MAQOSHID AL-SYARI’AH
Oleh
MIFTAHUS SURUR
NIM: 41.42.066
Contents
DAFTAR ISI......................................................................................................................1
BAB I.................................................................................................................................2
A. LATAR BELAKANG MASALAH......................................................................2
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................8
C. TUJUAN................................................................................................................8
D. MANFAAT............................................................................................................8
E. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................9
F. KERANGKA TEORI...........................................................................................11
G. METODE PENELITIAN.....................................................................................14
H. SISTEMATIKA PENULISAN............................................................................16
BAB II.............................................................................................................................18
A. PRINSIP MU’ASYAROH BIL MA’RUF............................................................18
B. PILAR KELUARGA SAKINAH.........................................................................24
C. PERSPEKTIF MAQOSHID AL-SYARI’AH......................................................33
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................39
1
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak cara yang telah dipaparkan oleh mubalig, para ustadz untuk
membentuk keluarga sakinah. Tetapi, lagi-lagi dalam praktiknya kehidupan
berkeluarga akan selalu ditemui fase-fase kebahagiaan, kesabaran, perjuangan,
pengorbanan, kesetiaan dan kekompakan itu diuji, dan yang berhasil melewati
ujian itulah yang akan bertahan.
2
ekonomi keluarga juga menjadi masalah serius atas terhambatnya pencapaian
keluarga sakinah. Selain itu konflik eksternal yang ada dalam lingkungan
sosial juga memberikan pengaruh yang besar dalam membangun keluarga
sakinah.2
Belum lagi jika konflik keluarga sudah tidak dapat diselesaikan dengan
cara baik-baik, konflik itu dapat mendatangkan dampak negatif bagi keluarga,
seperti perceraian, kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan terhadap
anak. Dalam laporannya BPS mencatat jumlah perceraian di Indonesia pada
2021 mencapai 447.743 kasus perceraian, dengan rincian 110.400 cerai talak
dan 337.343 cerai gugat, angka ini lebih tinggi dari dua tahun sebelumnya.3
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ اجا لِّتَ ْس ُكُن ْٓو ا الَْي َها َو َج َع َل َبْينَ ُك ْم َّم َو َّد ًة َّو َرمْح َةًۗا َّن يِف ْ ٰذل
ك ً َوم ْن اٰ ٰيتهٖٓ اَ ْن َخلَ َق لَ ُك ْم ِّم ْن اَْن ُفس ُك ْم اَْز َو
ت لَِّق ْوٍم َّيَت َف َّك ُر ْو َن
ٍ ٰاَل ٰي
2
Lembar Fakta Catatan Tahunan Komnas Perempuan Tahun 2017, Labirin
Kekerasan Terhadap Perempuan, Jakarta, Maret 2017, Hlm.1
3
Ahmad Naufal Dzulfaroh, 10 Daerah dengan Angka Perceraian Tertinggi
di Indonesia (kompas.com)Kompas.com. diakses pada tanggal 01 Agustus 2022 pukul
23.57.
4
Fakihuddin Abdul Qodir, Qiro’ah Mubadalah…, Hlm. 330
5
Fakihuddin Abdul Qodir, Qiro’ah Mubadalah…, hlm,330
3
Pada surah Ar-Rum (30): 21 dijelaskan bahwa tujuan dari pernikahan
adalah ketenangan (sakinah) yang dirasakan oleh suami maupun istri, dengan
pondasi rasa dan sikap cinta (mawaddah) dan kaih (rahmah). Ketenangan ini
tentu saja dalam berbagai aspek, terutama spiritual, psikologi, ekonomi, serta
hubungan personal maupun sosial. Ketenangan ini mensyaratkan mawaddah
dan rahmah. Mawaddah adalah rasa dan sikap cinta seseorang kepada
pasangan, yang manfaatnya kembali kepada dirinya, dan ia merasa bahagia
bersama pasangannya. Sementara rahmah adalah rasa dan sikap cinta
seseorang kepada pasangan yang membuatnya bergerak menjadikan
pasangannya bahagia. Dengan demikian, baik suami maupun istri, keduanya
dituntut untuk aktif saling membahagiakan pasangannya dengan dorongan
rahmah, sekaligus mendapatkan kebahagiaan dari pasangannya dengan modal
mawaddah.6
Prinsip mu’asyaroh bil ma’ruf merupakan satu dari lima pilar keluarga
sakinah yang dirangkum di dalam Al-Qur’an. Prinsip ini merupakan inti dari
lima prinsip yang mengikutinya yaitu, perjanjian yang kokoh (mistaqon
ghalidzan), berpasangan (zawaj), saling memberi kenyamanan (taradhin),
saling memperlakukan dengan baik (mu’asyaroh bil ma’ruf), dan saling
berembuk bersama (musyawaroh). Di antara lima pilar yang paling kentara
sebagai etika puncak dari pernikahan dan menjadi ruh utama bagi pilar-pilar
6
Fakihuddin Abdul Qodir, Qiro’ah mubadalah…, hlm,337.
