PENDAHULUAN
ِّئ ك هُ ُم
و َي ْن َه ُمن َك ِّر ٱ ْل َم ْع و َيأْ ُم ْ َّمةٌ َيدْ عو َلى ٱ ْلEُ ُكن أEَو ْلت
ل ْون ف ۚ ع ِّن ٱ ْل ُرو ُرون ي ِّر من ُك ْ م ن
َ خ
۟و
وأ
ٱ ْل ُم ْف ِّل حون
1
Toto Jumantoro, Psikologi Dakwah dengan Aspek-aspek Kejiwaan
yang Qur’ani (Wonosobo: Jakarta, 2001).
2
Kementrian Agama, Al-Qur’anul Karim dan Terjemah (Jakarta:
Ziadbook), h. 380
Dakwah Islam meliputi wilayah yang luas dalam semua
aspek kehidupan. Dakwah memiliki beragam bentuk, media,
pesan, pelaku, dan mitra dakwah. Kita pun tidak mungkin
terlepas dari kegiatan dakwah, baik sebagai da’i maupun sebagai
mad’u. Apapun yang berkaitan dengan Islam pasti didalamnya
terdapat unsur dakwah. Dakwah adalah denyut nadi Islam. Islam
dapat berkembang dan hidup juga karena dakwah.3 Begitupun
dalam membangun keluarga Sakinah, peran dakwah adalah salah
satu bagian penting dalam mewujudkannya.
Majelis Dzikir Zulfaqar yang berada di Desa Gandasari
Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi merupakan tempat
dimana masyarakat berdzikir bersama dengan mendekatkan diri
kepada Allah SWT agar segala hajatnya dikabulkan oleh Allah
SWT. Zulfaqar artinya do’a Rasulullah SAW. Majelis Dzikir
Zulfaqar didirikan berdasarkan hasil perenungan atas masalah-
masalah yang menimpa masyarakat Desa Gandasari dan
sekitarnya yang seringkali dikonsultasikan kepada Ustadz Taufiq
Sanen selaku pendiri Majelis Dzikir Zulfaqar di Desa Gandasari.
Berawal dari tempat konsultasi, kemudian dikembangkan menjadi
Majelis Dzikir. Hal tersebut semata-mata demi mendekatkan
masyarakat kepada Allah SWT. Dalam perkembangannya,
majelis dzikir tersebut kemudian menjadikan juga sebagai tempat
pengobatan dengan metode ruqyah syar’iyyah dengan media air
putih, sekaligus dakwah untuk menyebarkan Islam.
3
Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta, kencana. 2009), h. 5
2
Setiap orang yang datang ke majelis tersebut, tidak
menutup kemungkinan adalah orang yang murni hanya bertujuan
untuk melakukan pengruqyahan. Tetapi ada juga yang kemudian
memiliki tujuan untuk bergabung dengan majelis dzikir tersebut.
Seiring berjalannya waktu, oleh masyarakat sekitar Desa
Gandasari majelis dzikir ini juga dikenal sebagai pusat Ruqyah
Syar’iyyah. Penyampaian dakwah Majelis Dzikir Zulfaqar ada
dua bentuk penyampaian pesan dakwahnya. Pertama verbal, di
mana pesan dakwah yang disampaikan menggunakan lisan atau
ucapan. Kedua non verbal, yaitu pesan dakwah yang disampaikan
melalui tulisan dan praktek atau tingkah laku dan pengamalan
seperti penggunaan ruqyah syar’iyyah.
Keunikan dari metode dakwah yang ada pada Majelis
Dzikir Zulfaqar, menurut keterangan Ustadz Taufiq Sanen
Majelis Dzikir Zulfaqar ini metode dakwahnya mengkaji bukan
mengaji. Pengkajian tentang ayat-ayat suci Al-Qur’an, seperti
dari lafadz “Bismillah” itu dikaji kenapa bisa dibaca bismillah,
lalu dari dzikir yang dibaca sama-sama dikaji makna dari bacaan
itu apa, apa artinya dan sebagainya, setelah itu ada tanya jawab.
Lalu menggunakan metode dakwah dengan cara meruqyah pasien
terlebih dahulu dengan media air putih, kemudian memberikan
pengetahuan tentang keislaman.
Ada diantara para jamaah yang menuturkan mendapatkan
banyak manfaat ketika mengikuti Majelis Dzikir Zulfaqar baik
manfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi keluarga dan
lingkungannya. Diantaranya manfaat yang pernah diutarakan oleh
salah seorang jamaah adalah kehidupan keluarganya semakin
harmonis dan usaha yang ditekuninya semakin maju dan
berkembang sehingga berdampak pada semakin bersyukur
kepada Allah SWT.
Dalam kehidupan salah satu anjuran untuk setiap manusia
antara laki-laki dan perempuan adalah diciptakan untuk saling
berpasangan. Penikahan merupakan suatu ikatan resmi yang
mempersatukan antara laki-laki dan perempuan. Pernikahan
menjadi dinding kuat yang memelihara manusia dari
kemungkinan jatuh ke lembah dosa yang di sebabkan oleh nafsu
birahi yang tak terkendalikan. Sepasang manusia, dimana dalam
perkawinan tersebut mereka dapat saling mencurahkan kasih
sayang dan saling mendukung dalam melangsungkan bahtera
rumah tangga.4 Perkawinan merupakan pristiwa yang sangat
penting dan sakral dalam kehidupan seseorang, karena
perkawinan adalah jenjang memasuki dunia baru, yang penuh
likuliku kehidupan yang sangat rumit.
Pernikahan bagi umat manusia adalah sesuatu yang sangat
sakral dan mempunyai tujuan yang sangat sakral pula, dan tidak
terlepas dari ketentuanketentuan yang ditetapkan syariat agama.
Orang yang melangsungkan sebuah pernikahan bukan semata-
mata untuk memuaskan nafsu birahi yang bertengger dalam tubuh
dan jiwanya, melainkan untuk meraih ketenangan, ketentraman
dan sikap saling mengayomi di antara suami isteri dengan
dilandasi cinta dan kasih sayang yang mendalam. Disamping itu
untuk menjalin tali persaudaraan diantara dua keluarga dari pihak
4
Muhammad Yunus, Hukum Perkawinan dalam Islam, (Jakarta:
Hidayah Karya Agung,1979), h.10
suami dan isteri dengan berlandaskan pada etika dan estetika
yang bernuansa ukhuwah dan islamiyah.5
Pernikahan merupakan titik awal dari pembentukan
keluarga baru dimana pasangan suami isteri bersama-sama
menjalin hubungan saling mencintai menyayangi dan mengasihi.
Suami isteri dituntut untuk bekerja sama dalam membentuk
kelurga yang harmonis. Karena tujuan dalam pernikahan adalah
membentuk keluarga yang sakinah mawaddah warrohmah.
Proses perkawinan, seseorang yang hendak
melangsungkan perkawinan harus memenuhi syarat-syarat
perkawinan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Undang –
Undang perkawinan No.1 Tahun 1974, tujuan perkawinan bukan
hanya untuk hidup sehari atau dua hari, bukan pula untuk hidup
setahun atau dua tahun, akan tetapi kehidupan berumah tangga
dimaksudkan untuk hidup bersama sampai Allah swt memisahkan
keduanya. Membentuk rumah tangga diperlukan adanya
kedewasaan antara kedua pasangan sehingga ukuran umur
dianggap perlu pula dijadikan bahan pertimbangan. Sebab dalam
Undang –Undang pernikahan No.1 Tahun 1974, Pasal 7 ayat 1
mengatur usia pernikahan yakni, Pernikahan hanya diizinkan jika
pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan
pihak perempuan sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.
Pasangan yang umurnya belum mencapai pada umur yang telah
ditetapkan, maka dianggap belum siap untuk menjalani mahligai
rumah tangga. Pernikahan seperti ini dikenal dengan sebutan
5
Mohammad Asmawi, Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan,
cet. Ke-1 (Yogyakarta: Darussalam Perum Griya Suryo Asri, 2004) hlm. 19.
5
pernikahan dini, pernikahan ini dianggap rentan karena belum
terbentuknya kematangan dalam menghadapi masalah dalam
rumah tangga. Tujuan perkawinan bukan hanya sekedar sebagai
pemuas kebutuhan biologis semata, akan tetapi jauh dari itu
adalah untuk melaksanakan sunnah Rasulullah saw. Di dalam al-
Quran Allah swt pada surat Ar Room ayat 21 telah menganjurkan
kepada hambanya untuk melangsungkan pernikahan sepanjang ia
mampu melaksanakannya sebab hidup berumah tangga
merupakan rahmat, sekaligus merupakan bukti kekuasaan Allah
swt. QS. Ar Room/30: 21
ْز ل َت ِّ إلَ ْي َها وج ْينَ َودَ و ح َمةً ۚ نEَأ ْن َ ْن ِّت خ لEَو ِّم ْن أ
م َرEًَع ُكم ل ة َو س جا نُف مEَل ُكم أ
۟ا
َب ق
ٰٓ E{ ُك ْم
ۦَه ءا
َو س ُ كن
َي
َف َّك ُرونEَل َق ت َ ى َذ ِّلك
ءا ْو ٍم
ت َي
ل
6
Abdul Ghalib Ahmad Isa, Pernikahan Islam, (Solo: Pustaka Mantiq,
1997), hlm.17.
Kesejahteraan dan kebahagiaan hidup berumah tangga ini
mempunyai pengertian yaitu terpenuhinya kebutuhan hidup
rumah tangga baik lahir dan batin, jasmaniah dan ruhaniah, serta
mendapatkan ridha Allah swt.7
Kebutuhan lahir dan batin bisa tercapai jika masing-
masing pasangan suami isteri mampu melaksanakan hak
dankewajiban. Suami melaksanakan kewajibannya sebagai kepala
rumah tangga memberi kebutuhan pangan, sandang dan papan.
Suami juga berkewajiban mendidik isterinya dengan memberi
pemahaman ilmu agama dan menjadi tauladan yang baik bagi
keluarganya. Begitupun juga seorang isteri harus melaksanakan
kewajibannya yaitu mengurus suami dan mendidik anak-anaknya
sehingga kelak menjadi anak yang shalih-shalihah. Isteri juga
harus menjaga kehormatan suaminya dan menjaga kehormatan
diri serta keluarganya. Selain itu juga kewajiban suami terhadap
isteri yakni para suami hendaknya selalu bersikap dan
memperlakukan isteri- isteri mereka dengan sebaik-baiknya serta
bersikap sabar atas gangguan yang mungkin timbul dari mereka
demi mengasiahani kelemahan mereka. Bahwa yang dimaksud
dengan perlakuan baik terhadap isteri, bukanlah menghindarkan
diri dari mengganggunya melainkan bersabar dalam menanggung
gangguan darinya serta memperlakukannya dengan kelembutan
dan pemaafan, pada saat dia menumpahkan emosi dan
kemarahan. Selain sikap sabar dalam menghadapi isterinya
seorang suami hendaknya membiasakan diri bercanda dan
bersenda gurau dengannya. Sikap seperti itu
7
Faried Ma’ruf Noor, Menuju Keluarga Sejahtera dan Bahagia,
(Bandung: PT. Almaarif, 1983), hlm.5.
menyenangkan hati kaum wanita. Nabi saw. Acapkali bersenda
gurau dengan isteri-isterinya bahkan adakalanya memaksakan diri
guna mengikuti mereka dalam perbuatan dan perilaku.
Sedemikian, sehingga pernah diriwayatkan beliau pernah
berlomba lari dengan Aisyah. Sekali beliau dikalahkan, namun
pada kesempatan lain beliaulah yang menang.8
Perkawinan menggambarkan tentang apa yang dapat
dicapai dari suatu perkawinan, yang pada kenyataanya sejalan
dengan tujuan perkawinan yang di tetapkan melalui Undang-
Undang perkawinan No.1 tahun 1974, yakni membentuk
kehidupan berumah tangga yang bahagia dan sejahtera yang di
bina atas rasa kasih dan sayang, saling menghormati dan saling
membantu antara satu dengan yang lainnya. Pelaksanaan
perkawinan, terutama di daerah pedesaan sangat memerlukan
perhatian, demikian juga di Desa Gandasari Kecamatan Cikarang
Barat Kabupaten Bekasi, karena pernikahan yang dilakukan di
desa terkadang kurang diperhatikan aturan-aturan pernikahan
yang telah ditetapkan, terutama masalah umur, hal semacam ini
sulit sekali dihindari terutama pada masyarakat awam, maka
untuk mengurangi hal tersebut, maka dari itu peranan bimbingan
penyuluhan Islam sangat diperlukan dalam memberikan
Penyuluhan Keagamaan kepada masyarakat awam, mengenai
dampak yang akan ditimbulkan dari penikahan usia dini seperti
adanya Keretakan Rumah Tangga.
8
Al-Ghozali, Menyingkap Hakikat Perkawinan Adab, Tata Cara dan
Hikmahnya, cet. Ke-VI (Bandung: Karisma, 1994), hlm. 87.
Keretakan hubungan romantic keluarga akan
menimbulkan ketidaktenangan jiwa. Ketidaktenangan jiwa dapat
diatasi dengan memperbanyak dzikir. Kata dzikir dalam berbagai
bentuknya ditemukan dalam al-Quran tidak kurang dari 280 kali.
