Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KINERJA

PENYULUH AGAMA ISLAM


PENGENTASAN KELUARGA SAKINAH
SEMOGA KITA SENANTIASA DALAM KASIH SAYANG ALLAH

OLEH:

PAF KAB. PROBOLINGGO


PENGERTIAN KELUARGA SAKINAH
Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat, keluarga merupakan kelompok sosial yang
terdiri atas dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan darah atau perkawinan yang berfungsi
sebagai wahana untuk mewujudkan kehidupan yang tentram, aman, damai dan sejahtera dalam
suasana cinta dan kasih sayang diantara anggota-anggotanya (Mulyati, 2004: 39).
Menurut konsep Islam keluarga adalah satu kesatuan hubungan antara laki-laki dan perempuan
melalui akad nikah sesuai dengan ajaran Islam, dengan adanya akad nikah pernikahan tersebut
dimaksudkan agar anak dan keturunan yang dihasilkan menjadi sah secara hukum agama (Faqih,
2001 : 70). Islam adalah agama yang memberikan perhatian besar terhadap pentingnya keluarga,
agama Islam mengatur bagaimana terbentuknya sebuah keluarga, pembagian ke kerja dalam
keluarga, mendidik keluarga dan hal-hal lain yang berhubungan dengan keluarga, hal-hal ini
dijelaskan dalam al- Quran dan hadis yang merupakan sumber dari hukum Islam.
Sakinah berasal dari kata sakana yang berarti ketenangan dan ketentraman lawan kata dari
kegoncangan. Dalam al-Quran kata sakinah yang berarti tentram dapat ditemukan dalam surah ar-
Rum ayat 21 yang artinya:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir. (Q.S. ar-Rum ayat 21).
Ayat di atas menjelaskan bahwa tujuan dari sebuah pernikahan adalah mewujudkan keluarga
sakinah (tentram), ayat di atas kemudian menjelaskan bahwa di dalam sebuah keluarga yang
sakinah (tentram) terdapat mawaddah dan rahmah.

Kata mawaddah dan rahmah seringkali diterjemahkan menjadi “kasih dan sayang”, kedua
kata ini mempunyai arti yang sama, namun ada yang membedakan arti keduanya bahwa
mawaddah berarti kasih sayang yang didasari oleh sifat jasmani seperti kecantikan dan
ketampanan, sedangkan rahmah adalah sesuatu yang didasari oleh yang bersifat rohani
(hubungan bathin) (Ilyas. 2003 : 160). Dengan demikian mawaddah dapat ditemukan pada
pasangan yang baru menikah karena masih muda sehingga memiliki fisik yang masih
bagus, sedangkan untuk pasangan yang sudah tua yang tersisa adalah rahmah yang didasari
oleh hati), namun idealnya kedua-duanya ( mawaddah dan rahmah) mestilah berjalan
bersama-sama, pasangan yang masih muda hendaklah membina kasih sayang yang didasari
oleh rohani (rahmah) juga, tidak hanya berfokus kepada kasih sayang yang didasari jasmani
atau fisik belaka agar dikemudian hari ketika fisik telah berubah kasih sayang tetap ada
KELUARGA SAKINAH
Istilah keluarga sakinah adalah dua kata yang saling melengkapi, sakinah merupakan
kata sifat yang menyifati keluarga, dengan demikian keluarga sakinah adalah
sekelompok orang yang tinggal bersama dalam keadaan tentram dan tenang baik lahir
maupun bathin yang dilandasi dengan cinta dan kasih sayang (mawaddah dan rahmah).
Atas pengertian tersebut, maka keluarga sakinah adalah keluarga yang dibina
berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat hidup lahir batin, spiritual
dan materiil yang layak, mampu menciptakan suasana saling cinta, kasih, saying
(mawaddah wa rahmah ), selaras, serasi, dan seimbang, serta mampu menanamkan dan
melaksanakan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan, amal saleh, dan akhlak mulia dalam
lingkup keluarga dan masyarakat lingkungannya (Subhan. 2004 : 6).
Dapat disederhanakan bahwa keluarga sakînah adalah keluarga yang berawal dari rasa
cinta (mawaddah) yang dimiliki oleh kedua suami-istri, kemudianberkembang menjadi
kasih sayang ( rahmah) yang setiap keluarga ketika anggota keluarga tersebut semakin
bertambah anggotanya, hingga terciptanya ketenangan dan kedamaian hidup (Chadijah.
2018 : 116).
Setiap keluarga pastinya mendambakan keluarga yang sakinah di mana seorang suami
ataupun istri seharusnya menemukan ketentraman dan ketenangan hati, kepuasan batin
serta cinta di dalam rumahnya. Demi terwujudnya sebuah keluarga yang sakinah maka sangat
diperlukan kebersamaan dan sikap saling berbagi antar sesama anggota keluarga terutama
suami dan istri, jika suami dan istri telah mampu bekerja sama mewujudkan keluarga sakinah
maka anak-anak yang lahir dan tinggal di keluarga tersebut akan menjadi anak-anak yang
memiliki kehidupan yang tenang dan tentram sehingga mudah
bagi mereka untuk belajar dan mewujudkan cita-citanya karena berada dalam kondisi
keluarga yang tentram, bahagia dan penuh cinta.

