Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perumahan merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Rumah atau

tempat tinggal, dari zaman ke zaman mengalami perkembangan. Pada zaman

purba manusia  bertempat  bertempat tinggal digua-gua, kemudian

berkembang kemudian berkembang dengan mendirikan dihutan- rumah

dihutan-hutan dan dibawah pohon. Sampai pada abad modern ini manusia

sudah membangun rumah bertingkat diperlengkapi dengan peralat peralatan

yang serba yang serba modern. Rumah pada dasarnya merupakan tempat

hunian yang sangat penting bagi kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekedar

sebagai tempat untuk melepas lelah setelah bekerja seharian, namun

didalamnya terkandung arti yang penting sebagai tempat untuk membangun

kehidupan keluarga sehat dan sejahtera.

Keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan

jkeadaan hiegene dan sanitasi lingkungan. Seperti yang dikemukakan oleh

WHO bahwa perumahan yang tidak "ukup dan terlalu sempi alu sempit

mengakibatkan pula tingginya kajadian penyakit di masyarakat. Rumah yang

sehat rakat. Rumah yang sehat dan layak huni tidak dan layak huni tidak harus

berwuju harus berwujud rumah mewah dan  besar namun ruah yang sederhana
sederhana dapat menjadi menjadi rumah yang sehat dan layak huni. Masalah

perumahan telah diatur dalam undang-undang pemerintahan tentang

perumahan dan pemukiman No. 4/1992 BAB III Pasal 5 ayat 1 yang berbunyi

“Setiap warga $egara mempunyai hak untuk menempati dan atau menikmati

dan atau memiliki rumah yang layak dan lingkungan yang sehat, aman, serasi,

dan teratur”

Rumah yang sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai

derajat kesehatan yang optimu yang optimum. Rumah juga merupakan juga

salah satu salah satu bangunan tempat tinggal yang harus memenuhi kriteria

kenyamanan, keamanan, dan kesehatan guna mendukung  penghuninya agar

dapat bekerja dengan produktif (Munif Arifin, 2009). Rumah yang tidak

memenuhi syarat tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan

kesehatan penyakit berbasis lingkungan, dimana kecendrungannya semakin

meningkat akhir akhir ini. Penyakit - penyakit  berbasis lingkungan masih

merupakan penyebab utama kematian utama kematian di Indonesia. Keadaan

tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi

kesehatan lingkungan (Munif Arifin, 2009).

Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf

kesehatan  jasmani dan rohani yang memudahkan terjadinya penyakit dan

mengurangi daya kerja atau daya produktif seseorang. Timbulnya

permasalahan kesehatan di lingkungan  pemukiman pada  dasarnya

disebabkan karena tingkat tingkat kemampuan ekonomi masyarakat yang


rendah, karena rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan

penghuninya (Noto Atmodjo,2003).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang rumah sehat diharapkan

meningkatnya pengadaan rumah sehat yang integral dengan peningkatan

keadaan sehat masyarakat di Desa Ridogalih.

2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan ini masyarakat diharapkan dapat :

a. Mengetahui pengertian dan ciri-ciri rumah sehat

b. Mengetahui manfaat dan pentingnya rumah sehat

c. Mengetahui tentang teknik rumah sehat

d. mengetahui dampak jika tidak mempunyai rumah sehat

C. Manfaat

a. Manfaat Bagi Masyarakat

Sebagai cara untuk meningkatkan kesehatan dan mengetahui

pentingnya rumah sehat bagi keluarga

b. Manfaat Bagi Terapis

Sebagai penyuluan dan pendidikan kesehatan yang dipilih untuk

mengoptimalkan pentingnya rumah sehat bagi keluarga.


e. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai informasi untuk akademisi dan sebagai bahan kepustakaan,

khususnya bagi mahasiswa Ilmu Keperawatan.

f. Manfaat Bagi Pemerintahan Desa

Sebagai acuan dalam implementasi pengadaan rumah sehat yang

integral dengan peningkatan keadaan sehat masyarakat di Desa

Ridogalih.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Penyuluhan dan Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian

Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan mandiri

keperawatan untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun

masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan

pembelajaran yang didalamnya perawat sebagai perawat pendidik

(Suliha,dkk,2002). Menurut Notoatmodjo (2010) pendidikan kesehatan

adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar

masyarakat mau melakukan tindakan - tindakan untuk memelihara, dan

meningkatkan taraf kesehatannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan

kesehatan adalah suatu bentuk kegiatan dengan menyampaikan materi

tentang kesehatan yang bertujuan untuk mengubah perilaku sasaran.

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan (Nursalam dan Efendi, 2008) yaitu : Terjadi

perubahan sikap dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus dan

masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat serta

berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal

3. Sasaran Pendidikan Kesehatan


Menurut Notoatmodjo (2003) sasaran pendidikan kesehatan dibagi

dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu :

a. Sasaran primer (Primary Target)

Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya

pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan

kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi, kepala

keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk

masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), anak sekolah untuk kesehatan

remaja, dan juga sebagainya.

b. Sasaran sekunder (Secondary Target)

Yang termasuk dalam sasaran ini adalah para tokoh masyarakat, tokoh

agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran sekunder, karena

dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok ini

diharapkan untuk nantinya kelompok ini akan memberikan pendidikan

kesehatan kepada masyarakat di sekitarnya.

c. Sasaran tersier (Tertiary Target)

Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat,

maupun daerah. Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang

dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak langsung

terhadap perilaku tokoh masyarakat dan kepada masyarakat umum.


4. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari 3 dimensi

menurut Fitriani (2011) yaitu;

a. Dimensi sasaran

1) Pendidikan kesehatan individu dengan sasarannya adalah

individu.

2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasarannya adalah

kelompok masyarakat tertentu.

3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasarannya adalah

masyarakat luas.

b. Dimensi tempat pelaksanaan

1) Pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan sasarannya adalah

pasien dan keluarga

2) Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasarannya adalah

pelajar.

3) Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan

sasarannya adalah masyarakat atau pekerja.

c. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan

1) Pendidikan kesehatan untuk promosi kesehatan (Health

Promotion), misal : peningkatan gizi, perbaikan sanitasi

lingkungan, gaya hidup dan sebagainya.

2) Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus (Specific

Protection) misal : imunisasi


3) Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat

(Early diagnostic and prompt treatment) misal : dengan

pengobatan layak dan sempurna dapat menghindari dari resiko

kecacatan.

4) Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation) misal :

dengan memulihkan kondisi cacat melalui latihan - latihan

tertentu

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan

Kesehatan

J. Guilbert dalam Nursalam dan Efendi (2008) mengelompokkan

faktorfaktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan kesehatan

yaitu:

a. Faktor materi

Hal yang dipelajari yang meliputi kurangnya persiapan, kurangnya

penguasaan materi yang akan dijelaskan oleh pemberi materi,

penampilan yang kurang meyakinkan sasaran, bahasa yang digunakan

kurang dapat dimengerti oleh sasaran, suara pemberi materi yang

terlalu kecil, dan penampilan materi yang monoton sehingga

membosankan.

b. Faktor lingkungan, dikelompokkan menjadi dua yaitu :

1) Lingkungan fisik yang terdiri atas suhu,kelembaban udara,dan

kondisi tempat belajar.


2) Lingkungan sosial yaitu manusia dengan segala interaksinya

serta representasinya seperti keramaian atau kegaduhan,

lalulintas, pasar dan sebagainya

c. Faktor Instrument

Faktor instrument yang terdiri atas perangkat keras (hardware) seperti

perlengkapan belajar alat - alat peraga dan perangkat lunak (software)

seperti kurikulum (dalam pendidikan formal), pengajar atau fasilitator

belajar, serta metode belajar mengajar.

d. Faktor kondisi individu subjek belajar, yang meliputi kondisi

fisiologis seperti kondisi panca indra (terutama pendengaran dan

penglihatan) dan kondisi psikologis, misalnya intelegensi,

pengamatan,daya tangkap, ingatan, motivasi, dan sebaginya.

B. Rumah Sehat

1. Pengertian

Rumah bagi manusia memilik arti sebagai tempat untuk melepas lelah,

beristirahat setelah penat elah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari,

sebagai tempat bergaul dengan keluarga, sebagai tempat untuk melindungi

diri dari bahaya, sebagai lambang status sosial, tempat sosial, tempat

menyimpan kekayaan (Azwar,1996).

Rumah adalah struktur fisik atau bangunan sebagai tempat berlindung,

dimana lingkungan dari struktur tersebut berguna untuk kesehatan jasmani

dan rohani serta keadaan sosialnya baik nya baik untuk kesehatan keluarga

dan Individu (WHO dalam Keman, 2005).


Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi

syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air

bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah,

ventilasi yang baik yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan

lantai rumah yang tidak terbuat tidak terbuat dari tanah (Depkes RI, 2003).

Dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat

berlindung dan  beristirahat yang menumbuhkan kehidupan sehat  secara

fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota seluruh anggota keluarga

dapat memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

Beberapa faktor yang mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar

rumah (Azwar,1996)

1. Lingkungan dimana masyarakat itu berada, baik fisik, biologis,

sosial. Suatu daerah dengan lingkungan fisik pegunungan, tentu saja

perumahan berbeda dengan perumahan daerah pantai. Selanjutnya

msyarakat yang bertempat tinggal di daerah lingkungan biologis

yang banyak hewan buasnya tentu saja mempunyai bentuk rumah

yang lebih terlindung, disbanding dengan perumahan dilingkungan

biologis yang tidak ada hewan buasnya. Demikian pun lingkungan

social seperti adat, kepercataan dan lainnya, banyak yang

memberikan pengaruh bentuk rumah yang didirikan.

2. Tingkat social ekonomi masyarakat, ditandai dengan pendapatan

yang dipunyai, kesediaannya bahan bangunan yang dapat

dimanfaatkan dan atau dibeli dan lain sebagainya.


3. Tingkat kemajuan teknologi yang dimiliki, terutama teknologi

bangunan. Masyarakat yang telah maju teknologinya, mampu

membangun perubahan yang lebih komplek dibandingkan

masyarakat yang masih sederhana.

4. Kebijaksanaan pemerintah tentang perumahan menyangkut tata-

guna tanah, program pembangunan, perumahan (rumah sederhana,

rumah susun (rusun), rumah toko (ruko), rumah kantor (rukan)).

2. Syarat Rumah Sehat

Rumah sehat menurut Winslow dan APHA (Amarican public health

association) harus memiliki syarat, antara lain :

a. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan

(ventilasi), ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan/suara yang

mengganggu.

b. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain cukup aman dan nyaman

bagi masing-masing penghuni rumah, privasi yang cukup, komunikasi

yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah, lingkungan

tempat tinggal yang memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama.

c. Memenuhi persyaratan pencaratan penularan penyakit antar penghuni

rumah dengan  penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah

rumah tangga, bebas vector  penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang

berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan

minuman dari pencemaran.


d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang

timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah. Termasuk dalam

persyaratan ini antara lain  bangunan yang kokoh, terhindar dari bahaya

kebakar, tidak menyebabkan keracunan gas, terlindung dari kecelakaan

lalu lintas, dan lain sebagainya.

3. Parameter dan Indikator Penilaian Rumah Sehat

Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah

sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan kesehatan perumahan. meliputi 6

lingkup kelompok komponen penilaian, yaitu :

a. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi,

sarana pembuangan asap dapur dan pencahayaan.

b. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, pembuangan kotoran,

pembuangan air limbah, sarana tempat pembuangan sampah.

c. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela ruangan dirumah,

membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja ke jamban, membuang

sampah  pada tempat sampah.

Adapun aspek komponen rumah yang memenuhi syarat rumah sehat adalah :

a. Langit-langit

Adapun persayaratan untuk langit-langit yang baik adalah dapat menahan

debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap, harus menutup rata kerangka

atap serta mudah dibersihkan.


b. Dinding

Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat dinding sendiri,

beban tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul harus dapat

memikul beban diatasnya, dinding harus terpisah dari pondasi oleh lapisan

kedap air agar air tanah tidak meresap naik  sehingga dinding terhindar

dari basah, lembab dan tampak bersih tidak berlumut.

c. Lantai

Lantai harus kuat untuk menahan beban diatasnya, tidak licin, stabil waktu

dipijak, perubahan lantai mudah dibersihkan. Menurut sanropie (1989),

lantai tanah sebaiknya tidak digunakan lagi sebab bila musim hujan akan

lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan atau penyakit terhadap

penghuninya. Untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah disebaiknya

lantai ditinggikan kurang lebih 20cm dari permukaan tanah.

d. Pembagian ruangan / tata ruang

Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai dengan

fungsinya. Adapun syarat pembagian ruangan yang baik adalah :

- Ruang untuk istirahat&tidur

Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur orang tua

dengan kamar  tidur anak, terutama anak usia dewasa. Tersedianya

jumlah kamar yang cukup dengan luas ruangan sekurangnya 8 m2 dan

dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang agar dapat memenuhi

kebutuhan penghuninya untuk melakukan kegiatan.


- Ruang Dapur

Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena asap dari hasil

pembakaran dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan.

Ruang dapur harus memiliki ventilasi yang baik agar udara/asap dari

dapur dapat teralirkan keluar.