Kata tersebut pada mulanya digunakan oleh pengguna bahasa
Arab dalam arti antonim lupa. Ada juga sebagian pakar
berpendapat bahwa kata itu pada mulanya berarti mengucapakan
dengan lidah atau menyebut sesuatu. Makna ini kemudian
berkembang menjadi mengingat, karena mengingat sesuatu
seringkali mengantar lidah menyebutnya. Demikian juga,
menyebut dengan lidah dapat mengantar hati dapat mengingat
lebih banyak lagi apa yang disebut-sebut itu. Seringnya lidah
menyebut-nyebut nama Allah, maka paling tidak sebagian
diantara kalimat-kalimat yang terucapkan itu akan berbekas
didalam hati dan ini pada gilirannya akan mengantar pada
kesadaran tentang kehadiran Allah dan kebesaranNya.9
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Dampak
Metode Dakwah Terhadap Keretakan Hubungan Romantis
Keluarga Di Majelis Dzikir Zulfaqar Desa Gandasari
Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi”
9
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran Tentang Dzikir dan Doa,
(Jakarta: Lentera Hati, 2006), hlm.9.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka Batasan
masalah pada penelitian ini adalah Dampak Metode Dakwah
Terhadap Keretakan Hubungan Romantis Keluarga Di Majelis
Dzikir Zulfaqar Desa Gandasari Kecamatan Cikarang Barat
Kabupaten Bekasi.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan Batasan masalah diatas, maka diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana metode dakwah yang digunakan di Majelis
Dzikir Zulfaqar di Ds. Gandasari Kec. Cikarang Barat Kab.
Bekasi?
2. Bagaimana keadaan hubungan keluarga jamaah Majelis
Dzikir Zulfaqar di Ds. Gandasari Kec. Cikarang Barat Kab.
Bekasi?
3. Bagimana dampak metode dakwah Majelis Dzikir Zulfaqar
di Ds. Gandasari Kec. Cikarang Barat Kab. Bekasi dalam
membantu perbaikan keretakan hubungan romantis?
10
Nur Ahmad, Manajemen Dakwah Majlis Dzikir Di Desa Ngemplik
Wetan Karanganyar Demak, TADBIR, 1, (2), 101-112, 2016.
Unsyiah yang berarti semakin tinggi kualitas dzikir semakin
tinggi pula kebahagiaan ADK, begitu juga sebaliknya
semakin rendah kualitas dzikir semakin rendah pula
kebahagiaan ADK.11
3. Ihsanudin dengan judul penelitian “Strategi Dakwah
Jamaah Dzikir Tombo Noto Ati Desa Kawak Kabupaten
Jepara” melakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui strategi dakwah Jamaah Dzikir Tombo Noto
Ati Desa Kawak Kabupaten Jepara. Metode penelitian yang
digunakan adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi,
penulis berupaya menggali strategi utama dalam dakwa
yang dilakukan oleh KH. Sirojuddin. Hasil dari penelitian
ini adalah 1) pelaksanaan pengajian Jamaah Dzikir Tombo
Noto Ati merupakan salah satu kegiatan berdakwah yang
ada di Desa Kawak Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara.
Dalam kegiatan rutinan, dilaksanakan setiap malam Jumat
Jam 21:00-01:00 dini hari. Sebelum dzikir dan do’a
dilaksanakan bersama, biasanya dimulai dengan ngaji kitab
kuning terlebih dahulu; 2) pendekatan yang digunakan
dalam jamaah dzikir Tombo Noto Ati adalah melalui
pendekatan sosial-ekonomi (pendekatan dengan mitra
kerja) dan sosial psikologi (pendekatan dari sisi psikologis);
3) Jamaah dzikir menggunakan dua strategi strategi
tawsi’ah (penambahan
11
Jasmadi dan Lailatul Muslimah, Hubungan Kualitas Dzikir Dengan
Kebahagiaan Pada Mahasiswa Aktivis Dakwah Kampus (ADK) Unsyiah,
Jurnal Psikoislamedia, 1, (1), 1-22, 2016.
jumlah umat Islam) dan tarqiyah (peningkatan kualitas
umat Islam); 4) Majelis Jamaah Dzikir Tombo Noto Ati
memiliki beberapa faktor yang mendukungnya antara lain
letak yang strategis, materi yang sesuai dengan kondisi
Jamaah, dan lingkungan yang kondusif. Sedangkan faktor
yang menghambat pelaksanaan pengajian ini, yaitu antara
lain, waktu pelaksanaan yang dirasakan kurang tepat
dengan kondisi warga, cuaca, sarana yang masih minim,
serta masih sedikitnya masyarakat desa Kawak yang
mengikuti pengajian ini dan lebih didominasi oleh anggota
luar Desa Kawak.12
4. Tia Mar’atus Sholiha, Sari Narulita, Izzatul Mardihah
dengan judul “Peran Majelis Dzikir dalam Pembinaan
Akhlak Remaja Putri (Majelis Dzikir Al-Masruriyyah,
Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur)” penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui informasi secara empiris dan
komprehensif mengenai peran majelis dzikir dalam
pembinaan akhlak remaja putri. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan
observasi kepada jamaah remaja putri dan pimpinan majelis
dzikir Al-Masruriyyah. Hasil penelitian ini didapatkan
bahwa majelis dzikir Al-Masruriyyah berperan secara
optimal dalam pembinaan akhlak remaja putri. Adapun
12
Muhammad Lukman Ihsanuddin, Strategi Dakwah Jamaah Dzikir
Tombo Noto Ati Desa Kawak Kabupaten Jepara, Jurnal An-Nida, 8, (1), 42-
56, 2016.
14
peran tersebut antara lain yaitu sebagai pendidik yang
mendidik remaja putri dengan ilmu-ilmu yang berkaitan
dengan akhlak, sebagai pembimbing yang membimbing
pribadi jamaah remaja putri menjadi lebih baik dalam
akhlak kepada Allah dan akhlak kepada sesama makhluk
Allah dan sebagai suri teladan bagi remaja putri.13
5. Lutfi melakukan penelitian dengan judul “Talqin Dzikir
Sebagai Metode Dakwah Jama’ah dan Fardiyyah” yang
bertujuan untuk mengungkap konsep dan proses talqin
dzikir. Setelah itu, ingin mengetahui bagaimana keampuhan
talqin dzikir dalam konteks keberhasilan dakwah. Metode
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
mengambil metode studi kasus. Teknik pengumpulan
datanya dilakukan melalui observasi, wawancara, dan studi
pustaka. Hasil penelitian ini bahwa talqin dzikir secara
konseptual dan prosesnya merupakan metoda dakwah yang
bisa menjawab problematika masyarakat modern. Selain
itu, baik secara berjamaah maupun individual, talqin dzikir
mampu mengantarkan peserta talqin pada tersentuhnya
aspek margin al-âthifiy (emosionalspiritual); kedua, margin
al-‘aqliy (rasional); dan terakhir margin al-hissiy
(inderawi).14
13
Tia Mar’atus Sholiha, Sari Narulita dan Izzatul Mardihah, Peran
Majelis Dzikir dalam Pembinaan Akhlak Remaja Putri (Majelis Dzikir Al-
Masruriyyah, Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur), Jurnal Studi Al-Qur’an
Membangun Tradisi Berfikir Qur’ani, 10, (2), 145-159, 2014
14
Danial Luthfi, Talqin Dzikir Sebagai Metode Dakwah Jama’ah
Dan Fardiyyah, Khazanah Theologia, 1(1), 1-6, 2020.
15
6. Nasor dan Nur melakukan penelitian yang berjudul Metode
Dakwah Dalam Membina Keluarga Sakinah (Studi Pada
Kelompok Pengajian di Kecamatan Jati Agung Kabupaten
Lampung Selatan) yang bertujuan untuk menganalisis
penerapan metode dakwah dalam membina Keluarga
Sakinah pada kelompok Pengajian Jama’ah di Kecamatan
Jati Agung Lampung Selatan. Penelitian ini mengambil
jenis penelitian lapangan (field research) yaitu jenis
penelitian yang dilakukan di suatu tempat yaitu penelitian
yang dilakukan dalam kehidupan sebenarnya. Mengenai
sumber data dalam penelitian ini adalah pendapat para
jamaah yang mengikuti pengajian yang diadakan oleh
kelompok pengajian dan para pengurus pengajian. Hasil
penelitian ini beberapa metode dakwah yang telah
digunakan oleh pengurus pengajian dalam membina
masyarakat untuk mewujudkan keluarga sakinah, yaitu:
metode dakwah bil- hikmah, metode dakwah mau’idzah
hasanah, metode dakwah mujadalah, metode dakwah bil-
lisan atau ceramah, metode dakwah tanya jawab, mtode
dakwah bil hal, dan metode dakwah keteladanan.15
15
M. Nasor dan Efa Rodiah Nur, Metode Dakwah Dalam Membina
Keluarga Sakinah (Studi Pada Kelompok Pengajian di Kecamatan Jati Agung
Kabupaten Lampung Selatan), 2019, ejournal Raden Intan.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif dengan diarahkan pada latar
belakang individu secara utuh atau menyeluruh. Jenis
16
penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian
ini menggunakan pendekatan studi kasus (case study). Studi
kasus merupakan suatu tipe pendekatan dalam penelitian
yang penelaahannya kepada satu kasus yang dilakukan
secara intensif, mendalam, mendetail dan komprehensif.
Tujuan studi kasus yaitu untuk memberikan gambaran
secara mendetail tentang latar belakang, sifatsifat serta
karakter- karakter yang khas dari kasus ataupun status dari
individu, yang kemudian akan dijadikan suatu hal yang
bersifat umum yang dilakukan dengan wawancara dan
observasi subjek yang peneliti lakuakan pada Majelis
Dzikir Zulfaqar Di Desa Gandasari Kecamatan Cikarang
Barat Kabupaten Bekasi, yang diverifikasi dengan hasil
wawancara dan observasi significant others dari subjek. 17
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Majelis Dzikir Zulfaqar yang
berada di Desa Gandasari, Kecamatan Cikarang Barat,
Kabupaten Bekasi. Pengambilan data penelitian sejak
bulan
16
Herdiansyah Haris, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-
ilmu Sosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 3
17
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2001), h. 101-102
17
juli 2020.
18
Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta:
FajarInterpratama, 2012), hlm. 153.
18
19
Wardi Bachtiar, Metodelogi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta:
Logos, 1997), hlm. 102
19
5) Ikut berperan mengajak warga untuk mengikuti
pengajian dzikir
b. Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah metode dakwah yang
dilakukan Majelis Dzikir Zulfaqar, respon masyarakat
dan perbaikan keretakan hubungan romantis keluarga
melalui dakwah Majelis Dzikir Zulfaqar di Ds.
Gandasari Kec. Cikarang Barat Kab. Bekasi.
4. Sumber Data
a. Data Primer
Sumber dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu
primer dan sekunder. Menurut Lexy J. Moleong, sumber
data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata
dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain.20 Data primer adalah sumber data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data.21 Dalam penelitian ini sumber data primer
diperoleh dari pengurus dan masyarakat yang telah
berpartisipasi dan berperan aktif dalam Majelis Dzikir
Zulfaqar di Ds. Gandasari Kec. Cikarang Barat Kab.
Bekasi, di antaranya:
1) Pemerintah Daerah setempat
2) Tokoh masyarakat setempat
3) Jamaah Kegiatan Majelis Dzikir Zulfaqar di Ds.
Gandasari Kec. Cikarang Barat Kab. Bekasi.
20
Lexy J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.
Remaja. Rosdakarya, 2004), h. 157
21
Ahmad Saebani, Beni, Metode Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia,
2008), h. 186
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari
sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita
butuhkan.22 Data sekunder berupa wawancara dengan
remaja di desa Kaliombo, arsip, buku-buku,
dokumentasi, visi dan misi, dan semua informasi yang
berkaitan tentang Majelis Dzikir Zulfaqar di Ds.
Gandasari Kec. Cikarang Barat Kab. Bekasi. Selain itu,
data sekunder juga didapatkan melalui foto, dokumentasi
kegiatan
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara
teliti serta pencatatan secara sistematis. Observasi atau
yang disebut pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan
perhatian terhadap suatu ojek dengan menggunakan
seluruh alat indera.23 Peneliti menggunakan observasi
partisipasi, yaitu pengumpulan data melalui observasi
terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup
bersama, merasakan serta berada dalam sirkulasi
22
Burhan Bungin, Analisis Penelitian Data Kualitatif, (Jakarta: Raja
Grafindo,2009).
23
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 145
kehidupan objek pengamatan.24 Melalui teknik ini
peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara, ikut
berpartisipasi langsung dan mengamati serta mencatat
apa yang telah di dapatkan dalam kegiatan Majelis
Dzikir Zulfaqar di Ds. Gandasari Kec. Cikarang Barat
Kab. Bekasi. Proses ini dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi keadaan Majelis Dzikir Zulfaqar
di Ds. Gandasari Kec. Cikarang Barat Kab. Bekasi.
2. Wawancara
Metode wawancara adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya
jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau
tanpa menggunakan pedoman wawancara.25 Wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden
yang lebih mendalam.26 Teknik pengumpulan data ini
mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau
setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan
pribadi. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur,
24
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: format-format
keuantitatif dan kualitatif, (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), h.
146
25
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: format-format
keuantitatif dan kualitatif, (Surabaya: Airlangga University Press,2001), h. 133
26
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2012), h. 231
21
dan dapat dilakukan melalui tatap muka maupun dengan
menggunakan telepon.27
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data
melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip
dan termaksud juga buku-buku tentang pendapat-
pendapat, teori, dalil, hukum-hukum dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah penelitian.28 Metode ini
penulis gunakan untuk melengkapi data yang berbentuk
dokument seperti tulisan-tulisan tentang struktur
pengurus, jadwal acara, jadwal pengajian dan jadwal
petugas.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan
dan mengurutkan data ke dalam pola, dan satuan uraian
dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disararankan oleh
data.29 Sugiyono mengutip pendapat analisis data menurut
Bogdan adalah proses mencari dan menyusun secaa
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat
dengan mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain. Analisis data
dilakukan dengan mengorganisasikan data,
27
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2012), h. 145
28
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial,(Yogyakarta:
Gajah Mada University Perss, 1998), h. 133
29
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Rosdakarya, 2015), h. 280
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang
dapat diceritakan kepada orang lain.
