Anda di halaman 1dari 11

LUNTURNYA PANCASILA DI ERA

MILLENIAL

Dosen Pengampu :
Ibu Setyowati

MAKALAH

Disusun Oleh kelompok 7 :


Ahmad Raihan Sabiq ( 190110401077 )
Muhammad Syahrijal Dian M ( 190810201205 )
Fairul Alviansyah Maulidzi ( 170810301049 )
Yanwar Adi Pratama ( 190803101020 )
Nur Halizah Salsabila ( 190810201192 )
Chindy Noer Aulya ( 170810301118 )
Nur Rohmatus Sholihah ( 190210301044 )

UNIVERSITAS JEMBER
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah yang berjudul
“LUNTURNYA PANCASILA DI ERA MILLENIAL” ini dibuat untuk memenuhi tugas
Pancasila.
Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, serta seluruh masyarakat khususnya para mahasiswa untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kemudian makalah kami ini dapat kami
perbaiki dan menjadi lebih baik lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Kami juga
yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kritik serta saran
dari pembaca, untuk menjadikan makalah ini lebih baik ke depannya.

Jember, Maret 2020


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di era global dengan ciri dunia tanpa batas, dunia datar (dunia maya) secara langsung
maupun tidak langsung banyak ideologi asing yang gencar menerpa masyarakat Indonesia.
Hal ini terkadang tidak disadari oleh masyarakat kita, bahkan mereka banyak yang
menganggap bahwa nilai-nilai dan ideologi asing justru menjadi pandangan hidupnya seperti
materialisme, hedonisme, konsumerisme. Materialisme dalam hal ini diartikan sebagai sikap
hidup yang mengagungkan materi atau benda-benda. Ukuran keberhasilan atau kesuksesan
seseorang dipandang dari sudut materi yang dimiliki (uang, harta benda/kekayaan) sehingga
sering mengabaikan etos kerja dan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian lama kelamaan
orang menjadi kurang menghargai orang lain dari sisi spiritualitasnya (seseorang dihargai
karena kekayaan materi, bukan kekayaan batin yang dimiliki). Hedonisme adalah suatu
paham dan sikap hidup yang mengejar kenikmatan dan kesenangan duniawi dengan orientasi
pada pemuasan kebutuhan hidup secara fisik, seperti senang menikmati makanan
mahal/berkelas, gaya hidup metropolit dengan dunia gemerlap di mana seks bebas, merokok,
narkoba, minum alkohol menjadi bagian yang sering tak dapat dipisahkan. Gejala yang lain,
kecenderungan masyarakat Indonesia yang tampak menggejala saat ini adalah
konsumerisme, yaitu suatu sikap dan gaya hidup yang lebih senang berposisi sebagai
pengguna (konsumen) dari pada produsen. Kecenderungan konsumtif yang berlebihan
ditandai dengan membeli atau memiliki barang barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan,
melainkan sekedar karena diinginkan (Rukiyati dkk. 2012).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana pandangan generasi millennial terhadap Pancasila ?
2. Mengapa nilai Pancasila luntur di generasi millennial ?
3. Bagaimana peran Pancasila kepada generasi millennial ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1. Untuk mengetahui pandangan generasi millennial terhadap Pancasila
2. Untuk mengetahui lunturnya Pancasila di generasi millennial
3. Untuk mengetahui peran Pancasila kepada generasi millennial
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PANDANGAN GENERASI MILLENIAL TERHADAP PANCASILA


