Email : windyfs52@gmail.com
Abstract: high rate of divorce (upstream ‘) in western village and analysis of its
causes and solutions. Not to mention, the current rate of divorce is very real in our
own neighborhood. Divorces have been rising year after year in both indonesians and
those in especially western bangka belitong islands. Analysis results from sources are
many factors that cause it to happen. As for the factor it can come from both women
(wives) and men (husbands). It is known that these factors come from domestic
discord, a wife’s lack of understanding of the rights and obligations of the husband,
the sense of economic independence for the wife, the scope of the Internet like the
vast social media that is sparking infidelity, an inadequate home economy where the
need is increasing. There is also another factor in the rise of the dispute (khulu ‘).
Then to resolve the matter, it will have a profound effect when knowledge of
marriage is known to those who are already married or to those who are to be married.
Abstrak : Tingginya Angka Cerai Gugat (khulu’) di Bangka Barat dan Analisis
Penyebab serta solusinya. Tak dapat di pungkiri, tingginya angka perceraian yang
terjadi saat ini memang nyata terlihat di lingkungan kita sendiri. Kasus perceraian
meningkat dari tahun ke tahun baik yang tercatat se-Indonesia maupun yang ada di
daerah khususnya Bangka Barat, kepulauan Bangka Belitung. Hasil analisis melalui
sumber-sumber banyak faktor yang menyebabkan hal itu terjadi. Adapun faktor
tersebut dapat berasal dari wanita (istri) maupun dari laki-laki (suami). Diketahui
bahwa faktor-faktor tersebut berasal dari ketidak harmonisan rumah tangga,
pemahaman istri terhadap hak dan kewajiban kepada suami, adanya kemandirian
ekonomi yang dirasakan oleh istri, jangkauan internet seperti media sosial yang
sangat luas yang memicu terjadinya perselingkuhan, perekonomian rumah tangga
yang tidak mencukupi sedang kebutuhan semakin meningkat. Selain dari itu ada
faktor lain yang menyebabkan cerai gugat (khulu’) terjadi. Kemudian untuk
mengatasi hal tersebut, akan sangat berpengaruh apabila pengetahuan mengenai
pernikahan diketahui oleh mereka yang sudah berumah tangga atau mereka yang akan
menikah.
1
Pendahuluan
Pada masa lalu perceraian adalah hal yang tabu bagi seorang wanita. Oleh
karena itu, banyak wanita yang memilih rela untuk dipoligami suaminya dan lebih
baik menderita lainnya daripada harus bercerai. Dari pernyataan tersebut banyak yang
bertanya lalu mengapa sekarang seorang wanita atau istri berani meninggalkan
suaminya dengan cara menggugat ceraikan suaminya hingga ia terlepas dari ikatan
pernikahan yang sebelumnya dibina bersama. Menjawab pertanyaan tersebut jawaban
yang paling tepat adalah karena adanya hukum yang membolehkan istri menggugat
suaminya yang terdapat dalam Q.S Al-Baqarah ayat 229 yang artinya “ Talak yang
dapat dirujuk itu dua kali. Setelah itu suami dapat menahan dengan baik, atau
melepaskan dengan baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu yang
telah kamu berikan kepada mereka, kecuali keduanya (suami dan istri) khawatir
tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu (wali) khawatir
bahwa keduanya tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah, maka keduanya
tidak berdosa atas bayaran yang harus diberikan oleh istri untuk menebus dirinya.
Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa
melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang zalim”.
1
Ahmad Sarwat, Seri Fiqih Kehidupan (8) :Nikah, (Jakarta Selatan: DU Publishing, 2011), hlm.
24-25
2
Wahyu Ernaningsih, Putu Samawati, Pengaruh Budaya Patriaki Terhadap Perceraian,
(Malang: TuMandiri, 2014), hlm. 77.
3
Linda Azizah, Analisis perceraian Dalam Kompilasi Hukum Islam, Jurnal Al-’Adalah , Vol. 10
No. 4 (Juli 2012), hlm. 416.
4
Kompilasi Hukum Islam tentang Putusnya Perkawinan pasal 148
5
Sistem Informasi Penelusuran Perkara Pengadilan Agama Muntok, diakses pada 1 Januari
2022
2
KASUS TAHUN TOTAL
CERAI 335 244 Kasus 232 Kasus 334 Kasus 1.145 Kasus
GUGAT Kasus
Angka yang sangat tinggi untuk kasus perceraian di lingkup kabupaten. Dari
jumlah tersebut dapat kita ketahui bahwa kasus cerai gugat memang lebih tinggi dari
kasus cerai talak. Apabila kita amati disekitar lingkungan kita apa sebenarnya yang
menyebabkan hal ini terjadi? Apa sajakan faktor penyebabnya? Dari hasil
pengamatan saya terhadap kasus ini banyak faktor yang menjadi penyebabnya.
Adapun faktor tersebut dapat berasal dari wanita (istri) maupun dari laki-laki (suami).
Diketahui bahwa faktor-faktor tersebut berasal dari ketidak harmonisan rumah tangga,
pemahaman istri terhadap hak dan kewajiban kepada suami, adanya kemandirian
ekonomi yang dirasakan oleh istri, jangkauan internet seperti media sosial yang
sangat luas yang memicu terjadinya perselingkuhan, perekonomian rumah tangga
yang tidak mencukupi sedang kebutuhan semakin meningkat. Selain dari itu ada
faktor lain yang menyebabkan cerai gugat (khulu’) terjadi.