Menurut Susan Staninback mengemukakan bahwa
analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses
penelitian kualtatif. Analisis digunakan untuk memahami
hubungan dan konsep dalam data sehingga hipotesis dapat
dikembangkan dan dievaluasi. Berdasarkan hal tersebut
diatas dapat dikemukakan disini bahwa analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan
ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.30 Kegiatan
dalam analisis data dalam penelitian ini, yakni:
a. Kegiatan Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses berfikir sensitive yang
memerlukan kecerdasan, keluasan dan kedalaman
wawasan yang tinggi.31 Pada tahap ini peneliti memilih
hal-hal yang pokok dari data yang di dapat dari
30
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta), h. 244
31
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta), h. 249
lapangan, merangkum, memfokuskan pada hal-hal
yang penting dan dicari tema dan polanya. Semakin
proses reduksi ini dilakukan secara bertahap, selama
dan setelah pengumpulan data sampai laporan hasil.
Penulis memilah-milah data yang penting yang
berkaitan dengan fokus penelitian dan membuat
kerangka penyajiannya.
b. Penyajian Data
Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flawchart, dan
sejenisnya. Mendisplaykan data diharapkan maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
telah difahami tersebut.32 Setelah mereduksi data, maka
langkah selanjutnya adalah mendisplay data. Didalam
kegiatan ini, penulis menyusun kembali data
berdasarkan klasifikasi dan masing-masing topik
kemudian dipisahkan, kemudian yang sama disimpan
dalam satu tempat, masing-masing tempat diberi tanda,
hal ini untuk memudahkan dalam penggunaan data
agar terjadi kekeliruan.
c. Verifikasi
Langkah ketiga yaitu menarik kesimpulan dan
memverivikasinya. Setelah melaksanakan tahap satu
dan dua maka peneliti bisa menarik kesimpulan awal
32
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta), h. 249
yang bersifat sementara berdasarkan bukti-bukti yang
valid saat peneliti terjun ke lapangan sebelumnya.
Dengan demikian dalam tahap ini sudah dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak
awal ataupun belum lengkap dikarenakan ini
merupakan kesimpulan awal yang diambil oleh
peneliti. Setelah data dianggap cukup dan telah sampai
pada titik jenuh atau telah memperoleh kesesuaian,
maka kegiatan yang selanjutnya yaitu menyusun
laporan hingga pada akhir pembuatan simpulan.
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu
suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh,
selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis.
Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan
data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara
berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan
apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak
berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan
data yang dapat dikumpulkan secara berulang-ulang
dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis diterima,
maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.33
d. Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian pada dasarnya sudah
ada usaha untuk meningkatkan derajat kepercayaan
data. Salah satu syarat hasil penelitian yaitu harus
33
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta), h. 245
25
ilmiah, dengan bukti data yang ada pada subjek
penelitian. Ada beberapa teknik untuk mengurangi atau
meniadakan kesalahan dalam menggali data penelitian
yaitu:
1) Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan atau perpanjangan
keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan
penelitian sampai kejauhan pengumpulan data
tercapai. Keikutsertaan tersebut tidak dilakukan
dengan waktu singkat untuk itu perlu dilakukan
perpanjangan pengamatan. Perpanjangan ini juga
menuntut peneliti agar terjun ke lokasi penelitian
dalam waktu yang cukup panjang guna mendeteksi
dan memperhitungkan distorsi yang mungkin
mengotori data. Juga untuk membangun
kepercayaan para subjek terhadap penelitidan juga
kepercayaan diri peneliti sendiri.34
Perpanjangan pengamatan akan dapat
meningkatkan kepercayaan/kredibilitas data.
Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti
kembali ke lapangan, melakukan pengamaan,
wawancara lagi dengan sumber yang pernah ditemui
maupun yang baru. Dengan perpanjangan
pengamatan ini berarti hubungan peneliti dnegan
narasumber akan terbentuk keakraban, semakin
terbuka, saling mempercayai,
26
34
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Rosdakarya, 2015), h. 327- 329
27
sehingga semua informasi akan tebuka dengan
lengkap. Perpanjangan pengamatan dilakukan untuk
menguji kredibilitas data penelitian, sebaiknya
difokuskan pada pengujian data yang telah
diperoleh, apakah data yang diperoleh setelah dicek
kembali ke lapangan sudah benar atau tidak,
berubah atau tidak. Jika setelah dicek kembali ke
lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka
waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri. 35
Teknik keabsahan data yang diperlukan pada
penelitian ini adalah:
a) Ketekunan Pengamatan
Peneliti menelaah kembali secara teliti atas
semua data yang diperoleh sehingga benar-benar
yakin, bahwa apa yang didapatkannya itu bisa
menjawab permasalahn peneliti
b) Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan
data yang bersifat menggabungkan berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada. Sehngga dengan begitu dimungkinkan
peneliti akan memperoleh data tambahan sebagai
bahan perbandingan atas hasil analisisnya. Dalam
hal ini peneliti membandingkan:
2) membandingkan data hasil pengamatan dengan data
hasil wawancara.
35
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta), h. 122-123
3) membandingkan apa yang dikatakan orang didepan
umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
4) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang
tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan
sepanjang waktu.
5) membandingkan keadaan perspektif seseorang
dengan berbagai pendapat dan pandangan
masyarakat dari berbagai kelas.
6) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan.36
G. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini sistematika penulisan dibagi kedalam
enam bab yang mengacu kepada buku pedoman penulisan
Karya Ilmiah (skripsi, tesis, dan Disertasi) oleh UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta berdasarkan SK Rektor UIN Syarif
hidayatullah Jakarta No. 507 Tahun 2017 tentang pedoman
penulisan Karya Ilmiah (Skripi, Tesis, dan Disertasi) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta terdiri dari:
BAB I: PENDAHULUAN. Berisi latar belakang, Batasan
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Tinjauan Kajian terdahulu, Metode Penelitian dan
Sistematika Penulisan.
36
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:
Rosdakarya, 2015), h. 330- 331
BAB II: KAJIAN PUSTAKA. Berisi Landasan Teori (Teori
Dakwah, Metode Dakwah, Dzikir dan Majelis Dzikir),
Kajian Pustaka, Kerangka berpikir.
BAB III: GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Terdiri
dari: profil Majelis Dzikir Zulfaqar di Ds. Gandasari Kec.
Cikarang Barat Kab. Bekasih, Sejarah berdirinya Majelis
Dzikir Zulfaqar di Ds. Gandasari Kec. Cikarang Barat Kab.
Bekasih, Visi dan Misi Majelis Dzikir Zulfaqar di Ds.
Gandasari Kec. Cikarang Barat Kab. Bekasih, Tujuan
Majelis Dzikir Zulfaqar di Ds. Gandasari Kec. Cikarang
Barat Kab. Bekasih, Struktur Organisasi Majelis Dzikir
Zulfaqar di Ds. Gandasari Kec. Cikarang Barat Kab.
Bekasih, Kegiatan Majelis Dzikir Zulfaqar di Ds. Gandasari
Kec. Cikarang Barat Kab. Bekasih, dan Fasilitas Sarana
Prasarana.
BAB IV: DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. Memuat
data dan juga temuan yang didapatkan selama penelitian di
Majelis Dzikir Zulfaqar di Ds. Gandasari Kec. Cikarang
Barat Kab. Bekasi terdiri dari: Deskripsi Informan, Temuan
Lapangan (Metode Dakwah Majelis Dzikir dan respon
masyarakat terhadap dakwah Majelis Dzikir Zulfaqar di Ds.
Gandasari Kec. Cikarang Barat Kab. Bekasi)
BAB V: PEMBAHASAN. Merupakan analisis data hasil dari
penelitian mengenai antara lain:
a) Analisis Metode Dakwah Majelis Dzikir Zulfaqar di Ds.
Gandasari Kec. Cikarang Barat Kab. Bekasi.
b) Analisis faktor pendukung dan penghambat Majelis Dzikir
Zulfaqar di Ds. Gandasari Kec. Cikarang Barat Kab. Bekasi.
29
c) Analisis respon masyarakat terhadap dakwah Majelis
Dzikir Zulfaqar di Ds. Gandasari Kec. Cikarang Barat Kab.
Bekasi
BAB VI: SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Secara etimologis, dakwah berasal dari kata da’a-yad’u-
da’watan yang artinya ialah mengajak atau menyeru.
Sedangkan secara terminologis, dakwah adalah mengajak atau
menyeru manusia agar menempuh kehidupan di jalan Allah
SWT.37 Berikut merupakan pengertian dakwah yang telah
dipaparkan oleh beberapa pakar ilmuan, di antaranya ialah:
a. Syekh Muhammad Al-Ṣawwaf mengungkapkan bahwa
dakwah ialah risalah langit yang diturunkan ke bumi,
berupa hidayah sang khaliq kepada makhluknya.
b. M. Quraish Ṣhihab menyatakan bahwa dakwah merupakan
seruan atau ajakan kepada keinṣafan atau usaha mengubah
situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna baik
terhadap pribadi maupun masyarakat.
c. Muhammad Sayyid Al-Wakil mendefinisikan bahwa
dakwah merupakan aktivitas untuk mengajak dan
mengumpulkan manusia untuk kebaikan serta membimbing
mereka kepada petunjuk dengan cara amr ma’rūf nahy
munkar.
d. M. Masyhur Amin, mengungkapkan bahwa dakwah adalah
suatu aktivitas yang mendorong manusia memeluk agama
37
Syamsuddin AB, Pengantar Sosiologi Dakwah, (Jakarta: Kencana,
2016), 6-7.
Islam melalui cara yang bijaksana, dengan materi ajaran
Islam, agar mereka mendapatkan kesejahteraan dunia dan
kebahagiaan akhirat.
e. Syekh Muhammad Al-Khadir Husen, juga menyatakan
bahwa dakwah adalah menyeru manusia kepada kebaikan
dan melarang kemungkaran agar mendapat kebahagiaan
dunia dan akhirat.38
Berdasarkan pendapat tokoh-tokoh di atas, dapat
disimpulkan bahwa dakwah merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh seorang dā’ī untuk menyebarluaskan agama
Islam, dan membimbing serta mengajarkan umat pada
kehidupan yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Ḥadist,
dengan harapan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kegiatan dakwah ini memberikan fungsi yang banyak bagi
masyarakat. Karena dengan adanya dakwah, Islam dapat
diketahui, dihayati dan diamalkan oleh manusia dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Seandainya tidak ada kegiatan
dakwah maka akan terjadi putusnya generasi muslim dalam
pengamalan Islam.39 Oleh karena itu, dakwah merupakan
kegiatan yang amat penting dalam agama Islam.
2. Tujuan Dakwah
Pada dasarnya, setiap perbuatan didasarkan atas motivasi dan
tujuan tertentu. Adapun tujuan dari dakwah ialah:
38
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), 35.
39
Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), 55.
a. Menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan, dan
pengenalan terhadap ajaran agama yang dibawa oleh para
juru dakwah.
b. Menawarkan solusi untuk meringankan beban umat
manusia.
c. Memanggil manusia kembali pada shariat atau hukum-
hukum agama, agar dapat mengatur dirinya sesuai dengan
ketentuan agama.
d. Mempertegas fungsi hidup manusia dimuka bumi ini,
yakni untuk mengabdi dan menyembah Allah semata,
sebagaimana yang telah tertulis dalam Al-Qur’an dan Al-
Ḥadith.
e. Memberikan gambaran secara jelas tentang bagaimana
konsep Islam mengatur kehidupan dalam kesehariannya.40
3. Unsur-unsur Dakwah
Dalam proses dakwah, terdapat beberapa unsur yang harus ada
di dalamnya, dengan tujuan agar dakwah yang dilaksanakan
dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan apa yang
menjadi planning. Di antara unsur-unsur tersebut ialah dā’ī
(pemberi pesan), mad’ū (penerima pesan), materi yang
disampaikan, media dan juga metode dalam berdakwah.41
a. Da’i
Da’i merupakan seorang komunikator yang bertugas untuk
menyampaikan pesan kepada mad’ū. Mengenai hal tersebut
40
Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah: Bekal Perjuangan
Para Da’i, (Jakarta: Amzah, 2008), 58-59.
41
Ibid, 230
33
seorang dā’ī harus mempunyai ilmu agama yang luas dan
pengalaman yang banyak. Sehingga jika terdapat
penyelewengan di masyarakat, ia mampu meluruskannya.42
Selain itu, seorang dā’ī juga harus memiliki sifat dan
akhlaq yang sesuai dengan syariat Islam. Di antara sifat-
sifat tersebut ialah:
1) Beriman
Iman merupakan motivator yang dapat menggerakkan
kekuatan dalam jiwa manusia. Dengan adanya iman,
maka seorang mu’min akan lebih merasa senang dan
semangat untuk menjalankan segala aktivitas di jalan
Allah SWT.
2) Bertaqwa
Taqwa mempunyai arti aktivitas untuk selalu taat atas
segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-
Nya. Untuk itu, seorang dā’ī harus mempunyai jiwa
taqwa. Dengan jiwa taqwa, ia akan melaksanakan
tugasnya berdasarkan riḍho Allah semata dan tak akan
terpesona oleh kenikmatan dunia karena ia menyadari
dengan sepenuhnya bahwa dunia hanyalah kesenangan
sementara.
3) Ikhlaṣ
khlaṣ merupakan sifat yang sangat penting untuk
meraih keberhasilan. Oleh karena itu, segala yang
keluar dari
42
Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah, (Bandung: Rosda, 2013), 21.
seorang dā’ī harusnya senantiasa dilandasi dengan rasa
ikhlaṣ.
4) Tawaḍu’
Tawaḍu’ merupakan sikap merendahkan diri kepada
orang lain. Seorang dā’ī yang mempunyai sifat tawaḍu’
cenderung tidak suka menonjolkan diri, menghargai
orang lain, dan tidak memaksakan orang lain untuk bisa
menerima perkataannya.