Pancasila sebagai ideologi negara telah disepakati oleh the founding fathers sejak tahun
1945. Namun nilai-nilai Pancasila tidak berarti telah serta merta terinternalisasi dalam diri
bangsa Indonesia. Bahkan, untuk beberapa lama, Pancasila sepertinya hanya menjadi ungkapan
simbolis kenegaraan tanpa jelas implementasinya, baik dalam kehidupan kenegaraan maupun
kemasyarakatan. Penafsiran Pancasila pun kadang menjadi bermacam-macam tergantung
golongannya bahkan tergantung pada arus politik yang berkuasa (Maftuh, 2008). Pancasila
sebagai ideologi nasional mengatasi faham perseorangan, golongan, suku bangsa, dan agama.
Sehingga semboyan ‘Bhineka Tungga Ika’ diterapkan bagi segala masyarakat Indonesia dalam
kesatuan yang utuh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila sebagai ideologi nasional
berupaya meletakkan kepentingan bangsa dan negara Indonesia ditempatkan dalam kedudukan
utama di atas kepentingan yang lainnya (Asamaroini, 2017). Esensi Pancasila terdiri atas
Ketuhanan sebagai esensi sila pertama; kemanusiaan sebagai esensi sila kedua;persatuan sebagai
esensi sila ketiga; kerakyatan sebagai esensi sila keempat; dan keadilan sebagai esensi sila
kelima. Dengan demikian secara ontologis esensi sila-sila Pancasila mendasarkan pada landasan
sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil.
Karakteristik Generasi milenial berbeda-beda Antara yang satu dengan yang lain, hal ini
dipengaruhi wilayah dan kondisi sosial ekonomi. Generasi ini umumnya ditandai oleh
peningkatan penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital yang
berdampak besar dalam kehidupanya, adapun ciri ciri dari generasi milenial adalah:
1. Gampang bosan pada barang yang dibeli.Generasi millenial memang punya jurus kalap
dan gerak cepat kalau sedang keluar produk baru.Dengan mudah mereka mengakses
internet, tinggal pencet, dan dapatlah akhirnya barang yang diidam, namun generasi
millennial mudah bosan dengan barang yang mereka miliki.
2. No Gadget No Life. Generasi milenial baik tua atau muda, gadget saat ini menjadi hal
yang tidak bisa dipisahkan dengan mereka. Dngan gadgetemudahan-kemudahan
ditawarkan, ditambah dengan akses internet tak terbatas membuat generasi milenial betah
berselancar dengan gadgetnya. Bukan itu saja, dalam dunia pendidikan dan dunia kerja
saat ini rasanya tak lengkap jika tidak memanfaatkan kecanggihan teknologi. Tidak
heran, kalau masyarakat khususnya generasi milenial tidak bisa melepas gadget dari
genggaman.
3. Hobi melakukan pembayaran non-cash. Kecanggihan teknologi tidak hanya ada pada
ponsel pintar atau gadget lainnya. Bahkan saat ini pun dalam melakukan transaksi juga
makin modern. Berkembangnya model non-tunai dalam bertransaksi ternyata nggak
disia-siakan oleh generasi milenial, bahkan lebih dari separuh generasi millennial lebih
suka bertransaksi non-cash.
4. Suka dengan yang serba cepat dan instan. Perkembangan tenologi telah mempengaruhi
generasi millennial untuk mendapatkan hal yang diingin tanpa menunggu lama. Selain
itu, mobilitas yang padat semakin membuat mereka memilih yang serba instan dan tak
merepotkan.
5. Memilih pengalaman daripada asset. Generasi millennial lebih suka menghabiskan uang
untuk mendapat pengalaman tertentu dibanding menabung untuk menambah aset. Contoh
generasi millennial lebih memilih jalan-jalan keliling Indonesia dan dunia daripada
menabung untuk berinvestasi.
6. Berbeda perilaku dalam grup satu dan yang lain.Dengan kemajuan teknologi banyak
aplikasi aplikasi berbasis chat, semua orang pun bisa ngobrol dengan banyak teman
sekaligus dalam fitur group chat,sadar atau tidak, kebanyakan generasi millennials punya
'wajah' atau pembawaan yang berbeda antara ketika ia dengan grup satu dengan ketika
berada di grup yang lain.
7. Pandai multitasking. Generasi millennials ternyata sangat pandai melakukan beberapa
tugas bersamaan. Mobilitas serta aktivitas yang tinggi membuat mereka terbiasa
melakukan banyak hal dengan cepat.
8. Kritis terhadap fenomena sosial. Generasi milenial banyak menghabiskan waktu untuk
berselancar di dunia maya dengan perangkat pintarnya. Dari situlah mereka banyak
mendapatkan informasi di seluruh dunia, tak heran kalau generasi millennials sekarang
lebih aktif untuk beropini di media sosial mengenai berita yang sedang hangat
dibicarakan.
9. Suka memposting setiap kegiatan. Setiap kegiatan yang dilakukan generasi millennial,
ada keinginan untuk memposting kegiatan tersebut.
10. Sharing is cool. Generasi suka berbagi apapun, tidak peduli sekedar hal kecil.

