AL-QUR’AN
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Studi Al-Qur’an dan
Hadits
Disusun Oleh:
Miqdad (12010230018)
Firdaus Asrori Mashum (12010230023)
Segala puji bagi Allah Swt yang telah melimpahkan segala macam nikmat dan
karuniak-Nya sehingga penulis dapat menyalesaikan apa yang sudah seharusnya
menjadi tugas seorang mahasiswa, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Konsep Keluarga Sakinah, Mawaddah Wa Rahmah Dalam Al-Qur’an”.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi kita Nabi
Agung Muhammad saw, yang kita nanti-nantikan syafaatnya kelak di hari akhir.
Akhir kata, semoga makalah ini nantinya menjadi manfaat bagi penulis dan
pembaca dikemudian hari. Amin yaa robbal ‘alamin.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam agama islam, yang dengan sangat keras melarang dan mengancam
pelakunya. Hal ini di karenakan zina menyebabkan simpang siurnya suatu
keturunan, terjadinya kejahatan terhadap keturunan, dan juga yang akan
menyebabkan berantakannya sebuah keluarga, hingga tercabutnya akar
kekeluargaan dengan menyebarnya penyakit menular, merajalelanya nafsu, dan
maraknya keburukan moral. Maha besar Allah Swt.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah?
2. Apa tujuan berkeluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah?
3. Bagaimana dasar pembinaan keluarga dalam Al-Qur’an?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah.
2. Untuk mengetahui tujuan berkeluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah.
3. Untuk mengetahui dasar pembinaa keluarga dalam Al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
4. Rahmah
Secara etimologi rahmah adalah dari akar kata َر ِح َمdalam kamus Al-
Muqoyyis yang artinya adalah Ar-Riqqoh (Kelembutan), Al-Athfu
(pengasihan), dan Ar-Ra’fatu (Kemurahan hati). Kata rahmah, setelah diadopsi
dalam bahasa Indonesia ejaannya disesuaikan menjadi rahmat yang berarti
kelembutan hati dan perasaan empati yang mendorong seseorang melakukan
kebaikan kepada pihak lain yang patut dikasihi dan disayangi. Karena itu,
kedamaian dan kesejukan berumah tangga akan terbina dengan baik, harmonis
serta penuh kasih dan semangat berkorban bagi yang lain
(Nazaruddin, 2020a, p. 14)
.
Menurut Soelaeman, bahwa rahmah atau ampunan dalam keluarga
muncul dari proses kesabaran dan pengorbanan suami-isteri dalam membina
rumah tangga sehingga menghasilkan rahmah atau karunia sebagai bentuk
karunia yang diberikan oleh Allah Swt sebagai bentuk cinta tertinggi dalam
keluarga, sebab rahmah tidak akan pernah terwujud apabila suami isteri saling
mendurhakai (Purba, 2018, p. 15).
Berdasarkan teori diatas penulis menyimpulkan, bahwa keluarga sakinah
mawaddah warahmah merupakan sebuah kondisi keluarga yang sangat ideal yang
terbentuk berlandaskan Al-Qur’an dan sunnah untuk mencapai kebahagiaan di
dunia dan akhirat, keluarga yang akan terwujud jika para anggota keluarga dapat
memenuhi kewajiban-kewajiban terhadap Allah, terhadap diri sendiri, terhadap
keluarga, terhadap masyarakat dan terhadap lingkungannya sesuai ajaran Al-Qur’an
dan Sunnah Rasul. Dengan kata lain, semua anggota keluarga harus saling menjaga
keharmonisan keluarga serta saling cinta yang tidak hanya sekedar cinta terhadap
hawa nafsu semata atau dorongan seksual saja tetapi juga mengarahkan kepada
cinta kepada Allah Swt yang mana masing masing pihak dalam keluarga harus bisa
menjaga satu sama lain dalam aspek keimanan dan ibadah guna mewujudkan
keluarga yang samawa.