5) Amanāh
Seorang dā’ī juga harus mempunyai sifat amanāh,
yakni menyampaikan segala apa yang telah
diketahuinya dan harus tersampaikan kepada mad’ū.
6) Sabar dan Tabah
Sabar berarti menerima dengan sepenuh hati, atas
segala cobaan dan ujian yang telah dialami. Dalam
melaksanakan dakwahnya, seorang dā’ī harus
menanamkan sifat sabar. Karena pada hakikatnya,
dakwah tidak akan berjalan dengan mudah dan lurus
seperti dalam teori.
7) Tawakal
Untuk menghindari sifat patah semangat dan putus asa
dalam berdakwah, maka seorang dā’ī sangat
membutuhkan sifat tawakal dalam hatinya. Karena
dengan tawakal seseorang mampu lebih percaya diri
dan selalu ḥusnuẓan dengan hasil yang terbaik.
8) Ramah (Kasih Sayang)
Ramah merupakan kunci pokok keberhasilan dakwah.
Seorang dā’ī yang bersikap ramah dan sopan kepada
mad’ū akan membawa nilai tersendiri terhadap proses
dakwahnya.
9) Jujur
Jujur juga termasuk sifat yang amat penting bagi
seorang dā’ī. Tanpa perkataan jujur, maka pesan yang
disampaikan tidak akan dipercaya oleh orang lain.
10) Uswah dan Qudwah Ḥasanah
Uswah dan qudwah ḥasanah merupakan sikap tauladan
yang baik yang diberikan oleh dā’ī kepada mad’ū. Hal
ini merupakan sarana yang paling efektif untuk
berdakwah.
11) Cerdas
Maksud dari cerdas ialah seorang dā’ī mampu bersikap
secara professional, tidak menambah dan mengurangi
materi yang disampaikan dan mengerti akan keadaan
mad’ū. Selain itu, dā’ī juga harus cerdas dalam
bersikap kepada mad’ū yang mungkin harus
menggunakan pendekatan khusus dan serius dalam
menangani permasalahan.
b. Mad’ū
Mad’ū merupakan seseorang atau sekelompok orang
yang menjadi sasaran dakwah untuk menerima pesan-pesan
yang telah disampaikan oleh dā’ī. Dalam hal ini tidak hanya
terbatas pada satu golongan atau stratara tertentu,
melainkan semua umat yang ada di dunia ini, baik yang
Islam, kafir,
musyrik, maupun yang munafiq semua bisa menjadi sasaran
dakwah.43
Untuk itu, berdasarkan kondisinya mad’ū dakwah
diklasifikasikan menjadi dua bagian, di antaranya: Pertama,
objek intern yaitu dakwah yang dilakukan untuk
orangorang yang sudah memeluk Islam dengan segala
kualitasnya, baik dari segi yang masih awam atau yang
sudah berpengalaman. Dakwah ini dilakukan untuk
menambah ilmu pengetahuan tentang Islam dan segala
ruang lingkupnya. Selain itu, dakwah intern juga sebagai
pembentuk kepribadian muslim yang sesuai dengan hukum-
hukum yang telah menjadi shariat. Hal ini sesuai dengan
Q.S Al-Baqarah ayat 208 yang berbunyi:
م ِّبي ٌن
ٌّ َل ُك ت ٓف َتتَّ ِّبعُو ۟ا وEَك َٰا ٱل ِّ س ْل ٱْد ُخُلو ۟ا ءا ُّي َها ٱلَّ ِّذي َن
ْم و َو ٱل ََل ة ِّم ى َمنُو ۟ا َي
ُعد ن ّن ۚ ش خ ََأ
ُّۥه ْي ط
َط
c. Pesan Dakwah
Pesan dakwah merupakan materi yang telah disampaikan
oleh dā’ī kepada mad’ū. Karena yang dibahas ialah dakwah
Islam maka materi yang disampaikan juga hal-hal yang
berkaitan dengan ajaran Islam, seperti: aqidah, ibadah,
muamalah, dan akhlaq yang telah diajarkan oleh Allah dan
Rasul-Nya dalam Al-Qur’an dan al-ḥadith. Selain itu, dā’ī
juga dapat menyampaikan materi dakwahnya berdasarkan
ijma’, Qiyas dan juga hasil mufakat dari para ulama.
d. Metode Dakwah
Metode merupakan cara yang ditempuh oleh seseorang
untuk melakukan kegiatan berdasarkan kreatifitasnya
masing-masing.45 Sedangkan yang dimaksud dengan
metode dakwah ialah cara penyampaian pesan dakwah dari
seorang dā’ī terhadap mad’ū. Metode merupakan salah satu
unsur penting dalam berdakwah. Karena sukses tidaknya
dakwah juga sangat berpengaruh besar akibat pola metode
dakwah yang digunakan. Begitu pentingnya metode dalam
berdakwah, sehingga Allah menganjurkan hambanya agar
berdakwah dengan menggunakan cara yang baik.
Sebagaimana dalam firmannya Q.S. An-Nahl ayat 125:
45
Abdul Rani Usman, “Metode Dakwah Kontemporer,” Al-Bayan,
28 (Juli - Desember, 2013), hlm. 110.
38
ْعَل ُم ِّبEَُه َو أ ْح ۚ ِّإEَٱل أ ِّة َج ِّد َم ْو َٱد ِّإل
َمن ر َّب َك ّ ِّتى هى َّن س ۖ س ْل ُهم ِّع وٱ ْل ى ِّل
ُن و ّة ٱ ْل َن س ّبٱ ْل ِّح ْك َم ِّة
َح ظ ر ِّ ب َك
ّبي
ِّدي َنEَ ْعلَ ُم ِّبٱ ْل ُم ْهتEَض َّل ِّل ِّۦه ۖ وُه َو أ
عن س
ّبي
46
An-Nabiri, Meniti Jalan Dakwah, 240-241.
40
Metode dakwah yang dilakukan dengan cara dā’ī
memberikan penjelasan, pengajaran atau kajian khusus
terhadap mad’ū. Penjelasan tersebut disampaikan dengan
singkat dan lebih menggunakan bahasa yang sederhana.
Hal ini dilakukan agar pesan lebih mudah di terima,
dicerna dan dihayati oleh mad’ū. Sehingga dakwah bisa
berjalan dengan lancar.
3) Da’wah bil Mujadalah
Metode dakwah yang dilakukan dengan cara berdiskusi
dan saling memberikan argumentasi dari pihak satu ke
pihak lainnya sehingga dapat melahirkan titik tengah
atau kebenaran yang haqiqi dari masalah yang diangkat.
Dalam metode ini tidak diharapkan adanya permusuhan
akan tetapi, dengan adanya mujadalah diharapkan lawan
dapat menerima pendapat yang telah diajukan melalui
argumentasi dan bukti-bukti yang kuat.47
Berdasarkan ketiga bentuk dakwah tersebut, maka Aziz
mengklasifikasikan metode dakwah sebagai berikut: 48
1) Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang dilakukan dengan
maksud untuk menyampaikan keterangan, petunjuk,
pengertian, dan penjelasan tentang sesuatu kepada
pendengar dengan menggunakan lisan.
2) Metode Diskusi
47
48
Syamsuddin, Pengantar Ilmu Dakwah, 301.
M. Ali. Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009).
Diskusi sering dimaksudkan sebagai pertukaran pikiran
(gagasan, pendapat, dan sebagainya) antara sejumlah
orang secara lisan membahas suatu masalah tertentu
yang dilaksanakan dengan teratur dan bertujuan untuk
memperoleh kebenaran.49
3) Metode Konseling
Metode konseling merupakan wawancara secara
individual dan tatap muka antara konselor sebagai
pendakwah dan klien sebagai mitra dakwah untuk
memecahkan maslah yang dihadapinya.50
4) Metode Karya Tulis
Metode karya tulis merupakan buah dari keterampilan
tangan dalam menyampaikan pesan dakwah, metode ini
termasuk dalam kategori da’wah bi al-qalam.
Keterampilan tangan ini tidak hanya melahirkan tulisan,
tetapi juga gambar atau lukisan yang mengandung misi
dakwah.
5) Metode Pemberdayaan Masyarakat
Salah satu da’wah bil hal (dakwah dengan aksi nyata)
adalah metode pemberdayaan masyarakat yaitu dakwah
dengan upaya untuk membangun daya, dengan cara
mendorong, memotivasi, dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya
untuk
49
50
S. Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009).
Ibid
41
mengembangkannya dengan dilandasi proses
kemandirian.51
6) Metode Kelembagaan
Metode lainnya dalam da’wah bil hal adalah metode
kelembagaan yaitu pembentukan dan pelestarian norma
dalam wadah organisasi sebagai instrumen dakwah. 52
Untuk mengubah perilaku anggota melalui institusi,
pendakwah harus melewati proses fungsi-fungsi
manajemen yaitu perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penggerakan
(actuating), dan pengendalian (controlling).
4. Media Dakwah
Media dakwah merupakan salah satu alat untuk mencapi
tujuan dakwah yaitu menyampaikan segala pesan kepada
mad’ū. Di Era milineal ini terdapat berbagai media yang dapat
digunakan para da’i sehingga dapat dengan mudah dijangkau
oleh masyarakat (mad’ū). Seperti, dakwah melalui media cetak
(buku, majalah, tabloid, artikel, dll), media elektronik
(radio/televisi), media online (facebook, instagram, youtube,
blog, dll) dan juga bisa dengan cara dakwah mimbariyah atau
ceramah.53 Selain itu, dakwah juga bisa dilakukan dengan
menggunakan musik, drama atau melalui budaya yang ada di
masyarakat. Seperti halnya yang telah dicontohkan oleh Sunan
51
52
M. Ali. Aziz, Ilmu Dakwah, Op Cit
Ibid
53
Suhandang, Ilmu Dakwah, 22.
Kalijaga. Ia menggunakan seni dan budaya (wayang) untuk
melaksanakan dakwahnya.54
B. Dzikir
1. Pengertian Dzikir
Dzikir berasal dari kata dzakara-yadzkuru-dzikran, yang
memiliki arti mengingat, memperhatikan, mengenang, sambil
mengambil pelajaran, mengenal atau mengerti.55 Dzikir berarti
“suatu bentuk kesadaran yang dimiliki oleh seorang makhluk
akan hubungan yang menyatukan seluruh kehidupannya
dengan sang pencipta.56 Dalam kamus tasawuf, dijelaskan
dzikir merupakan kata yang digunakan untuk menunjuk setiap
bentuk pemusatan pikiran kepada Tuhan, dzikirpun merupakan
prinsip awal untuk seseorang yang berjalan menuju Tuhan
(suluk).57
Menurut Said husain” dzikir bermakna mengingat Allah
SWT yang menyebabkan hati tenang bukan hanya saja
mengucapkan nama-nama-Nya atau mengucap tasbih, tahmid,
takbir dan tahlil secara berulang-ulang, melainkan
menghadapkan diri kepada Allah SWT sepenuh hati serta
mengagungkan-Nya dengan pengetahuan dan kesadaran.
Perhatian kepada sang sumber kehidupan dalam diri manusia
54
Ahmad Zuhdi, Dakwah Sebagai Ilmu dan Prespektif Masa
Depannya,
55
(Bandung: Alfabeta, 2016).
Amin Syukur, Zikir Menyembuhkan Kanker, ( Jakarta: Emir
Cakrawala, 2016 ), hlm.61.
56
Subandi, Psikologi Dzikir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, hlm.
33.
57
Solihin dan Rosihon Anwar, Kamus Tasawuf, (Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2002), hlm. 36.
melahirkan semangat jihad, menciptakan benteng kukuh
seseorang dari kemaksiatan.”58
Amatullah Amstrong menjelaskan, Dzikir yang hakiki
adalah sebuah keadaan spiritual (hal) dimana sesorang
mengingat Allah (dzikir) memusatkan kekuatan fisikal dan
spiritualnya kepada Allah sehingga segenap wujudnya bisa
bersatu dan bergabung dengan Yang Maha Mutlak.59 Jadi
dzikir adalah mengingat Allah dengan melafazhkan nama-
nama kebesaran-Nya, namun bukan hanya sekedar diucapkan
dengan lisan, tapi juga mengingat Allah didalam hati dan
memusat kan fikiran hanya kepada Allah.
2. Tujuan Dzikir
Dzikir merupakan kunci latihan untuk selalu mengenalkan
diri kepada Allah SWT sehingga bila seseorang semakin
mengenal Allah SWT maka semakin kuat keimanan dan
kecintaannya kepada Allah SWT. Dzikir memiliki tujuan
untuk menumbuhkan ketenangan hati dan selalu bersemangat
dalam menjalani kehidupan di dunia dan mengerjakan
mengamalkan amal sholeh untuk bekal di akhirat. Tujuan
tersebut sebagaimana disebut dalam firman Allah surat Ar-
Ra’d ayat 28:
60
Amatullah Amstrong, Khazanah Isltilah Sufi, (Bandung: Mizan,
2001), hlm. 62.
c. Terpelihara dan terhindar dari perbuatan keji dan munkar.
d. Terpelihara dari kelicikan dan tipu daya setan yang
menyesatkan.
e. Selalu mendapat jalan keluar dari berbagai kesulitan yang
datang menghadang dan serta selalu dicukupkan semua
kebutuhan hidupnya.
f. Selalu mendapat perhatian istimewa dari Allah SWT
dimanapun ia berada.
g. Terhindar dari beban hidup yang beratdan tidak sanggup
dipikul serta terhindar dari siksa azab yang melampui
batas.
h. Diampuni segala dosanya, dihapuskan segala kesalahan,
dan diwafatkan bersama orang yang berbuat kebaikan
(khusnul khatimah).
i. Mendapatkan hidup yang baik sampai datang ajal yang
telah di tetapkan.
j. Dibalas dan lipat gandakan amal kebaikan dengan yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
k. Selalu disertai Allas SWT dimanapun mereka berada.
l. Mendapat pertolongan dari ribuan malaikat
m. Dalam menghadapi berbagai hal dan masalah di dunia
maupun di akhirat dibukakan baginya keberkahan dan
pintu rahmat dari langit dan bumi.
n. Diwafatkan dalam keadaan baik dan disambut oleh para
malaikat dengan salam penghormatan.61
46
61
Dewi Yana, Dahsyatnya Zikir, (Jakarta Timur: Bestari Buana
Murni, 2010), hlm.14-21
47
Jadi manfaat bagi seorang yang mengamalkan dzikir adalah
akan selalu merasakan ketentraman dalam hatinya walau ia
sedang mengalami musibah, karena ia merasakan bahwa Allah
akan selalu melindunginya. Dan hanya ada kebaikan yang
didapat oleh orang-orang yang selalu mengamalkan dzikir
dalam hati maupun perbuatan. Menurut Anshori dzikir
bermanfaat mengontrol perilaku. Pengaruh yang ditimbulkan
secara konstan, akan mampu mengontrol perilaku seseorang
dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang melupakan
dzikir atau lupa kepada Tuhan, terkadang tanpa sadar dapat
berbuat maksiat, namun manakala ingat kepada tuhan
kesadaran akan dirinya sebagai hamba tuhan akan muncul
kembali.62 Jadi dzikir sangat bermanfaat bagi seseorang dalam
kehidupan sehari-hari, memberi semangat untuk melakukan
kegiatan yang baik, bisa sebagai terapi jiwa, dapat
menghindarkan dari bahaya, memantapkan iman seorang dan
dapat membawa kita ketempat yang baik didunia maupun
diakhirat.
4. Dzikir Dalam Al-Qur’an
Dzikir merupakan perintah Allah SWT dan bukti ketaatan kita
pada-Nya. Seperti yang di sebutkan dalam surat Al-Ahzab ayat
41- 42:
٢٤ حوهُ ُب ْك و صي ًل ْ َّ ٱذْ ُك ُرو ۟ا ٱ ُّي َها ٱلَّ ِّذين
ِّ ك ثِّي ًرا
َ رة أ ب١٤ ك ََّ َي ل
و ل ءا َمنُو ۟ا ًرا ََأ
س ذ
62
Afif Anshori, Dzikir dan Kedamaian Jiwa, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2003) hlm. 33.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan
menyebu nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. dan
bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.”
Kata bukrah dari segi bahasa berarti awal siang, dan asbilan
adalah masa sesudah ashar menjelang magrib. Kedua kata ini
menggambarkan pangkal dan ujung siang. Dan ini dapat
berarati waktu tertentu dan dapat dipahami sepanjang siang
hari, boleh jadi penekanan sepanjang hari disisni, karena siang
adalah waktu bekerja dan melakukan aneka aktivitas. Jadi
demikian, setiap aktivitas yang dilakukan harus dibarengi oleh
dzikir kepada Allah, yang tentunya tidak harus dalam bentuk
shalat, atau bacaan tertentu.63 Dari ayat dan tafsir yang telah
dijelaskan di atas, maka disebutkan bahwa didalam Al-Qur’an
Allah memerintahkan manusia yang beriman kepada-Nya
untuk memeperbanyak dzikir mengingat Allah SWT. Dzikir
dilakukan sepanjang hari dalam setiap keadaan maupun
aktivitas apapun. Surat Al-A’raf ayat 205:
ُك ا ْل َغا ِّف ِّليEَ وا ص ََل تEُو ل با ْلغُد و َن ا ْل َج ْه َن ْف ِّس َك ُّر واذْ ُك ْر
ِّ ِّ ْ
َن م َن ْن و ِّو م َن ا ْلَق ْْل ا ِّر ودُو ِّخيَفة ي عاEَت
ِّل ض ك
ر
ّب
63
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2004),
hlm. 288
Ayat ini melanjutkan tuntunannya, yaitu dan sebutlah ingat
dan lanjutkan kebiasaanmu menyebut nama Tuhanmu dengan
mantap, sehingga keagungan dan kebesaran-Nya penuh dalam
hatimu ketika mendengar Al-Qur’an atau berdzikir dengan
merendahkan diri dan rasa takut, dan hendaklah dzikir tersebut
dengan tidak mengeraskan suara. Lakukanlah dzikir di waktu
pagi dan petang, yakni sepanjang masa yang memungkinkan
dan janganlah termaksud orang yang lalai. 64 Sejalan dengan
tafsir tersebut, bahwa dalam Al-qur’an surat Al-Araf ayat 205,
diperintah kembali manusia untuk selalu berdzikir kepadanya,
berdzikir tidak perlu dengan suara yang keras, tetapi hanya
dengan mengingat Allah didalam hati saja sepanjang waktu,
agar kita tidak termasuk orang yang lalai dalam mengingat-
Nya. Ayat lain menyebutkan bahwa orang-orang berdzikir
akan mendapatkan ketentraman dalam hati seperti yang di
sebut dalam Al-Qur’an surat Ar-Rad ayat 28:
50
Ingatlah bahwa dengan mengingat Allah, hati menjadi tentram
dan jiwa menjadi tenang, tidak merasa gelisah takut atau
khawatir, karena orang yang senantiasa mengingat Allah
senantiasa melakukan hal-hal baik, dan ia merasa bahagia
dengan kebajikan yang dilakukannya itu.65
Berdasarkan kutipan tafsir tersebut, dengan selalu berdzikir
mengingat Allah, akan menumbuhkan keyakinan yang sangat
kuat dan mendalam kepada Allah SWT. Apapun yang kita
kerjakan didunia dengan selalu mengingat Allah, pastilah kita
merasakan apa yang kita kerjakan selalu ada dalam
pengawasan Allah sehingga kita akan selalu berbuat kebaikan,
dan karena selalu berbuat kebaikan hati juga akan selalu
menjadi tenteram walau yang terjadi menimpa kita. Allah juga
memperingati kerugian bagi orang-orang yang melupakanya
seperti yang di sebutkan dalam firmannya dalam surat Al-
Munafiqun ayat 9:
65
Sonhadji, Zaini Dahlan, Chamim Perwiro, Al-Qur’an Dan
Tafsirnya, (Yogyakarta: PT. Dana Bhaktu Wakaf), hlm. 125.
peringatan ayat ini, maka merekalah orang-orang yang
beruntung dan barang siapa yang berbuat demikian, yakni
melalaikan maka mereka itulah yang jauh dari segala macam
kebajikan, merekalah yang merupakan orang-orang yang rugi
yang sangat besar kerugiannya. Kata dzikir Allah bukan saja
shalat sebagaimana para ulama, tetapi mnecangkup juga dzikir
lisan, atau dzikir secara umum, yakni mengingat Allah dan
larangan-Nya.66
Dengan demikian seperti yang dijelaskan dalam tafsir
diatas, ayat tersebut mengingatkan manusia agar tidak
melalaikan mengingat Allah hanya karena harta dan juga anak-
anakmu. Harta bisa melalaikan manusia, Karena sibuk mencari
harta benda, kita bisa dibuatgelap mata dan hanya berfikir
bagaimana cara mendapatkan harta yang banyak dan akan
berbangga dengan harta yang telah diperoleh. Dan karena
kecintaan dengan seseorang anak, kita akan bekerja lebih giat
agar bisa memenuhi keinginan anaknya. Dan ini bisa membuat
kita menghalalkan berbagai cara dan melalaikan tugas pokok
yaitu beribadah kepada Allah. Oleh karena dengan selalu
berdzikir mengingat Allah kita akan selalu mengingat larangan
dan perinyahnya sehingga terhindar dari kerugian dunia
maupun akhirat. Ayat lain yang menegaskan tentang larangan
melupakan dzikir termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr
ayat 19:
66
Quraish shihab. Op. Cit, hlm.253
EنEوEُس ق
EاEَفEْEهُم ال
ُ Eَ ُولE هEَ سEُفEْ ْم أ َنEُEهEاE َسEَْفأ َن EاEوEُسEَن ّ ِّذEَEلEاEَو َل َُكونُوا ك
ك ئِّ أ َّ ن ل يت
َا
52
67
Ibid, Hlm. 131.
53
5. Macam-Macam Dzikir dan Kalimat Dzikir
a. Macam-macam Dzikir
Athaillah membagi dzikir menjadi tiga bagian. Yaitu
dzikir jali, dzikir khafi, dan dzikir haqiqi: Pertama dzikir
jali ialah suatu perbuatan mengingat Allah SWT dalam
bentuk ucapan-ucapan lisan yang mengandung arti pujian,
rasa syukur, dan doa kepada Allah SWT yang
lebih menampakkan suara yang jelas untuk
menuntu gerakan hati. Misalnya dengan mengucapkan
tahlil (Lailahaillallah), tasbih (Subhanallah), takbir (Allahu
Akbar). Kedua, dzikir khafi ialah dzikir yang dilakukan
secara khusyu oleh ingatan hati, baik disertai dzikir lisan
maupun tidak. Orang yang sudah mampu melakukan
dzikir seperti ini, hatinya merasa senantiasa memiliki
hubungan dengan Allah SWT. Ia selalu merasakan
kehadiran Allah SWT dimana saja. Ketiga, tingkatan yang
paling tinggi adalah dzkir haqiqi, yaitu dzikir yang
dilakukan oleh seluruh jiwa raga, lahiriyan, batiniyah,
kapan dan dimana saja kita berada dengan memperketat
upaya untuk memelihara seluruh jiwa raga dari larangan
Allah SWT dan mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.68
Muh. Mu’inudillah membagi dzikir menjadi 3 bentuk,
diantaranya: Dzikir qalby fikri yaitu berdzikir dengan hati
dan pikiran. Artinya hati memahami apa yang diucapkan
oleh lisan, akal merenungkan makna dan konsekuensinya.
lisan ketika mengucapkan Allahu Akbar, hati berusaha
68
Nur Ghazali, dzikrullah metode dzikir Asmaul Husna (Jakarta:
Yayasan Attadzkir, 2004) hlm.7-8.
menghadirkan kebesaran Allah, pikiran memikirkan
kebesaran Allah, sehingga hati dan pikiran benar-benar
menyakini kebesaran Allah di atas seluruh makhluk-Nya,
maka perintah Allah adalah segala-galanya.
Dzikir lisani, yaitu dzikir dengan mengucapkan
sanjungan, pujian kepada Allah, kalimat tauhid, istighfar,
shalawat yang dibarengi dengan ucapan hati dan pikiran.
Dzikir fi’ly, adalah dzikir dengan perbuatan, yaitu
melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-
Nya dalam rangka taat kepada-Nya. Dzikir yang efektif
adalah dzikir yang memadukan hati, pikiran, lisan, maupun
panca indera, sedang dzikir yang paling minimal adalah
dzikir dengan hati. Adapun dzikir dengan lisan tapi tidak
menghadirkan hati adalah sesuatu yang kosong, sebab Allah
melarang orang mabuk melaksanakan shalat sampai sadar
dan paham apa yang diucapkan.69
Ada berbagai macam bentuk dzikir, para ulama dan ahli
berbedabeda dalam mengklasifikasikan bentuk-bentuk
dzikir diantaranya menurut Harahap dan Dalimunthe70:
1) Dzikir jahr
Dzikir jahr ialah dzikir yang dilakukan dengan suara
keras, dzikir ini juga disebut dzikir lisan yakni dengan
mengucapkan tasbih, tahmid, tahlil, takbir, dan atau
menyebut nama Allah dan sifat-sifatNya.
69
Muh. Mu’inudillah, 24 jam Dzikir dan Doa Rosulullah (Surakarta:
Biladi, 2014) hlm. 40- 41.
70
Harahap, K. Amru dan Dalimunthe, R. Pahlevi, Dahsyatnya Doa
dan Dzikir, (Jakarta: Qultum Media, 2008).
2) Dzikir khafi
Dzikir khafi artinya dzikir yang samar atau dzikir rahasia
atau dzikir dalam hati, sebagaimana telah kita ketahui
bahwa dzikir itu artinya ingat, baik ingat secara lisan
maupun ingat secara hati atau batin. Orang yang
melakukan dzikir khafi atau dzikir hati akan merasakan
kehadiran Allah, jika hendak nmelakukan suatu tindakan
ataupun perbuatan ia meyakini dalam hatinya yang
paling dalam bahwa Allah senantiasa bersamanya.
3) Dzikir af’al
Dzikir af’al (perbuatan) merupakan refleksi dari dzikir
lisan dan dzikir hati, ia merupakan dzikir yang bersifat
dzikir aktif dan berdimensi sosial.
Adapun jenis-jenis dzikir menurut Atta dalam Bukhori,
membagi dzikir menjadi tiga jenis. Pertama, dzikir jail sama
halnya dengan dzikir jahr yakni dzikir dengan lisan. Kedua,
dzikir khafi ialah dzikir yang dilakukan dalam hati. Ketiga,
dzikir haqqi yaitu dzikir yang dilakukan oleh seluruh jiwa
raga, lahiriah dan batiniah, kapan dan dimana saja dengan
memperketat upaya memelihara seluruh jiwa raga dari
larangan Allah SWT dan mengerjakan apa yang
diperintahkan-Nya.71
b. Macam – Macam Kalimat Dzikir
Allah mempunyai nama-nama yang terbaik. Asma
berarti nama-nama, Husna berarti baik atau indah. Jadi,
Asmaul
71
Bukhori, B, Dzikir al-Asma al-Husna: Solusi atas Problem
Agresivitas Remaja, (Semarang: Syiar Media Publishing, 2008).