2.2 LUNTURNYA PANCASILA DI GENERASI MILLENIAL


Di era milenial ini, Indonesia seolah lupa terhadap jati dirinya. Tanpa disadari,
nilai-nilai Pancasila semakin terlupakan oleh masyarakat Indonesia. Hal itu membuat
identitas bangsa cepat atau lambat semakin memudar digerus perubahan zaman. Arus
globalisasi yang semakin berkembang dengan pesat,dimana negara-negara saling
bersaing dalam memajukan negaranya, membawa dampak yang begitu luar biasa
terhadap dinamika kehidupan masyarakat, mulai dari kalangan anak-anak, kalangan
muda sampai generasi tua.
Nilai- nilai luhur Pancasila mulai memudar dan meredup pelaksanaannya. Hal ini
terjadi lebih dikarenakan oleh adanya globalisasi yang melanda Indonesia. Masyarakat
terbius akan kenikmatan hedonisme yang dibawa oleh paham baru yang masuk sehingga
lupa dari mana, di mana, dan untuk siapa sebenarnya mereka hidup. Seakan-akan mereka
melupakan bangsanya sendiri yang dibangun dengan semangat juang yang gigih dan
tanpa memandang perbedaan.
Ini tentu sangat buruk bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, seakan mayarakat
sengaja melupakan perjuangan bangsa, berbaur dengan budaya asing dan bahkan ikut
membanggakannya. Mungkin sejarah perjuangan bangsa hanya akan ada dibuku tanpa
diingat oleh bangsanya. Mungkin terdengar sangat kejam bagaimana bisa seluruh
keringat, waktu dan pengorbanan nyawa yang dikorbankan demi bangsa justru malah
dilupakan bangsanya sendiri. Para pejuang memerdekakan Indonesia, merumuskan nilai-
nilai luhur bangsa dan membentuk jati diri bangsa bukanlah perkara mudah. Sebagai
generasi penerus yang hanya penikmat dari hasil perjuangan seharusnya kita bangga,
menjaga dan melestarikan apa yang menjadi nilai moral dan jati diri bangsa.

