Anda di halaman 1dari 52

I.

KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka adalah penelusuran terhadap karya-karya ilmiah atau studi-studi

terdahulu sebagai pedoman penelitian lebih lanjut dan untuk mendapatkan data yang valid

serta untuk menghindari duplikasi, plagiasi dan arepitasi serta menjamin orisinalitas dan

legalitas penelitian. Dalam kajian pustaka ini peneliti menemukan hasil karya ilmiah yang

secara garis besar tentang koperasi, beberapa hasil penelitian itu antara lain:

Arifin Sitio dan Holomoan Tamba dalam bukunya yang berjudul Koperasi Teori dan

Praktik menjelaskan bahwa koperasi berkenaan dengan manusia sebagai individu dan

kehidupan dalam masyarakat. Manusia tidak dapat melakukan kerja sama sebagai satu unit,

dia memerlukan orang lain dalam suatu kerangka kerja sosial (social framework). Karakter

koperasi berdimensi ganda (ekonomi dan sosial). Sehingga untuk menjelaskan fenomena

kerjasama dalam koperasi, terlebih dahulu harus memahami pengetahuan dasar dari kondisi

sosial, ekonomi, politik, dan etika. Dalam hal ini koperasi berkaitan dengan fungsi-fungsi.1

Edilius dan Sudarsono dalam bukunya yang berjudul Koperasi dalam Teori dan

Praktik menjelaskan bahwa koperasi sebagai organisasi atau lembaga ekonomi modern yang

mempunyai tujuan, mempunyai sistem pengelolaan, mempunyai tertib organisasi bahkan

mempunyai asas dan sendisendi dasar.2


1 Arifin Sitio, Holomoan Tamba, Koperasi Teori dan Praktik,(Jakarta : PT Erlangga,
2001), hlm. 1.

2
Edilius dan Sudarsono, Koperasi dalam Teori dan Praktik (Jakarta : PT Rineka
Cipta :
1993), hlm. 1.
Muhammad Firdaus dan Agus Edhi Susanto dalam bukunya Perkoperasian Sejarah

Teori dan Praktek menjelaskan bahwa koperasi mengarah pada suatu perserikatan dengan

tujuan berusaha bersama yang terdiri atas mereka yang lemah dan diusahakan selalu dengan

semangat tidak memikirkan diri sendiri sedemikian rupa, sehingga masing-masing sanggup

menjalankan kewajibannya sebagai anggota dan mendapat imbalan sebanding dengan

pemanfaatan mereka terhadap organisasi.3

Jurnal yang dibuat oleh Endi Sarwoko pada tahun 2009 dengan judul Analisis Peranan

Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam dalam Upaya Pengembangan UMKM di

Kabupaten Malang. Dapat disimpulkan bahwa KSP/USP memiliki peran yang cukup besar

dalam pemenuhan permodalan UMKM di Kabupaten Malang, ditunjukkan dari kemampuan

KSP/USP dalam menyalurkan kredit modal kerja ke UMKM sebesar 79,81% dari total kredit

yang disalurkan. Tingginya kemampuan KSP/USP dalam penyaluran kredit menunjukkan

semakin meningkatnya peran KSP/USP dalam pemberdayaan ekonomi rakyat.4

II. KERANGKA TEORI

5.1 Teori ekonomi kerakyatan

Muhammad Firdaus dan Agus Edhi Susanto, Perkoperasian Sejarah Teori dan
Praktek
(Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 38-39.

Endi Sarwoko, Analisis Peranan Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam


dalam
Upaya Pengembangan UMKM di Kabupaten Malang, Jurnal Modernisasi, Vol. 5,
No. 3,
(Oktober 2009), hlm. 185.
Dalam Pasal 33 UUD 1945 tercantum dasar demokrasi ekonomi, yang

menjelaskan bahwa produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua dibawah pimpinan

atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang

diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang. Sebab itu perekonomian disusun

sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang

sesuai dengan itu ialah koperasi. (Penjelasan Pasal 33 UUD 1945)5

Definisi Economic democracy secara internasional adalah:

Economic democracy is a socioeconomic philosophy that proposes to shift


decision-making power from corporate shareholders to a larger group of public
shareholders that includes workers, customers, suppliers, neighbors and the
broader public.6

Menurut Pemahaman azas kerakyatan Bung Hatta: Asas kerakyatan mengandung arti

bahwa kedaulatan ada pada rakyat. Segala hukum (recht, peraturan perundang-undangan)

haruslah bersandar pada perasaan keadilan dan kebenaran yang hidup dalam hati rakyat

http://www.si-pedia.com/2014/03/bunyi-pasal-33-uud-1945-1-5-dan-
pembahasannya.html

http://aifis.org/wp-content/uploads/2013/10/TELAAH-WACANA-EKONOMI-
KERAKYATAN.pdf
banyak, dan aturan penghidupan haruslah sempurna dan berbahagia bagi rakyat kalau ia

beralasan kedaulatan rakyat. (Hatta, 1932)7

Sifat demokrasi asli Indonesia menurut Bung Hatta adalah: Ada pun demokrasi asli

yang ada di desa-desa di Indonesia mempunyai tiga sifat yang utama, yang harus dipakai

sebagai sendi perumahan Indonesia Merdeka! Pertama, cita-cita Rapat yang hidup dalam

sanubari rakyat Indonesia dari zaman dahulu sampai sekarang. .... Kedua, cita-cita massa-

protes, yaitu hak rakyat untuk membantah secara umum segala peraturan negeri yang

dipandang tidak adil. ..... Ketiga, cita-cita tolong menolong! Sanubari rakyat Indonesia penuh

dengan rasa bersama, kolektiviteit. .... Inilah tiga sendi dari demokrasi Indonesia! Jika

lingkungannya diluaskan dan disesuaikan dengan kemajuan zaman, ia menjadi dasar

kerakyatan yang seluas-luasnya, yaitu Kedaulatan Rakyat seperti paham Pendidikan Nasional

Indonesia,8

Di atas sendi yang ketiga (cita-cita tolong-menolongpen.) dapat didirikan tonggak

demokrasi ekonomi. Tidak lagi orang seorang atau satu golongan kecil yang mesti menguasai

penghidupan orang banyak seperti sekarang, melainkan keperluan dan kemauan rakyat yang

banyak harus menjadi pedoman perusahaan dan penghasilan. Sebab itu, segala tangkai

Mubyarto. Ekonomi Kerakyatan. Jakarta: Lembaga Suluh Nusantara dan


AIFIS,2014.

ibid
penghasilan besar yang mengenai penghidupan rakyat harus berdasar pada milik bersama dan

terletak di bawah penjagaan rakyat dengan perantaraan Badan- badan perwakilannya. 9

Bangsa ini bukan hanya tidak memahami konstitusinya sendiri, bahkan bangsa ini tidak

paham mengenai Pancasila, ketika kita dengar kerakyatan maka yang ada di pikiran kita

adalah usaha kecil, maksud dari kerakyatan bukan itu, tapi kerakyatan menurut bung Hatta,

adalah kedaulatan rakyat. Segala hukum bersandar pada hati rakyat, dan berbagai istilah

kerakyatan sebenarnya adalah konsep demokrasi bagi Indonesia10

Dan Dalam era reformasi sekarang ini, kita juga sering mendengar tentang sistem

ekonomi kerakyatan yang dibandingkan dengan sistem ekonomi neoliberal. Ada beberapa

defisini dari Sistem Ekonomi Kerakyatan yang kontemporer :

1. Menurut Konvensi ILO169 tahun 1989

Definisi ekonomi kerakyatan adalah ekonomi tradisional yang menjadi basis kehidupan

masyarakat lokal dalam mempertahankan kehidupannnya. Ekonomi kerakyatan ini

dikembangkan berdasarkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat lokal dalam mengelola

lingkungan dan tanah11

ibid

10

ibid
mereka secara turun temurun. Aktivitas ekonomi kerakyatan ini terkait dengan ekonomi

sub sisten antara lain pertanian tradisional seperti perburuan, perkebunan, mencari ikan, dan

lainnnya kegiatan disekitar lingkungan alamnya serta kerajinan tangan dan industri rumahan.

2. Menurut Dumairy (1996)

Sistem ekonomi adalah suatu system yang mengatur serta menjalin hubungan ekonomi

antar manusia dengan seperangkat kelembagaan dalam suatu tataan kehidupan. Dumairy

menjelaskan bahwa suatu sistem ekonomi tidaklah berdiri sendiri, karena berkaitan dengan

falsafah, pandangan dan pola hidup masyarakat tempatnya berpijak. Sistem ekonomi

sesungguhnya merupahkan salah satu unsur dalam suatu sepersisem kehidupan masyarakat.12

Syarat mutlak berjalannya sistem ekonomi kerakyatan yang berkeadilan sosial adalah

sebagai berikut :

a. Berdaulat di bidang politik

b. Mandiri di bidang ekonomi

c. Berkepribadian di bidang budaya

11

http://www.ilo.org/jakarta/whatwedo/publications/WCMS_124012/lang--
en/index.htm

12

http://www.dosenpendidikan.com/6-pengertian-dan-macam-macam-sistem-
ekonomi-menurut-para-ahli/
Yang mendasari paradigma pembangunan ekonomi kerakyatan yang berkeadilan sosial,

yaitu :

a. Penyegaran nasionalisme ekonomi melawan segala bentuk ketidakadilan sistem dan

kebijakan ekonomi.

b. Pendekatan pembangunan berkelanjutan yang multidisipliner dan multikultural.

c. Pengkajian ulang pendidikan dan pengajaran ilmu-ilmu ekonomi dan sosial di sekolah-

sekolah dan perguruan tinggi.

Jadi, dapat disimpulakan bahwa definisi dari sistem ekonomi kerakyatan adalah Sistem

Ekonomi Nasional Indonesia yang berasaskan pada kekeluargaan, berkedaulatan rakyat,

bermoral Pancasila, dan menunjukkan pemihakan sungguh-sungguh pada ekonomi rakyat.

3. Ekonomi Kerakyatan adalah sistem ekonomi nasional yang disusun sebagai usaha bersama

berdasar atas asas kekeluargaan,dimana produksi dikerjakan oleh semua,untuk

semua,dibawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat (rakyat) dalam mengendalikan jalannya roda

perekonomian (Baswir, 1993)13.


4. Ekonomi Kerakyatan adalah tatalaksana ekonomi yang bersifat kerakyatan yaitu

penyelenggaraan ekonomi yang memberi dampak kepada kesejahteraan rakyatkecil dan

kemajuan ekonomi rakyat,yaitu keseluruhan aktivitas perekonomian yang dilakukan oleh

rakyat kecil.14

13

http://ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/My%20Web/sanafri.htm

14
5. Menurut Guru Besar, FE UGM( alm ) Prof. Dr. Mubyarto sistem ekonomi kerakyatan

adalah suatu sistemekonomi yang berasas kekeluargaan, berkedaulatan rakyat, dan

menunjukkan pemihakan sungguh- sungguh pada ekonomi rakyat.15


6. Di dalam buku Politik Ekonomi Kerakyatan oleh Sarbini Sumawinata (2004:161)

mendefinisikan ekonomi kerakyatan adalah gagasan tentang cara ,sifat dan tujuan

pembangunan dengan sasaran utama perbaikan nasib rakyat yang pada umumnya bermukim

dipedesaan.

5.1.1 Sistem ekonomi kerakyatan

Pada hakikatnya sistem ekonomi kerakyatan (democratic economic system)

adalah suatu struktur dan proses ekonomi yang berupaya memin- dahkan kedaulatan

ekonomi (power to control) dari oligarki para pemilik modal ke tangan seluruh

anggota masyarakat16.

https://cdsindonesia.wordpress.com/2013/01/15/upaya-mewujudkan-ekonomi-
kerakyatan-berbasis-potensi-lokal-kabupaten-tasikmalaya/

15

https://succesary.wordpress.com/2008/12/10/sistem-ekonomi-kerakyatan/

16

Swasono, Sri Edi, 1987, Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi, UI Press, Jakarta
5.1.2 Komponen sistem ekonomi kerakyatan

Setiap anggota masyarakat harus berpartisipasi dalam proses produksi nasional.

Hal ini sejalan dengan amanat pasal 27 ayat (2) UUD 1945, Setiap warga negara

berhak mendapat pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Setiap anggota masyarakat, termasuk fakir miskin dan anak- anak terlantar, harus

berpartisipasi dalam menikmati hasil produksi nasional. Hal itu sejalan dengan amanat pasal 34

UUD 1945, Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Setiap

anggota masyarakat harus berpartisipasi dalam mengendalikan jalannya roda perekonomian

nasional

Batang tubuh UUD pasal 33, sebagaimana pendiri bangsa meletakkannya. Sekarang

menjadi tidak jelas bukan karena barangnya yang tidak ada, tapi mata yang tidak melihat. Ada

sesuatu yng membuat kita tidak mampu menghubungkan antara ekonomi kerakyatan dengan

UUD pasal 33 ayat 1, 2, 3

5.1.3 Dasar Sistem Ekonomi Kerakyatan:

Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan; Cabang-

cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak

dikuasai oleh negara; Bumi, air, dan segala kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai

oleh negara dan dipergunakan bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. (Pasal 33 UUD

1945)

a.Azaz kekeluargaan
Azas kekeluargaan itu ialah koperasi. Azas kekeluargaan itu adalah istilah dari Taman

Siswa, untuk menunjukkan bagaimana guru dan murid-murid yang tinggal padanya hidup

sebagai suatu keluarga. Itu pulalah hendaknya corak koperasi Indonesia (Hatta, 1977)

Asas kekeluargaan sebenarnya adalah istilah dari Taman Siswa yang menunjukkan pola

hubungan antara guru dan murid secara kekeluargaan, pola itu yang diterapkan di koperasi.

Tidak ada guru yang ingin muridnya menjadi bodoh. Perekonomian Indonesia

b. Dikuasai oleh negara

Pengertian dikuasai oleh negara haruslah diartikan mencakup makna penguasaan oleh

negara dalam arti luas yang bersumber dan diturunkan dari konsepsi kedaulatan rakyat

Indonesia atas segala sumber kekayaan bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya, termasuk pula di dalamnya pengertian kepemilikan publik oleh kolektivitas rakyat

atas sumber-sumber kekayaan dimaksud. Rakyat secara kolektif itu dikonstruksikan oleh

UUD 1945 memberikan mandat kepada negara untuk mengadakan kebijakan (beleid) dan

tindakan pengurusan (bestuursdaad), pengaturan (regelendaad), pengelolaan (beheersdaad),

dan penga- wasan (toezichthoudensdaad) untuk tujuan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

5.1.4 Sejarah Sistem Ekonomi Kerakyakatan

Sejarah sistem ekonomi kerakyatan pertama diawali pada:17

1. Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)

17

http://chanchanfia.blogspot.co.id/2013/07/sejarah-sistem-ekonomi-
kerakyakatan.html
Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk, antara lain

disebabkan oleh : Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu

mata uang secara tidak terkendali.

2. Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)

Dalam politik maupun sistem ekonominya menggunakan prinsip-prinsip liberal. Dan

pada akhirnya sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang baru

merdeka.

3. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966)

Sebagai akibat dari Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem

demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia segala-galanya diatur oleh pemerintah

yang bertujuan agar rakyat Indonesia mendapat kemakmuran bersama dan persamaan dalam

sosial, politik,dan ekonomi.

4. Masa Orde Baru

Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden soeharto di Indonesia.

Orde Baru menggantikan Orde lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde

Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Pada awal orde baru, stabilisasi ekonomi dan

stabilisasi politik menjadi prioritas utama. Program pemerintah berorientasi pada usaha

pengendalian inflasi.

5. Sistem Ekonomi Pancasila (demokrasi ekonomi) 1998 - sekarang

Sistem ekonomi Pancasila ini termuat dalam pancasila khususnya sila ke-4

yaitukerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/

perwakilan. Sistem ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang memihak dan

melindungi kepentingan ekonomi rakyat melalui upaya-upaya dan program-program


pemberdayaan ekonomi rakyat. Sistem ekonomi kerakyatan adalah sub-sistem dari sistem

ekonomi Pancasila, dan system ini rakyat terlindung dalam hal kepentingan ekonomi rakyat,

sehingga rakyat miskin dapat menadapatkan perlakuan hokum yang sama, dan tidak ada

perbedaan antara yang kuat dan yang lemah18.

5.1.5 Peran Negara Dalam Sistem Ekonomi Kerakyatan

1. Menyusun perekonomian sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan;

mengembangkan koperasi (Pasal 33 ayat 1).

2. Menguasai cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat

hidup orang banyak

3. mengembangkan BUMN (Pasal 33 ayat 2).

4. Menguasai dan memastikan pemanfaatan bumi, air, dan segala kekayaan yang terkandung

di dalamnya bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Pasal 33 ayat 3).

5. Mengelola anggaran negara untuk kesejahteraan rakyat; memberlakukan pajak progresif

dan memberikan subsidi.

6. Menjaga stabilitas moneter.

7. Memastikan setiap warga negara memperoleh haknya untuk mendapatkan pekerjaan dan

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (Pasal 27 ayat 2).

8. Memelihara fakir miskin dan anak terlantar (Pasal 34).

18

http://chanchanfia.blogspot.co.id/2013/07/sejarah-sistem-ekonomi-
kerakyakatan.html
5.1.6 Ciri-Ciri Sistem Ekonomi Kerakyatan

Sistem Ekonomi Kerakyatan memiliki beberapa ciri-ciri, adapun ciri-cirinya sebagai

berikut: 19

1. Yang menguasai hajat hidup orang banyak adalah negara/pemerintah. Contoh hajad

hidup orang banyak yakni seperti air, bahan bakar minyak/BBM, pertambangan/hasil

bumi, dan lain sebagainya.


2. Peran negara adalah penting namun tidak dominan, dan begitu juga dengan peranan

pihak swasta yang posisinya penting namun tidak mendominasi. Sehingga tidak

terjadi kondisi sistem ekonomi liberal maupun sistem ekonomi komando. Kedua

pihak yakni pemerintah dan swasta hidup beriringan, berdampingan secara damai dan

saling mendukung.
3. Masyarakat adalah bagian yang penting di mana kegiatan produksi dilakukan oleh

semua untuk semua serta dipimpin dan diawasi oleh anggota masyarakat.
4. Modal atau pun buruh tidak mendominasi perekonomian karena didasari atas asas

kekeluargaan antar sesama manusia.


5. Efisiensi ekonomi berdasar atas keadilan,partisipasi, dan keberlanjutan.Tidak benar

jika dikatakan sistem ekonomi kerakyatan cenderung mengabaikan efisiensi dan

bersifat anti pasar. Efisiensi dalam sistem ekonomi kerakyatan tidak hanya dipahami

dalam perspektif jangka pendek dan berdimensi keuangan,melainkan dipahami secara

komprehensif dalam arti memperhatikan baik aspek kualitatif dan kuantitatif,

keuangan dan non keuangan,maupun aspek kelestarian lingkungan.


6. Mekanisme alokasi melalui perencanaan pemerintah,mekanisme pasar,dan kerjasama

(kooperasi). Mekanisme alokasi dalam sistem ekonomi kerakyatan, kecuali untuk

19

http://rinidwilestari67.blogspot.co.id/2014/07/sistem-ekonomi-kerakyatan.html
cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak, tetap didasarkan

atas mekanisme pasar. Selain melalui mekanisme pasar, alokasi juga didorong untuk

diselenggarakan melalui mekanisme usaha bersama (koperasi).


7. Pemerataan penguasaan faktor produksi. Penyelenggaraan pasar dan koperasi dalam

sistem ekonomi kerakyatan harus dilakukan terus menerus melakukan penataan

kelembagaan,yaitu dengan cara memeratakan penguasaan modal atau faktor-faktor

produksi kepada segenap lapisan anggota masyrakat.


8. Pola hubungan produksi kemitraan bukan buruh-majikan.
9. Kepemilikan saham oleh pekerja.
10. Menjamin kesempatan yang sama dalam berusaha dan bekerja Adanya perlindungan

hak-hak konsumen dan perlakuan yang adil bagi seluruh rakyat Indonesia.
II.2 TEORI KOPERASI

5.2.1 Pengertian Koperasi

Koperasi mengandung makna kerja sama. Kooperasi (cooperative) bersumber dari kata

Coopere (latin) co-operation yang berarti kerja sama. Ada juga yang mendefinisikan koperasi

dala makna lain. Menurut Enriques, pengertian koperasi adalah menolong satu sama lain (to

help one another) atau saling bergandengan tangan (hand it hand).DI indonesia disebut kerja

sama atau menurut Notoatmojo disebut gotong royong yang telah dikenal oleh Indonesia

sejak tahun 2000 SM. Istilah gotong royong diberbagai daerah seperti tapanuli disebut

Marsiurupan, di Minahasa disebut mapalus kobeng, di Sumba Pawonda, di Ambon

Masohi, di Jawa barat Liliuran dan Madura Long tinolong dan di Sumatera Barat

Julojulo dan di Bali Subak20.

20

http://hariannetral.com/2015/01/pengertian-koperasi-tujuan-fungsi-dan-jenis-
koperasi.html
Dan Berdasarkan undang-undang nomor 12 tahun 1967, koperasi indonesia adalah

organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan beranggotakan orang-orang, badan-

badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama

berdasar atas asas kekeluargaan.

1. Pengertian Koperasi Menurut ILO

Menurut ILO atau Organisasi buruh Internasional bahwa pengertian koperasi adalah:

Cooperative define (pengertian koperasi) as an association of persons (kumpulan

orang) usually of limited means (dalam tujuan tertentu), who have voluntary joined together

(yang bergabung secara sukarela) to achieve a common economic end (untuk memperoleh

peningkatan kualitas ekonomi) through the formation of a democratically controlled business

organization (melalui pembentukan sebuah organisasi bisnis yang dikendalikan secara

demokratis), making equitable contribution to the capital required and accepting a fair share

of the risk and benefits of the undertaking (membuat kontribusi yang adil terhadap modal

yang diperlukan dan menerima bagian yang adil dari risiko dan manfaat dari usaha

tersebut)21.

Pengertian koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan

hukum. Setiap koperasi yang ada harus melandaskan seluruh kegiatannya pada prinsip

koperasi serta asas kekeluargaan untuk meningkatkan gerakan ekonomi rakyat.

2. Pengertian Organisasi koperasi menurut Hanel


21

http://nicoadityas.blogspot.co.id/2014/10/persamaan-dan-perbedaan-definisi-
dan.html
Pengertian Koperasi Menurut Hanel, pengertian organisasi koperasi sebagai suatu

sistem sosial ekonomi atau sosial teknik (a socio-economic system or social engineering),

yang terbuka dan berorientasi pada tujuan (open and goal-oriented)22. Dengan demikian,

suatu organisasi koperasi dapat ditinjau dari beberapa kriteria yaitu:23

Kriteria Pengertian

Substansi Suatu sistem sosial dalam masyarakat

Hubungan perbedaan Suatu sistem terbuka

lingkungan

Cara kerja Suatu sistem yang berorientasi pada tujuan

Pemanfaatan sumber Suatu sistem ekonomi

daya

(Stoner, James A.F., Management, 2nd ed., Prentice-Hall, 1982)

Pengertian Koperasi konsumen adalah koperasi yang anggotanya para konsumen akhir

atau pengguna barang atau jasa, dan kegiatan atau jasa utama melakukan pembelian bersama.

Contoh koperasi konsumen adalah koperasi yang kegiatan utamanya mengelola warung serba

ada atau supermarket.


22

http://www.berbagaireviews.com/2015/05/pengertian-koperasi-dan-definisi.html

23

http://hariannetral.com/2015/01/pengertian-koperasi-tujuan-fungsi-dan-jenis-
koperasi.html
Pengertian Koperasi produsen adalah koperasi yang anggotanya tidak memiliki rumah

tangga usaha atau perusahaan sendiri sendiri tetapi bekerja sama dalam wadah koperasi untuk

menghasilkan dan memasarkan barang atau jasa, dan kegiatan utamanya menyediakan,

mengoperasikan, atau mengelola sarana produksi bersama. Contoh koperasi produsen adalah

koperasi jasa konsultasi

Pengertian Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang kegiatan atau jasa utamanya

menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman untuk anggotanya.

Pengertian Koperasi pemasaran adalah koperasi yang anggotanya para produsen atau

pemilik barang atau penyeda jasa dan kegiatan atau jasa utamanya melakukan pemasaran

bersama

Pengertian Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya dan atau sama

nilainya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi

anggota koperasi . Simpanan pokok koperasi tidak dapat diambil kembali selama yang

bersangkutan menjadi anggota koperasi.

Pengertian Simpanan wajib adalah sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus yang

wajib dibayar oleh angggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu.

Simpanan wajib koperasi tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan menjadi

anggota koperasi.

Melihat dari kriteria dan pengertian organisasi koperasi yang ada, bagian bagian dari

koperasi sebagai subsistem koperasi adalah:

Anggota koperasi sebagai individu yang bertndak sebagai pemilik dan konsumen

akhir
Anggota koperasi sebagai pengusaha perorangan maupun kelompok yang

memanfaatkan koperasi sebagai pemasok (supplier).

Koperasi sebagai badan usaha yang melayani anggota koperasi dan masyarakat.

3. Pengertian Organisasi koperasi menurut Ropke Dalam membahas koperasi, Ropke

berusaha menggambarkan ciri-ciri dari sebuah organisasi koperasi sebagai berikut.

1 Adanya beberapa atau sejumlah individu yang bersatu dalam suatu kelompok, atas

dasar sekurang kurangnya satu kepentingan atau tujuan yang sama, yang disebut

sebagai kelompok koperasi.

2 Adanya anggota anggota koperasi yang bergabung dalam kelompok usaha untuk

memperbaiki kondisi sosial ekonomi mereka sendiri, yang disebut sebagai swadaya

atau kerja kolektif dari kelompok koperasi.

3 Adanya anggota koperasi yang bergabung dalam koperasi mendayagunakan serta

memanfaatkan koperasi secara bersama, yang disebut sebagai perusahaan koperasi.

4 Koperasi sebagai perusahaan mempunyai tugas untuk menunjang kepentingan para

anggota kelompok koperasi, dengan cara menyediakan barang dan jasa yang

dibutuhkan oleh anggota dalam kegiatan ekonominya.

Berdasarkan ciri ciri organisasi koperasi menurut Ropke dan kriteria koperasi yang ada

diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan tentang koperasi bahwa:

Dalam suatu koperasi, anggota koperasi dapat menjadi sebagai konsumen akhir

maupun sebagai pengusaha. Anggota koperasi dalam status yang dimilikinybaik


sebagai konsumen akhir maupun sebagai pengusaha yang memanfaatkan dapat

memanfaatkan koperasi dalam aktivitas sosial ekonomi yang dilakukannya

Dalam suatu Badan usaha koperasi, sebagai satu kesatuan dari anggota, pengelola dan

pengawas koperasi yang berusaha meningkatkan kondisi sosial ekonomi anggotanya

melalui perusahaan koperasi.

Dalam organisasi koperasi, sebagai perusahaan melayani anggota serta non anggota

dikarenakan bertindak sebagai badan usaha

5.2.2 Tujuan Koperasi

Dalam peraturan perundang undangan Indonesia telah diatur tentang tujuan koperasi.

Berdasarkan Pasal 3 UU No. 25 tahun 1992, tujuan koperasi adalah

Memajukan kesejahteraan anggota koperasi dan masyarakat (Promote the welfare of

members of cooperatives and community)

Turut serta dalam membangun tatanan perekonomian nasional (Participate in building

a national economic order) dalam rangka mewujudkan masyarakat yang makmur, adil

dan maju dengan tetap berlandaskan pada pancasila dan UUD 1945.

5.2.3 Fungsi dan Peranan Koperasi

Dalam setiap organisasi memiliki fungsi dan peranan tertentu, begitupun dengan

organisasi koperasi. Perkoperasian di Indonesia seharusnya berfungsi dan memiliki peran

sebagai berikut:
1 Mengembangkan serta membangun kemampuan dan potensi anggota koperasi pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial

ekonomi

2 Berperan secara aktif (role actively) dalam rangka meningkatkan dan memperbaiki

kualitas kehidupan anggota koperasi dan masyarakat

3 Memperkuat serta mengkokohkan perekonomian rakyat Indonesia sebagai dasar

ketahanan dan kekuatan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko

gurunya.

4 Berusaha mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan

usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi

5.2.4 Jenis jenis koperasi

Jenis jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan aktivitas dan kepentingan

ekonomi anggotanya. Jenis koperasi terdiri atas 3 jenis yaitu, koperasi produksi (production

cooperatives), koperasi konsumsi (consumer cooperatives), dan koperasi jasa (cooperative

services).24

1. Koperasi produksi

Koperasi produksi| Pengertian koperasi produksi adalah jenis koperasi yang anggotanya

terdiri atas para produsen dengan melakukan kegiatan usaha khusus penjualan barang barang

24

ibid
produksi para anggotanya. Contoh, koperasi ternak, koperasi cengkeh, koperasi kopra,

koperasi nelayan (Fishermen cooperative), dan koperasi kerajinan (arts cooperative).

2. Koperasi konsumsi

Koperasi konsumsi| Pengertian koperasi konsumsi adalah jenis koperasi yang memiliki

anggota yang terdiri atas kumpulan konsumen, bergerak khusus dalam aktivitas penjualan

barang barang konsumsi terutama barang kebutuhan para anggota koperasidan masyarakat

sekitarnya. Contohnya koperasi karyawan (KOPKAR), koperasi pegawai republik Indonesia

(KPRI), koperasi siswa/mahasiswa, koperasi RT, dan koperasi ABRI.

3. Koperasi Jasa

Koperasi jasa| Pengertian koperasi konsumsi adalah jenis koperasi yang melakukan

kegiatan usaha dengan memberi pelayanan atau jasa kepada para anggota khususnya dan

masyarakat sekitarnya. contoh koperasi asuransi, koperasi simpan pinjam ataupun koperasi

perkreditan.

Jenis jenis koperasi dapat juga dibagi atas jumlah jenis aktivitas usaha yang dimiliki.

Koperasi tersebut adalah koperasi single purpose dan koperasi multipurpose. Pengertian

koperasi single purpose adalah koperasi yang bergerak dalam satu bidang usaha seperti hanya

bergerak dalam bidang jasa simpan pinjam, ada koperasi yang hanya bergerak dalam bidang

konsumsi saja. Koperasi multi purpose adalah koperasi yang mengelola semua atau lebih dari

satu bidang koperasi baik itu jasa, konsumsi maupun produksi. Koperasi jenis multi purpose

terbilang koperasi yang sudah memiliki umur dan modal yang cukup besar untuk

mengembangkan kapasitas, fungsi dan peranan anggota dalam koperasi. Contoh jenis

koperasi multi purpose adalah KUD (Koperasi Unit Desa).

Berdasarkan UU No. 25 Tahun 1992, koperasi dapat dibedakan menurut

keanggotaanya, yaitu koperasi primer dan koperasi sekunder. Koperasi primer adalah jenis
koperasi yang beranggotakan orang seorang (berdasarkan ketentuan minimal 20 orang),

sedangkan koperasi sekunder adalah jenis koperasi beranggotakan badan badan hukum

koperasi (gabungan).

II.3 Konsep Kemiskinan

Berbagai konsep kemiskinan telah dinyatakan dalam beberapa penelitian kemiskinan,

diantaranya adalah seperti yang dikemukakan oleh World Bank (Bank Dunia) dalam World

Bank Institute (2005). Menurut Bank Dunia, kemiskinan adalah deprivasi dalam

kesejahteraan. Berdasarkan definisi tersebut kemiskinan dapat dipandang dari beberapa sisi.

Dari pandangan konvensional kemiskinan dipandang dari sisi moneter, dimana kemiskinan

diukur dengan membandingkan pendapatan/konsumsi individu dengan beberapa batasan

tertentu, jika mereka berada di bawah batasan tersebut, maka mereka dianggap miskin.

Pandangan mengenai kemiskinan berikutnya adalah bahwa kemiskinan tidak hanya sebatas

ukuran moneter, tetapi juga mencakup miskin nutrisi yang diukur dengan memeriksa apakah

pertumbuhan anak-anak terhambat. Selain itu, juga bisa dari miskin pendidikan, misalnya

dengan menggunakan indikator angka buta huruf. Selanjutnya pandangan yang lebih luas

mengenai kemiskinan adalah kemiskinan ada jika masyarakat kekurangan kemampuan dasar,

sehingga pendapatan dan pendidikan yang dimiliki tidak memadai atau kesehatan yang

buruk, atau ketidakamanan, atau kepercayaan diri yang rendah, atau rasa ketidakberdayaan,

atau tidak adanya hak bebas berpendapat. Berdasarkan pandangan ini, kemiskinan adalah

fenomena multi dimensi, dan solusi untuk mengatasinya tidaklah sederhana. Menurut World

Bank Institute (2005), ada 4 alasan mengapa kemiskinan diukur. Pertama adalah untuk

membuat orang miskin terus berada dalam agenda; jika kemiskinan tidak diukur, maka orang

miskin akan mudah terlupakan. Kedua, orang harus mampu mengidentifikasi orang miskin

jika salah satu tujuannya adalah untuk keperluan intervensi dalam rangka mengentaskan

kemiskinan. Ketiga adalah untuk memantau dan mengevaluasi proyek-proyek atau kebijakan
intervensi yang diarahkan kepada orang miskin. Dan terakhir adalah untuk mengevaluasi

efektivitas lembaga-lembaga pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan25.

