewi Himayasari and Intan Nurachmi, “Analisis Keputusan Dirjen Bimas Islam No
Dj.Iii/342 Tahun 2016 Terhadap Kewenangan Penyuluh Agama Sebagai Narasumber Bimbingan
Pra Nikah Di Kota Bandung,” Tahkim (Jurnal Peradaban Dan Hukum Islam), 2019, 65.
5

Perselisihan, perceraian, dan tindak kekerasan dalam rumah tangga

(KDRT) ialah hal-hal yang sanggup dicegah dengan pendidikan dan kesadaran

hidup berkeluarga yang lebih baik, seperti yang dianjurkan dalam panduan

perkawinan ini. Karena sangat sedikit orang yang mendalami tanggung jawab

hukum mereka sebagaimana pasangan, banyak pernikahan berakhir dengan

konflik.7 Calon pasangan sanggup mempelajari dasar-dasar pernikahan dan

cara bekerja sama sebagaimana satu tim dengan mengikuti Suscatin.

Sejak tahun 2014, suscatin mulai dipergunakan di KUA Kabupaten Metro

Timur setelah peneliti di sana menyelesaikan studi pendahuluan. Namun,

banyak calon pasangan yang mengabaikan pedoman kursus untuk calon

pengantin dan mengabaikan suscatin sama sekali, yang dianggap sebagaimana

alasan penting. Ada perpisahan. Umumnya, moralitas, hak, dan tanggung

jawab suami dan istri, serta topik-topik lain yang tercakup dalam konseling

pranikah berada di luar jangkauan mereka.

Berlandaskan uraian di atas, peneliti sedang mempertimbangkan untuk

menulis skripsi yang berjudul “REALISASI KURSUS CALON

PENGANTIN (SUSCATIN) TERHADAP KEHIDUPAN BERUMAH

TANGGA (STUDI KASUS DI KUA KECAMATAN METRO TIMUR)”

B. Rumusan Masalah

Peneliti mempergunakan uraian yang diberikan untuk sampai pada

rumusan masalah meliputi:

7
Muhammad Andri, “Implementasi Bimbingan Perkawinan Sebagai Bagian Dari Upaya
Membangun Keluarga Muslim Yang Ideal,” Adil Indonesia Jurnal, 2020, 12.
6

1. Bagaimana pelaksanaan kursus calon pengantin (suscatin) di KUA

Kecamatan Metro Timur?

2. Bagaimana dampak dari pelaksanaan kursus calon pengantin mengenai

kehidupan berumah tangga?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berikut ialah beberapa tujuan yang sepatutnya dimiliki para ilmuwan

dalam penelitian mereka:

a. Untuk mempelajari bagaimana program pelatihan calon pengantin

dilaksanakan.

b. Untuk mempelajari bagaimana pernikahan naik ketika pasangan

mengikuti kursus persiapan pernikahan.

2. Manfaat Penelitian

Hasil yang diharapkan dari penelitian ialah sebagaimana meliputi:

a. Secara Teoretis

Temuan penelitian sanggup mendorong pemahaman ilmiah lebih

lanjut tentang nasihat suscatin untuk kehidupan pernikahan.

b. Secara Praktis

Hasil penelitian semoga sanggup dijadikan bahan kajian bagi warga

mengenai nasehat suscatin dalam kehidupan berkeluarga, dan

bermanfaat bagi semua kalangan khususnya pembaca serta

menyumbangkan karya ilmiah atau khazanah ilmiah kepada

perpustakaan khususnya IAIN Metro.


7

D. Penelitian Relevan

Meninjau atau menindaklanjuti penelitian sebelumnya yang relevan secara

langsung atau tidak langsung dengan subjek penelitian ialah langkah awal

yang penting bagi peneliti.

Peneliti menemukan banyak permasalahan pada mata kuliah calon

pengantin dalam studi literatur mereka, termasuk studi oleh:

1. Kajian Kegiatan Suscatin di KUA Bukit Kecil Palembang karya Rizki

Ananda Aprilia ialah melihat Kursus Pengantin (SUSCATIN) dari sudut

pandang Fiqh Munakahat. Disertasi ini mengkaji tentang upacara

pernikahan dari sudut pandang fiqh munakahat. Mengingat Islam sangat

menekankan pentingnya pendidikan dalam pernikahan, sehingganya kajian

Rizki Ananda Aprilia menyimpulkan bahwasanya suscatin yang

diperlukan sebelum akad nikah dilangsungkan juga sangat penting. Dalam

situasi ini, pembekalan bagi calon suami istri untuk mempelajari dasar-

dasar hukum Islam dan amalan seputar perkawinan telah dilaksanakan

melalui kajian fiqih munakahat dalam mata kuliah dasar calon pengantin.

Kedua penelitian tersebut terdapat kesamaan dalam fokus pada suscatin.

Peneliti sendiri menganalisis tentang aktualisasi jalan calon pengantin

(suscatin) dalam kaitannya dengan pernikahan, berbeda dengan topik

kajian Rizki Ananda Aprilia yang mengkaji pandangan suscatin dari sudut

pandang fiqh munakahat.

2. Efektivitas Penerapan Suscatin (Kursus Calon Pengantin) Dalam Rangka

Pencegahan Perceraian di Kawasan KUA Kecamatan Tampan Kota


8

Pekanbaru ialah judul skripsi yang ditulis oleh Gusmala Dewi. Disertasi

ini mengkaji tentang efektivitas suscatin (kursus calon pengantin) dalam

mengurangi terjadinya perceraian. Berlandaskan temuan Gusmala Dewi,

terdapat hambatan dalam pelaksanaan program, antara lain kurangnya

sarana dan prasarana yang memadai untuk penyediaan bahan suscatin,

tidak adanya sosialisasi atau pengenalan program suscatin, tidak adanya

izin dari atasan untuk mengikuti suscatin, kurangnya waktu, dan

perjalanan jauh dari tempat kerja ke KUA. Penelitian ini sebanding dengan

penelitian lain yang sama-sama meneliti suscatin. Peneliti sendiri

memaparkan tentang aktualisasi kursus suscatin bagi calon pengantin,

sedangkan penelitian Gusmala Dewi fokus pada variabel-variabel yang

menghambat kegunaan suscatin dalam menghindari perceraian.