4
yang lain dan semua ajaran serta aturan terkait dengan relasi suami dan istri
adalah yang ketiga, yaitu mu’asyaroh bil ma’ruf.7
ف ۚ فَاِ ْن َك ِر ْهتُ ُم ْو ُه َّن َف َع ٰ ٓسى اَ ْن تَكَْر ُه ْوا َشْيـًٔا وَّجَيْ َع َل ال ٰلّهُ فِْي ِه َخْيًرا َكثِْيًرا
ِ اشروه َّن بِالْمعرو
ِ ٍ ٍ ِ ِ
ْ ُ ْ َ ُ ْ ُ ب َفاح َشة ُّمَبِّينَة ۚ َو َع
7
Faqihuddin Abdul Kodir, Qiroah Mubadalah tafsir progresif untuk keadilan
gender dalam islam.IRCiSoD. Yogyakarta,2019.
5
melunakkan hatinya. Hal itu juga berlaku kepada istri, yang juga harus berlaku
baik kepada suaminya. Prinsip mu’asyaroh bil ma’ruf yang disampaikan
dengan lafad wa’asyiruhunna bil ma’ruf pada ayat tersebut diperuntukkan
untuk suami dan istri. Artinya, bukan hanya satu pihak yang berbuat baik dan
yang lain mendapat kebaikan. Tetapi harus ada relasi kerja sama didalamnya,
yaitu suami dan sitri saling mnghormati, menghargai dan saling
memperlakukan dengan baik satu sama lain.
8
Fakihuddin Abdul Qodir, Qiro’ah Mubadalah…, hlm,350.
9
Fakihuddin Abdul Qodir, Qiro’ah Mubadalah…,Hlm.350
10
Moh Nasuka, Urgensi Maqoshid Syariah dalam Membangun Keluarga
Sakinah. (ISTIDLAL: Jurnal Studi Hukum Islam Vol.3 No.2 Juli-Desember.ISSN:2356-
0150. Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU). (Jepara,ISTI’DAL 2016) Hlm.117.
6
Selanjutnya, maslahah dapat diklarifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu
daruriyyat, hajjiyyat, dan tahsiniyyat.11
Oleh karena itu, setiap keluarga wajib untuk menjaga dan melestarikan
hubungan baik (Mu’asyaroh bil ma’ruf) dalam keluarga dengan saling
menjaga ketentraman dan kebersamaan agar dapat mencapai keluarga yang
sakinah dengan tetap memperhatikan kemaslahatan didalamnya. Hal ini juga
lah yang mendorong penulis untuk meneliti mengenai:
11
Moh Nasuka, Urgensi Maqoshid Syari’ah dalam Membangun Keluarga
Sakinah…, Hlm.115
12
Moh Nasuka, Urgensi Maqoshid Syari’ah dalam Membangun Keluarga
Sakinah…, Hlm. 116
13
Moh Nasuka, Urgensi Maqoshid Syari’ah dalam Membangun Keluarga
Sakinah…, Hlm.116
7
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. MANFAAT
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
khasanah keilmuan bagi tumbuh kembangnya hukum Islam khususnya
yang berkaitan dengan mu’asyaroh bil ma’ruf, pembentukan keluarga
sakinah yang maslahah.
b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan dan
pemahaman kepada masyarakat luas mengenai prinsip mu’asyaroh bil
ma’ruf dalam membentuk keluarga yang sakinah, dan dapat
dipraktikkan dalam kehidupan keluarga, sehingga tercipta keluarga
yang sakinah dan bahagia. Dan diharapkan juga dapat mengurangi
kasus perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di
Indonesia.
8
E. TINJAUAN PUSTAKA
14
Lisnawati, Relevansi Prinsip Mu’asyaroh bil Ma’ruf dengan Pasal-Pasal
Undang-Undang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, Skripsi, Fakultas
Ahwal Asyakhsiyah, AIN Palangkaraya, 2017.
15
Abdul Kholik, Konsep Keluarga Sakinah Perspektif Quraish Shihab, Jurnal,
INKLUSIF Vol 2 No. 4, Desember 2017.
9
ketenangan batin dan menyatunya pemahaman serta pandangan yang
jelas dengan tekat yang bulat.16
c. Imroni dalam skripsinya Konsep keluarga sakinah dalam Al-Qur’an
(Kajian Tafsir Tematik). Dalam penelitiannya Imroni menjelaskan
keluarga yang sakinah mempengaruhi tingkat ketenangan dan
kenyamanan dalam rumah tangga. Keluarga sakinah menjadi pilihan
utama dalam rumah tangga, didalamnya memiliki beberapa kriteria-
kriteria yang harus dipenuhi yaitu: beriman. Tanggung jawab. Saling
memaafkan, dan mu’asyaroh bil ma’ruf.