B. Tujuan Keluarga Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah
Keluarga adalah jiwa masyarakat dan tulang punggungnya. Kesejahteraan
lahir dan batin yang dinikmati oleh suatu bangsa, atau sebaliknya, kebodohan dan
keterbelakangannya, adalah cerminan dari keadaan keluarga-keluarga yang hidup
pada masyarakat bangsa tersebut. Itulah antara lain yang menjadi sebab sehingga
agama Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap pembinaan
keluarga, perhatian yang sepadan dengan perhatiannya terhadap kehidupan individu
serta kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Terkait hal ini, bisa ditemukan
dalam banyak ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi saw, petunjuk-petunjuk yang sangat
jelas menyangkut hakikat tersebut. Allah Swt menganjurkan agar kehidupan
keluarga menjadi bahan pemikiran setiap insan dan hendaknya darinya dapat ditarik
pelajaran berharga.Terkait tujuan dari pernikahan dan berkeluarga Al-Qur’an
menegaskan dalam beberapa ayat di QS.30:21 dan QS.16:72.
Islam sebagai agama yang tujuan utamanya adalah kebahagiaan di dunia dan
diakhirat. Islam sangat mementingkan pembinaan pribadi dan keluarga. Pribadi
yang baik akan melahirkan keluarga yang baik, sebaliknya pribadi yang rusak akan
melahirkankeluarga yang rusak. Demikian juga seterusnya, apabila keluarga baik,
maka akan melahirkan negara yang baik. Manusia diberi mandat atau amanah oleh
Allah sebagai mandataris-Nya. Manusia ditantang untuk menemukan, memahami
dan menguasai hukum alam yang sudah digariskan-Nya, sehingga dengan usahanya
itu ia dapat mengeksploitasinya untuk tujuan-tujuan yang baik.
Dalam konteks tujuan membangun keluarga sakinah, mawaddah, wa
rahmah terdapat dalam surat Ar-Rum ayat 21 yang merupakan satu-satunya ayat
yang memuat konsep sakinah, mawadah, dan rahmat. Untuk lebih jelasnya persepsi
menganai ayat ini, berikut pandangan mufassir:
1. Imam Ibnu Katsir
َو ِم ۡن اَٰيِتِهٓۦ َأۡن َخ َلَق َلُك م ِّم ۡن َأنُف ِس ُك ۡم َأۡز َٰو جًا ِّلَتۡس ُك ُنٓو ْا ِإَلۡي َه ا َوَجَع َبۡي َنُك م َّم َّدًة َوَرۡح َم ًۚة ِإَّن يِف
َو َل َء
“Firman Allah (“ )َوِم ۡن َء اَٰي ِتِهٓۦ َأۡن َخ َلَق َلُك م ِّم ۡن َأنُفِس ُك ۡم َأۡز َٰو جًاDan di antara tanda-
tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istrimu dari jenismu
sendiri”. Dia menciptakan bagi kalian kaum wanita dari jenis kalian sendiri
yang kelak mereka menjadi istri-istri kalian. (“ )ِّلَتۡس ُكُنٓو ْا ِإَلۡي َه اsupaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya” Semakna dengan apa yang
disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: ( ُهَو ٱَّلِذ ي َخ َلَقُك م ِّم ن َّنۡف ٖس َٰو ِح َد ٖة َو َجَعَل
“ )ِم ۡن َها َز ۡو َجَها ِلَيۡس ُك َن ِإَلۡي َهۖاDialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan
darinya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya”. (Al-
A'raf: 189). Yang dimaksud adalah ibu Hawwa’. Allah menciptakannya dari
Adam as, yaitu dari tulang rusuknya yang terpendek dari sebelah kirinya.
Seandainya Allah menjadikan semua Bani Adam terdiri dari laki-laki, dan
menjadikan pasangan mereka dari jenis lain yang bukan dari jenis manusia,
misalnya jin atau hewan, maka pastilah tidak akan terjadi kerukunan dan
kecenderungan di antara mereka dan tidak akan terjadi pula perkawinan.
Bahkan sebaliknya yang terjadi adalah saling bertentangan dan saling
berpaling, seandainya mereka berpasangan bukan dari makhluk sesama
manusia. Termasuk di antara rahmat Allah yang sempurna kepada anak-anak
Adam ialah Dia menjadikan pasangan (istri) mereka dari jenis mereka sendiri,
dan menjadikan rasa kasih dan sayang di antara pasangan-pasangan itu. Karena
adakalanya seorang lelaki itu tetap memegang wanita karena cinta kepadanya
atau karena sayang kepadanya, karena mempunyai anak darinya, atau
sebaliknya kerena seorang wanita masih memerlukan perlindungan dari
seorang lelaki atau memerlukan nafkah darinya, atau keduanya saling
menyukai, dan alasan lainnya” (Katsir, 1998, p. 439).
2. Imam Jarir Ath-Thabari