3. Di masa Epidemi, Ilham Andika menulis tentang Kursus Calon Pengantin

Metode Mandiri (suscatin) di KUA Utara Bekasi dalam tesisnya.

Implementasi Kursus Pernikahan Metode Mandiri (suscatin) berupa pokok

bahasan skripsi ini. Berlandaskan temuan Ilham Andika, penanganan

pandemi Suscatin di Bekasi Utara dilangsungkan secara mandiri, calon

pengantin mendapat pembekalan secara personal (tatap muka). Kedua

penelitian tersebut terdapat kesamaan dalam fokus pada suscatin. Namun

berbeda dengan penelitian Ilham Andika, ia menganalisis aktualisasi

kursus calon pengantin (suscatin) dalam rangka persiapan berumah tangga,

sedangkan peneliti sendiri memaparkan cara pelaksanaan suscatin yang

dimanfaatkan pada saat pandemi.


9

4. Disertasi Opi Lutviyah yang berjudul “Pelaksanaan Kursus Calon

Pengantin dalam Penanganan Perceraian di Kantor Urusan Agama (KUA)

Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon” membahas topik tersebut. Topik

skripsi ini ialah pengembangan dan pelaksanaan program pendidikan

perceraian bagi pasangan yang bertunangan. Menurut penelitian Opi

Lutviyah, ada dua tahap dalam menyediakan konseling pranikah kepada

perempuan yang sedang mempertimbangkan untuk menikah: tahap

perencanaan dan tahap konseling sebenarnya. Ada kesamaan antara

penelitian dan penelitian lain tentang suscatin. Sedangkan kajian Opi

Lutviyah membahas tentang realisasi kursus bagi calon pengantin

(suscatin) dalam persiapan kehidupan berumah tangga, namun

berkonsentrasi pada proses penerapan suscatin dalam menghindari

perceraian.

5. Dalam tesisnya, Ilham Aditya dari KUA Kecamatan Kotabumi Selatan,

Kabupaten Lampung Utara, menulis tentang fungsi pengelolaan yang

termasuk dalam pelayanan kursus calon pengantin (suscatin). Pengelolaan

pelaksanaan kursus calon pengantin berupa topik utama skripsi ini.

Berlandaskan data yang dikumpulkan, diketahui bahwasanya KUA

Kecamatan Kotabumi menyediakan pelayanan yang secara umum diterima

dengan baik oleh warga setempat. Kedua penelitian tersebut terdapat

kesamaan dalam fokus pada suscatin. Sedangkan penelitian Ilham Aditya

lebih fokus pada aktualisasi pengelolaan, sedangkan perhatian peneliti


10

sendiri tertuju pada jalur aktualisasi calon pengantin dalam berumah

tangga.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Persiapan Pernikahan Dan Kehidupan Berumah Tangga

1. Pengertian Pernikahan

Pernikahan (bahasa Arab: zawaj) ialah terjemahan harafiah dari kata

bahasa Inggris. Kedua istilah ini umum dipergunakan dalam bahasa Arab

dan sering muncul dalam Al-Quran dan sabda Nabi. Al-Nikah sanggup

diterjemahkan dengan arti "ikatan badan", "ikatan badan", "pertemuan",

"ikatan badan", atau "kontrak", dan masih banyak lagi.8

Istilah bahasa Indonesia untuk pernikahan ialah “kawin”, yang secara

harafiah berarti “mendirikan rumah” dengan lawan jenis. Istilah

"perkawinan" berasal dari kata Arab "nikah", yang sanggup berarti

"pertemuan" atau "memasuki satu sama lain", dan oleh karenanya itu

dipergunakan baik untuk tindakan melangsungkan ikatan seksual dengan

orang lain maupun untuk kontrak yang sah. yang meresmikan ikatan

tersebut.9

Untuk menggapai kebahagiaan hidup berumah tangga yang penuh

ketenangan dan kasih sayang yang diridhai Allah, seorang laki-laki dan

seorang perempuan mengadakan akad atau perjanjian perkawinan menurut

syariat Islam. Pernikahan ialah suatu keharusan karenanya terdapat anak

ialah tujuan akhir hidup. Intinya, istilah ini sama dengan yang terdapat

8
Mardani, Hukum Perkawinan: Di Dunia Islam Modern (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), 4.
9
Abdul Rahman Gozali, Fiqh Munakahat, Cetakan-IV (Jakarta: Prenamedia Group, 2014), 5.
13

pada Pasal 1 UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974. Tidak ada aturan yang

tegas dan tegas dalam menikah, kata Walgito. Hal-hal yang perlu

dipikirkan sebelum menikah meliputi:

a. Kematangan fisik dan fisiologis, kesadaran bahwasanya melaksanakan

tugas-tugas yang berhubungan dengan perkawinan memerlukan taraf

kebugaran dan kesehatan yang sering dikaitkan dengan orang dewasa

yang lebih tua. Kematangan emosi pada wanita sering terjadi pada usia

sekitar 16 tahun, sedangkan pada pria biasanya terjadi pada usia sekitar

19 tahun.

b. Tantangan pasti akan muncul dalam setiap pernikahan, dan untuk

berhasil mengatasinya, diperlukan taraf kematangan psikologis tertentu

pada kedua pasangan. Kemampuan untuk memikul tanggung jawab

atas tindakan dan perkataan sendiri ialah ciri kematangan psikologis,

yang sering terjadi antara usia 21 dan 30 tahun.

c. Pernikahan memerlukan taraf kematangan sosial dan ekonomi tertentu

karenanya stabilitas keuangan rumah tangga bergantung pada

kemampuan pencari nafkah untuk menafkahi. Ketika masih muda,

mereka sering kali kurang berpengalaman dalam mengelola anggaran

rumah tangga, namun pernikahan memerlukan otonomi keuangan dari

semua sumber luar.