Banyak pertanyaan yang menuju kepada kasus cerai gugat, salah satunya
adalah bagaimana solusi mengatasi permasalahan ini agar angka perceraian tidak
pesat seperti yang terjadi saat ini. Untuk mengatasi hal tersebut, akan sangat
berpengaruh apabila pengetahuan mengenai pernikahan diketahui oleh mereka yang
sudah berumah tangga atau mereka yang akan menikah. Kemnudian menurut saya
yang menjadi salah satu solusi yang lebih efektif adalah penekanan angka pernikahan
dini. Mengapa demikian? Karena salah satu penyebab yang paling mencolok dari
kasus ini adalah pesatnya pernikahan dini yang dikarenakan banyak remaja mengikuti
trend. Kita ketahui bahwa remaja merupakan manusia yang masih labil pemikirannya
sehingga apa yang mereka lakukan adalah sebuah spontanitas yang tidak mereka
pikirkan bagaimana akibat kedepannya. Kemudian dampingan dari orang tua juga
dapat menjadi solusi dari meningkatnya kasus cerai gugat ini. Orang tua tentunya
sudah berpengalaman menegenai bahtera rumah tangga. Hal yang paling penting
adalah niat dari diri masing-masing serta pemikiran yang menuntun kita kepada hal-
hal baik yang tentunya tidak merugikan kita sendiri maupun orang lain.
Dalam Islam cerai gugat memang diperbolehkan dan harus dengan konpensasi
yang hendak berupa sesuatu yang bernilai, jelas jumlahnya dan bisa diserahkan. Cerai
gugat adalah hak seorang istri untuk menuntut berpisah dengan suaminya apabila ia
sudah merasa tak dicintai lagi oleh suaminya dengan alasan-alasan yang mendukung.
Perceraian ini dilakukan istri dengan cara menebus dirinya dengan harta yang sudah
ia terima sebagai mahar kepada suaminya. Dalam Islam ada dalil yang menjelaskan
tentang cerai gugat (khulu’) ini yang terdapat didalam Quran Surah Al-Baqarah ayat
229 yang bunyinya :
3
ّّ اَ نْ ّل ََََٓٓا اَ ل ْٓ َْ َّ َّ احّل ََ َُ نْ اَ نْ تَْن َُ َُْن ا ام لمٓا َاتَ نْتَ َمون ه لَّ ََْنًٔـٓ اا ل ا نِ نّ ح ٌۢ ِآاْن ََ ن
ٍ اَْن تََ اۢ ِا َم نَِْْن ن ٌ ََٓا نم ََٓ ح َ ََ اََطل
ُّ َم لِ َت ا
َ
َ َْ َّْن َُ ل َ َْْ ِا هٖ تا ن َ
ََٓا نْ اُ نْتَ نْ اَ لّ َِّا نْ َمٓ َْ َّْن َُ ل َّ
ّّا ََ ََ تَ نْتَ َّْن هَٓ َْ َم نّ ّلتَ َْ ل ّا ََ ََ َََُٓ ََ َََْ نْ اِ َمٓ َا نْ َمٓ ا نَتَّ ن َِّا نْ َمٓ َْ َّْن َُ ل ا
َ ل َ َ ََٓ ّاَ
َْ َ هَ َْ اَٰلْا َمون َ َِْ ٕا َْ َّْن َُ ل
“ Talak yang dapat dirujuk itu dua kali. Setelah itu suami dapat menahan dengan
baik, atau melepaskan dengan baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali
sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali keduanya (suami dan istri)
khawatir tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu (wali)
khawatir bahwa keduanya tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah, maka
keduanya tidak berdosa atas bayaran yang harus diberikan oleh istri untuk
menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya.
Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang zalim”.6
Dari pengertian diatas dapat kita pahami bahwa Islam memang membolehkan
adanya perceraian baik yang dinyatakan oleh suami dengan mentalak maupun yang
dinyatakan oleh istri dengan cerai gugat. Pada kalimat yang dipertebal merupakan
kalimat yang menyatakan kebolehan cerai gugat dengan syarat mereka tidak bisa
mempertahankan rumah tangga sebagaimana mestinya yang diatur oleh syariat serta
dalam cerai gugat maka istri yang menyatakannya hendak membayar uang tebusan
yakni uang mahar yang pernah ia terima dari suaminya. Sesuai dengan pemahaman
yang saya peroleh bahwa setelah dilakukannya gugat cerai (khulu’) maka suami istri
ini tidak dapat rujuk (kembali mejalin pernikahan sesuai syariat) baik ketika masih
dalam masa iddah sang istri maupun setelah iddah, sebab cerai gugat (khulu’)
merupakan talak ba’in atau talak tiga. Namun ada riwayat Sa’id bin Musayyab dan
Al-Zuhri mengatakan bahwa “jika menghendaki merujuk kembali. Akan tetapi,
hendaklah mengembalikan apa yang telah ia ambil dari istrinya dan menghadirkan
saksi pada proses rujuk itu”7, artinya ia boleh rujuk kembali dengan mahar yang telah
ia ambil dari istrinya pada saat khulu”. Khulu dapat dilakukan oleh istri kapanpun ia
mau ketika ia sudah merasa bhawa rumah tangganya tidak dapat dipertahankan lagi.
Istri dapat menyatakan khulu’ baik dalam masa suci dari haid ataupun sedag haid
karena tujuan dari khulu’ adalah untuk istri melepaskan ikatannya dengan suami.
Dalam Kompilasi Hukum Islam perceraian diatur dalam bab XVI tentang
putusnya perkawinan lebih tepatnya pada pasal 116 yang isinya berikut ini:
a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, pejudi dan lain
sebagainya yang sukar disembuhkan atau dihilangkan walaupun sudah ditegur dengan
baik;
b. Salah satu pihak baik istri maupun suami meninggalkan pihak lain selama 2 tahun
berturut-turut tanpa izin dari pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain
diluar kemampuannya, namun apabila meninggalkan dalam hal perkerjaan yang jelas
diketahui oleh pasangan maka tidak akan menjadi permasalahan dalam hal ini;
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih
berat setelah perkawinan berlangsung;
6
Al-Quran, Surah Al-Baqarah : 229
7
Ahmad Sarwat, op. cit. hlm. 334
4
d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau kekerasan dalam rumah tangga
sehingga menyebabkan kerugian baginya;
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit sehingga ia tidak dapat
menjalankan kewajibannya sebagai suami istri;
f. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak
ada harapan akan hidup rukum lagi dalam rumah tangga;
g. Suami melanggat taklik talak;
h. Peralihan agama atau murtad menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam
rumah tangga8.
Ketika perceraian terjadi didalam rumah tangga seseorang baik cerai talak
maupun cerai gugat maka ada akibat hukum yang mengiringinya. Akan tetapi akibat
hukum cerai gugat sedikit berbeda dengan akibat hukum cerai talak. Adapun akibat
hukum cerai gugat adalah sebagai berikut :
Peceraian yang terjadi pada orang tua juga mempengaruhi anak yang menjadi
tanggung jawab kedua orang tuanya semasa masih bersama. Akan tetapi, hak anak
dan kewajiban orang tua tetap ada walaupun sudah berpisah dari ikatan pernikahan
sebab anak adalah tanggung jawab orang tua selama orang tua maupun anak masih
hidup karena dalam pepatah kita sering mendengar bahwa memang ada yang
namanya mantan istri namun tidak ada sejarah orang mengatakan mantan anak sebab
pada diri anak tersebut mengalir darah kita. Adapun kewajiban orang tua terhadap
anak ini telah diatur dalam UU No. 16 Tahun 2019 atas perubahan UU No. 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan tepatnya pada pasal 41 sebagaimana tertulis sebagai berikut:
8
Pasal 116, Kompilasi Hukum Islam, Bab XVI tentang Putusnya Perkawinan.
9
Isnawati rais, Tingginya Angka Cerai Gugat (Khulu’) di Indonesia; Analisis Kritis Terhadap
Penyebab dan Alternatif Solusi Mengatasinya, Jurnal Al-’Adalah, Vol. 12 No. 1 (Juni 2014), hlm. 195
5
a. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya,
semata-mata berdasarkan kepentingan anak dan apabila ada perselisihan antara bapak
dan ibunya mengenai penguasaan pengasuhan anak,maka Pengadilan akan memberi
keputusan yang seadil-adilnya;
b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan
yang diperlukan anak itu, bilamana bapak tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut,
Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memiliki kewajiban atas pembiayaan
pendidikan dan pemeliharaan tersebut;
c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya
penghidupan dan/atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri.10
Demikian merupakan dasar hukum hak bagi seorang anak dan kewajiban bagi
orang tua yang sudah bercerai. Adanya peraturan tersebut diharapkan agar orang tua
memiliki kesadaran atas kewajibannya terhadap anak-anak yang menjadi korban
akibat perceraian. Atas penjelasan pasal 41 diatas dapat kita lihat pula Kompilasi
Hukum Islam yang mengatur tentang pengasuhan anak dijelaskan dalam pasal 156
KHI yang isinya sebagai berikut:
10
Pasal 41 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 atas perubahan Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1974 tentang perkawinan.
6
f. Pengadilan dapat pula dengan mengingat kemampuan ayahnya menetapkan jumlah
biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak yang tidak turut padanya.11
Oleh karena itu, berdasarkan pada pasal 37 UU Perkawinan jo pasal 126 dan
128 KUHPer tindakan perceraian dapat membubarkan harta bersama dengan
ketentuan harta tersebut dapat dibagi dua antara mantan suami dan istri tersebut13.
Kalau kita amati dan pahami mengenai pasal tersebut diatas bahwa tujuan adanya
pasal yang mengatur hal tersebut agar adanya keadilan baik bagi suami maupun istri
sebab harta bersama adalah harta yang diperoleh selama berlangsungnya perkawinan
hingga akhirnya memutuskan untuk bercerai. Harta tersebut dapat digunakan untuk
keperluan apa saja sesuai kehendak masing-masing apabila sudah dibagikan. Namun
kalau dilihat pada kasus-kasus yang terjadi dilingkungan masyarakat harta bersama
tersebut orang tua lebih mengutamakan untuk anak-anaknya sebagai masa depan anak
juga atau bagian harta dari ayah tersebut dihibahkan kepada anak sebagai penjamin
pendidikan anak misalnya seperti sebidang kebun sawit, sebidang kebun karet dan
lain-lain yang merupakan harta berjangka panjang. Akan tetapi kewjiban menafkahi
anak tetap ada walaupun ayah menghibahkan bagian harta untuk anaknya. Itulah
mengapa perceraian sangat berdampak pada anak bukan hanya soal biaya hidup
namun kesehatan mental anak juga dapat menurun karena ia merasa terlunta-lunta
tanpa kasih sayang kedua orang tuanya.
Bangka Barat merupakan salah satu kabupaten yang di Bangka Belitung yang
pusat kotanya terletak di kota Muntok atau dikenal dengan kota seribu kue. Sedikit
mengingatkan sejarah tentang kota Muntok Kab. Bangka Barat yang merupakan
tempat pengasingan Ir. Soekarno tepatnya di Gunung Menumbing. Adapun pemimpin
kabupaten Bangka Barat yakni Sukirman dan wakilnya Bong Ming Ming dengan luas
11
Pasal 156, Kompilasi Hukum Islam, Bab XVII tentang Akibat Putusnya Perkawinan.
12
Pasal 97, Kompilasi Hukum Islam, Bab XIII tentang Harta Kekayaan Dalam Perkawinan
13
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4f3b41b9d92da/dampak-
perceraian-terhadap-harta-bersama-/ (diakses pada 2 Januari 2022)
7
wilayah 2.884,15 km persegi (1,113,58 sq mi) serta populasi 204.612 jiwa dengan
kepadatan 71/km persegi (180/sq mi) tertahun 2020. Mayoritas penduduk Kabupaten
Bangka Barat adalah beragama Islam dengan persentase 92,23%, Budha 4,00 %,
Kristen Protestan 1,47%, Kristen Katolik 0,49%, Konghucu 1,80% dan Hindu hampir
tidak ada yakni 0,01%14. Terlihat dari persentase tersebut maka masyarakat Bangka
Barat hampir 100% nya beragama islam dan kita lihat pada populasinya yang cukup
banyak namun untuk wilayah Kabupaten belum termasuk kepada wilayah yang padat
penduduk sebab masih banyak lahan atau tanah yang cukup untuk bercocok tanam
sebagai mata pencaharian masyarakat Banga Barat disamping menjadi nelayan dan
tambang timah. Penduduk yang diatas tak terlepas dari penduduk yang sudah
melaksanakan pernikahan atau penduduk yang sudah berkeluarga. Semakin
bertambahnya masyarakat yang melangsungkan pernikahan maka setiap tahun juga
akan bertambah populasi manusia yang aa di Bangka Barat. Disamping masyarakat
yang melangsungkan pernikahan, Bangka Barat juga termasuk daerah yang angka
perceraiannya tidak sedikit dilihat dari kasus perceraian yang terhitung pada tahun
2021 kemarin sejumlah 439 kasus dengan kalkulasi 334 kasus cerai gugat (diajukan
istri) dan 105 kasus cerai talak (diajukan suami). Jumlah tersebut merupakan jumlah
kasus yang sudah tercatat di Pengadilan Agama Muntok dan sudah memiliki putusan
yang dikeluarkan ketua pengadilan, berarti belum termasuk perceraian yang belum
tercatat.
Dari hasil penelitian saya pada situs Sistem Informasi Penelusuran Perkara
Pengadilan Agama Muntok tercatat kasus-kasus perceraian sejumlah 1.479 kasus
terhitung sejak tahun 2018-2021 dan dapat dilihat pada tabel berikut.
CERAI 335 244 Kasus 232 Kasus 334 Kasus 1.145 Kasus
GUGAT Kasus
14
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bangka_Barat#:~:text=Kabupaten%20Bangka%
20Barat%20terdiri%20dari,sebaran%20penduduk%2067%20jiwa%2Fkm%C2%B2. (diakses pada 2
Januari 2022)
8
Grafik garis kasus perceraian di Bangka Barat
Terlihat jelas dalam tabel maupun grafik tersebut bahwa pada tahun 2018
kasus peceraian di Bangka Barat tercatat sebanyak 335 kasus cerai gugat dan 83
kasuscerai talak. Kemudian terjadi penurunan yang cukup baik pada tahun 2019
dimana kasus cerai gugat berkurang menjadi 244 kasus dan cerai talak menjadi 78
kasus, dan turun kembai pada tahun 2020 yang jumlah kasus cerai gugatnya sebanyak
232 dan kasus cerai talak sebanyak 68. Akan tetapi,kasus percerian itu kembali naik
drastis pada tahun 2021 dengan kasus cerai gugat sebanyak 334 sera kasus cerai talak
sebanyak 105 kasus15. Terpampang secara jelas pula bahwa kasus peceraian yang
paling tinggi adalah kasus cerai gugat dimana perceraian yang dilakukan oleh istri
kepada suaminya.
Tak dapat terlepas dari faktor penyebab perceraian yang terjadi didalam
rumah tangga seseorang sehingga menyebabkan angka perceraian jumlahnya semakin
meningkat apalagi dijaman yang sekarang ini yang kita lihat bahwa pernikahan
merupakan trend dikalangan anak muda yang sebenarnya belum siap untuk membina
rumah tangga baik secara finansial maupun non finansial. Mengapa trend pernikahan
dikalangan anak muda dapat beriringan pula dengan trend perceraian yang dilakukan
oleh mereka? Hampir setiap orang akan menjawab dengan logika mereka yang
mengatakan bahwa anak muda yang belum siap untuk menikah baik secara finansial
maupun non finansial masih memiliki pemikiran yang sangat labil sehingga apa yang
mereka perbuat tidak memandang bagaimana akibat kedepannya. Faktor-faktor itu
kebanyakan timbul dari kasus yang seperti saya jelaskan diatas yang akan saya
jelaskan secara rinci.
1. Faktor ekonomi
9
seimbang dengan pemasukan yang semakin hari semakin tidak jelas hasilnya.
Keadaan ini mendesak sehingga banyak sekali terjadinya pertengkaran antara suami
dan istri yang mengakibatkan hubungan keluarga atau pernikahan terancam bahkan
berakhir dengan perceraian. Perceraian yang harusnya dihindari malah terjadi sebab
manusia yang membutuhkan memang tidak bisa jika kebutuhannya tak terpenuhi.
Terlebih lagi apabila problem mengenai ekonomi tersebut menimpa pernikahan anak
muda yang belum banyak mengerti tentang kehidupan berumah tangga. Seorang istri
yang mengatur keuangan rumah tangga secara otomatis akan merasakan dampaknya,
sebab suami yang seharusnya memberikan nafkah yang mencukupi kebutuhan harian.
Merasa bahwa suami tidak dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga maka istri pun
akan berpikir lebih baik meninggalkan sang suami dengan cara melakukan cerai
gugat terhadap suaminya.
2. Kemandirian Ekonomi
3. Pernikahan Dini
16
Sugeng Santoso, Skripsi: “ Pemberdayaan Masyarakat untuk Kemandirian Ekonomi Melalui
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)” (Surakarta: UNS, 2009), Hal. 9.
10
ketika sudah menikah. Banyak hal yang dapat menjaga keharmonisan rumah tangga
seperti menjaga komunikasi, melayani pasangan dengan baik, terbuka terhadap
pasangan. Kemudian apabila hal-hal tersebut berbanding terbalik dengan keadaannya,
misal komunikasi sangat jarang, tidak ada keterbukaan antara suami istri atau tidak
melayani pasangan dengan baik maka hal tersebut yang dapat menyebabkan sebuah
hubungan pernikahan berakhir dengan perceraian. Kadang hal-hal tersebut
munculnya dari kesibukan masing-masing, seperti kesibukan bekerja yang
melelahkan sehingga waktu yang seharusnya digunakan untuk pasangan tetapi malah
digunakan untuk beristirahat. Tidak ada salahnya bekerja apalagi bagi suami yang
dituntut untuk menjadi kepala keluarga sebagai pemberi nafkah keluarga juga namun
hendaknya menyempatkan waktu untuk istri sebagaimana hubungan keluarga guna
menciptakan keharmonisan rumah tangga. Namun sayngnya masih banyak suami
yang mementingkan pekerjaannya atau hobinya dibandingkan keluarga sehingga
mengakibatkan istri merasa tak dihargai yang mnimbulkan pemikiran-pemikiran
buruk istri teradap suaminya dengan cara meninggalkannya dengan meutuskan untuk
mengugat perceraian.
5. Poligami
Poligami ialah amalan beristri lebih dari satu yang dilakukan oleh suami17.
Poligami memang diperbolehkan dalam islam dengan dalil Q.S An-Nisa’ ayat 3 yang
artinya “ Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain)
yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan
mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya perempuan
yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim”.
Akan tetapi tidak semua istri mengizinkan suaminya untuk berpoligami. Karena tidak
ada wanita yang ingin dirinya deimadu dengan wanita lain
Seorang istri yang memiliki pemahaman berkaitan dengan hak dan kewajiban
dalam rumah tangga juga menjadi salah satu faktor yang penyebab perceraian dalam
rumah tangga. Mengapa hal itu dikatakan sebagai faktor padahal sangat baik apabila
mengetahui ilmu yang berkaitan dengan hak dan kewajiban yang diatur dalam agama?
Jawabannya ialah bukan pemahaman sang istri yang menjadi faktor utamanya namun
seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa keharmonisan rumah tangga sangat
diperlukan dalam pernikahan. Apabila seorang suami yang menurut istri tidak
melaksanakan kewajibannya sebagai pria yang bertanggung jawab atas haknya maka
hal ini lah yang menjadi pemicu terjadinya perceraian. Terlebih seorang istri yang
mengetahui ilmu atau pemahaman seperti ini baginya akan sangat penting kewajiban-
kewajiban itu dilakukan oleh suaminya. Apabila suami tidak menjalankan tugasnya
sebagimana suami maka istri merasa semuanya adalah perbuatan dosa yang dilakukan
suami dan merasa pernikahan yang dijalani adalah pernikahan yang tidak sesuai
syariat. Akan tetapi hak dan kewajiban suami istri merupakan hak bersama yang
mana kewajiban seorang suami merupakan hak bagi istri dan sebaliknya bahwa
kewajiban istri merupakan hak bagi suami18.
17
Zaini Nasohah, Poligami Hak Keistimewaan Menurut Syariat Islam, (Kuala Lumpur:
Pencetakan Gergas, 2000), hlm. 1.
18
Mohamad Ikrom, Hak dan Kewajiban Suami Istri Perspektif Al-Quran, Jurnal Qolamuna,
Vol. 1 No. 1 (Juli 2015), hlm. 38
11
7. Jangkauan Internet yang Meluas
12
Keharmonisan adalah hal yang penting dalam aspek kehidupan berumah tangga sebab
seuai sengan definisi keluarga yang harmonis adalah keluarga yang bahagia yang
ditandai dengan kurangnya ketegangan, kekecewaan, tertib, rukun dan lain
sebagainya yang termasuk kedalamhal-hal yang membuat ketentraman19. Keempat,
pemahaman istri hendaknya ia bagikan kepada suaminya guna sama-sama
mengetahui bagaimana yang seharusnya ada dalam keluarga. Tidak ada salahnya
seorang istri memberikan pemahaman kepada suami dengan perlahan tanpa
menyinggung perasaannya. Kelima, jangkauan internet yang meluas memang menjadi
faktor penyebab terjadinya perselingkuhan, namun hal tesebut dapat diminimalisir
dengan cara pendekatan kepada pasangan, bisa jadi pasangan memiliki niat
melakukan perselingkuhan karena ia merasa tidak dihargai atau lain sebagainya.
Dari penjelasan diatas terkait faktor maupun solusinya yang terpenting dalam
hubungan rumah tangga adalah menjaga keharmonisan sesama, karena faktor-faktor
yang tersebut hanyalah pemicu rumah tangga menjadi tidak harmonis. Dengan
demikian akan sangat penting sekali jika keharmonisan itu terjaga, baik dari suami
maupun istri.
Terkait dengan cerai gugat maka ketika ingin perceraian disahkan atau
diputuskan oleh hakim secara negara maka istri hendak mendaftarkan terlebih dahulu
perkaranya kepada Pengadilan Agama dengan cara yang berikut ini :
1) Cerai gugat diajukan oleh istri yang petitum atau tuntutannya memohon agar
Pengadilan Agama memutuskan perkara penggugat dan tergugat;
19
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-keluarga-yang-harmonis/121471
(diakses pada 2 Januari 2022)
13
2) Istri dalam gugatannya dapat mengajukan gugatan yang provosional;
3) Secara ex officio Pengadilan Agama apat menetapkan kewajiban nafkah baik
nafkah iddah kepada suami selama istri tidak berbuat nusyuz;
4) Pemanggilan para pihak yang dilakukan oleh pihak pengadilan guna
memerintahkan para pihak untuk menghadiri persidangan, pemanggilan tersebut biasa
disebut dengan relaas panggilan;
5) Dalam pemeriksaan cerai gugat hakim berupaya untuk mengetahui jenis pekerjaan
dari suami guna mempertimbangkan penetapan nafkah untuk istri dan anak;
6) Uapaya perdamaian atau mediasi dilakukan juga pada persidangan cerai gugat
guna untuk memperoleh perdamaian antara kedua pihak dengan tujuan
mempertahankan rumah tangga;
7) Pembuktian ppada cerai gugat sama seperti pembuktian cerai talak kecuali cerai
dengan zina, pelanggaran ta’lik talak dan pelanggaran terhadap perjanjian perkawinan;
8) Setelah cerai gugat terbukti dan Pengadilan Agama memutuskan bahwa cerai gugat
dikabulkan dan telah memiliki kekuatan hukum tetap. Para pihak yang tidak puas
dengan putusan yang keluarkan oleh Pengadilan Agama maka dapat mengajukan
banding20.
Dampak dari perceraian orang tua kebanyakan negatif dan jarang sekali
dampak yang terjadi adalah dampak yang positif. Anak adalah harapan orang tua,
begitu pula sebaliknya orang tua adalah harapan seorang anak. Tanpa kasih sayang
dari orang tua maka kesehatan mental anak pun berkurang. Seorang anak
membutuhkan orang tua yang harmonisdan lengkap, orang tua yang lengkap pun
belum tentu kehidupan anak terjamin dan sempurna, apalagi jikalau orang tuanya
berpisah. Tak sedikit seorang anak yang hidupnya luntang lantung tanpa arah dan
seperti orang tanpa bimbingan orang tua dikarenakan stress memikirkan
kehidupannya yang berbeda dengan orang lain yang orang tuanya masih lengkap.
Istilah dewasa ini anak yang menjadi korban perceraian orang tua disebut sebagai
anak broken home.
Jika anak tersebut masih belum cukup umur atau masih dikategorikan anak
kecil maka akan tidak baik terhadap perkembangan jiwanya, misal ketika ia bergaul
dengan temannya maka ia akan merasa malu dan minder sebab ia tidak memiliki
kebahagiaan yang sama dengan orang tuanya21. Anak-anak broken home akan sering
merasa tidak aman, depresi, bersikap kejam sehingga sering mengganggu orang lain
yang menimbulkan kriminalitas dilingkungan masyarakat sehingga merugikan orang
lain. Anak-anak seperti ini lebih memilih untuk tidak tinggal bersama orang tuanya
baik ibu maupun ayah karena otak dan hatinya sudah terlanjur kecewa dan
menurutnya tidak ada obat selain kembali utuh keluarga seperti sedia kala.
Kebanyakan yang memiliki kepribadian seperti ini adalah anak laki-laki, ia akan
merasa lebih baik menjalani kehidupannya sendiri dengan bebas tanpa ada yang
melarangnya. Berbeda dengan anak perempuan yang jarang akan memiliki
20
Malik Ibrahim, Membedah Tingginya Angka Perceraian di Lingkungan Peradilan Agama
dan Upaya Penanggulangannya, Jurnal Aplikasi Imu-Ilmu Agama, Vol. 17 No. 2 (2017), hlm. 89-90.
21
Putri Erika Ramadhani, Hetty Krisnani, Analisis Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap
Anak Remaja, Jurnal Pekerjaan Sosial, Vol. 2 No. 1 (Juli 2019), hlm. 114
14
kepribadian seperti itu karena seorang perempuan lebih memiliki pemikiran yang
panjang bagaimana akibat sesuatu yang ia lakukan itu kedepannya.
Adapun munculnya anak-anak korban perceraian orang tua ini juga dapat
menambah angka kemiskinan di Indonesia. Bagaimana tidak, yang semula ia
ditanggung oleh orang tuanya kini harus menanggung hidupnya sendiri atau ia harus
ikut andil dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. Banyak kejadian diluar sana yang
hidupnya tidak tahu arah sehingga memilih untuk menjadi gelandangan, pengemis
dan alin-lain. Adapula yang menjadi depresi dan hilang akal sebab terlalu banyak
memikirkan hal yang seharusnya belum ia pikirkan. Itulah buruknya dampak
perceraian yang secara harfiahnya hendak dihindari oleh siapapun yang sudan dan
ingin menikah.
Banyak sekali kita temui kasus-kasus atau keadaan anak-anak korban broken
home seperti misalnya yang dikutip dari liputan6.com yang menyatakan bahwa
seorang anak yang bernama Dinda Eka Wati harus menanggung beban perceraian
orang tuanya. Usianya yang masih sangat belia, Dinda harus merasakan pahitnya
kehidupan. Siswa SDN 1 Kentangan itu terpaksa harus berjualan gorengan seusai
bersekolah demi bisa melanjutkan hidup dan mewujudkan cita-citanya. “saya sehari-
hari berjualan gorengan setelah pulang sekolah. Pulang sekolah jam 12:00 kemudian
bantu nenek menyiapkan dagangan gorengan tahu, bakwan, pisang goreng dan
lainnya” ujar Dinda. Setelah ia membantu neneknya, Dinda bergegas mengambil
wadah gorengannya untuk ia berdagang dan bersiap untuk berkeliling menjajakan
jualannya. Dengan sepeda bututnya ia menelusuri jalan yang rutenya cukup jauh.
Bapaknya yang lari dari tangggung jawab tak pernah memberikan uang sepeserpun
untuk Dinda sehingga semua kebutuhan hidup dinda ditanggung oleh neneknya22.
Agar anak yang menjadi korban perceraian orang tua tersebut dapat
dikendalikan emosinya maka hendaklah bagi oramg tua tetap menjalin hubungan
dengan anak meskipun status sebagai suami istri sudah tidak ada lagi. Tidak ada kata
mantan anak, anak merupakan darah daging yang darahnya mengalir darah kita yang
mengakibatkan tidak akan pernah terputus hubungan keduanya. Seorang anak berhak
mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya meskipun ibarat kata sudah terpisah
rumah. Berikanlah contoh yang baik untuk anak guna menciptakan anak yang baik
hatinya dan membuang sisi buruk yang ada pada orang tuanya seperti perceraian
22
https://m.liputan6.com/regional/read/4036899/kisah-anak-broken-home-di-magetan-
bertahan-hidup-dengan-berjualan-gorengan?page=3 (diakses pada 2 Januari 2022)
15
tersebut. Berikanlah pengertian kepada anak tentang bagaimana cara menyikapi hal-
hal yang terjadi disekitar.
Tak lepas dari kebiasaan masyarakat yang sudah menjadi hal biasa dilakukan
oleh mereka. Masyarakat yang menganggap bahwa perceraian dapat dilakukan diluar
pengadilan dengan hanya membuat surat talak yang kemudian ditandatangani oleh
istri maka perceraian itu sudah sah. Hal ini sudah muncul sebelum adanya peraturan
yang mengatur tentang perceraian, oleh karena itulah masyarakat yang sudah terbiasa
dengan perceraian yang seperti itu maka sulit untuk menghilangkannya.
Terlepas dari kebiasaan diatas dapat dikatakan pula bahwa masyarakat yang
melakukan perceraian tidak sesuai dengan prsedur yang berlaku yang harusnya
dilakukan di pengadilan itu adalah masyarakat yang tidak mau taat pada hukum atau
memang masyarakat yang tidak mengetahui tentang hukum tersebut dikarenaka
kurangnya informasi yang di dapat.
Ini merupakan salah satu faktor perceraian yang terjadi diluar pengadilan
dikarenakan sebagian masyarakat yang menganggap bahwa perceraian merupakan hal
milik pribadi yang terjaga privasinya. Oleh karena itu masyarakat beranggapan bahwa
apabila kasus perceraiannya dibawa ke pengadilan maka hal tersebut sama saja
membongkar aib mereka sendiri. Hal ini sangat disayangkan sekali karena pemikiran
masyarakat yang teramat dangkal. Padahal di pengadilan jika ada kasus perceraian
maka sidang yang dilaksanakan dilakukan dengan cara tertutup untuk umum guna
menjaga privasi para pihak.
4. Faktor ekonomi
5. Masalah waktu
16
Kemudian ada faktor waktu yang membuat mereka ingin melakukan
perceraian diluar pengadilan yakni keinginan mereka mau perceraiannya segera
diputuskan. Kalau melalui pengadilan terlalu banyak prosedur sehingga
membutuhkan waktu yang lama pula.
Perceraian dapat dilakukan dimana saja asal dengan rukun dan syarat yang
terpenuhi maka perceraian yang dilakukan diluar pengadilan hukumnya sah. Namun
perceraian harus dilakukan di pengadilan dikarenakan agar perceraian tersebut sah
dan diakui oleh negara sebagaimana pernikahan juga agar putusan yang didapatkan
itu adil dan berdasarkan pertimbangan serta musyawarah para hakim.
Sama halnya dengan istri tadi, bahwa perceraian yang dilakukan diluar
pengadilan juga berdampak pada suami yang ingin menikah lagi dengan wanita lain
dengan status dudanya. Namun dikarenakan perceraian dilakukann diluar pernikahan
dan tidak memiliki bukti yang mempunya kekuatan hukum tetap maka pernikahannya
yang ia lakukan dengan wanita lain akan kesulitan maka dari itu pernikahan kembali
tidak sesuai dengan prosedur yakni menikah dibawah tangan.
Dari perceraian yang dilakukan diluar pengadilan juga akan berdampak buruk
bagi anak. Anak yang seharusnya memperoleh pembiayaan dari orang tuanya
terutama dari ayahnya kini menjadi tidak ada karena perceraian yang dianggap tidak
sah dan tidak memiliki kekuatan hukum yang tetap, di pengadilan seorang hakim
akan mengupayakan agar pembiayaan hidup dan pendidikan bagi seoranga anak akan
ditanggung oleh ayahnya. Namun karena perceraian yang terjadi diluar pengadilan
maka hukum yang diperoleh tidak menyebutkan bahwa ayah memiliki kewajiban atas
pembiayaan hidup dan pendidikam anaknya23.
23
Vivi Hayati, Dampak Yuridis Perceraian di Luar Pengadilan, Jurnal hukum, Vol. 10 No. 2
(Juli -Desember 2015), hlm. 224-225.
17
Melihat hal-hal tersebut akan banyak dampak negatifnya apabila perceraian
dilakukan diluar pengadilan. Perceraian yang dilakukan dimuka pengadilan pun
memiliki dampak yang buruk bagi masing-masing pihak yang bersangkutan. Adanya
peraturan yang diciptakan adalah untuk ditaati guna mempermudah jalan selanjutnya
bagi kita masyarakat biasa. Belajar taat pada peraturan guna melindungi kepentingan
bersama yang harus dimiliki oleh setiap orang. Kebiasaan-kebiasaan yang terjadi
dimasyarakat itu dapat diatasi dengan penyuluhan-penyuluhan penting terkait dengan
hal yang berkaitan seperti pernikahan maupun perceraian, terlebih untuk wilayah-
wilayah yang jangkauan nya lumayan jauh.
Perceraian memang sudah diatur dalam UU dan dalam mdalil al- Quran pun
sudah dijelaskan baik itu cerai talak maupun cerai gugat. Akan tetapi perceraian tidak
semata-mata hanya untuk bercerai karena alasan yang sepele, perceraian akan putus
apabila alasan-alasan yang diberikan seusai ketentuan yang ada dalam UU.
Mengingat perceraian menimbulkan banyak hal negatif baik bagi suami istri maupun
bagi anak, yang lebih dominan adalah pada anak. Alangkah lebih baiknya perceraian
ini dihindari sedemikian rupa dan sebisa mungkin untuk tidak dilakukan. Menikahlah
karena ingin beribadah kepada Allah dengan mengikuti hukum-hukum syariatnya.
Tidak ada dampak yang positif dari perceraian, kecuali jika memang seorang
istri ingin menyelamatkan dirinya dari suami yang tidak bertanggung jawab. Namun
hal itu juga berujung menimbulkan hal negatif. Peran orang tua juga penting dalam
hal ini, sebelum perceraian terjadi maka bicarakan dengan orang tua yang memang
lebih mengerti tentang lika liku rumah tangga. Ada baiknya perselisihan tersebut
dibicarakan baik-baik secara kekeluargaan guna mencegah adanya perceraian.
Bagi anak muda yang ingin melangsungkan pernikahan ada baniknya untuk
memahami terlebih dahulu bagaiman sebuah pernikahan dan hukum serta sebab
akibatnya. Kehidupan setelah menikah adalah kehidupan dimana kewajiban sebagai
seorang manusia pun bertambah seperti melayani suami dengan baik, taat kepada
suami dan lain-lain. Segala resiko harus siap di ambil ketika kita sudah dalam ikatan
pernikahan. Karena memang tidak mudah untuk menciptakan sebuah keluarga yang
harmonis apalagi kalau ada keterpaksaan dari diri masing-masing. Perselisihan dalam
rumah tangga adalah hal yang biasa, namun tinggal kita sendiri bagaimana kita dapat
menyikapinya dengan sabar. Perlu diketahui juga bahwa segala yang terjadi di rumah
tangga kita adalah sesuatu yang tidak boleh diumbar apalagi terkait peselisihan
18
seorang istri dengan suami. Karena sering terjadi saat ini ketika terjadi percekcokan
antara suami dan istri, bukannya diselsaikan tetapi malah update distatus sosial media.
Hal-hal seperti itulah sebenarnya menjadi pemicu pertengkaran dari semulanya sepele
menjadi hal yang besar.
Penutup
Bangka Barat merupakan salah satu kabupaten yang di Bangka Belitung yang
pusat kotanya terletak di kota Muntok atau dikenal dengan kota seribu kue. Sedikit
mengingatkan sejarah tentang kota Muntok Kab. Bangka Barat yang merupakan
tempat pengasingan Ir. Soekarno tepatnya di Gunung Menumbing. Adapun pemimpin
kabupaten Bangka Barat yakni Sukirman dan wakilnya Bong Ming Ming dengan luas
wilayah 2.884,15 km persegi (1,113,58 sq mi) serta populasi 204.612 jiwa dengan
kepadatan 71/km persegi (180/sq mi) tertahun 2020. Mayoritas penduduk Kabupaten
Bangka Barat adalah beragama Islam dengan persentase 92,23%, Budha 4,00 %,
Kristen Protestan 1,47%, Kristen Katolik 0,49%, Konghucu 1,80% dan Hindu hampir
tidak ada yakni 0,01%. Terlihat dari persentase tersebut maka masyarakat Bangka
Barat hampir 100% nya beragama islam dan kita lihat pada populasinya yang cukup
banyak namun untuk wilayah Kabupaten belum termasuk kepada wilayah yang padat
penduduk sebab masih banyak lahan atau tanah yang cukup untuk bercocok tanam
sebagai mata pencaharian masyarakat Banga Barat disamping menjadi nelayan dan
tambang timah. Penduduk yang diatas tak terlepas dari penduduk yang sudah
melaksanakan pernikahan atau penduduk yang sudah berkeluarga. Semakin
bertambahnya masyarakat yang melangsungkan pernikahan maka setiap tahun juga
akan bertambah populasi manusia yang aa di Bangka Barat. ada tahun 2018 kasus
peceraian di Bangka Barat tercatat sebanyak 335 kasus cerai gugat dan 83 kasuscerai
talak. Kemudian terjadi penurunan yang cukup baik pada tahun 2019 dimana kasus
cerai gugat berkurang menjadi 244 kasus dan cerai talak menjadi 78 kasus, dan turun
kembai pada tahun 2020 yang jumlah kasus cerai gugatnya sebanyak 232 dan kasus
cerai talak sebanyak 68. Akan tetapi,kasus percerian itu kembali naik drastis pada
tahun 2021 dengan kasus cerai gugat sebanyak 334 sera kasus cerai talak sebanyak
105 kasus. Terpampang secara jelas pula bahwa kasus peceraian yang paling tinggi
adalah kasus cerai gugat dimana perceraian yang dilakukan oleh istri kepada
suaminya.
1. Faktor ekonomi
2. Kemandirian Ekonomi
3. Pernikahan dini
4. Tidak harmonisnya rumah tangga
5. Poligami
6. Pemahaman istri terhadap hak dan kewajiban rumah tangga
7. Jangkauan internet yang luas
19
dimana keduanya berkaitan dengan ekonomi sebagai pemicu adanya perceraian.
Sebagai suami istri hendaknya berkompromi tentang bagaimana untuk perekonomian
keluarga baik masukan dari suami maupun istri itu sangat penting, jangan mudah
mengambil keputusan dalam keadaan genting sebab tidak ada yang tahu apabila kita
berusaha maka bagaimana hasilnya, yang terpenting adalah berusaha terlebih dahulu
dengan cara berbicara sesama suami istri dengan pembahasan yang menyangkut
problem yang terjadi pada keluarga. Kemudian faktor ketiga yakni tidak harmonisnya
rumah tangga yang dijalin dapat dirukunkan kembali dengan intropeksi diri masing-
masing dimana kesalahan yang sudah kita perbuat, mulailah bicarakan hal-hal dengan
kejujuran dan keterbukaan, karena hal yang terjadi pada suami wajib diketahui oleh
istri dan begitupun sebaliknya hal yang terjadi pada istri adalah sesuatu yang harus
diketahui juga oleh suami. Dalam hubungan rumah tangga tidak diperbolehkan
adanya tutup menutup kecuali masing-masing menutupi aib kepada dari orang lain.
Keharmonisan adalah hal yang penting dalam aspek kehidupan berumah tangga sebab
seuai sengan definisi keluarga yang harmonis adalah keluarga yang bahagia yang
ditandai dengan kurangnya ketegangan, kekecewaan, tertib, rukun dan lain
sebagainya yang termasuk kedalamhal-hal yang membuat ketentraman. Keempat,
pemahaman istri hendaknya ia bagikan kepada suaminya guna sama-sama
mengetahui bagaimana yang seharusnya ada dalam keluarga. Tidak ada salahnya
seorang istri memberikan pemahaman kepada suami dengan perlahan tanpa
menyinggung perasaannya. Kelima, jangkauan internet yang meluas memang menjadi
faktor penyebab terjadinya perselingkuhan, namun hal tesebut dapat diminimalisir
dengan cara pendekatan kepada pasangan, bisa jadi pasangan memiliki niat
melakukan perselingkuhan karena ia merasa tidak dihargai atau lain sebagainya.
Daftar Pustaka
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bangka_Barat#:~:text=Kabupaten
%20Bangka%20Barat%20terdiri%20dari,sebaran%20penduduk%2067
%20jiwa%2Fkm%C2%B2. (diakses pada 2 Januari 2022)
https://m.liputan6.com/regional/read/4036899/kisah-anak-broken-home-di-
magetan-bertahan-hidup-dengan-berjualan-gorengan?page=3 (diakses
pada 2 Januari 2022)
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-keluarga-yang-
harmonis/121471 (diakses pada 2 Januari 2022)
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4f3b41b9d92da/dampak-
perceraian-terhadap-harta-bersama-/ (diakses pada 2 Januari 2022)
20
Kompilasi Hukum Islam tentang Putusnya Perkawinan pasal 148
Pasal 116, Kompilasi Hukum Islam, Bab XVI tentang Putusnya Perkawinan.
Pasal 156, Kompilasi Hukum Islam, Bab XVII tentang Akibat Putusnya
Perkawinan.
Pasal 97, Kompilasi Hukum Islam, Bab XIII tentang Harta Kekayaan Dalam
Perkawinan
21