2.3 PERAN PANCASILA TERHADAP GENERASI MILLENIAL


Pancasila sebagai falsafah hidup menginginkan agar moral Pancasila menjadi
moral kehidupan negara dalam arti menuntut penyelenggara dan penyelenggaraan negara
menghargai dan menaati prinsip-prinsip moral atau etika politik. Sebagai
konsekuensinya, negara tunduk kepada moral dan wajib mengamalkannya. Moral
menjadi norma tindakan dan kebijaksanaan Negara sehingga perlu dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan.
Moral Pancasila memberikan inspirasi dan menjadi pembimbing dalam
pembuatan undang-undang yang mengatur kehidupan negara, menetapkan lembaga-
lembaga negara dan tugas mereka masing-masing, serta hubungan kerja sama diantara
mereka, hak-hak dan kedudukan warga negara, dan hubungan warga negara dan negara
dalam iklim semangat kemanusiaan.
Akan tetapi, hal tersebut tidak berarti bahwa semua norma moral harus dijadikan
norma yuridis. Norma moral ditetapkan menjadi norma hokum positif selama norma itu
mengatur tindakan-tindakan lahiriah yang menyangkut masyarakat. Sementara itu,
masalah yang semata-mata batiniah merupakan urusan pribadi warga negara. Hal ini
harus senantiasa diperhatikan dalam pelaksanaan pembinaan dan pengaturan negara
terhadap peri kehidupan bangsa.
Pancasila dan generasi milenial merupakan dua hal yang perlu diperhatikan lebih
untuk saat ini. Ketimpangan sosial yang terjadi saat ini adalah dikarenakan kurangnya
perhatian masyarakat Indonesia terutama generasi milenial terhadap nilai-nilai Pancasila.
Internalisasi nilai-nilai liberal yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa menjadikan
masyarakat Indonesia layaknya orang buta yang kehilangan tongkatnya. Persoalan yang
sangat besar dihadapi bangsa dan negara hingga sekarang ialah pembudayaan dan
aktualisasi nilai-nilai Pancasila yang tidak berjalan efektif dan mendasar.
Implementasi nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1. Langkah pertama melalui lembaga-lembaga pendidikan baik formal dan non
formal yang pada saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah pada taraf sekolah-sekolah
formal melalui internalisasi pendidikan karakter pada semua mata pelajaran di semua
jenjang pendidikan dari mulai pendidikan anak usia dini sampai dengan pendidikan tinggi
2. Langkah kedua adalah dengan pemberian contoh-contoh aktualisasi nilai-nilai
Pancasila secara langsung dalamn kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat dimulai dari
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan kerja dan juga lingkungan
masyarakat. Contohnya adalah aktualisasi melalui keteladanan para pemimpin baik
pemimpin formal (pejabat negara) maupun informal (tokoh masyarakat) dan juga oleh
orang tua dan guru di lingkungan pendidikan. Dengan keteladanan yang dijiwai nilai-nilai
Pancasila, diharapkan masyarakat luas akan mengikuti.
3. Langkah ketiga adalah dengan melalui diskusi dan kajian-kajian ilmiah guna
mengembangkan kontekstualisasi dan implementasi nilai-nilai pancasila, terutama pada
generasi milenial. Pengembangan kontekstualisasi dan implementasi Pancasila di dunia
pendidikan merupakan yang paling efektif, karena pendidikan tidak hanya mecetak
manusia-manusia yang cerdas, terampil, namun juga mencetak manusia yang diharapkan
dapat mempertahankan mempertahankan, mengembangkan dan mengaktualisasikan nilai-
nilai Pancasila sebagai local wisdom bangsa Indonesia.
4. Dan lanngkah terakhir adalah reaktualisasi Pancasila melalui media sosial. Cara
pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pemblokiran terhadap situs-situs yang
berpotensi mengunggah ataupun menayangkan hal-hal yang berkaitan dengan pornografi,
pornoaksi, premanisme dan sejenisnya. Tentunya hal ini juga memerlukan dukungan dari
pihak keluarga, sekolah, pemerintahan dan juga masyarakat. Kemudian selanjutnya
adalah dengan memasukkan konten-konten mengenai Pancasila dan kebangsaan dalam
setiap media cetak maupun elektronik. Membumikan kembali nilai-nilai Pancasila
melalui media sosial sangat penting untuk dilakukan karena generasi milenial merupakan
generasi yang sangat dekat dengan teknologi, utamanya adalah media sosial.

BAB III

PENUTUP
3.3 KESIMPULAN
Pancasila merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan, mengingat
di era globalisasi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah
satu pemicu menipisnya budi pekerti yang luhur sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang
dimiliki generasi milenial. Hal ini kalau dibiarkan kedepan generasi milenial Indonesia
akan kehilangan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia dan akan berdampak pada
keutuhan dan kejayaan Negara kesatuan republic Indonesia. Penguatan Pendidikan
karakter yang sesuai dengan nilai–nilai Pancasila adalah salah satu upaya untuk
membentuk, membangun generasi milenial yang memiliki sikap, perilaku, tutur kata yang
baik,yang berbudi pekerti luhur, yang berkepribadian Pancasila, sehingga pengaruh dan
kontribusi negative dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan
menggoyahkan jatidiri generasi milenial Indonesia yang berkepribadian Pancasila yang
religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin
tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab.

DAFTAR PUSTAKA
Norma, L., Di, P., Milenial, E. R. A., Asrori, A., Bakhita, F., & Aulia, R. (2020). Lunturnya
norma pancasila di era milenial 2019/2020. 4(November 2019), 320–323.

Konsep, R., & Indonesia, K. (2019). Artikel prosiding seminar nasional.

Srinanda, E. (2019). Peningkatan Membangun Generasi Milenial Melalui PPK Sesuai Dengan
Nilai-Nilai Pancasila. Jurnal Pendidikan Riset Dan Konseptual, 3(4), 315–322.
http://journal.unublitar.ac.id/pendidikan/index.php/Riset_Konseptual/article/view/160/176

Anda mungkin juga menyukai