Mengingat hal-hal di atas, masuk akal untuk menyimpulkan

bahwasanya perkawinan ialah suatu kontrak yang mengikat antara seorang


14

laki-laki dan seorang perempuan yang memenuhi tujuan sebenarnya dari

lembaga tersebut dan diakui oleh hukum Indonesia.

2. Dasar Hukum Pernikahan

Hukum perkawinan didasarkan pada Al-Qur'an, Al-Sunnag, dan Ijma.

"Perkawinan" seorang pria dan seorang wanita pada dasarnya ialah sebuah

kontrak yang mendorong membenarkan persatuan mereka, membatasi hak

dan tanggung jawab mereka, dan menafkahi satu sama lain.10

Dalam ayat 32 Al-Quran surah an-Nur kitab suci Islam, pernikahan

dikodifikasikan sebagaimana meliputi:

‫ فُقَ َر ۤا َء يُ ْغنِ ِه ُم هّٰللا ُ ِم ْن‬T‫ ْم اِ ْن يَّ ُكوْ نُوْ ا‬Tۗ‫صلِ ِح ْينَ ِم ْن ِعبَا ِد ُك ْم َواِ َم ۤا ِٕى ُك‬
ّ ٰ ‫ ااْل َيَامٰ ى ِم ْن ُك ْم َوال‬T‫َواَ ْن ِكحُوا‬
٣٢ ‫فَضْ لِ ٖ ۗه َوهّٰللا ُ َوا ِس ٌع َعلِ ْي ٌم‬

Artiya:“Dan nikahlah orang-orang yang masih membujang di antara


kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-
hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka
miskin, Allah akan menyediakan kemampuan kepada mereka
dengan karunia-Nya Dan Allah Mahaluas (Pemberian-Nya),
Maha Mengetahui.”

Sebagaimana dijelaskan dalam ayat 38 surat Ar-Rad, berkeluarga ialah

bagian dari sunnah seluruh Rasul, dari awal hingga akhir, termasuk Nabi

Muhammad SAW:

‫ ٍة‬Tَ‫وْ ٍل اَ ْن يَّْأتِ َي بِ ٰاي‬T‫انَ لِ َر ُس‬TT‫كَ َو َج َع ْلنَا لَهُ ْم اَ ْز َواجًا َّو ُذرِّ يَّةً ۗ َو َما َك‬TTِ‫َولَقَ ْد اَرْ َس ْلنَا ُر ُساًل ِّم ْن قَ ْبل‬
٣٨ ٌ‫اِاَّل بِاِ ْذ ِن هّٰللا ِ ۗلِ ُك ِّل اَ َج ٍل ِكتَاب‬

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul


sebelum kamu dan Kami menyediakan kepada mereka isteri-
isteri dan keturunan-keturunan.”

10
Mardani, Hukum Perkawinan: Di Dunia Islam Modern (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015),
hlm 11.
15

Jika seorang Muslim mampu secara finansial, Islam sangat

menganjurkan mereka untuk menikah. Namun, tergantung pada keadaan

petugasnya, tindakan melangsungkan perkawinan mungkin diwajibkan

oleh hukum, sunnah, haram, makruh, atau diperbolehkan.11

a. Melakukan Pernikahan Hukumnya Wajib

Undang-undang mensyaratkan pelaksanaan perkawinan bagi

mereka yang sudah cukup umur, berakal sehat, dan takut

melangsungkan perzinahan jika belum menikah. Hal ini berangkat dari

prinsip hukum bahwasanya setiap umat Islam sepatutnya menjaga

dirinya terlindung dari dosa. Sebagaimana hukum asasi, yakni menjaga

diri dari perbuatan maksiat, sehingganya aturan yang mengatur

pelaksanaan perkawinan bagi individu tersebut ialah hukum sarana.

b. Melakukan Pernikahan Hukumnya Sunnat

Aturan nikah ialah sunah bagi mereka yang mampu dan ingin

menikah, namun tidak ada kekhawatiran yang masuk akal bahwasanya

mereka akan berzinah jika tidak menikah.

c. Melakukan Pernikahan Hukumnya Haram

Memaksa seseorang untuk menikah jika mereka tidak mau atau

tidak bisa mengurus keluarga ialah pelanggaran hukum, karenanya itu

berarti teman dan keluarga mereka sepatutnya pindah untuk

menyediakan tempat bagi suaminya. dan istri. Selain itu, jika

seseorang menikah dengan tujuan untuk tidak memperdulikan orang

11
Abdul Rahman Gozali, Fiqh Munakahat, Cetakan-IV, 18.
16

lain, seperti wanita yang dinikahinya dan tidak menafkahinya,

sehingganya dia dilarang menikah lagi.

d. Melakukan Pernikahan Hukumnya Makruh

Individu yang cakap menikah cukuplah mampu mengendalikan

diri, agar tidak melangsungkan zina jika belum menikah.

Permasalahannya, individu tersebut hanya kurang terdapat motivasi

untuk menjalankan tugas sebagaimana suami atau istri dengan baik.

e. Melakukan Pernikahan Hukumnya Mubah

Bagi mereka yang mampu tetapi memilih untuk tidak

melakukannya karenanya hal itu akan membuat mereka lebih mungkin

melangsungkan perzinahan atau meninggalkan pasangannya. Motivasi

utama pernikahan orang ini ialah kepuasan seksual, bukan keinginan

untuk terdapat keluarga bahagia dan berbakti pada agama. Aturan ini

juga ditujukan kepada mereka yang terdapat motivasi dan hambatan

yang sama dalam menikah, sehingganya menimbulkan keraguan

mengenai niat mereka yang ingin menikah. Termasuk mereka yang

ingin menikah namun ragu apakah benar-benar menginginkannya atau

tidak.