Keluarga sakinah menjadi dambaan setiap keluarga, akan tetapi keluarga sakinah tidak
terbentuk tanpa kerjasama setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan pondasi awal
kehidupan manusia,oleh sebab itu pembinaan keluarga merupakan hal yang sangat penting
dan mendapatkan perhatian yang tinggi dalam Islam karena keluarga sakinah merupakan
salah satu pilar dasar masyarakat Islam, dimana sebuah keluarga merupakan tempat
pengasuhan alami yang sanggup memelihara anak yang sedang tumbuh yang mampu
mengembangkan fisik, daya nalar dan jiwa mereka.
SELENGKAPNYA PILAR KELUARGA YANG LAIN DIKEMUKAKAN OLEH
DIREKTUR BINA KUA DAN KELUARGA SAKINAH. 2017 : 9-10), YAITU :

1. Perkawinan adalah berpasangan (zawai). Suami dan istri laksana dua sayap burung yang
memungkinkan terbang, saling melengkapi, saling menopang, dan saling kerjasama. Dalam
ungkapan Al Quran, suami adalah pakaian bagi istri dan istri adalah pakaian bagi suami (QS. Al
Baqarah/2:187).
2. Perkawinan adalah ikatan yang kokoh (mitsaqan ghalizhan) sebagaimana dinyatakan dalam
QS. An Nisa (4) : 21 sehingga bisa menyangga seluruh sendi-sendi kehidupan rumah tangga.
Kedua pihak diharapkan menjaga ikatan ini dengan segala upaya yang dimiliki. Tidak bisa yang
satu menjaga dengan erat, sementara yang lainnya melemahkannya.
3. Perkawinan harus dipelihara melalui sikap dan perilaku saling berbuat baik (muasyarah bil
ma’ruf) sebagaimana QS. An Nisa/4:19 bahwa seorang suami harus selalu berpikir, berupaya,
dan melakukan segala yang terbaik untuk istri. Begitupun sang istri berbuat hal yang sama
kepada suaminya.
4. Perkawinan mesti dikelola dengan musyawarah (QS. Al Baqarah/2:23). Musyawarah adalah
cara yang sehat untuk berkomunikasi, meminta masukan, menghormati pandangan pasangan,
mengambil keputusan yang terbaik.
PERNIKAHAN SEBAGAI AWAL
PEMBENTUKAN KELUARGA

Pernikahan Sebagai Awal Pembentukan Keluarga

Dalam Islam sebuah keluarga terbentuk mula-mula dengan adanya ikatan pernikahan,
tentunya agama Islam mengatur secara detail mengenai hukum pernikahan, karena
pernikahan adalah langkah awal dari terbentuknya sebuah keluarga.
Pernikahan dalam Islam berarti suatu ikatan lahir antara dua orang, laki-laki dan
perempuan, untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan keturunan yang
dilangsungkan menurut ketentuan syari’at Islam.
Pernikahan ini merupakan tahapan untuk memasuki suatu realitas kehidupan yang
sesungguhnya yaitu yang menghubungkan antara yang satu dan yang lain, bukan saja
secara fisik tapi juga spiritual, intelektual maupun kultural.Ia adalah kehidupan yang
selalu menuntut kontak sepanjang siang dan malam dan kombinasi penuh yang
mempengaruhi selera, keinginan, kebutuhan, dan hubungan keduanya (Kartubi. 2007 : 34)
DALAM UNDANG-UNDANG RI NOMOR 1 TAHUN
1974 TENTANG PERKAWINAN BAB I PASAL 1

Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria


dengan seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Mengenai sahnya perkawinan dan pencatatan perkawinan terdapat
pada pasal 2 UU Perkawinan, yang berbunyi:

1. Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum


masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu;
2. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM
Pasal 2 dinyatakan bahwa perkawinan dalam hukum Islam adalah “Pernikahan
yaitu akad yang sangat kuat untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya
merupakan Ibadah”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernikahan adalah sebuah ikatan lahir
dan batin antara pria dan wanita masing-masing menjadi suami dan istri dalam
rangka memperoleh
kebahagian hidup dan membangun keluarga.