- Kamar mandi dan jamban keluarga

Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit memiliki satu lubang

ventilasi untuk   berhubungan dengan udara luar.

e. Ventilasi

Ventilasi ialah proses penyediaan udara segar ke dalam suatu ruangan

dan pengeluaran udara kotor suatu ruangan baik alamiah maupun secara

buatan.

Ventilasi harus lancar  diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk

yang dapat merugikan kesehatan.

Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat-syarat,

diantaranya :

- Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan.

Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup)

minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi 10% kali luas lantai ruangan.

- Udara yang masuk harus udara yang bersih, tida dicemari oleh asap

kendaraan, dari pabrik, sampah, debu dan lainnya.


- Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan dua

lubang jendela berhadapan antara dua dinding ruangan hingga proses

aliran udara lebih lancer.

f. Pencahayaan

Cahaya yang cukup kuat untuk penerangan didalam rumah merupakan

kebutuhan manusia. Penerangan ini dapat diperoleh dengan pengaturan

cahaya alami dan cahaya  buatan. yang perlu diperhatikan, pencahayaan

jangan sampai menimbulkan kesilauan.

- Pencahayaan alamiah

Penerangan alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam

ruangan melalui jendela, celah maupun bagian lain dari rumah yang

terbuka, selain untuk   penerangan,  penerangan, sinar ini juga

mengurangi mengurangi kelembaban ruangan, mengusir  nyamuk  atau

serangga lainnya dan membunuh kuman penyebab penyakit tertentu

(Azwar, 1996).

- Pencahayaan Buatan

Penerangan dengan menggunakan sumber cahaya buatan, seperti

lampu minyak  tanah, listrik dan sebagainya (Azwar,1996).

g. Luas bangunan Rumah

Luas bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni didalamnya,

artinya luas bangunan harus sesuai dengan penghuninya. Luas bangunan


yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan

kepadatan jumlah penghuni (overcrowded).

Dilihat dari aspek sarana sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan

berkaitan dengan perumahan sehat adalah sebagai berikut :

- Sarana air bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehar-hari yang

kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila

dapat dimasak. Di Indonesia standar untuk air bersih diatur dalam

Permenkes RI No. 01/ Birhubmas/ 1/1975 (Chandra,2009).

- Jamban (sarana pembuangan kotoran)

Pembuangan kotoran yaitu suatu pembuangan yang digunakan oleh

keluarga atau sejumlah keluarga untu buang air besar.

- Pembuangan air limbah (SPAL)

Air limbah adalah cairan buangan yang bersal dari rumah tangga,

industry, dan tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan

atau zat yang membahayakan kehidupan manusia serta menggangu

kelestarian lingkungan (Chandra,2007)

- Sampah

Sampah adalah semua produk sisa dalam bentuk padat sebagai akibat

aktivitas manusia, yang dianggap sudah tidak bermanfaat Entjang

(2000).
BAB III

PENGORGANISASIAN

A. Definisi

Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan dan

pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diiperlukan untuk mencapai tujuan,

menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas, menyediakan alat-alat yang

diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada

setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang rumah sehat diharapkan

meningkatnya pengadaan rumah sehat yang integral dengan peningkatan

keadaan sehat masyarakat di Desa Ridogalih.

2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan ini masyarakat diharapkan dapat :

a. Mengetahui pengertian dan ciri-ciri rumah sehat

b. Mengetahui manfaat dan pentingnya rumah sehat

c. Mengetahui tentang teknik rumah sehat

d. Mengetahui cara pemeliharaan rumah sehat

C. Aktivitas dan tindakan

Aktivitas pendidikan adalah mengetahui tenteng rumah sehat untuk

mengoptimalkan kesehatan rumah sehat pada masyarakat.


D. Tugas dan Wewenang

1. pemimpin kelompok (Leader)

a. menyusun rencana aktivitas kelompok (proposal)

b. mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan

c. menjelaskan mengenai rumah sehat

d. mempasilitasi setiap anggota untuk mengajukan pendapat dan

memberikan umpan balik

e. sebagai role model

f. memotifasi setiap anggota untuk mengikuti kegiatan

g. menetralisis bila ada masalah yang timbul dalam kelompok

2. Pembantu pemimpin kelompok (co-leader)

a. Mendampingi leader

b. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas klien

c. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan yang

telah dibuat

d. Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking dalam

proses terapi

3. Fasilitator

a. Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung

b. Membantu pemimpin memfasilitasi anggota untuk berperan aktif dan

memotivasi anggota yang kurang aktif

c. Memfokuskan kegiatan mengenai rumah sehat

d. Membantu mengoordinasi anggota kelompok


4. Observer

a. Mengobservasi jalannya proses kegiatan

b. Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan non verbal klien selama

kegiatan berlangsung

c. Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses,

hingga penutupan.

E. Susunan Kepanitiaan dan Organisasi TAK

1. Susunan Kepanitiaan

Pembimbing : 1. Ns. Angga Saeful Rahmat, S.Kep.,

M.Kep., Sp.Kep.Kom

2. Ns. Aprilina Sartika, S.Kep., M.Kes

3. Ns. Beatrix Elizabeth, S.Kep., M.Kep

4. Ns. Ika Juita Giyaningtyas, S.Kep.,

M.Kep

Ketua Pelaksana : Suci Dewi Utami

Sekretaris : 1. Devi Ayu Anggraeni

2. Maya Novita

Bendahara : Nurfadilah

Seksi Acara : 1. Bayu Tri Harryana

2. Iqbal Rizki Ananda

Seksi Kegiatan : 1. Ahmad Maulana

2. Siti Ning Setiyowati


Seksi Konsumsi : 1. Wulandari

2. Chatrine Caroline

Seksi Logistik : 1. Amay Aria

2. Syamsul Hudo

3. Iwan Setiawan

4. Melisa Ayu Lestari

Seksi Dokumentasi : 1. Heni Wulandari

2. Arfan Dadi

Seksi Ilmiah : 1. Ade Putri Andani

2. Leyla Suri Handayani

3. Marjaya

4. Muhammad Yazid Bustomi

Seksi Humas : 1. Andriansyah

2. Nur Asiah

F. Waktu dan Tempat Kegiatan

1. Hari/tanggal :

2. Jam :

3. Tempat :

G. Peraturan Kegiatan

1. Tata tertib pelaksanaan pendidikan kesehatan rumah sehat

a. Peserta bersedia mengikuti pendidikan kesehatan sampai dengan selesai

b. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara pendidikan kesehatan dimulai


c. Peserta tidak diperkenankan makan, minum, selama kegiatan pendidikan

kesehatan berlangsung

d. Jika ingin mengajukan/ menjawab pertanyaan, peserta mengangkat

tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh leader

e. Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan dari kegiatan

f. Peserta dilarang meninggalkan tempat sebelum acara pendidikan

kesehatan selesai

g. Apabila waktu yang ditentukan untuk melaksanakan pendidikan

kesehatan telah habis, sedangkan kegiatan belum selesai, maka leader

akan meminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu

pendidikan kesehatan kepada anggota.

2. Antisipasi kejadian yang tidak diinginkan pada proses pendidikan kesehatan

a. Penanganan klien yang tidak aktif saat pendidikan kesehatan

1) Memanggil klien

2) Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan

perawat atau klien yang lain

b. Bila klien meninggalkan tempat tanpa pamit

1) Panggil nama klien

H. Alat

a. Proyektor

b. Power point

c. Pengeras suara

d. Media (leaflet)
I. Metode

a. Ceramah (Penjelasan pengertian, ciri-ciri, manfaat dan pentingnya rumah

sehat)

J. Langkah Kegiatan

a. Prainteraksi

1) Memilih klien sesuai dengan indikasi

2) Membuat kontrak dengan klien

3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

b. Orientasi

1) Mengucapkan salam terapeutik

2) Perkenalkan nama dan nama panggilan perawat

3) Menanyakan nama dan nama panggilan klien

4) Menanyakan kabar dan perasaan klien saat ini

5) Kontrak

c. Kerja

1) Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu rumah sehat

2) Jika semua sudah paham, perawat menjelaskan terkait pengertian

kesehatan rumah sehat, manfaat, ciri-ciri dan pentingnya rumah sehat.

d. Terminasi

1) Evaluasi
a) Perawat menanyakan perasaan klien setelah mengikuti pendidikan

kesehatan

b) Perawat menanyakan pengertian rumah sehat dan manfaatnya

c) Perawat meminta peserta untuk menjelaskan tentang rumah sehat

2) Tindak lanjut

Perawat meminta klien untuk perawatan rumah sehat

3) Kontrak

a) Menyepakati pendidikan kesehatan yang akan datang bagi klien

yang terlibat

b) Menyepakati waktu dan tempat bagi klien yang terlibat

K. Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi dilakukan saat proses pendidikan kesehatan berlangsung,

khususnya pada tahap kerja dan tahap terminasi. Aspek yang di evaluasi adalah

kemampuan klien sesuai dengan tujuan pendidikan kesehatan. Data tersebut

kemudian dimasukkan ke dalam formulir evaluasi yang terlampir.

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien pendidikan kesehatan pada

catatan proses keperawatan tiap klien.

Anda mungkin juga menyukai