Penelitian ini menunjukkan bahwa konsep atau faktor terwujudnya
keluarga sakinah diantara suami istri harus saling memahami hak-
haknya dan bersabar jika ada goncangan didalam rumah tangga, dan
saling menerima kekurangan pasangan.17
d. Yulianti Ratnasari dalam skirpsinya Konsep Keluarga Sakinah
Menurut Al-Gazali. Konsep keluarga Sakinah menurut Al-gazali
adalah yang dilandasi spiritualitas dengan niat ibadah yang bertujuan
untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan kesejahteraan
dan kebahagiaan lahir maupun batin. Keluarga sakinah dapat dibangun
dari pernikahan yang dilandasi oleh ketaqwaan, kesabaran serta rasa
syukur yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Pernikahan
dapat menuaikan manfaat duniawi dan manfaat ukhrowi. Karena itu
pernikahan seorang muslim dilakukan sesuai etika yang diatur oleh
islam.18
e. Ayu Purnamasari dalam skripsinya Analisis Pemikiran Husein
Muhammad dan Siti Musdah Mulia Tentang Konsep Mu’asyaroh bil
Ma’ruf dalam membangun keluarga sakinah. Dalam skripsinya
dijelaskan bahwa mu’asyaroh bil ma’ruf adalah bentuk kata kesalingan
sehingga perilaku berbuat baik haru bersifat timbal balik. Keluarga
sakinah hanya bisa dicapai jika memakai mu’asyaroh bil ma’ruf
16
M.Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi, Jakarta: Lentera Hati,2006, 137.
17
Imroni, Konsep Keluarga Sakinah dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Tematik),
Jurusan Ilmu Qur’an dan Tafsir, UIN Sulthan Thaha Saifuddin, Jambi 2018.
18
Yulianti Ratnasari, Konsep Keluarga Sakinah Menurut Al-Ghazali, Jurusan
Tasawuf dan Psikoterapi, Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, UIN Walisongo,
Semarang 2018.
10
dengan tepat. Menurut Husein Muhammad dan Siti Musdah Mulia
yang disepakati mengenai konsep mu’asyaroh bil ma’ruf dalam
membangun keluarga sakinah yaitu, relasi seksual dan relasi
kemanusiaan. Adapun perbedaan pemikiran Husein Muhammad dan
Siti Musdah Mulia terletak padaa metode istinbath yang digunakan.
Husein Muhammad dalam merumuskan kesimpulan hukum
Mu’asyaroh bil ma’ruf adalah menggunakan penafsiran ulama,
mengedepankan prinsip-prinsip kesetaraan, dan keadilan. Sedangkan
metode istinbath yang digunakan Siti Musdah Mulia dalam
merumuskan kesimpulan hukum mu’asyaroh bil ma’ruf yaitu
menggunakan literasi feminis, tafsir tematik dan maqoshid syari’ah.19
F. KERANGKA TEORI
Teori yang digunakan peneliti di dalam penelitian ini ialah teori hukum
normatif. Teori hukum normatif adalah teori penelitian hukum yang dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder, yang
disebut juga dengan penelitian kepustakaan (library research), yakni dengan
meneliti atau menelaah suatu buku, literatur, sumber tulisan yang berkaitan
dengan masalah yang sedang diteliti. Penelitian ini menggunakan teori-teori
hukum yang sifatnya deskirptif. Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa
dalam menggali atau meneliti sebuah hukum diperlukan beberapa teori, yaitu:
19
Ayu Purnamasari, Analisis Pemikiran Husein Muhammad dan Siti Musdah
Mulia Tentang Konsep Mu’asyaroh bil Ma’ruf dalam membangun Keluarga Sakinah,
jurusan Hukum keluarga Islam, Fakultas Syari’ah, UIN Raden Intan, Lampung 2021.
11
1. Prinsip Mu’asyaroh bil Ma’ruf
12
2. Teori Maqoshidus syari’ah
22
Lisnawati, Relefansi Prinsip Mu’asyaroh bil Ma’ruf dengan Pasal Undang-
Undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga.,hlm.49
23
Lisnawati, relefansi Prinsip Mu’asyaroh Bil Ma’ruf dengan Pasal Undang-
undang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga……. Hal 48
13
Teori maqoshidus syari’ah tidak dapat dipisahkan dari pembahasan
maslahah. hal ini karena sebenarnya dari segi substansi, wujud maqoshid
syari’ah adalah kemaslahatan.24
G. METODE PENELITIAN
1. Jenis penelitian
a. Penelitian Kualitatif
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode
penelitian kualitatif digunakan untuk menjelaskan fenomena
dengan sedetail-detailnya dengan cara pengumpulan data yang
sedalam-dalamnya, untuk menunjukkan pentingnya kedalaman
suatu detail data yang diteliti.
b. Penelitian Kepustakaan
Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan atau
library research, yaitu melakukan kajian secara teoritis dan
referensi yang terkait dengan penelitian yang dilakukan. Sumber
data dan informasi dalam penelitian ini, menggunakan cara
membaca jurnal ilmiah, artikel, buku-buku, kitab-kitab maupun
media publikasi lainnya melalui perpustakaan dan media sosial.
Sehigga didapatkan data-data yang relavan dengan kajian yang
diteliti.
2. Metode Pengumpulan Data
24
Moh Nasuka,Urgensi Maqoshid Syari’ah dalam Membangun Keluarga
Sakinah, ISTI’DAL, Jurnal studi hukum islam.vol.3. 2016. Hal. 118
25
Zamakhsyari, Teori-teori Hukum Islam Dalam Fiqh dan Ushul Fiqih.