Oleh karenanya, perkawinan manusia harus mengikuti tata cara yang normative
dan legal. Dalam perkawinan bukan hanya menyatukan dua pasangan manusia
melainkan mengikatkan tali perjanjian yang suci atas nama Allah SWT, bahwa
kedua mempelai berniat membangun rumah tangga yang sakinah, tenteram, dan
dipenuhi oleh rasa cinta dan kasih sayang (Abdullah dan Saebani, 2013 : 18-19).
Dalam Islam pembentukan sebuah keluarga dimulai dari pernikahan,
pernikahan merupakan embrio awal dari pembentukan keluarga sakinah,
dengan adanya pernikahan diharapkan dua orang yang berbeda menyatukan
visi dan misi untuk membangun sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia.

Adapun upaya untuk membangun keluarga yang harmonis dan bahagia tersebut
antara lain :
a. Mampu menjaga kelangsungan hidup manusia dengan jalan berkembang biak
dan berketurunan.
b. Mampu menjaga suami istri untuk tidak terjerumus dalam perbuatan nista dan
mampu mengekang syahwat serta menahan pandangan dari sesuatu yang
diharamkan.
c. Mampu menenangkan dan menentramkan jiwa.
d. Mampu menumbuhkan rasa tanggung jawab antara suami istri dalam
pengelolaan rumah tangga, serta dalam pembagian tugas dan tanggung jawab
masing-masing dalam mengupayakan keluarga dan pemeliharaan anak-anak.
e. Mematangkan kepribadian dan kedewasaan.
f. Mampu membuat wanita melaksanakan tugasnya sesuaidengan tabiat
kewanitaan yang diciptakan.
TUJUAN PERNIKAHAN
a. Memenuhi tuntutan naluri fitrah manusia. Perkawinan adalah fitrah manusia, maka
jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini yaitu dengan aqad nikah (melalui jenjang
perkawinan), bukan dengan cara yang menyimpang dari ajaran Islam seperti zina dll.
b. Dari sisi hukum, pernikahan bukan hanya sekedar untuk keabsahan melakukan
persetubuhan, tetapi lebih jauh dari itu bertujuan untuk mencapai sesuatu yang lebih luhur
karena memang pernikahan itu dipandang sebagai persetujuan perikatan atau kontrak.
c. Secara sosial, pernikahan itu sendiri berhasil mengangkat derajat seseorang ke tingkat
yang lebih tinggi di masyarakat dibanding dengan kondisinya sebelum melangsungkan
perkawinan.
d. Mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah (tentram cinta), dan
rahmah (kasih sayang).
e. Memiliki keturunan dan keluarga yang sah serta mengikuti sunnah Nabi Muhammad
S.A.W.
f. Agar setiap manusia baik laki-laki atau perempuan dapat memperoleh kebahagian menuju
kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat, di bawah naungan cinta kasih dan ridha Ilahi.
g. Membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Untuk itu, suami istri saling membantu dan
melengkapi, agar masing- masing dapat mengembangkan kepribadiannya membantu dan
mencapai kesejahteraan spiritual dan materiil.
h. Meningkatkan ibadah kepada Allah. Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk
beribadah kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama manusia. Dari sudut pandan
FUNGSI PENYULUH AGAMA ISLAM
DALAM BIMBINGAN PENYULUHAN PEMBERANTASAN
BUTA AKSARA AL-QUR’AN

1. Fungsi Informatif
Penyuluh menyampaikan tentang banyaknya metode yg bisa dipakai untuk mengajar
baca tulis Al-Qur’an, menjadi pengurus LPTQ, menyampaikan info-info berkaitan izin
pendirian TPQ
2. Fungsi Konsultattif
Penyuluh menjadi tempat konsultasi jika ada masyarakat yang bertanya tentang seputar
hukum bacaan Al-Qur’an.

3. Fungsi Edukatif
Penyuluh bisa menjadi pengajar Al-Qur’an.

4. Fungsi Advokatif
Penyuluh menjadi penengah jika terjadi masalah perbedaan bacaan Al-Qur’an, ada
mushaf Al-Qur’an yang salah cetak segera melaporkan ke lajnah pentashih mushaf Al-
Qur’an
SEKIAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai