Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islamic Education
Yang dibina oleh BapakTitis Thoriquttyas, M.Pd.I
OLEH :
PENDAHULUAN
PEMBAHSAN
Jika laki-laki dan perempuan diangap sebagai diri yang satu dalam dua
raga yang berbeda (Q.S An-Nisa’: 1), maka keterpasangan keduanya ibarat
burung dan kedua sayapnya. Badan burung hanya akan dapat terbang apabila
memiliki sayap kanan dan kiri. Kedua sayap ini saling membutuhkan agar
badan burung dapat terbang. Setiap manusia, baik laki-laki maupun
perempuan, wajar menginginkan memiliki pasangan. Sebelum dewasa,
dorongan ini umumnya sudah timbul, dan menjadi amat kuat saat manusia
mencapai kedewasaannya. Agar dorongan ini tersalurkan dnegan benar dan
membawa efek positif, maka islam mensyariatkan dijalinnya keberpasangan
tersebut dalam bingkai pernikahan. Dari bentuk hubungan yang sah ini
kemudian akan muncul rasa tentram atau sakinah pada laki-laki dan
perempuan, sebagaiman firman Allah SWT dalam surah Ar-Rum: 21 :
Artinya :”Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya lah ia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar tanda-tanda bagi kaum
yang berpikir”.
Dalam proses ta’aruf, pihak pria dan wanita dipersilahkan untuk saling
menanyakan berbagai hal yang ingin diketahui, terutama terkait dengan
keinginan masing-masing saat menjalani pernikahan nanti. Masing-masing
pihak juga diperbolehkan, bahkan disarankan untuk melihat wajah calon
pendamping dengan seksama. Hal ini dimaksudkan untuk menimbulkan
kemantapan dan agar tidak terjadi kekecewaan di lain hari. Dalam hal apapun,
masing-masing pihak diwajibkan untuk berkata jujur.
2.3 Menjaga ‘Iffah (Kesucian Diri) dengan Tidak Pacaran dan Tidak Berzina
Menurut KBBI (Edisi Ketiga, 2002), pacar adalah kekasih atau teman
(lawan jenis) yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih.
Adapun berpacaran adalah becintaan; (atau) berkasih-kasihan (dengan sang
pacar). Pacaran adalah suatu aktivitas yang dilakukan untuk menemukan dan
mendapatkan pasangan dari lawan jenis yang disukai, yang dirasakan nyaman,
dan dapat mereka nikahi pendapat yang berbeda. Pacaran dalam pandangan
penulis adalah aktivitas cinta kasih yang dilakukan oleh laki-laki dan
perempuan tanpa ikatan pernikahan.
a. Keuntungan pacaran
1. Belajar mengenal karakter lawan jenis
2. Mendapatkan perhatian lebih dari orang lain, yakni pacar.
3. Mudah menemukan tempat menyampaikan keluhan, unek-unek atau
curhat berbagai permasalahan yang dihadapi kepada pacar.
4. Memiliki tempat berbagi di saat suka dan duka
5. Tidak kesepian karena ada yang setia menemani kapanpun dan
dimanapun
6. Ada yang mentraktir makan, minum, pulsa, dan sebagainya
7. Antar-jemput atau ojek gratis
8. Sarana mencari pendamping hidup agar mengenal dia dan tidak
salah pilih
9. Senang dan bahagia karena bias menyalurkan rasa cinta dan diintai
10. Menimbulkan motivasi atau semangat hidup
11. Sarana untuk menyalurkan “hasrat” atau nafsu seksual
Bila dikaji lebih lanjut, keuntungan pacaran di atas
sesungguhnya tidak sepenuhnya berlaku pada sepasang pacar. Malah
keuntungan bagi si pacar sangat mungkin menjadi kerugian bagi
pacarnya. Sebagi contoh, keuntungan nomor enam dan tujuh
(umumnya) merupakan keuntungan pihak perempuan, tapi kerugian di
pihak laki-laki. Sebagai kompensasinya, pihak laki-laki mungkin
mencari nomor sebelas sebagai keuntungannya. Terlepas dari itu,
dalam perspektif Islam, keuntungan nomor sebelas sebenarnya
merupakan kerugian karena mengakibatkan dosa besar.
Adapun keuntungan pertama sampai kelima ternyata dapat
juga diperoleh dari selain pacar, yaitu sahabat dekat atau keluarga.
Selain itu, keuntungan nomor delapan juga layak dipertanyakan.