Citapustaka Media Mandiri. Bandung,2013.
14
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan studi
dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan berbagai data primer yang
diperoleh dari sumber-sumber yang berbicara secara langsung mengenai
permasalahan yang diteliti dan juga data-data sekunder yaitu data-data
yang secara tidak langsung membicarakan permasalahannya namun
relevan untuk dikutip. Data-data yang digunakan oleh penulis baik data
primer maupun sekunder merupakan data yang berbentuk seperti karya
tulis, buku, kitab-kitab dan sumber-sumber yang relevan dengan penelitian
penulis.
3. Sumber Data
Sumber data merupakan subjek dimana data dapat diperoleh.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data, diantaranya:
a. Sumber data primer, yaitu literatur yang membahas secara
mendalam tentang Prinsip Mu’asyaroh bil Ma’ruf. Mencari
sumber-sumber yang relevan mengenai mu’ayaroh bil ma’ruf,
Keluarga Sakinah, dan Maqoshidu Syari’ah.
b. Sumber data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari membaca
berbagai buku, kitab, dokumen maupun jurnal ilmiah kemudian
menginterview kembali. Mengambil poin-poin yang penting dan
relevan untuk menggali sumber ataupun bahan lain yang erat
kaitannya dengan topik yang diteliti terkait Prinsip Mu’asyaroh bil
Ma’ruf sebagai Pilar Keluarga Sakinah Perspektif Maqoshidu
Syari’ah.
Dalam hal ini, data yang diperoleh adalah melalui hasil membaca
buku-buku, kitab-kitab, artikel, jurnal, dan media sosial yang berkaitan
dengan topik penelitian ini. Buku yang peneliti gunakan untuk
mendapatkan data ini diantaranya: Qiro’ah Mubadalah karya Faqihuddin
Abdul Kodir yang banyak membahas tentang Mu’asyaroh bil Ma’ruf dan
keluarga sakinah, Fiqih Perempuan Karya KH. Husein Muhammad yang
banyak membahas tentang fikih perempuan modern. Dan lain sebagainya.
15
Metode yang digunakan dalam menganalisis data, agar data yang
diperoleh memadai dan valid adalah menggunakan metode analisis data
kualitatif. Analisis data yang digunakan adalah dengan mengorganisasikan
data, menjabarkannya, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola,
memilih mana yang penting dan akan dipelajari kemudian membuat
kesimpulan yang mudah dipahami oleh orang lain.
H. SISTEMATIKA PENULISAN
Penelitian ini disusun dalam beberapa bagian, antara bab satu dan bab
lainnya akan saling berkaitan. Penelitian ini dibagi menjadi lima bab, yaitu:
16
Sakinah menggunakan perspektif maqoshid asyari’ah. Sehingga ditemukan
data-data yang akurat mengenai pembahasan, berupa data-data kepustakaan,
dan lain-lain. Yang selanjutnya dapat menyimpulkan tawaran-tawaran analisis
atau pemikiran baru yang telah disajikan.
BAB II
17
A. PRINSIP MU’ASYAROH BIL MA’RUF
26
KH. Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, (IRCiSoD Yogyakarta, 2019).
Hlm. 223
27
Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, Juz IV, hlm.27.
28
Memaknai mu’asyaroh bil ma’ruf dalam membina rumah tangga, Mu'asyarah
bi al-Ma'ruf dalam Membina Rumah Tangga (mubadalah.id) di akses pada 24 Agustus
2022.
18
2. Mu’asyaroh dalam Keluarga
Hak dan kewajiban antara suami dan istri haruslah dilandasi oleh
beberapa prinsip, antara lain kesamaan, keseimbangan dan keadilan
diantara suami dan istri.30 Dan haruslah mendatangkan kebaikan tidak
perlu ada dominatif antara salah satu kepada yang lain. Dengan alasan
status sosial yang dimiliki, sumber daya yang dibawa, atau jenis kelamin.
Al-Qur’an menyebutkan prinsip ini didalam surah al-Baqarah ayat 228:
29
Faqihuddin Abdul Kodir, Qiro’ah Mubadalah, Tafsir Progresif untuk
Keadilan Gender dalam Islam. Yogyakarta, 2019 IRCiSoD. Hlm. 370
30
Faqihuddin Abdul Kodir, Qiro’ah Mubadalah, Tafsir Progresif untuk
Keadilan Gender dalam Islam. Yogyakarta, 2019 IRCiSoD. Hlm.370
31
Wahbah az-Zuhaili, terjemah Fiqh Islam wa Adilatuhu, Juz 9, Hlm. 294
19
Secara garis besar, KH. Husein Muhammad mengatakan hak dan
kewajiban suami dan istri meliputi dua hal. Yaitu, hak dan kewajiban
dalam bidang ekonomi serta hak dan kewajiban dalam bidang ekonomi
yang berkaitan dengan mahar (maskawin) dan soal nafkah. Serta hak dan
kewajiban non-ekonomi yang meliputi aspek-aspek relasi seksual dan
relasi kemanusiaan. Kedua hal ini haruslah dilandaskan dengan prinsip
mu’asyaroh bil ma’ruf. Mu’asyaroh bil ma’ruf antara suami dan istri
memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh keduanya, yaitu:
حِن
ًص ُد ٰقتِ ِه َّن ْلَة َ َواٰتُوا الن
َ َِّساۤء
2. Nafkah (nafaqah)
Tanggung jawab utama seorang suami ialah memberi
nafkah kepada istri, hal itu merupakan hak bagi seorang istri.