Husna adalah nama-nama Allah yang baik dan indah.72 Allah
SWT berfirman dalam surat Thaha ayat 8:
َ و ۖ ٱ ْْلَ ه ء ٱ ْلح سنَ ى َٱ َ ل
ُ ُ
س ل َه َّ ل
ٰٓ E{ ل
َما َُّل ه
َ
ْع َملُو َن ْج َز ْو ۟ ا ۚ ٱل ِّئ ِّهۦ َ و ِّ عEَْ ُء ٱ ْل ُح ْس َن ى فَٱدEْٓس َم َٰا
َن ما سُي كانُو ْس
و ن فEُوه ها ّ ِّذي َن ُي ْل ِّحد َِّّ ل
ٰٓ E{ ِّ َ َ
َ وذ رو ۟ا ْل ْ ٱ ل
َُ
َم ى أ
72
Dewi Yana. Op. Cit, hlm 70.
akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka
kerjakan.”
73
Samsul Munir Amin, Op. Cit, hlm. 14.
Allah Maha Kuasa untuk mengangkat hambanya dalam
puncak karirnya, sebaliknya Allah juga kuasa untuk
mengembalikan hamb-Nya dalam jurang kehinaan. Harta
benda, pangkat, jabatan, teman, kerabat bahkan keluarganya
tidak akan dapat menolongnya. Dari penejelasan diatas efek
dari pengamalan dzikir yang didasari hati dan fikiran akan
menghasilkan perilaku yang terpuji karena setiap perbuatanya,
ia akan merasa di bawah pengawasan Allah. Sehingga ia akan
berusaha untuk menjalankan yang diperintah Allah dan
menjauhi larangannya.74
7. Fungsi Dzikir
Dzikir dengan lidah, fikir, perasaan, keyakinan maupun
dengan perbuatan lisan, dapat memberikan fungsi dalam
kehidupan manusia, antara lain:
a. Meneguhkan Iman
Dzikir merupakan sarana untuk selalu ingat kepada
kekuasaan Allah, sehingga dengan sendirinya dapat
berfungsi memantapkan iman. Dalam mengarungi
kehidupan diperlukan pembimbing (pemberi hidayah)
kearah jalan yang lurus. Oleh karena itu ingatlah Allah
(dzikrulah) agar lebih dekat kepada-Nya, karena hanya Dia-
lah yang dapat memberikan hidayah. b. Sumber Energi
Akhlak
74
Dzakiah Azizah Luthfiyana, Dzikir Sebagai Media Dakwah (Studi
Pada Majelis Taklim At Tadzkir Kelurahan Sumberejo Kecamatan Kemiling
Bandar Lampung), Skripsi: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung,
2018.
Dzikir dapat menjadi sumber energi akhlak. Hal ini
dapat dipahami dari hadits Nabi saw. yang
artinya:"Tumbuhkan dalam dirimu sifat-sifat Allah sesuai
dengan kemampuan sifat kemanusiaan”. Dengan demikian,
betapa pentingnya mengingat Allah (dzikrullah), baik dzikir
dengan nama- nama-Nya yang diucapkan dengan lisan,
kemudian maknanya yang ditumbuh suburkan dalam hati
dan diwujudkan dalam amal perbuatan. Dan bila dzikir
telah demikian adanya, maka orang itu akan menjadi
manusia yang baik, berbudi luhur dan dijamin masuk surga.
b. Terhindar Dari Bahaya
Ingat kepada Allah akan terhindar dari bahaya karena
mendapat perlindungan dan pertolongan Allah. Salah satu
contoh adalah peristiwa Nabi Yunus yang tertelan ikan.
Dalam Keadaan yang sangat gelap di malam hari di dalam
perut ikan dan di dalam laut, beliau tetap selalu ingat
kepada Allah.
c. Mendatangkan Nikmat Dan Rahmat
Bagi orang yang selalu berdzikir (ingat) Allah dengan
sesungguhnya, maka Allah akan melimpahkan nikmat dan
rahmat-Nya, serta akan dilapangkan hidupnya
d. Penentram Jiwa
Pada saat seseorang mengalami kegelisahan atau
kegoncangan jiwa karena menghadapi banyak masalah
duniawi, maka obatnya adalah dzikir
e. Dosa Diampuni
Dalam dzikir terdapat ampunan Allah. Ucapan kita yang
berisi dosa semua akan dihapus dengan dzikir lidah. Dosa
perbuatan akan dihapus dengan dzikir perbuatan dan akan
muncul amal saleh. Kemudian dzikir fikir akan menghapus
dosa pikiran karena pikiran yang negatif sehingga berubah
menjadi pikiran posisif. Jadi dzikir memiliki fungsi yang
sangat banyak bagi manusia terutama dalam mengisi
kekosongan batin sehingga mampu menjadi sumber energi
akhlak dan meneguhkan iman.75
C. Konflik Keluarga
75
Ibid
76
Tafsir, Resolusi Konflik, (Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015), cet.
I, 5-6
Indonesia, istilah ini disamakan dengan perselisihan. Frase
yang paling umum dipakai adalah “Para pihak yang
bersengketa.”77
Konflik adalah sesuatu yang inheren dalam setiap
kehidupan manusia, karena manusia diciptakan dengan
kesempurnaan akal. Potensi akal dapat melahirkan perilaku
positif dan negatif.35 Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat
dipahami konflik merupakan pertentangan/ perselisihan yang
terjadi antara dua pihak atau lebih yang disebabkan karena
ketidaksepakatan dalam kepentingan, ide, dan lain-lain.
Menurut Simon Fisher, terdapat enam teori yang berkaitan
dengan penyebab terjadinya konflik. Teori tersebut
diantaranya:
a. Teori hubungan komunitas (Community Relations Theory)
Menurut teori ini, konflik yang terjadi sebagai akibat
adanya krisis kepercayaan serta permusuhan antar
kelompok yang berlainan dalam masyarakat.
b. Teori negosiasi prinsip (Principled Negosiation Theory)
Menurut teori ini bahwa konflik terjadi akibat adanya
perbedaan pandangan dalam melihat sesuatu. Perbedaan ini
muncul sebagai akibat adanya posisi atau kedudukannya
yang berbeda dalam masyarakat.
c. Teori kebutuhan manusia (Human Needs Theory) Menurut
teori ini, konflik yang terjadi bermuara pada kebutuhan
dasar manusia yang tidak terpenuhi atau terhalangi.
Perasaan keamanan, jati diri, pengakuan, peran serta dan
otonomi merupakan inti pembicaraan.
77
Sukendar, Resolusi Konflik di Masa Sahabat Nabi, (Semarang:
Perpustakan Institut Agama Islam Walisongo, 2012), 26-27.
d. Teori identitas (Identity Theory) Teori ini berasumsi bahwa
konflik yang timbul disebabkan karena adanya identitas
yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu
atau penderitaan dimasa lalu yang tidak diselesaikan.
e. Teori kesalahpahaman antar budaya (Intercultural
Miscommunication Theory) Menurut teori ini, konflik yang
terjadi dalam masyarakat bermuara pada ketidakcocokan
dalam cara berkomunikasi diantara berbagai budaya yang
berbeda.
f. Teori transformasi konflik (Conflict Transformation
Theory) Teori yang terakhir ini berasumsi bahwa konflik
timbul sebagai akibat oleh masalah-masalah
ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai
masalah-masalah sosial, budaya, dan ekonomi.78
Adapun pengertian keluarga secara operasional yaitu suatu
struktur yang bersifat khusus, satu sama lain dalam keluarga
mempunyai ikatan, baik lewat hubungan darah atau
pernikahan. Perikatan seperti ini membawa pengaruh adanya
rasa “saling berharap” (mutual expectation) yang sesuai
dengan ajaran agama, dikukuhkan dengan kekuatan hukum
serta secara individu saling mempunyai ikatan batin.79
Maksudnya, keluarga adalah suatu bangunan dengan struktur
sosial tersendiri. Kesuksesan dan efisiensi sebuah masyarakat
bergantung pada stabilitas keluarga dan harmonisasi internal
78
Achmad Romsan, Alternative Dispute Resolution, (Teknik
Penyelesaian
79
Sengketa di Luar Pengadilan), (Malang: Setara Press, 2016), 7-8.
Mardani, Hukum Keluarga Islam Di Indonesia, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016), cet. 1, 24.
didalam rumah tangga.80 Diantara krisis yang terjadi dalam
rumah tangga adalah ketegangan hubungan atau konflik
suami- istri, konflik orang tua dan anak, konflik dengan mertua
atau konflik sesama anak. Ketegangan diantara suami-istri
merupakan krisis yang amat mendasar, sehingga harus segera
diselesaikan.81
80
Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam,
(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2004), 34.
81
Cahyadi Takariawan, Pernik-pernik Rumah Tangga Islami,
(Tatanan dan Perannya Dalam Kehidupan Masyarakat), (Solo: Era Intermedia,
2007), cet.6, 294.
82
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia: Antara
Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan (Jakarta: Prenada Media,
2006), 190.
kewajiban untuk mematuhi suami.83 Nusyuz seorang istri
dapat dilihat dari tingkah si istri seperti: selalu membisu
kalau diajak bicara oleh suaminya, tidak bersedia untuk
bertatap muka dengan suaminya sendiri, bahkan
meninggalkan rumah tanpa seizin suami.84 Nusyuz haram
hukumnya karena menyalahi sesuatu yang telah ditetapkan
didalam Al Qur’an dan Hadits. Meskipun demikian Nusyuz
itu tidak dengan sendirinya memutus perkawinan. Dalam Al
Qur‟an Allah SWT menetapkan beberapa cara menghadapi
kemungkinan terjadinya nusyuz seorang istri. Allah
berfirman:
َحت َِّّص ل
َو نَفُقو ۟ا ض وEَأ ى ُ ٱ ِّء ِّب ٱل ِّن ٱل ِّ ر َجا ُل قَ َّو
َب ْع ه َّ َما َف ل عَلى ُ م و َن
ِّب
َعل سا ُل َب ْع ْم
َما ّل ِّه ْم ۚ َفٱل م ْن أ
ض َل ض َ
ْم َ
ْه ج ى ٱ ْل ضا ِّج ِّع َّن َزهُ َّن ح ت ِّف ْل َغEَقَ ِّن ت
ُ
َم ظو ُروُه َّن وٱ َف ِّع شو َظ ْي ت
ل
ُه ّب ِّف َح
ُ َخافُو َن نEَّ ِّتى ت لّ َما
ظ ٱ َو ٱ ب
ًّي ك ِّبي ًرا ۚ ۗ ِّإ َّن ٱ ْبُغو ۟ا ط ِّهEَ وٱض َف َل تEَِّربُوُه َّن ۖ فَإِّ ْن أ
َن ا َ َّ ْع َن ُك ْم َّن ل
كا ع َّ ل س ِّبي ًل ل علَ ْي
ُل
ّل
83
Amir Syarifuddin, Ibid, 190.
84
Abdul Hadi, Fiqh Munakahat (Pernikahan), (Kendal: Pustaka
Amanah, 2017), cet. Ke-1, 149.
ditempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah
mereka. Tetapi jika mereka tidak menaatimu, maka
janganlah kamu mencari-cari alasan untuk
menyusahkannya. Sungguh Allah Maha Tinggi, Maha
Besar”. (Q.S An-Nisa: 34)
Ayat tersebut menjelaskan bahwasannya Allah
menghendaki pertemuan dua belahan jiwa menjadi
sepasang suami-istri, supaya pertemuan ini dapat
menentramkan, melindungi, dan saling melengkapi diantara
satu dengan yang lain. Sesungguhnya ayat ini ditujukan
dalam rangka mengatur organisasi keluarga (rumah tangga)
dan menjelaskan keistimewaan peranturannya untuk
mencegah terjadinya konflik atau perselisihan antar anggota
keluarga.85 Apabila kemarahan istri sudah sulit diredakan,
maka terdapat tiga tahapan secara kronologis yang harus
dilalui, ketika menghadapi seorang isri yang sedang nusyuz.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam ayat tersebut
diatas: Pertama: bila terlihat tanda-tanda bahwa istri akan
nusyuz, suami harus memberi peringatan dan pengajaran
kepada istrinya, bahwa tindakan nusyuz adalah perbuatan
yang salah dan akan menimbulkan resiko ia tidak akan
mendapatkan haknya. Kedua: bila istri tidak
memperlihatkan perbaikan sikap dan memang secara nyata
nusyuz istri telah terjadi, maka dengan suami melakukan
usaha berikutnya yaitu pisah ranjang. Menurut ulama cara
ini sekaligus meninggalkan
85
Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an dibawah naungan Al
Qur‟an, Jilid 2, (Jakarta: Gema Insani, 2014), cet. 6, 352-356.
komunikasi dengan istri. Namun, tidak boleh melebih dari
tiga hari.
Ketiga: bila dengan pisah ranjang istri belum
memperlihatkan adanya perbaikan, bahkan masih dalam
keadaan nusyuz, maka suami boleh memukul istri dengan
pukulan yang tidak menyakiti. Hal ini sebagai bentuk ta‟dib
atau edukatif, bukan atas dasar kebencian. 86 Suami harus
lebih bersabar ketika menyadarkan atau meredakan
kemarahan istri, sehingga istri dapat kembali lagi
kepelukannya. Apabila kehidupan suamiistri telah kembali
normal, maka suami jangan menjadikan nusyuz istri sebagai
alasan untuk membuat ketegangan lagi.87 Namun, apabila
dengan tiga langkah tersebut masalah belum dapat
diselesaikan, baru suami dibolehkan menempuh jalan lain.
b. Suami Nusyuz
Nusyuz suami mengandung arti pendurhakaan suami
kepada Allah karena telah meninggalkan kewajibannya
terhadap istri. Nusyuz suami terjadi bila ia tidak
melaksanakan kewajibannya terhadap istrinya, baik
kewajiban yang bersifat materi berupa nafaqah atau
meninggalkan kewajiban dalam bentuk non- materi yang
diantaranya mu‟asyarah bil ma‟ruf berupa tidak menggauli
istrinya dengan baik. Dalam arti luas, yaitu menggauli
istrinya dengan cara buruk, berlaku kasar, menyakiti fisik
dan mental istri, tidak melakukan hubungan badaniyah
86
Amir Syarifuddin, Ibid, 192.
87
Abdul Hadi, Fiqh Munakahat, Ibid, 150-151
67
dalam waktu tertentu dan tindakan lain yang bertentangan
dengan asas baik.88 Adapun tindakan yang dapat dilakukan,
dijelaskan dalam Al Qur‟an. Allah berfirman:
ۚ ص ْل ًحا ْيَن ُه ن ُي ْي ِّهEَأ ضا جنَا ْو ِّإEََب ْع لِّ َها ًزا أ ة خEَو ِّإ ِّن ٱ ْم َرأ
َما َح َما َل َح ْع َرا شو ُن ت م ۢن اف
ا َ عل
ص
ّل
ْع ملُو خ ِّبي ًراEَما ت َفإِّ َّن ٱ ْح ِّسنُو ۟ا و نفُ ٱلEَْۗ وأُ ض ٱ ل وٱل ْل
َ َ
َن كا َن ََّ ِّإن تُ ل ت س خ ْي ْح َر ُح
ُّقو ۟اEَتEَل وت ّح ٌر ص
ّب ش
88
89
Ibid., 194
Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam
Di Indonesia, (Studi Krisis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No
1/1974 sampai KHI), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), cet. 5,
211.
69
melakukan nusyuz. Istri sering kali berada pada pihak
difensif/ bertahan dan lemah. Untuk menghentikan sikap
dan tindakan suami maka perlu melibatkan orang ketiga.
Bahkan jika melakukan kekerasan, maka ia dapat
melaporkan ke aparat hukum untuk mencegahnya.
Perdamaian antara suami istri haruslah didatangkan terlebih
dahulu untuk meminimalisir konflik agar tidak sampai ke
tingkat yang lebih parah.90
Dalam Al-Qur’an dan terjemahannya terdapat
keterangan bahwa jalan yang ditempuh apabila suami
nusyuuz seperti acuh tak acuh, tidak mau memenuhi
kewajibannya sebagai seorang suami, maka upaya
perdamaian bisa dilakukan dengan cara istri merelakan
haknya dikurangi untuk sementara agar suaminya bersedia
kembali kepada istrinya dengan baik. Menurut Sajuti
Thalib, ayat diatas dijadikan dasar untuk merumuskan tata
cara dan syarat-syarat bagi taklik talak sebagai bentuk
perjanjian perkawinan, maksudnya untuk mengantisipasi
dan sekaligus sebagai cara untuk menyelesaikan apabila
suami nusyuz. Lebih lanjut Thalib menjelaskan, terdapat
beberapa pendapat mengenai hukum mengadakan
perjanjian dalam perkawinan yang dirumuskan dalam taklik
talak yang terlihat sebagai berikut:
1) Menurut Al Qur‟an berupa anjuran dengan katakata
dalam Al Qur‟an itu berbunyi: “Seyogyanya diadakan
perjanjian dan perjanjian adalah baik”.
90
Abdul Hadi, Fiqh Pernikahan, Ibid, 151-152.
2) Menurut umumnya perumusan fikih hukumnya adalah
dibolehkan atau ibahah.
3) Sedangkan di Indonesia taklik talak itu selalu dimuat
dalam surat (pendaftaran) akan menikah, sehingga
seolah-olah telah diperlakukan sebagai sesuatu yang
wajib dilakukan atau yang menjadi sesuatu yang selalu
ada. Hal ini menurut Prof. Ahmad Rofiq, menurut
anjuran Al Qur‟an harus mengadakan al-shulhu atau
perjanjian perdamaian itu. Bentuknya pun dapat
dirumuskan dalam bentuk taklik talak, tetapi bentuk dan
caranya itu hendaknya diperbaiki sehingga benar-benar
jelas sebagai wujud perjanjian perkawinan dari kedua
belah pihak.91
c. Syiqaq (Perselisihan suami-istri)
Syiqaq mengandung arti percekcokan, perselisihan,
pertengkaran, dan permusuhan yang terjadi antara suami-
istri. Ahmad Rofiq menjelaskan definisi syiqaq adalah
percekcokan atau perselisihan yang terjadi antara suami-
istri. dalam hal ini diperlukan adanya juru damai/ Hakam
yang didatangkan dari kedua belah pihak yang diharapkan
dapat mendamaikan kedua belah pihak dan perbaikan untuk
menyelesaikan persengketaan diantara suami-istri.
pengertian syyiqaq juga tercantum pada Peraturan
Pemerintah RI (PP) Tahun 1975 pelaksanaan Undang-
Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan bab XVI.
91
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Edisi Revisi),
(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2015), cet. Ke-2, 215-216.
Dan didalam KHI Pasal 116 f, yang berbunyi: Apabila
antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan
pertengaran dan tidak ada harapan akan hiidup rukun
kembali dalam rumah tangga. Jadi, menurut hukum syara‟
syiqaq merupakan puncak sengketa suami-istri yang menuju
pada perpecahan. Setelah semua proses perdamaian telah
mengalami jalan buntu, maka masing-masing pihak suami
dan istri mengutus seorang hakam. Karenanya, syiqaq
dalam Undang-Undang termasuk salah satu alasan untuk
gugatan perceraian.92
71
92
Abdul Hadi, Fiqh Munakahat, (Semarang: Karya Abadi Jaya,
2015), cet. 1, 153-154.
71
g. Menyebut nama atau memuji mantan kekasihnya
dihadapan istri,
h. Selalu mementingkan famili sendiri.93
Selain itu, beberapa tindakan istri juga dapat menyebabkan
terjadinya konflik, diantaranya:
a. Bergaul bebas dengan laki-laki lain tanpa sepengetahuan
suami,
b. Mempunyai sifat manja yang terlalu berlebihan,
c. Memerintah suami dengan seenaknya sendiri,
d. Membanggakan kekayaan familinya dihadapan suami,
e. Cemburu buta terhadap suami,
f. Mudah percaya kepada aduan orang lain yang
membicarakan tentang kejelekan sikap dan perilaku suami,
g. Tidak mengurusi rumah tangga dengan baik, hanya
mengandalkan asisten rumah tangga,
h. Selalu mengadukan kesulitan rumah tangga kepada suami,
saat suami dalam keadaan payah,
i. Terlalu mementingkan famili sendiri.94
D. Kerangka Berpikir
Tugas dakwah memang berat tetapi mulia. Berat karena
pada hakikatnya dakwah adalah upaya menggerakan manusia
ke arah hidayah dan kebaikan, melalui al-amr bi al-marûf dan
al-nahy ‘an al-munkar, agar manusia bertemu dengan
kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan terutama, tugas dakwah
adalah misi
93
Ummul Baroroh, Fiqh Keluarga Muslim Indonesia, (Semarang:
Karya Abadi Jaya, 2015), 150
94
Ibid, 151
72
utama para nabi dan rasul, yang menjadi amal yang terbaik
setelah beribadah kepada Allah. Sedangkan disebut mulia
karena dakwah adalah satu-satunya upaya terbaik, yang
menurut Al-‘Adnâniy, mendapat pengakuan Allah dalam Al-
Quran, tidak digunakan untuk aktivitas lain, seperti shalat dan
yang lainnya. Tugas dakwah tersebut melekat pada pribadi
seorang Muslim. Kapan saja dan di mana saja, di pundak
seorang Muslim terdapat beban tanggung jawab dakwah.
Bahkan, setelah menjalani profesi apapun dalam
kehidupannya, seorang Muslim masih berkewajiban untuk
menyampaikan dakwah. Karena hal inilah, wajar jika ada
pernyataan yang menyebutkan nahnu du’ât qabla kulli
syaiin; kita umat Islam adalah juru dakwah sebelum
menjalani apapun profesi lainnya. Majelis dzikir merupakan
sarana yang mempertautkan hati kita kepada Allah swt., dan
mengingat terhadap kematian serta kehidupan akhirat.
Keberadaan majelis dzikir merupakan salah satu bentuk
kelompok sosial dalam masyarakat. Dalam suatu majelis
dzikir ini terjadi interaksi antara satu anggota dengan anggota
lainnya sehingga menimbulkan hubungan yang bersifat timbal-
balik di antara mereka. Manusia memang diciptakan untuk
saling berhubungan, saling mempengaruhi dan saling
menolong dengan manusia lain apabila ia tidak ingin
dikucilkan oleh manusia dalam tatanam masyarakat. Untuk itu
dibutuhkan adanya suatu kelompok atau perkumpulan dalam
masyarakat agar terjalin suatu hubungan. Untuk dapat
dinamakan sebagai kelompok sosial dalam setiap himpunan
manusia. Majlis dzikir
merupakan suatu lembaga yang bersifat non formal dalam
bidang keagaman.
Pada majlis dzikir diharapkan dapat menjalankan fungsinya
dalam mengembangkan sistem nilai dan norma yang dimiliki
Islam.
(Ihsanudin,
2016)
BAB III
Tabel 3.1
Pembina
H.Sanen Susan t o
Ketua
H.Dedi Mulyad i
Pada bab ini peneliti akan membahas data dan temuan lapangan
selama peneliti melakukan penelitian di Majelis Dzikir Zulfaqar
Indonesia Desa Gandasari Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten
Bekasi. Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai satu orang
pimpinan, satu orang petugas, dan satu orang jamaah Majelis
Dzikir Zulfaqar Indoneia Desa Gandasari Kecamatan Cikarang
Barat Kabupaten Bekasi.
A. Data Informan
Berdasarkan data penelitian yang dikumpulkan, peneliti akan
mendeskripsikan temuan penelitian dari satu orang ketua
majelis, satu orang pembina majelis, dan satu orang jama'ah
majelis dzikir Zulfaqar. Adapun data tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut:
No Nama Usia Pendidikan Status/Profesi Penguasaan Informasi
81
B. Temuan Lapangan
1. Keadaan Sosial Keagamaan Jama’ah Majelis Zulfaqar
Indonesia
Pada awal Majelis Dzikir Zulfaqar memulai kegiatan
dakwah, banyak masyarakat menilai bahwa majelis dzikir
zulfaqar adalah aliran yang sesat. Tingkat pengetahuan
keagamaan warga saat itu masih sangatlah rendah. Mayoritas
warga Desa Gandasari Kecamatan Cikarang Barat beragama
Islam, namun hanya islam KTP, banyak warga yang tidak
melaksanakan solat 5 waktu dan perintah agama lainnya,
warga juga masih sangat percaya mitos dan tahayul dari nenek
moyang mereka. Namun dengan pendekatan kepada warga
yang baik, sekarang warga Desa Gandasari Kecamatan
Cikarang Barat telah mengetahui bahwa Majelis Zulfaqar
Indonesia memiliki tujuan yang baik, yaitu untuk mendekatkat
diri kepada Allah.
Terdapat juga jama’ah yang sebelumnya pernah mengikuti
majelis taklim lain, seperti majelis yasinan yang diadakan
setiap minggu di daerahnya, bahkan mengikuti majelis dzikir
yang berbeda. Jama’ah tersebut berpindah karena Mereka
mendapatkan pemahaman dan kenyamanan beribadah yang
berbeda saat ada di majelis dzikir zulfaqar. Majelis Dzikir
Zulfaqar Indonesia hanya memiliki satu tujuan yaitu untuk
mendekatkan diri dan mencari ridho Allah SWT tanpa
membahas perbedaan. Jama’ah diajak untuk beribadah dengan
berdzikir bersama setiap malam senin dan kamis. Berdzikir
dengan khusyuk agar dapat membersihkan jiwa merubah
akhlak menjadi yang lebih baik.
2. Keadaan Pendidikan Jama’ah Majelis Zulfaqar
Pendidikan dalam Islam ditempatkan sebagai sesuatu yang
esensial dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan,
manusia dapat membentuk kepribadiannya. Majelis dzikir
merupakan pendidikan non-formal berupa ajaran agama Islam.
Adanya majelis dzikir di tengah-tengah masyarakat bertujuan
untuk membina dan mengembangkan kehidupan beragama
dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada
Allah SWT, menjadi taman rohani, ajang silaturrahim antara
sesama muslim.
Sebagai lembaga keagamaan Majelis Dzikir Zulfaqar ada
untuk membina jama’ahnya bertauhid kepada Allah,
mengingat Allah dengan selalu berdzikir sehingga
terbentuklah akhlak yang lebih baik, dan juga mempererat tali
silaturahmi sesama umat muslim. Dengan jumlah jama’ah
yang tidak sedikit pasti jama’ah memeliki latar belakang
pendidikan yang berbeda- beda. Dalam segi pengetahuan
agama, Majelis Dzikir Zulfaqar telah memberikan pengajaran
yang tidak ternilai kepada jama’ahnya. Kegiatan rutin
pengajian dzikir setiap minggunya, dirasakan mampu untuk
menggugah hati, jiwa dan fikiran untuk selalu mengingat
Allah SWT, dan untuk memperbaiki akhlak menjadi lebih baik
lagi dimata Allah SWT. Hal ini memberi efek dalam
menggambarkan kesejahteraan hidup jama’ah. Mereka
merasakan kehidupan yang aman dan tentram dalam jiwanya,
serta selalu bersemangat dalam beraktifitas sehari- hari, dalam
bekerja maupun kegiatan lainnya.
83
3. Proses Pelaksanaan Dzikir
Seiring berjalannya waktu, Ustadz Taufiq Sanen diberi
amalan oleh gurunya beristigfar 100x setiap selesai sholat 5
waktu, disitu ia benar-benar melaksanakan amalan tersebut.
Diberi amalan syahadat, sholawat, tasbih sebanyak 33x,
selama 7 tahun ia melaksanakan itu. Muncullah pengobatan
pasien, Ia disarankan oleh gurunya cara membuktikan ilmu
tersebut ia tidak boleh menerima amplop dari pasien selama 1
tahun. Harus ikhlas menolong orang, hingga sampai saat
inipun majelis dzikir zulfaqar tidak memungut biaya
sedikitpun kepada jama’ah dan pasien yang berobat. Menurut
gurunya ketika ia menjadi tabib buka pengobatan tidak boleh
dikasih plang, tidak boleh pasang banner. Harus ada kekuatan
doa yang membuat orang itu datang sendiri yaitu doa zulfaqar.
Diamalkan ba’da isya sebanyak 40x. Kuasa Allah datanglah
pasien, begitu ada pasien yang ingin mendapatkan jodoh,
rezeki dikasih amalan. Berkembanglah majelis dzikir zulfaqar
sehingga masyarakat banyak yang mengenal dan menjadi
jama’ah. bahkan ada masyarakat yang ingin menjadi kepala
desa, bupati, maupun menyembuhkan orang kesurupan, stres.
Dengan izin Allah dikasih Air putih dibacakan do’a oleh
Ustadz Taufiq Sanen Allah kabulkan permintaannya dan
pasien tersebut disembuhkan.
Adapun pengobatan air putih untuk berkah rumah tangga,
anaknya cerdas, konflik rumah tangga bisa rukun tentram, dll.
Cara melaksanakannya air tersebut ditaru di tempat masing-
masing jama’ah. lalu bermunajat minta kepada Allah.
bacaannya subhanallahi wa bihamdihi subhanallahil ‘adzim,
bertasbih 33x, hasbunallah 33x dan doa, adapun susunan
kegiatan yang dilaksanakan majelis dzikir zulfaqar setiap
malam senin dan kamis diantaranya: pertama, diawali baca
surat yasin, dilanjut berdizikir, lalu sholawat mubarok, lalu
sholawat sulthon Mahmud, sholawat nariyah, beristighfar,
setelah itu do’a sekaligus bermuhasabah. Dilanjut ustadz taufik
sanen mengisi kultum, dan menjelaskan makna dari dzikir itu
sendiri, lalu ada Tanya jawab.
BAB V
PEMBAHASAN
95
Purwadarminta, dalam Buku Sudjana S, Metode dan Tehnik
Pembelajaran
96
Partisipatif, (Bandung: FalahProdution, 2010), Hal.7
Ahmad Tafsir, Metodologi pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1996), Hal.34
Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi berdasarkan
wawancara dengan Bapak H. Sanen sebagai pembina jama’ah
majelis:
“Sesuai dengan tujuan utama kita yaitu meningkatkan iman
dan takwa kepada Allah yaa, maka metode dakwah yang
kami lakukan yaitu dengan pengkajian ayat-ayat suci Al-
Qur’an melalui dzikir dan doa bersama untuk
memantapkan ukhwah Islam. Semua aktifitas dakwah yang
kami lakukan dilandasi oleh Al-Qur’an, Hadist dan sunnah
Nabi Muhammad SAW. Tidak ada campur aduk dengan
budaya yang lain atau ajaran-ajaran selain ajaran Agama
Islam. Kemudian kami juga tidak berpolitik, dan tidak
mendukung politik.”97
97
Wawancara dengan H. Sanen Susanto, Pembina Majelis Dzikir
Zulfaqar Indonesia, Pada hari Sabtu 13 Februari 2021, Pukul 18:30.
sholat bagi yang tidak bisa atau masih salah dalam
melaksanakan sholat, dan masih banyak yang lainnya,
masnya kalau mau nanti ikut kegiatan bareng jamaah
gapapa ikut aja.”98
98
Wawancara dengan Dedi Mulyadi, Ketua Majelis Dzikir Zulfaqar
Indonesia, Pada Hari Minggu 14 Februari 2021, Pukul 20:00.
99
Wawancara dengan H. Sanen Susanto, Pembina Majelis Dzikir
Zulfaqar Indonesia, Pada hari Sabtu 13 Februari 2021, Pukul 18:30.
metode dakwah yang digunakan di majelis dzikir tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang dilakukan dengan
maksud untuk menyampaikan keterangan, petunjuk,
pengertian, dan penjelasan tentang sesuatu kepada
pendengar dengan menggunakan lisan. Hal ini dibuktikan
oleh adanya kegiatan-kegiatan ceramah yang sering
dilakukan oleh Majelis Dzikir Zulfaqar Indonesia.
2. Metode Konseling
Metode konseling merupakan wawancara secara individual
dan tatap muka antara konselor sebagai pendakwah dan
klien sebagai mitra dakwah untuk memecahkan maslah
yang dihadapinya. Hal ini dibuktikan oleh adanya kegiatan
pembinaan terhadap jamaah Majelis Dzikir Zulfaqar
Indonesia, dimana didalamnya terdapat unsur-unsur
kegiatan konseling.
3. Metode Pemberdayaan Masyarakat
Salah satu da’wah bil hal (dakwah dengan aksi nyata)
adalah metode pemberdayaan masyarakat yaitu dakwah
dengan upaya untuk membangun daya, dengan cara
mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran
akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk
mengembangkannya dengan dilandasi proses kemandirian.
Metode ini jelas terbukti digunakan oleh Majelis Dzikir
Zulfaqar Indonesia karena pada dasarnya Majelis Dzikir
Zulfaqar senantiasa memberdayakan masyarakat melalui
berbagai kegiatan dakwah dengan aksi nyata seperti dzikir
dan doa bersama, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang telah
peneliti paparkan sebelumnya.
4. Metode Kelembagaan
Metode lainnya dalam da’wah bil hal adalah metode
kelembagaan yaitu pembentukan dan pelestarian norma
dalam wadah organisasi sebagai instrumen dakwah. Untuk
mengubah perilaku anggota melalui institusi, pendakwah
harus melewati proses fungsi-fungsi manajemen yaitu
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
penggerakan (actuating), dan pengendalian (controlling).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti
lakukan, Majelis Dzikir Zulfaqar Indonesia merupakan
sebuah organisasi yang memiliki fungsi-fungsi manajemen
dalam setiap kegiatannya, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, penggerakakan, serta pengendalian.
100
Wawancara dengan Yayah Yuliana, Anggota Majelis Dzikir
Zulfaqar 101
Indonesia, Pada hari Selasa 23 Februari 2021, Pukul 20:30.
Wawancara dengan Yayah Yuliana, Anggota Majelis Dzikir
Zulfaqar Indonesia, Pada hari Selasa 23 Februari 2021, Pukul 20:30.
Selain kebutuhan yang bersifat materi atau perekonomian
keluarga, Yayah juga merasa tidak mendapatkan nafkah bathin
dari suaminya, hal ini diakui Yayah pada saat peneliti
melakukan wawancara dengannya, Yayah mengakui hal
tersebut sebagai berikut:
2. Kesalahpahaman (Misscommunication)
102
Wawancara dengan Yayah Yuliana, Anggota Majelis Dzikir
Zulfaqar Indonesia, Pada hari Selasa 23 Februari 2021, Pukul 20:30.
“Susah mas, saya kalau tidak kasihan sama anak udan
kepikiran pengen cerai. Pokoknya kalau ada masalah terus
ngobrol itu ujung-ujungnya suka berantem, beda pendapat
terus jarang banget diselesain dengan kepala dingin
gitu.”103
103
Wawancara dengan Yayah Yuliana, Anggota Majelis Dzikir
Zulfaqar 104
Indonesia, Pada hari Selasa 23 Februari 2021, Pukul 20:30.
Wawancara dengan Yayah Yuliana, Anggota Majelis Dzikir
Zulfaqar Indonesia, Pada hari Selasa 23 Februari 2021, Pukul 20:30.
3. Negosiasi Prinsip (Principled Negosiation)
105
Wawancara dengan Yayah Yuliana, Anggota Majelis Dzikir
Zulfaqar 106
Indonesia, Pada hari Selasa 23 Februari 2021, Pukul 20:30.
Wawancara dengan Yayah Yuliana, Anggota Majelis Dzikir
Zulfaqar Indonesia, Pada hari Selasa 23 Februari 2021, Pukul 20:30.
Dari pengakuan Yayah diatas dapat peneliti simpulkan
bahwa Yayah merasa bagaimanapun ia menghadapi suaminya
akan tetap tidak bisa merubah keadaan, ia menganggap bahwa
status kepala keluarga menjadi salah satu factor utama yang
membuat dirinya tidak bisa menang ketika berdebat dan
menyampaikan pendapat. Oleh karenanya, teori negosiasi
prinsip ini memang terjadi dalam kehidupan Yayah dimana
perbedaan status antara kepala keluarga dengan anggota
keluarga menjadi Batasan mereka dalam menyelesaikan suatu
permasalahan.
“Iya bener mas, gimana yak mmm kayak egois aja gitu,
kalo saya nilai sih emang gak ada adil-adilnya banget.
Mangkanya itu tadi saya bilang, mau sebener apa juga
saya ngomong tetep aja disalahin, walopun suami saya tau
itu bener tetep aja yang salah mah saya mas”107
95
wawancara
95
yang peneliti lakukakan, Yayah menambahkan penjelasan
mengenai hal ini sebagai berikut:
108
Wawancara dengan Yayah Yuliana, Anggota Majelis Dzikir
Zulfaqar Indonesia, Pada hari Selasa 23 Februari 2021, Pukul 20:30.
96
Peneliti menyimpulkan bahwa dampak adalah segala
sesuatu yang timbul akibat adanya suatu kejadian atau
pembangunan yang ada didalam masyarakat dan menghasilkan
perubahan yang berpengaruh positif ataupun negatif
terhadap kelangsungan hidup. Pengaruh positif berarti
menunjukkan perubahan kearah yang lebih baik, sedangkan
pengaruh negatif berarti menunjukkan perubahan kearah yang
lebih buruk dari sebelum adanya pembangunan yang
dilakukan. Adapun dampak dari metode dakwah yang
digunakan oleh Majelis Dzikir Zulfaqar dapat dilihat dari hasil
wawancara yang peneliti lakukan bersama beberapa pihak
Majelis Dzikir Zulfaqar, berikut adalah penjelasan dari H.
Sanen Susanto sebagai pembina majelis:
“Alhamdulillah mas, kalau perubahan itu sudah pasti ada.
Tapi yang namanya proses kan ngga selalu instan, kalau
jamaah datang dengan sungguh-sungguh dan benar-benar
niat mau berubah, insya Allah banyak sekali manfaat yang
akan didapat”
97
menjemput sebuah perubahan dalam hidupnya. Selain itu, H.
Sanen juga menambahkan penjelasannya sebagai berikut:
“Karena kita ngga iklan dan promosi ya, dan kita juga
bukan sebuah perusahaan yang meraut keuntungan, kita
bergerak atas dasar kemanusiaan yang peka terhadap
masalah- masalah yang banyak terjadi di negara kita
sekarang, jadi yang dating kesini itu atas panggilan
hatinya masing-masing dan sudah memiliki niat untuk
melakuklan perubahan. Jadi kesimpulannya kalau mas
tanya apakah bimbingan yang kita lakukan berdampak
atau tidak, sudah jelas jawabannya sangat berdampak
sekali bagi kehidupan para jamaah majelis”
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan hasil penelitian tentang Dampak
Metode Dakwah Terhadap Keretakan Hubungan Romantis
Keluarga Di Majelis Dzikir Zulfaqar Desa Gandasari
Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi, diperoleh
simpulan sebagai berikut:
1. Metode dakwah yang digunakan oleh Majelis Dzikir
Zulfaqar Indonesia di Desa. Gandasari Kec. Cikarang
Barat Kab. Bekasi adalah sebagai berikut:
a. Metode Ceramah
b. Metode Konseling
c. Metode Pemberdayaan Masyarakat
d. Metode Kelembagaan
2. Keadaan hubungan keluarga jama'ah Majelsi Dzikir
Zulfaqar Indonesia di Desa. Gandasari Kec. Cikarang
Barat Kab. Bekasi kurang baik, banyak sekali konflik yang
terjadi yang disebabkan oleh beberapa faktor berikut:
a. Kebutuhan Manusia (Human Needs)
b. Kesalahpahaman (Misscommunication)
c. Negosiasi Prinsip (Principled Negosiation)
d. Transformasi Konflik (Conflict Transformation)
3. Dampak metode dakwah Majelis Dzikir Zulfaqar
Indonesia di Desa. Gandasari Kec. Cikarang Barat
Kab. Bekasi
Bersifat Positif dalam membantu perbaikan keretakan
hubungan romantic
B. IMPLIKASI
Hasil penelitian ini menjadi gambaran nyata bahwa metode
dakwah sangat penting untuk digunakan dalam berdakwah
serta aktifitas-aktifitas lainnya yang bersifat ajakan untuk
melakukan perubahan kearah yang lebih baik, hasil penelitian
ini juga menjadi gambaran bahwa metode dakwah yang
digunakan oleh Majelis Dzikir Zulfaqar Indonesia dapat
membantu para jama'ah dalam memperbaiki keretakan
hubungan romantis. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
menjadikan para pembimbing agama dan penyuluh agama,
khususnya mahasiswa Bimbingan dan Penyuluhan Islam agar
semakin memahami tentang hal apa yang harus dilakukan
ketika menemui permasalahan seperti ini, sehingga dapat
menjalankan peran sebagai pembimbing atau penyuluh agama
dengan sebaik-baiknya serta memberi manfaat bagi banyak
orang. Penelitian ini juga diharapkan bisa bermanfaat sebagai
bentuk informasi bagi Majelis Dzikir Zulfaqar Indonesia Desa.
Gandasari Kec. Cikarang Barat Kab. Bekasi agar lebih
mengetahui kebutuhan jamaah majelis sehingga dapat
meningkatkan pelayanan pemberdayaan yang lebih baik.
C. SARAN