Meilan Arsanti
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan/ Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra
Indonesia, Universitas Islam Sultan Agung
meilanarsanti@unissula@ac.id
Abstrak
Keluarga adalah merupakan tempat pertama setiap orang belajar tentang kehidupan. Cara
keluarga berinteraksi dan mendidik anak-anaknya merupakan bagian yang sangat penting
dalam membentuk karakter dan kepribadian mereka. Semakin banyak Pendidikan baik yang
diberikan keluarga, semakin sukses mereka dalam menciptakan rumah tangga yang damai dan
harmonis. Keluarga yang kuat dan sukses mampu menahan godaan dan serangan dari luar yang
dapat merusak ketahanan mereka. Hal ini karena mereka memiliki landasan agama Islam
menetapkan menikah sebagai satu cara untuk memberi manfaat kepada semua orang dan
mencegah kemudaratan. Salah satu perintah Allah dalam syariat Islam ialah menyuruh
menikah dan melarang zina, dalam sebuah keluarga sangat penting komunikasi dalam menjaga
keutuhan sebuah keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah. Penulis menemukan bahwa
laki-laki dan perempuan sama-sama diciptakan oleh Tuhan dan memiliki hak yang sama. Akan
tetapi, antara laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan aspek fisik, psikis, kecenderungan
dan watak, sehingga keduanya harus dilihat sebagai suatu hubungan dimana keduanya setara.
Perkawinan adalah fungsi sosial yang penting bagi peradaban, dan itu harus didasarkan pada
cinta, kasih sayang, dan ketentraman.
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-
Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
Ayat ini menyatakan bahwa memiliki istri dapat membawa ketenangan bagi suami,
begitupula sebaliknya. Perkawinan adalah salah satu tahapan terpenting dalam kehidupan
manusia, segala sesuatu yang semula haram menjadi sah, pendosa asal mendapat pahala dan
orang asing menjadi saudara melalui perkawinan. Karena itu tidak heran pernikahan
dipertimbangkan. Setelah menikah, segala bentuk aktivitas pasangan menjadi sumber pahala
bagi suami maupun istrti yang dimana saling memenuhi kawajiban masing-masing, Melalui
pernikahan seseorang telah menyempurnakan setengah dari agamanya. Sebagaimana sabda
Nabi, artinya: “Bila seorang hamba menikah, berarti ia telah menyempurnakan separuh
agamanya. Maka bertakwalah kepada Allah dengan separuh sisanya” (HR. Al-Al-Hakim) (Al-
Naisaburi., 1141). Mewujudkan rumah tangga idaman yaitu rumah tangga yang sakinah
mawaddah wa rahmah, diperlukan visi pendidikan pernikahan bagi remaja yang ingin menikah.
Pendidikan perkawinan berarti melihat pengetahuan, memupuk berbagai pemahaman dan
keterampilan, serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya memenuhi fungsi keluarga bagi
setiap orang yang menikah yang telah mencapai usia menikah. Dengan diselenggarakannya
pendidikan perkawinan yang bertujuan agar calon pasangan memahami dengan baik tujuan
perkawinan terhadap pasangannya, diharapkan akan lahir sebuah keluarga yang Sakinah
Mawadah Warahah sehingga terwujudnya generasi muslim yang berkualitas.
Metode
I. Pernikahan
Pernikahan, atau nikah dalam bahasa Arab berasal dari kata “nikahun” yang
merupakan masdar atau asal kata dari kata kerja (fi‟il madhi) “nakaha”, sinonimnya
“tazawwaja”, kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai pernikahan.(Abdul,
Staima and Abstrak, 2019). Dalam Al-qur’an dan Hadis Nabi Muhammad juga dalam
kehidupan sehari-hari orang Arab, sering memakai kata nikah dan zawaj yang artinya adalah
pernikahan atau perkawinan menurut literatur fiqh berbahasa arab. Menurut Islam perkawinan
adalah perjanjian suci yang kuat dan kokoh untuk membentuk keluarga yang kekal, saling
menyantuni, saling mengasihi, aman tenteram, bahagia dan kekal antara seorang laki-laki dan
perempuan yang disaksikan oleh dua orang saksi laki-laki. Selain itu, perkawinan juga diatur
dalam hukum Islam harus dilakukan dengan akad atau perikatan hukum antara kedua belah
pihak (Musyafah, Sudarto and Tengah, 2020).
Nikah (kawin) menurut arti asli ialah hubungan seksual tetapi menurut arti majazi
(mathaporic) atau arti hukum ialah akad (perjanjian) yang menjadikan halal hubungan seksual
sebagai suami istri antara seorang pria dengan seorang wanita. Sedangkan dalam bahasa
Indonesia sehari-hari disebut Akad Nikah. Nikah artinya perkawinan dan aqad artinya
perjanjian. Jadi akad nikah berarti perjanjian suci untuk mengikatkan diri dalam perkawinan
antara seorang wanita dengan seorang pria membentuk keluarga bahagia dan kekal (abadi).
Mengungkapkan perkawinan yang berlaku di Indonesia dimana dirumuskan dengan:
Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk kelurga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan yang Maha Esa.
Dalam membangun rumah tangga seorang calon pengantin harus siap jiwa dan
raganya, siap dalam arti segala sesuatu untuk melangkah kedepan membangun keluarga. Dalam
islam nikah merupakan perintah agama yang disunnahkan melalui Nabi Muhammad SAW.
Terbentuknya keluarga yang ideal adalah harapan bagi semua masyarakat khususnya keluarga
islam, seperti yang tersebut diatas harus terpenuhinya beberapa instrumen dapat melahirkan
keluarga yang ideal.
Pernikahan merupakan suatu peristiwa yang sangat sakral dalam islam, pengetahuan
bagi calon mempelai sangat di utamakan sebelum menjalankan ibadah ini, niat yang kuat dan
ditopang dengan pengetahuan ilmu yang memadai serta terpenuhinya kualitas ekonomi mampu
membangun tujuan terbut. Maka perintah untuk kursus bagi calon pengantin seperti yang
termuat dalam Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ.II/491 Tahun 2009 tentang Kursus Calon
Pengantin yang diperbarui dengan Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ.II/542 Tahun 2013
tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah, serta pada tahun 2020 ini telah
canangkan oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK)
Muhadjir Effendy Kursus pra nikah yang ia inisiasi sebenarnya tidak wajib dilakukan semua
pasangan yang akan menikah. Jadi menurut penulis bahwa kursus pra nikah atau disebut
bimbingan perkawinan (bimwin) sifatnya dapat dikatakan kondisional dan dilihat calonnya
yang mengajukan, serta nanti terdapat petugas yang menverifikasi apakah calon ini harus atau
tidak untuk mengikuti bimbingan perkawinan (bimwin), sebagai contoh seorang dokter yang
akan menikah dia mengerti masalah kesehatan, atau seorang ustadz ahli ilmu fiqh akan
menikah dia juga memahami ilmu tentang munakahat. Artinya binwin ini diwajibkan bagi
calon pengantin yang tidak dalam spesifikasi tersebut, ini dapat di mengerti dan dipahami
karena mereka lebih mengetahui dan ahli dibidangnya (Andri, 2019).
II. Konsep Sakinah Mawadah Warahmah
Keluarga yang ideal adalah keluarga di mana Anda menemukan kedamaian, Cinta
dan kasih sayang. Sebagaimana Allah Ta'ala jelaskan dalam surat Ar Rum Ayat 21, Hal ini
ditunjukkan dalam surat Ar-Rum 21 dari Al-Qur'an: ِ ُ ق ل َ ك ُ مْ ِم ْن أ َ ن ْ ف
ْس ك ُ م َ َخ لَ َو ِم ْن آ ي َ ا ت ِ هِ أ َ ْن
. ت ل ِ ق َ ْو ٍم ي َ ت َف َ ك َّ ُر و َن َ ِ ج ع َ َل ب َ ي ْ ن َ ك ُ مْ َم َو د َّ ة ً َو َر ْح َم ة ً ۚ إ ِ َّن ف ِي ذ َٰ َ ل
ٍ ك ََل ي َ ا ً أ َ ْز َو ا
َ ج ا ل ِ ت َ سْ ك ُ ن ُ وا إ ِ ل َ ي ْ ه َ ا َو
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-
Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
Sebuah Rumah tangga atau keluarga merupakan lembaga terkecil dalam tatanan
kehidupan masyarakat sebagai tempat mempromosikan rasa damai, ketenangan dan cinta antar
anggota (Istiqomah Rahmawati, Moh. Ariz Iqramullah and Zulkarnain, 2021). Kata Keluarga
dalam Bahasa Arab berasal dari kata ahlun, ahlunā yang artinya ahli rumah atau keluarga.
Sedangkan keluarga secara istilah adalah masyarakat terkecil sekurang kurangnya terdiri dari
pasangan suami-istri sebagai sumber intinya berikut anak-anak yang lahir dari mereka. Dengan
demikian, keluarga adalah pasangan suami-istri, baik mempunyai anak atau tidak mempunyai
anak.7 Menurut kaidah bahasa Indonesia, sakinah mempunyai arti kedamaian, ketentraman,
ketenangan, kebahagiaan.8 Sedangkan kata ‘mawadah’ berasal dari wadda-yawadda yang
berarti mencintai sesuatu dan berharap untuk bisa terwujud (mahabbatusy-syai'n watamanni
kaunihi). Selanjutnya ialah kata rahmah, berasal dari rahima-yarhamu yang berarti kasih
sayang (riqqah) yakni sifat yang mendorong untuk berbuat kebajikan kepada siapa yang
dikasihi.9
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa keluarga sakinah mawadah
warahmah mengandung makna keluarga yang diliputi rasa damai, tentram, saling mencintai
dan menyayangi antar anggota keluarga. Keluarga ini akan terwujud jika para anggota keluarga
dapat memenuhi kewajibankewajibannya terhadap Allah, terhadap diri sendiri, terhadap
keluarga, terhadap masyarakat, dan terhadap ingkungannya, sesuai ajaran al-Qur’an dan
Sunnah Rasul.
Keluarga sakinah mawadah warahmah ialah keluarga yang dibentuk berdasarkan
perkawinan yang sah, mampu memberikan kasih sayang kepada anggota keluarganya sehingga
mereka memiliki rasa aman, tentram, damai serta bahagia dalam mengusahakan tercapainya,
kesejahteraan dunia akhirat. Keluarga yang harmonis, sejahtera, tenteram dan damai. Jadi, kata
sakinah yang digunakan untuk menyifati kata “keluarga” merupakan tata nilai yang seharusnya
menjadi kekuatan penggerak dalam membangun tatanan keluarga yang dapat memberikan
kenyamanan dunia sekaligus memberikan jaminan keselamatan akhir.
Setiap orang dalam melakukan sesuatu tentunya memiliki tujuan, demikian pula
dengan melakukan pernikahan. Keluarga sakinah merupakan salah satu tujuan dari pernikahan
sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 3 KHI, bahwa perkawinan bertujuan untuk mewujudkan
kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.
Daftar Pustaka
Abdul, O.:, Staima, K. and Abstrak, C. (2019) KONSEP KELUARGA SAKINAH, MAWADDAH DAN
RAHMAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM.
Istiqomah Rahmawati, Moh. Ariz Iqramullah and Zulkarnain (2021) ‘MEMPERSIAPKAN GENERASI
KHALIFAH ( TINJAUAN TERHADAP KEKHALIFAHAN ADAM AS DALAM SURAT AL BAQOROH AYAT 30-
37)’, At Turots: Jurnal Pendidikan Islam, 3(1), pp. 1–11. Available at:
https://doi.org/10.51468/jpi.v3i1.56.
Musyafah, A.A., Sudarto, J. and Tengah, J. (2020) ‘PERKAWINAN DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS
HUKUM ISLAM’. Available at: https://doi.org/10.14710/nts.v12i1.28897.