Meski sering diutarakan pelaku pacaran, keuntungan ini ternyata
sering kali tidak terjadi. Penyebabnya adalah para pelaku pacaran
cenderung menutupi sifat atau prilaku buruknya agar tidak ditinggal
pacarnya.
b. Kerugian Pacaran
Meskipun pacaran dilakukan suka sama suka, tapi aktivitas ini
juga menimbulkan sejumlah dampak negative pada diri pelaku dan
orang terdekatnya. Kerugian-kerugian tersebut antara lain:
1. Mengurangi waktu untuk diri sendiri
2. Menghambat kinerja otak karena hanya memikirkan satu obyek
saja (pacar)
3. Mendorong orang untuk berbohong agar tidak merugikan dirinya
4. Menghabiskan uang, seperti untuk beli pulsa, bensin, makanan,
dan jalanjalan
5. Menghambat cita-cita, karena waktu dan pikiran banyak yang
tercurah kepada pacar
6. Berternak dosa. Hampir semua aktivitas dalam pacaran
menimbulkan dosa
7. Hati menjadi resah dan tidak tenang karena telah memperbanyak
dosa
8. Perasaan resah dan gelisah karena cemburu dan takut ditinggal
pacar.
9. Memunculkan fitnah, bila berduaan di dalam rumah bias digrebek
warga
10. Hilangnya keperawanan dan keperjakaan bila tidak mampu
mengendalikan nafsu
11. Menimbulkan aib bagi keluarga bila sampai terjadi hamil di luar
nikah
12. Menunda pernikahan karena keasyikan berpacaran
13. Menimbulkan efek sakit hati, bahkan bunuh diri apabila “putus”
cinta
14. Membatasi pergaulan dan wawasan karena dilarang pacar
15. Terjadi kekerasan dalam pacaran (KDP), baik fisik maupun psikis
16. Menyebabkan konflik dengan orang tua bila hubungan tersebut
tidak disetujui
17. Menganggu kuliah atau studi, tidak selesai tepat waktu bahwa drop
out.
Beragam kerugian pacaran di atas tidak selalu terjadi pada
setiap pelaku pacaran, tergantung pada gaya pacaran mereka.
Meskipun begitum, sejumlah kerugian hampir pasti dialami oleh
pelaku pacaran, yakni: pengeluaran bertambah, berternak dosa, sakit
hati karena cemburu, dan mengurangi waktu berkarya.
KESIMPULAN
3.1 Simpulan
1. Cinta seorang laki-laki kepada wanita dan sebaliknya adalah perasaan
yang manusiawi yang bersumber dari fitrah yang diciptakan oleh Allah
SWT di dalam jiwa manusia. Perasaan cinta akan membawa kebaikan
pada manusia bila disalurkan hanya dalam bingkai pernikahan. Karena di
dalam pernikahan, hampir semua bentuk interaksi antara laki-laki dan
perempuan menjadi halal, bahkan bernilai pahala apabila dilakukan karena
Allah SWT.
2. Hal utama yang harus dijadikan patokan dalam mencari pendamping
hidup adalah agama yang satu paket dengan akhlak yang baik. Cara
mencari jodoh yang disyariatkan dalam Islam adalah ta’aruf atau
perkenalan dimana terjadi proses pertemuan/perkenalan seorang pria dan
wanita dalam suasana terhormat ditemani pihak ketiga dengan tujuan
mencari pendamping hidup.
3. Keluarga berkah adalah keluarga yang baik, yang membawa kebaikan
pada diri mereka dan orang lain. Untuk memperoleh keluarga yang berkah
banyak hal yang perlu untuk dilakukan baik sebelum menikah, sesudah
menikah, dan ketika membina sebuah rumah tangga.
4. Poligami adalah perkawinan antara seorang laki-laki dengan lebih dari
seorang wanita dalam waktu yang sama. Nikah yang batas waktunya
ditentukan berdasarkan kesepakatan para pelaku di Indonesia dikenal
dengan nama nikah kontrak. Dalam istilah fikih dikenal dengan sebutan
nikah mut’ah dan hukumnya haram. Wanita muslim tidak halal kawin
dengan laki-laki bukan muslim, baik ia seorang musyrik, hindu, ahli kitab
(Nasrani, Yahudi), atau beragam lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Y., Sultoni, A., Huda, A. Y. M., Nasih, A.M., Syafaat, Kholidah, L.N.,
Sjafrudin, A.R., Zain, M., Murtadho,N., Kholisin, Khasairi, M., Ma’sum,
A., Jazimah, Thoha, A.R.M., Nurhidayati, Mahlifatussikah, H., Maziyah,
L., Ahsanudin, M., Huda, I.S., dan Irhamni. 2014. Pendidikan Islam
Transformatif: Membentuk Pribadi Berkarakter. Malang : Dream Litera