Sah atau tidaknya hukum perkawinan yang asli sanggup ditetapkan

dengan mempertimbangkan hakikat perkawinan itu sendiri, yakni suatu

akad yang memperbolehkan seorang laki-laki dan seorang perempuan

untuk menggapai sesuatu yang sebelumnya tidak diperbolehkan.


17

Namun jika dilihat dari kacamata statusnya sebagaimana sunnah Allah

dan sunnah Nabi, aturan awal pernikahan tidak bisa lagi dianggap

diperbolehkan begitu saja. Oleh karenanya itu, wajar jika dikatakan

bahwasanya menikah diwajibkan oleh agama, dan hanya setelah menikah

diperbolehkan bagi pria dan wanita untuk berhubungan intim satu sama

lain.

3. Tujuan Pernikahan

Perkawinan Islam dimaksudkan untuk melengkapi syarat agama dan

mewujudkan rumah tangga yang stabil, tenteram, dan penuh cinta kasih.

Kemakmuran ialah terciptanya kedamaian batin dan lahiriah guna

menumbuhkan kenikmatan, dalam hal ini kasih sayang antar anggota

keluarga. Basyir berpendapat bahwasanya Allah dan Rasul-Nya

menghendaki perkawinan untuk memenuhi keperluan fitrah manusia

dengan mempertemukan seorang laki-laki dan seorang perempuan dalam

suatu persekutuan yang penuh komitmen dengan tujuan tercapainya

kebahagiaan rumah tangga bagi semua pihak yang bersangkutan. Pasal 1

Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 menyatakan

bahwasanya menikah ialah membentuk keluarga yang bertakwa seumur

hidup. Selain itu, karenanya pernikahan berlangsung seumur hidup,

penting bagi kedua pasangan untuk mendalami sepenuhnya maknanya.

َ‫ لِّتَ ْس ُكنُ ْٓوا اِلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً َّو َرحْ َمةً ۗاِ َّن فِ ْي ٰذلِك‬T‫ق لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َوا ًجا‬
َ َ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖ ٓه اَ ْن َخل‬
٢١ َ‫ت لِّقَوْ ٍم يَّتَفَ َّكرُوْ ن‬ ٍ ‫اَل ٰ ٰي‬

Artinya: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia


menciptakan untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri,
18

supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan


dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (Q.S Ar-Ruum (30):21)

Mengingat hal-hal di atas, tidak mengherankan jika perkawinan

dimaksudkan untuk menciptakan rumah tangga yang stabil, untuk

menciptakan ikatan yang mengikat secara hukum antara suami dan istri,

dan untuk menjamin kelangsungan spesies melalui prokreasi. Seperti yang

dikatakan sebelumnya, tujuan ini sanggup menyebabkan perselisihan

dalam rumah tangga jika hanya ada pemahaman yang dangkal. Tujuan-

tujuan ini saling bergantung dan hanya sanggup dicapai secara bersamaan.

4. Persiapan Pernikahan

Darah membuktikan bahwasanya calon pasangan memastikan mereka

siap menikah sebelum mengambil risiko. Ketika seorang pria atau wanita

siap menikah, mereka siap menghadapi bermacam aspek kehidupan

pernikahan, termasuk ikatan intim dengan orang lain, aktivitas seksual,

pengelolaan keuangan, dan berupa orang tua.12

Usia, kedewasaan, ketepatan waktu, motivasi, kemandirian seksual dan

emosional, pendidikan, dan pekerjaan hanyalah beberapa faktor yang

sepatutnya diperhatikan sebelum menikah. Badger lebih jauh menjelaskan

bagaimana kapasitas istri untuk memenuhi posisinya, untuk berinteraksi

secara efektif dengan orang lain, untuk memenuhi harapan sosial, dan

untuk mengambil tanggung jawab atas tindakannya, semuanya berperan.

Walgito memperluas daftar kriteria pranikah dengan memasukkan

12
Ibid,.11.
19

kematangan dan pandangan ke depan secara fisiologis, psikologis, sosial,

dan ekonomi.13

Sikap kuat dalam menghadapi sebuah pernikahan, menerima segala

kekurangan dan kualitas masing-masing pasangan, serta kemauan untuk

berkompromi ialah prasyarat yang diperlukan dalam sebuah pernikahan,

demikian diutarakan Wisnuwardhani. Belajar hidup berdampingan dengan

pasangan Anda ialah keterampilan penting yang sepatutnya diperoleh

secara ilmiah. Inti dari semua latihan ini ialah agar tetap bugar dan

terdapat bayi yang sehat di kemudian hari. Dan yang terakhir, pengantin

baru sepatutnya merencanakan masa depan keuangan mereka bersama;

mereka tidak sanggup mengharapkan keluarga atau teman mereka untuk

memikul semua tanggung jawab keuangan untuk pernikahan dan

kehidupan pernikahan mereka.14

Kemampuan mengelola emosi dengan baik juga penting untuk

pernikahan yang bahagia. Tingkat perkembangan emosi suami dan istri

sangat penting bagi kesehatan rumah tangga. Pasangan yang matang

secara emosional menjelang pernikahan kemungkinan besar akan mampu

mengatasi perselisihan mereka. Kematangan emosi, sebagaimana

didefinisikan oleh Rice, ialah menerima nasib dalam hidup tanpa

menghiraukan kemampuan seseorang untuk mengubahnya, terdapat

13
Walgito, Bimbingan & Konseling Perkawinan. hlm.26.
14
Dian Wisnuwardhani, Hubungan Interpersonal., 94.
ketabahan untuk mengubah apa yang perlu diubah, dan kebijaksanaan

untuk menghormati orang-orang yang berbeda pendapat.15

Setelah pernikahan, pasangan tersebut akan diakui secara hukum dan

sosial sebagaimana suami istri. Pembatasan usia menikah tidak boleh

dianggap enteng. Memiliki kestabilan mental untuk melangsungkan

pernikahan ialah sebuah prasyarat. Tingkat perceraian mungkin naik ketika

seseorang memasuki usia pernikahan yang terlalu dini karenanya mereka

belum cukup dewasa untuk menangani tanggung jawab yang timbul dalam

pernikahan.

B. Peran dan Tujuan Suscatin dalam Persiapan Pernikahan

1. Pengertian Kursus Calon Pengantin (Suscatin)

“Pelajaran” dalam arti “pengetahuan” atau “kecerdasan” itulah yang

dimaksud dengan istilah “kursus” dalam konteks ini. Sedangkan kedua

mempelai ialah dua orang yang hendak menikah dan telah mengajukan

surat nikah ke Kantor Urusan Agama (KUA). Menurut Peraturan Direktur

Jenderal Bimbingan Masyarakat tentang Pedoman Kursus Pranikah, pada

bab I pasal (1), yang dimaksud dengan kursus calon pengantin disebut juga

kursus pranikah ialah kursus yang dibekali oleh calon pengantin. bekal

pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan cara meningkatkan

kesadaran remaja pernikahan tentang kehidupan berumah tangga di masa

depan ketika sudah berkeluarga.16

15
Rahma Khairani, “Kematangan Emosi Pada Pria Dan Wanita Dalam Berumah Tangga,”
Jurnal Ilmiah Psikologi Gunadarma 1, no. 2 (2009): 136–139.
16
Dirjen Bimas Islam, “Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor :
DJ.II/542 Tahun 2013,” 2013.
Kursus calon pengantin (suscatin) dirancang untuk dengan cepat

mengajarkan informasi dan keterampilan penting kepada pasangan baru

dalam mengelola rumah dan keluarga. Untuk mengurangi frekuensi

pasangan berpisah dan melangsungkan kekerasan mengenai satu sama

lain, pemerintah telah mengamanatkan program pelatihan bagi perempuan

yang mempertimbangkan untuk menikah.

Tujuan dari program kursus calon pengantin ialah untuk mengurangi

angka perceraian dan perselisihan perkawinan dengan membekali calon

pengantin dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan

untuk membentuk sakinah, mawadah wa rahmah (keadilan, kasih sayang,

dan kedamaian) keluarga. Tujuan dari kursus pra-nikah ialah untuk

mendorong remaja yang akan menikah mempersiapkan diri menghadapi

tantangan dan manfaat dalam kehidupan berkeluarga.17

2. Dasar Hukum Kursus Calon Pengantin

Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Nomor DJ.II/542

Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pranikah

menggantikan peraturan sebelumnya Nomor DJ.II/491 Tahun 2009

tentang Dasar Hukum Penyelenggaraan Kursus Bagi Calon Pengantin

yakni Undang-Undang Nomor 01 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.18

3. Peran dan Tujuan Kursus Calon Pengantin

17
Danang Kusnanto, Anwar Musadad, and Solihin Sidik, “Pelatihan Pranikah Bagi Calon
Pasangan Pengantin Pada Masa Pandemi Covid-19,” Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
MEMBANGUN NEGERI, 2021, 67-69.
18
Mohammad Hendy Musthofa, “URGENSI KURSUS CALON PENGANTIN DI KUA
KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI,” MAQASHID Jurnal Hukum Islam, 2022, 38-39.
Untuk membangun keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan

kekal yang dilandasi keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, seorang

laki-laki dan seorang perempuan sebagaimana suami istri mengadakan

ikatan lahir dan batin, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 UU No. 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan. Perkawinan diartikan sebagaimana

perjanjian yang mengikat (mitsaqan ghalizan) untuk beribadah kepada

Allah dan menjalankan sila-Nya dalam Pasal 1 Kompilasi Hukum Islam.

Menurut kaidah tersebut, tujuan perkawinan ialah terjalinnya rumah

tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Program pendidikan

pranikah di Indonesia bertujuan untuk menggapai hal-hal meliputi:

Peraturan ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan

pengetahuan tentang kehidupan rumah tangga/keluarga dalam

mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah warahmah, dan mengurangi

angka perselisihan, perceraian, dan kekerasan dalam rumah tangga,

sebagaimana tercantum dalam Pasal 2 Peraturan Direktur Jenderal Umat

Islam. Pedoman No.DJ.II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Kursus

Pranikah. Hal ini membuktikan bahwasanya tujuan pembentukan keluarga

sakinah, mawaddah, dan rahmah sanggup dicapai dengan mengadakan

kelas pranikah atau suscatin dengan tujuan mencegah perselisihan,

perceraian, dan kekerasan dalam rumah tangga di kemudian hari.

Namun Badaruddin, seperti dilansir Ari Azhari, mengatakan

penyelenggaraan Suscatin ini terdapat dua tujuan, yakni tujuan yang luas

dan menyeluruh, dan tujuan yang lebih sempit dan tepat sasaran. Tujuan
utamanya ialah mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan

rahmah dengan meningkatkan kesadaran dan kompetensi individu dalam

mengelola rumah dan ikatan yang ada di dalamnya. Meskipun penting

untuk mengajak semua orang terdapat pemikiran yang sama, penting juga

untuk membuat standarisasi bagaimana pendidikan pranikah diberikan

kepada kaum muda dan calon pengantin.19

Pembinaan mengenai pasangan ini jelas bertujuan untuk mendorong

mereka menggapai tujuan pernikahan, yakni membentuk keluarga sakinah,

mawaddah, dan rahmah.

4. Materi Kursus Calon Pengantin

Materi kursus untuk calon pasangan sanggup dibagi berupa tiga

kategori, yang dituangkan dalam Bab V Pasal 8 Peraturan Direktur

Jenderal Bimbingan Masyarakat Tentang Pedoman Penyelenggaraan

Kursus Pranikah.

a. Kelompok yayasan membahas tentang materi dasar kursus calon

pengantin, seperti arah kebijakan Kemenag tentang cara membentuk

keluarga sakinah, kebijakan Dirjen Bimas tentang kursus calon

pengantin, landasan hukum implementasinya yakni UU Perkawinan

dan Kompilasi Hukum Islam tentang kekerasan dalam rumah tangga

(KDRT), UU Perlindungan Anak, dan Fiqih Munakahat.

b. Agama terdapat peran penting dalam warga, dan kelompok inti

percaya bahwasanya keyakinan agama sepatutnya tercermin dalam

19
Zakyyah Iskandar, “Peran Kursus Pra Nikah Dalam Mempersiapkan Pasangan Suami-Istri
Menuju Keluarga Sakinah,” Al-Ahwal: Jurnal Hukum Keluarga Islam, 2017, 85.
kehidupan keluarga sehari-hari. Selain itu, fungsi reproduksi, fungsi

emosional (kepedulian mengenai sesama), fungsi perlindungan

(menjaga keselamatan), fungsi pendidikan dan pembentukan nilai,

fungsi produktif, dan fungsi sosial budaya. Kelompok inti juga

membahas topik-topik termasuk resolusi konflik, kepedulian mengenai

ikatan romantis, dan psikologi keluarga selain peran keluarga.

c. Uluran tangan, berupa panduan belajar dan pekerjaan rumah. Pada

bagian kursus ini, kedua mempelai akan menjawab pertanyaan

berlandaskan informasi yang telah mereka pelajari, seperti bagaimana

menyelesaikan konflik sebagaimana pasangan suami istri.

Isi kursus untuk calon pengantin terdiri dari unit pengantar, unit

sentral, dan unit pelengkap. Penyampaian konten tersebut sanggup berupa

ceramah, diskusi kelompok, sesi tanya jawab, studi kasus (simulasi), dan

tugas khusus bidang.20

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pernikahan

Terpeliharanya kedamaian dalam keluarga sanggup menyediakan manfaat

bagi kehidupan seseorang, baik saat ini maupun di masa yang akan datang.

Salah satu gambaran rumah tangga tenteram ialah rumah tangga yang sakinah,

mawaddah, dan rahmah. Ketika dua orang menikah, mereka melakukannya

dengan harapan menciptakan ikatan seumur hidup dan rumah tangga yang

damai. Contoh keluarga yang sakinah, mawaddah, atau rahmah ialah keluarga

yang suami dan istri terdapat ikatan yang sehat, keinginan mereka tersalurkan
20
Dirjen Bimas Islam, “Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor :
DJ.II/542 Tahun 2013.”
dengan baik, anak-anak mereka stabil secara emosi, keperluan dasar mereka

tercukupi, mereka terdapat kehidupan sosial yang memuaskan, dan agama

mereka semakin berkembang.21

Al-Quran surat Ar-Rum ayat 21 terdapat ciri-ciri keluarga sakinah,

mawaddah, dan rahmah, yang menjadikan kerangka hidup sebagaimana tujuan

pernikahan dalam Islam.

1. Demi kebahagiaan dan ketenangan suami, biarlah ada sakinah, atau

kedamaian dan ketenangan, saling mencintai, dan menyayangi; dengan

kata lain biarlah ada Litaskunu Ilaiha. Kewajiban seorang wanita ialah

berusaha menenangkan suaminya, demikian pula kewajiban seorang

suami.

2. Mawaddah yang dikenal juga dengan istilah saling mencintai ialah sebuah

emosi yang hanya bisa dipahami oleh orang yang berbagi.

3. Kasih sayang ialah landasan cinta, dan rahmat ialah kasih sayang yang

obyektif. Intensitas cinta kami terus tumbuh. Hanya dalam pernikahan

muda yang berkembang, cinta bisa tumbuh subur, dengan kasih sayang

yang diutamakan.22

Memiliki keluarga yang bahagia atau sukses berupa motivasi utama untuk

menikah. Oleh karenanya itu, aspek-aspek meliputi ini sepatutnya

diperhatikan agar terciptanya rumah tangga yang damai:

1. Landasan ikatan keluarga yang sehat ialah kepedulian dan kepedulian satu

sama lain. Mengamati dinamika keluarga dan menyelidiki asal muasal


21
Ahmad Sainul, “Konsep Keluarga Harmonis Dalam Islam,” Jurnal Al-Maqasid, 2018.
22
Ahmad Atabik and Koridatul Mudhiiah, “Pernikahan Dan Hikmahnya Perspektif Hukum
Islam,” Yudisia, 2014.
permasalahan sanggup menyediakan wawasan penting tentang bagaimana

setiap orang berkembang seiring berjalannya waktu.

2. Kehidupan berkeluarga memerlukan ilmu, keinginan untuk

mengembangkan ilmu tanpa henti memperluas wawasan. Mengetahui

keluarganya, termasuk perubahan apa pun dalam keluarga dan perubahan

anggota keluarganya, sangat penting untuk mengantisipasi perkembangan

yang tidak diinginkan.

3. Kerabat dan teman diperkenalkan. Mengenal diri sendiri, dan mengenal

diri sendiri dengan baik, sangat penting untuk meningkatkan empati.

4. Ketika seseorang terdapat pemahaman yang kuat tentang siapa dirinya,

segala sesuatu yang terjadi dalam rumah tangga sanggup terungkap dengan

lebih jelas. Keakraban yang muncul dari penyelesaian masalah bersama-

sama akan membuat kehidupan tidak terlalu kacau bagi semua orang yang

terlibat setelah bermacam sejarah terbentuk.

5. Memiliki sikap menerima ialah tahap selanjutnya setelah terdapat sikap

pengertian; itu menandakan bahwasanya meskipun terdapat kekurangan

dan kelebihan, ia masih terdapat tempat dalam keluarga. Pandangan ini

menumbuhkan lingkungan yang bahagia, di mana anggota keluarga

merasa aman untuk mengeksplorasi hobi dan mewujudkan potensi mereka.

6. Setelah berdamai dengan keluarga apa adanya, memperluas perusahaan

ialah langkah logis berikutnya. Tujuannya ialah untuk menghasilkan

perubahan dan menghilangkan monoton dengan mengembangkan setiap


bagian keluarga secara maksimal, dengan mempertimbangkan kekuatan

dan kelemahan masing-masing anggota.

7. Baik orang tua maupun anak perlu melangsungkan penyesuaian seiring

perkembangan tubuh mereka.23

23
Gunarsa S.D, Psikologi Untuk Keluarga, Cetakan Ke 13, Jakarta: Gunung Mulia, 1999.
hlm 42-44.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Sifat Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian lapangan, yakni peneliti mengunjungi lokasi penelitian

secara fisik untuk mengumpulkan informasi langsung, dipergunakan dalam

penelitian.

Khusus difokuskan pada KUA Kecamatan Metro Timur, penelitian

akan melihat akibat suscatin mengenai kehidupan sehari-hari rumah tangga

Kecamatan Metro Timur dan bagaimana penerapannya di sana. Tejosari,

Tejoagung, Iringmulyo, Yosodadi, dan Yosorejo ialah lima kecamatan

administratif yang membentuk Kabupaten Metro Timur.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif karenanya berupaya mendefinisikan

suatu fenomena dan faktor-faktor yang terkait sebelum menganalisis data.

Tujuan penelitian deskriptif ialah untuk mengukur dan mengkarakterisasi

beberapa aspek dari suatu skenario, peristiwa, item, atau variabel.24

Tujuan dari penelitian ialah untuk menjelaskan pandangan warga

mengenai dampak penawaran kursus calon pengantin mengenai

kesuksesan pernikahan.

24
Eta dan Sopiah, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis Dalam Penelitian (Yogyakarta:
Andi, 2015), 65.
30

B. Sumber Data

1. Sumber Data Primer

Data primer ialah informasi yang diperoleh langsung dari sumber

terpercaya, seperti wawancara, catatan harian, dan observasi. Topik atau

sumber kajian sepatutnya terdapat keterkaitan dengan variabel bebasnya.

Sugiyono mengartikan sumber data primer ialah sumber yang

menyampaikan informasi secara langsung kepada peneliti. Kepala KUA

dan sepasang suami istri ialah informan utama penelitian.

Pasangan suami istri yang berdomisili di Kecamatan Metro Timur dan

mendapat nasehat suscatin di KUA Kecamatan Metro Timur pada tahun

2018 turut serta dalam penelitian tersebut. Iringmulyo, Yosodadi,

Yosorejo, Tejosari, dan Tejoagung ialah lima kecamatan yang berupa

Kabupaten Metro Timur untuk keperluan penelitian. Lima pasangan suami

istri Distrik Metro Timur akan dihubungi sebagaimana bagian dari

penelitian.

Populasi penelitian berjumlah 251 pasangan suami istri yang mengikuti

suscatin di KUA Kabupaten Metro Timur pada tahun 2018. Purposive

Sampling, yakni metode pemilihan sampel dari populasi dengan fokus

pada karakteristik tertentu, dipergunakan dalam pemilihan sampel

penelitian. Pasangan suami istri yang menikah di KUA Kecamatan Metro

Timur pada tahun 2018 dan pernah mengikuti suscatin serta bersedia

berupa sampel dan menyampaikan informasi yang diperlukan terkait

penelitian memenuhi persyaratan pemilihan sampel.


31

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber

selain sumber primer, seperti wawancara, survei, dan catatan. Sumber data

sekunder menyediakan informasi tambahan yang mendorong mengisi

kesenjangan yang ditinggalkan oleh sumber utama.

Sumber hukum primer dan sekunder dipergunakan untuk

mengumpulkan data sekunder. Sumber yang mengikat secara hukum ada

dua macam, yakni: bahan hukum utama seperti buku dan peraturan, dan

sumber hukum sekunder seperti buku dan peraturan yang menjelaskan

bahan hukum primer. Sumber hukum utama penelitian ialah Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Direktur

Jenderal Umat Islam yang menyertainya (DJ.II/542 Tahun 2013).

Penelitian ini bertumpu pada pilihan sumber hukum sekunder, antara

lain Fiqh Munakahat karya Abdul Rahman Gozali, Print-IV (Jakarta:

Prenamedia Group, 2014), Hukum Pernikahan Islam karya Ahmad Azhar

Basyir (Yogyakarta: 2000), dan HUKUM PERNIKAHAN I (Akademisi)

karya Khoiruddin Nasution. , 2013). Artikel jurnal seperti karya Rika

Devianti dan Raja Rahima, “Konseling Pranikah Menuju Keluarga

Samara,” Jurnal Pengembangan Bimbingan dan Konseling Pendidikan 4,

no. 2 (2021) dan Zakyyah Iskandar, “Peran Kursus Pranikah dalam

Mempersiapkan Pasangan Suami-Istri Menuju Keluarga Sakinah,” Al-

Ahwal: Jurnal Hukum Keluarga Islam 2017, dan lain-lain dipergunakan

untuk melengkapi sumber primer seperti buku-buku.


32

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Metode observasional dalam mengumpulkan informasi menawarkan

keunggulan tersendiri dibandingkan pendekatan lainnya. Pengamatan

sanggup dilangsungkan mengenai segala sesuatu di alam, tidak hanya

manusia. Peneliti sanggup memperoleh wawasan tentang perilaku dan

signifikansinya melalui latihan observasi.25

Observasi langsung dipergunakan untuk penyelidikan ini. Peneliti

melihat langsung fenomena yang diteliti di KUA Kecamatan Metro Timur.

2. Wawancara (Interview)

Salah satu metode pengumpulan informasi, wawancara dilangsungkan

secara langsung dengan orang yang paling melihat topik yang dibahas, dan

pertanyaan yang diajukan disusun dengan cermat sebelumnya.26

Tujuan dari wawancara ini ialah untuk melihat bagaimana warga KUA

Kecamatan Metro Timur menyesuaikan diri dengan pengenalan suscatin

dalam rutinitas sehari-hari. Wawancara terstruktur terencana

dilangsungkan, dimana peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

dipilih dari daftar yang telah ditetapkan. Lima pasangan suami istri dan

Kepala KUA akan diwawancarai oleh peneliti.

25
Ibid.
26
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan Penelitian Gabungan, vol.
21 (Jakarta: Kencana, 2014).,79.
33

3. Dokumentasi

Dalam penelitian kualitatif, dokumentasi ialah alat untuk

mengumpulkan informasi. Catatan, transkrip, buku, koran, majalah,

notulen, dan sebagainya ialah contoh dokumentasi.27

Dalam penelitian kualitatif, dokumentasi ialah alat untuk

mengumpulkan informasi. Catatan yang berkaitan dengan kursus KUA

Kabupaten Metro Timur untuk calon pengantin menyediakan dokumentasi

yang diperlukan untuk keakuratan dan ketelitian penelitian.

D. Teknik Analisis Data

Untuk menemukan dan menyusun hipotesis kerja yang didukung oleh data,

perlu dilangsungkan analisis data dengan cara mengelompokkannya ke dalam

pola, kategori, dan satuan deskriptif dasar. Untuk menemukan hipotesis atau

tema, data dianalisis dengan terlebih dahulu diorganisasikan, dikelompokkan,

dan dikategorikan.28

Metode deskriptif kualitatif akan dipergunakan untuk menganalisis data

yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi dari ketua

KUA Kabupaten Metro Timur dan pasangan suami istri. Untuk menjelaskan

data dengan menghubungkan kerangka teori yang berbeda dengan isu sentral,

penelitian mempergunakan teknik kualitatif.

Metode induktif dipergunakan dalam analisis data kualitatif, artinya

observasi sebelumnya dipergunakan sebagaimana pedoman penelitian. Peneliti

turun ke lapangan untuk mengumpulkan data agar lebih mendalami dan


27
Samsu, Metode Penelitian (Jambi: Pusaka Jambi, 2017).,113.
28
Sodik, Dasar Metodologi Penelitian., 99.
34

menjelaskan kejadian yang ada. Oleh karenanya itu, data deskriptif

dikumpulkan dan dianalisis dalam kerangka induktif, dimana kesimpulan

khusus digeneralisasikan untuk melihat dampak pendidikan pranikah

mengenai keberhasilan pernikahan selanjutnya. tangga.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum KUA Kecamatan Metro Timur

1. Sejarah Singkat dan Struktur Organisasi KUA Kecamatan Metro

Timur

Kantor Definitif didirikan berlandaskan Keputusan Menteri Agama

Nomor 323 Tahun 2002 tanggal 12 Juni 2002, dan salah satunya ialah

Kantor Urusan Agama (KUA) Kabupaten Metro Timur. Kantor Urusan

Agama Kecamatan Metro Timur berlokasi di gedung milik sendiri yang

dibangun pada tahun anggaran 2004, sejak bulan November tahun itu juga.

Atap baja juga diperbarui pada tahun 2013. ringan.

KUA Kecamatan Metro Timur beralamat di Jalan A. Yani 24 Tejo

Agung, kode pos 34124. KUA Metro Timur kini menempati gedung KUA

Kecamatan Metro Timur yang tidak memenuhi standar yang ditetapkan

dalam Undang-Undang Standar Nasional Bangunan Gedung. Namun hal

ini patut dikhawatirkan karenanya letaknya di dataran rendah, daerah

berawa di pinggiran sistem irigasi, sehingganya rentan mengenai banjir

selama bulan-bulan basah. Pada bulan Maret dan April 2018, terjadi dua

kali banjir yang mengakibatkan hilangnya surat nikah hingga terendam

hingga satu meter. Hal ini merusak mubeler, printer, kamera bahkan buku

nikah yang tersimpan di brankas besi KUA.

Perubahan Periodisasi Administrasi KUA Metro Timur:

a. Drs. Nursalim Tahun 2002 s.d Tahun 2006


b. Drs. Suyono Tahun 2006 s.d Tahun 2009

c. Drs. M. Fatur Rahman Tahun 2009 s.d Tahun 2013

d. Deswin Fitra S.Ag Bulan Januari-Juni Tahun 2013

e. Andi Yunizar S.Ag Tahun 2013 s.d 2016

f. Drs. Ahmat Subandi Bulan November Tahun 2016 hingga sekarang.

Tugas dan fungsi Kantor Urusan Agama Kecamatan Metro Timur:

a. Pelaksanaan pelayanan, pengawas pencatatan dan pelaporan nikah dan

rujuk.

b. Penyusunan statistik layanan dan bimbingan warga islam.

c. Pengelolaan dokumentasi dan sistem informasi pengelolaan KUA

kecamatan.

d. Pelayanan bimbingan keluarga sakinah.

e. Pelayanan bimbingan kemasjidan.

f. Pelayanan bimbingan hisab rukyat dan pembinaan syariah.

g. Pelayanan bimbingan dan penerangan agama islam.

h. Pelayanan bimbingan zakat dan wakaf.

i. Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan KUA kecamatan.

j. Layanan bimbingan manasik haji bagi jemaah reguler.29

Kantor Urusan Agama Kabupaten Metro Timur terdapat maksud dan

tujuan sebagaimana meliputi:

29
Peraturan Menteri Agama Nomor 34 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Urusan Agama Kecamatan.
a. Visi KUA Kecamatan Metro Timur

Warga Kecamatan Metro Timur yang taat beragama, tenteram,

cakap secara intelektual, mapan secara finansial, dan tercukupi secara

spiritual.

Anda mungkin juga menyukai