Apabila diberikan kepada istri dengan lapang dada dan tanpa
sedikitpun unsur kikir, nafkah dapat menjadi kontribusi utama
yang dapat mendatangkan keseimbangan dan kebahagiaan didalam
rumah tangga.
20
tanggung jawabnya, dan harus diberikan untuk keperluan-
keperluan yang baik.33 Didalam al-Qur’an kewajiban nafkah
dibebankan kepada laki-laki (suami):
ِ Yۗ َو َعلَى الْ َم ْولُْو ِد لَهٗ ِر ْز ُق ُه َّن َوكِ ْس َوتُ ُه َّن بِالْ َم ْع ُر ْو
ف
33
KH. Husein Muhammad, Fiqh Perempuan,,,. Hlm. 229.
34
Qur’an Kemenag, Cet.2019.
35
KH. Husein Muhammad, Fiqh Perempuan,,. Hlm. 232
36
KH. Husein Muhammad, Fiqh Perempuan,,,. Hlm.233
21
Pandangan mazhab-mazhab fikih berbeda-beda mengenai
relasi seksual. Mazhab Maliki misalnya, berpendapat suami wajib
menggauli istrinya selama tidak ada halangan atau udzur. Ini
berbeda dengan pandangan mazhab Syari’i yang mengatakan
kewajiban suami untuk menyetubuhi istrinya pada dasarnya
hanyalah sekali saja untuk selama mereka masih menjadi suami
istri. Kewajiban ini hanyalah untuk menjaga moral istrinya, hal ini
didasari oleh prinsip bahwa melakukan hubungan seks adalah hak
bagi suami.37
2. Relasi Kemanusiaan
Kaitannya dengan relasi kemanusiaan, suami dan istri
haruslah saling menerapkan prinsip mu’asyaroh bil ma’ruf, harus
saling menghargai dan menghormati. Saling berlaku sopan, saling
menyenangkan, tidak saling menyakiti atau memperlihatkan
kebencian, dan tidak saling mengungkit jasa baiknya selama
menjadi pasangan suami dan istri.
َّاس اِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِّم ْن ذَ َك ٍر َّواُْنثٰى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُشعُ ْوبًا َّو َقبَاۤ ِٕى َل لَِت َع َار ُف ْوا ۚ اِ َّن اَ ْكَر َم ُك ْم ِعْن َد ال ٰلّ ِه ٓ
ُ ٰياَيُّ َها الن
37
KH. Husein Muhammad, Fiqh Perempuan,,,. Hlm. 233
38
Muhammad bin ‘Isa at-Turmidzi, Sunan at-Turmidzi, Juz V, hlm, 709, no:
3895
22
اَْتقٰى ُك ْم ۗاِ َّن ال ٰلّهَ َعلِْي ٌم َخبِْيٌر
ف ۚ فَاِ ْن َك ِر ْهتُ ُم ْو ُه َّن َف َع ٰ ٓسى اَ ْن تَكَْر ُه ْوا َشْيـًٔا وَّجَيْ َع َل ال ٰلّهُ فِْي ِه َخْيًرا َكثِْيًرا
ِ اشروه َّن بِالْمعرو
ِ ٍ ٍ ِ ِ
ْ ُ ْ َ ُ ْ ُ ب َفاح َشة ُّمَبِّينَة ۚ َو َع
23
meninggalkan kebiasaan buruk yang lumrah terjadi pada masa Jahiliyah,
dan seringkali juga terjadi di masa sekarang. Secara langsung menuntun
mereka untuk membiasakan berperilaku baik terhadap perempuan. Dalam
perspektif mubadalah, KH. Faqihuddin Abdul Kodir mengatakan substansi
ini juga berlaku bagi perempuan untuk tidak melakukan pemaksaan
terhadap laki-laki, menghalangi, dan merampas harta. Serta para
perempuan (istri) dituntut untuk berperilaku baik kepada laki-laki
(suami).40
1. Definisi keluarga
24
juga dapat diartikan sebagai ikatan antara dua orang atau lebih yang
didasarkan pada perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan
hidup spiritual dan material yang baik, dan memiliki hubungan yang
seimbang antara anggota keluarga maupun masyarakat.42
2. Pengertian Sakinah
42
Rohmatus Sholihah dan Muhammad al-Faruq, Konsep Keluarga Sakinah
Menurut Muhammad Quraish Shihab, SALIMIYA: Jurnal Studi Ilmu Keagamaan Islam,
IAI Faqih Asyi’ari, Kediri, 2020, hal. 851
43
Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, Malang, UIN
Malang, 2008, H. 38
44
Yulianti Ratnasari, Konsep Keluarga Menurut al-Ghazali, UIN Walisongo,
Semarang, 2018, H,49
25
berarti dalam setiap rumah tangga ada saat dimana terjadi gejolak, namun
hal itu dapat tertanggulangi dengan adanya sakinah.45
45
M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi, Jakarta, Lentera Hati, 2006, Hal.
136
46
Dewan Penyusun Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, cet. 1, Jilid 1, 1993,
hal. 201
26
menyiksa orang-orang yang kafir. Itulah balasan terhadap orang-
orang kafir.” (Q.S at-Taubah:26).
ِ اِاَّل َتْنصروه َف َق ْد نَصره ال ٰلّه اِ ْذ اَخرجه الَّ ِذين َك َفروا ثَايِن ا ْثَن ِ اِ ْذ مُه ا ىِف الْغَا ِر اِ ْذ ي ُقو ُل لِص
احبِ ٖه َ َْ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ ُ ْ َ ُ ْ َ نْي ُ ْ ُُ
اَل حَتَْز ْن اِ َّن ال ٰلّهَ َم َعنَ ۚا فَاَْنَز َل ال ٰلّهُ َس ِكْينَتَ ٗه َعلَْي ِه َواَيَّ َدهٗ جِب ُُن ْو ٍد مَّلْ َتَر ْو َها َو َج َع َل َكلِ َمةَ الَّ ِذيْ َن َك َف ُروا
ى َو َكلِ َمةُ ال ٰلّ ِه ِه َي الْعُْليَ ۗا َوال ٰلّهُ َع ِز ْيٌز َح ِكْي ٌمYۗ الس ْف ٰل
ُّ
ِ َّ ب الْم ِمنِ لِيزداد ْٓوا اِمْيَانًا َّمع اِمْيَاهِنِم ۗولِٰلّ ِه جُنود ِ َّ ي اَْنز َل ِ
ِ ۗ الس ٰم ٰوت َوااْل َْر
ض ُْ ُ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ السكْينَةَ يِف ْ ُقلُ ْو ِ ُ ْؤ نْي َ ْٓ ُه َو الَّذ
ِ
َّ َّجَر ِة َف َعلِ َم َما يِف ْ ُقلُ ْوهِبِ ْم فَاَْنَز َل
الس ِكْينَةَ َعلَْي ِه ْم َ ت الش
ٰ
َ َلََق ْد َر ِض َي اللّهُ َع ِن الْ ُمْؤ ِمنِنْي َ ا ْذ يُبَايِعُ ْون
َ ْك حَت
27
َواَثَ َاب ُه ْم َفْت ًحا قَ ِر ْيبً ۙا
ِ اِ ْذ جعل الَّ ِذين َك َفروا يِف ُقلُوهِبِم احْل ِميَّةَ مَحِ يَّةَ اجْل
اهلِيَّ ِة فَاَْنَز َل ال ٰلّهُ َس ِكْينَتَهٗ َع ٰلى َر ُس ْولِهٖ َو َعلَىَ َ ُ ْ ْ ُْ َْ َ ََ
ࣖ الت ْق ٰوى َو َكانُ ْٓوا اَ َح َّق هِبَا َواَ ْهلَ َها َوۗ َكا َن ال ٰلّهُ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِْي ًما
َّ َالْ ُمْؤ ِمنِنْي َ َواَلَْز َم ُه ْم َكلِ َمة
28
dalam kehidupan bersama. Kebahagiaan tidak menjadi milik diri pribadi
tetapi milik semua anggota keluarga, kesulitan bagi salah satunya juga
adalah kesulitan bagi yang lain. Karenanya sakinah harus diusahakan
dengan bersama-sama antara suami dan istri.
ٍ ض ُك ْم اِىٰل َب ْع
ض َّواَ َخ ْذ َن ِمْن ُك ْم ِّمْيثَاقًا َغلِْيظًا ُ ف تَْأ ُخ ُذ ْونَهٗ َوقَ ْد اَفْضٰى َب ْع
َ َو َكْي
29
yang lain, keduanya menjadi lengkap jika menyatu dan saling berkerja
sama. Pilar penyangga berpasangan juga digambarkan didalam al-
Qur’an bahwa suami adalah pakaian istri dan istri adalah pakain bagi
suaminya. Digambarkan sebagai pakaian bertujuan untuk
mengingatkan bahwa dalam relasi suami istri berpasangan adalah
untuk saling menghangatkan, memelihara, mengghiasi,
menyempurnakan, dan memuliakan satu sama lainnya.48 Prinsip
berpasangan digambarkan di dalam al-Qur’an pada QS. Al-baqarah
(2): 187:
30
Etika ini menjadi yang paling sentral dalam relasi suami dan
istri. merupakan salah satu pilar yang dapat menjaga dan
menghidupkan segala kebaikan untuk menjadi tujuan bersama
sehingga bisa terus dirasakan dan dinikmati oleh kedua belah pihak.
Pilar ini menegaskan mengenai perspektif, prinsip, dan nilai kesalingan
antar suami dan istri untuk selalu menghadirkan kebaikan yang dapat
terus dirasakan oleh kedua belah pihak. Dengan kata lain pilar ini
merupakan yang paling utama dan membersamai pilar yang lainnya.
Al-Qur’an menyebutkan pilar ini pada surah an-Nisa’ (4): 19:
ف ۚ فَاِ ْن َك ِر ْهتُ ُم ْو ُه َّن َف َع ٰ ٓسى اَ ْن تَكَْر ُه ْوا َشْيـًٔا َّوجَيْ َع َل ال ٰلّهُ فِْي ِه َخْيًرا َكثِْيًرا
ِ اشروه َّن بِالْمعرو
ِ
ْ ُ ْ َ ُ ْ ُ َو َع
49
Faqihuddin Abdul Kodir, Qiro’ah Mubadalah,…. Hal. 354
31
ِ َتَ ْع َملُوْ نَ ب
ص ْي ٌر
اح َعلَْي ِه َما ۗ َواِ ْن اََر ْدمُّتْ اَ ْن تَ ْسَت ْر ِضعُ ْٓوا اَْواَل َد ُك ْم
َ َاض ِّمْن ُه َما َوتَ َش ُاو ٍر فَاَل ُجن
ٍ صااًل َع ْن َتَر ِ ِ
َ فَا ْن اََر َادا ف
32
Maqoshid al-syari’ah merupakan istilah yang terdiri dari dua suku
kata( مقاصدmaqoshid) danريعةYYY( الشasy-syari’ah). Maqoshid adalah
bentuk jamak dari kata maqshud, qashd, maqshid, atau qushud yang
berarti tujuan, dengan kata kerja (qoshada, yaqshidu) yang memiliki
makna menuju satu arah, tujuan, tengah-tengah, adil dan tidak melampaui
batas.50dan kata asy-syari’ah yang secara etimologi bermakna jalan
menuju mata air, jalan menuju mata air ini dapat dikatakan sebagai jalan
kearah sumber pokok kehidupan. Yang secara terminologi fikih, berarti
hukum-hukum yang disyari’atkan oleh Allah SWT untuk hamba-Nya
melalui al-Qur’an maupun sunah Nabi Muhammad Saw berupa perkataan,
perbuatan, atau ketetapan Nabi yang mutawattir.51
50
Panji Adam, Hukum Islam Konsep,Filosofi, dan Metodologi, Sinar Grafika,
Jakarta 2019, hal. 102
51
Panji Adam, Hukum Islam: Konsep, Filosofi dan Metodologi,… hal. 103
52
Dr. H. Zamakhsyari, Lc, MA, Teori-Teori Hukum Islam dalam Fiqh dan
Ushul Fiqh, Citapustak Media Perintis, Bandung 2013, Hal.1
53
Panji Adam, Hukum Islam: Konsep, Filosofi dan Metodologi… hal. 103
33
hukum yang ditetapkan oleh syara’ berupa kemaslahatan bagi umat
manusia, baik di duni amaupun di akhirat.
a. Imam al-Ghazali
فرعاية المقاصد عبارة حاوية لالببقاء ودفع القواطع والتحصيل على سبيل
االبتداء.54
b. Imam as-Syathibi
يرجعY واالخر, أحدهما يرجع إلى قصد الشارع: التي ينظر فيه قسمانYوالمقاصد
إلى قصد المكلف.55
Al-maqashid terbagi menjadi dua, yang pertama berkaitan dengan
maksud Tuhan selaku pembuat hukum, dan kedua, berkaitan dengan
maksud mukallaf (subjek hukum).
54
Abu Hamid al-Ghazali, Syifa’ al-Ghalil, Mathba’ah al-Irshad, Baghdad,1971,
hal. 159
55
Ibrahim Ibn Musa Ibn Muhammad al-akhami al-Gaharnathi al-Syathibi, al-
Muwafaqat Fi Ushul al-Ahkam, Dar Ibn ‘Affan, 1997, Juz II, Hal. 7.
56
Panji Adam, Hukum Islam: Konsep, Filosofi dan Metodologi…, Hal.106
34
Dalam sejarah pemikiran hukum Islam teori maqoshid al-syari’ah
sudah banyak menjadi pembahasan para ulama selama berabad-abad.
Pembahasan tentang kajian literatur maqashid al-syari’ah pada masa awal,
tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang perkembangan metode-metode
ijtihad dalam disiplin ilmu ushul fiqh. Kajian tentang maqashid pada masa
awal tidak begitu jelas disebutkan dan hanya ada beberapa sub bab kecil
yang disebutkan dalam beberapa literatur kitab klasik. Hal ini disebabkan
konsentrasi kajian hukum Islam pada masa itu terbatas hanya pada teori-
teori dalam ushul fiqh sebagai metodologi istinbat hukum dari nash dan
juga qawa’id fiqh sebagai pondasi dasar bangunan fikih. Yang keduanya
memiliki kencenderungan pada teks bukan pada makna di balik teks
sedangkan kajian tentang maqashid sendiri lebih mengarah pada makna
dibalik teks/ filsafat yang dianggap tidak bersentuhan langsung dengan
proses istinbat hukum.57
57
Ahmad Imam Mawardi, Fiqh Minoritas, (Yogyakarta: LKIS, 2012). Hal. 185
58
Ahmad Rasyuni, al-Bahts fi maqashid al-Syari’ah, hal. 4-5
35
al-‘Ubudiyah dan juga bukunya al-Furuq. Bahkan oleh Raisuni, Imam at-
Turmudzi disebut sebagai tokoh yang banyak memberikan kontribusi
dalam pembahasan ‘illah hukum-hukum syariat dan rahasia dibaliknya.59
59
Panji Adam, Hukum Islam: Teori, Filosofi, dan Metodologi…, Hal. 108
60
Panji Adam, Hukum Islam: Teori, Filosofi, dan metodologi…, Hal. 108
61
Muhammad Choirun Nizar, Literatur Kajian Maqashid Syari’ah, Universitas
Islam Sultan Agung, Ulul Albab, Agustus 2016, hal. 57
62
Agustiano Mingka, Maqashid Syariah dalam ekonomi dan Keuangan Syariah,
Iqtishad Publishing, Ciputat, 2013, Hal. 4
36
nama al-Syatibi, dan mulailah kemudian maqashid dibahas secara terpisah
dan menjadi disiplin ilmu secara independen.63
63
Panji Adam, Hukum Islam: Teori, Filosofi dan Metodologi,…, hal. 109
64
Moh. Mufidi, Maqashid Ekonomi Syariah: Tinjauan dan Aplikasi, Empatdua Media, Malang,
2018, Hal.5
65
Moh. Mufidi, Maqashid Ekonomi Syariah: Tinjauan dan Aplikasi,…., Hal.6
66
Panji Adam, Hukum Islam: Konsep, filosofi dan Metodologi,…,Hal.111
37
pada larangan riba, larangan mengkonsumsi miras dan
memperdagangkannya.
2. Sebagai alat bantu penafsiran dalil-dalil
Maslahah dapat membantu menafsirkan dan mengambil
kesimpulan tentang hikmah yang terkandung di dalam al-qur’an
dan hadits, seperti ketika memahami hadits tentang larangan ta’sir,
di masa Nabi Saw ta’sir dilarang, tapi ketika telah terjadi
perubahan prilaku ekonomi masyarakat di masa Umar Ibn Khattab
memperbolehkan bahkan melakukan ta’sir.
3. Sebagai dalil dan sumber hukum
Maslahah dapat menjadi dalil syari’ ketika tidak ada nash yang bisa
menjadi sumber rujukan hukum, seperti keputusan ijtihad dan
fatwa harus menyertakan maqashid al-syariah sebagai dasarnya.
Para ulama memperbolehkan untuk memilih system net revenue
sharing dalam bagi hasil, mengharuskan nasabah bank
menggunakan asuransi jiwa, semuanya harus dengan didasarkan
kepada maqashid al-syariah.67
DAFTAR PUSTAKA
38
Lisnawati. (2017). Relevansi Prinsip Mu'asyaroh bil ma'ruf dengan Pasal-Pasal
Undang-Undang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.
Palangkaraya: Fakultas Ahwal Asyakhisiyah IAIN Palangkaraya.
Muhammad, KH. Husein. (2019). Fiqh Perempuan Refleksi Kiai atas Wacana
Agama dan Gender. Yogyakarta: IRCiSoD.
Nasuka, Moh. (2016). Urgensi Maqoshid Syariah dalam Membangun Keluarga
Sakinah. ISTIDLAL, 117.
Lembar Fakta Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan (2017). Labirin
Kekerasan Terhadap Perempuan. Komnas Perempuan, Jakarta.
Purnamasari, A. (2021). Analisis pemikiran Husein MUhammad dan Siti Musdah
Mulia Tentang Konsep Mu'asyaroh bil Ma'ruf dalam Membangun
Keluarga Sakinah. Lampung: Jurusan Hukum Keluarga Islam, Fakultas
Syari'ah, UIN Raden Intan.
Ratnasari, Yulianti. (2018). Konsep Keluarga Sakinah Menurut Al-Ghazali.
Semarang: Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi, Fakultas Ushuluddin dan
Humaniora, UIN Walisongo.
Shihab, M. Quraish. (2006). Menabur Pesan Ilahi. Jakarta: Lentera Hati.
Syafnidawaty. (2022, Juli 27). Penelitian Kualitatif. Retrieved from Universitas
Raharja: Diakses pada Pukul 00:18
Willis, S. Sofyan. (2009). Konseling Keluarga, Suatu Upaya Membantu Anggota
Keluarga Memecahkan Masalah Komunikasi di dalam Sistem Keluarga.
Bandung: Alfabeta.
Zamakhsyari. (2013). Teori-Teori Hukum Islam dalam Fikih dan Ushul Fiqh.
Bandung: Citapustaka Media Mandiri.
39