Barrientos (2010) mengungkapkan konsep kemiskinan yang hampir mirip dengan yang

dikemukakan oleh Bank Dunia. Kemiskinan menggambarkan keadaan dimana individu atau

rumah tangga berada dalam kondisi yang sangat kekurangan dalam kesejahteraannya.

Perspektif yang berbeda mengenai kesejahteraan dan pembangunan memberikan ruang yang

berbeda dimana kemiskinan diamati dan diukur. Perspektif resources mendefinisikan

kemiskinan sebagai ketidakmampuan individu atau keluarga untuk memerintahkan sumber

daya yang memadai untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Perspektif ini mendominasi

diskusi mengenai kemiskinan dan pengukurannya di negara sedang berkembang. Perspektif

partisipasi sosial dan inklusi mendefinisikan kemiskinan sebagai pengucilan dari aktivitas

kerja sama; orang yang berada dalam kemiskinan tidak bisa berpartisipasi dalam kehidupan

sosial dari suatu komunitas pada tingkat minimal yang dapat diterima. Perspektif ini

mendominasi diskusi mengenai kemiskinan di negara maju26.

25

http://www.slideshare.net/DewiKartika2/analisis-data-kemiskinan-di-indonesia-
2013-20974236

26

http://www.slideshare.net/DewiKartika2/analisis-data-kemiskinan-di-indonesia-
2013-20974236
World Bank mendefenisikan kemiskinan sebagai ketidak mampuan dalam memenuhi

standar hidup minimal. Kemudian pada tahun 2004 World Bank kembali mendefenisikan

kemiskinan secara lebih mendetail yaitu :27

Kemiskinan adalah kelaparan . kemiskinan adalah ketiadaan tempat tinggal.


Kemiskinanan adalah tempat tinggal. Kemiskinan addalah sakit dan tidak mampu untuk pergi
kedokter. Kemiskinan adalah tidak mempunyai akses kesekolah dan tidak mengeetahui
bagaimana caranya membaca. Kemiskinan adalah tidak mempunyai pekerjaan dan khawatir
akan kehidupan dimasa yang akan datang. Kemiskinan adalah kehilangan anak karena
penyakit disebabkan kekurangan air bersih. Kemiskinana adalah ketidak berdayaan,
ketiadaan keterwakilan dan kebebasan.
Tidak jauh berbeda dengan defenisi World Bank, UNDP juga mendefinisikan

kemiskinan sebagai kekurangan pendapatan dan kesulitan ekonomi. Namun, kemiskinan juga

dipandang sebagai kurangnya akses terhadap pendidikan, kesehatan atau air minum yang

bersih, atau untuk mempengaruhi proses politik dan faktor lain yang penting bagi manusia.

Dengan kata lain UNDP memandang kemiskinanan sebagai suatu masalah yang multidimensi

yang tidak hanya dilihat dari kekurangan pendapatan dan ketidak mampuan dalam ekonomi.

Defenisi kemiskinan juga dapat difahami pada jenis kemiskinan secara konseptual yaitu

kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah sejumlah penduduk

yang tidak mampu mendapatkan sumberdaya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar

(todaro dan smith, 2006). Kemiskinan absolut ditentukan dengan ketika mampuan seseorang

dalam mendapatkan sumberdaya minimun yang cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-

harinya seperti pangan, sandang, kesehatan, pendididkan, dan perumahan yang diperlukan

dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan pokok mnimun ditafsirkan dalam bentuk finansial

berupa uang . nilai kebutuhan minimun tersebut adalah yang disebut garis kemiskinan.

27

https://www.scribd.com/doc/181959239/Memahami-Konsep-kemiskinan-01-pdf
Sehingga, penduduk yang dikatakan miskianadalah penduduk yang pendapatannya dibawah

garis kemiskinan tersebut.

Garis kemiskinan absolut tidak berubah dalam hal standar hidup, garis kemiskinan

absolut mampu membadingkan kemiskinan secara umum. Namun demikian , antara negara

satu dengan negara yang lainnya memiliki garis kemiskinanyang berbeda . berdasarkan hal

tersebut , World Bank menetapkan garis kemiskinan internasional agar dapat membandingkan

kemiskinan antar negara . garis kemiskinan tersebut tidak mengenal tapal batas antar negara,

tidak tergantung pada tingkat pendapagtan perkapita disuatu negara dan juga

memperhitungkan tingkat harga antar negara dengan mengukur penduduk miskin dengan

orang yang hidup kurang dari US $ 1 atau $ 2 perhari dalam dolar PPP ( Purchasing Power

Parity)

Berbeda dengan kemiskinan absolut, kemiskianan relatif didefenisikan sebagai

kemiskinan yang disebabkan karena kebijakan pembangunan yang belum mampu

menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehigga menyebabkan ketimpangan distribusi

pendapatan Standar mininun disusun berdasarkan kondisi minimun suatu negara pada waktu

tertentu dan perhatian terfokus pada penduduk termiskin, misalnya 20 persen atau 40

persen lapisan terendah dari total penduduk yang telah diurutkan menurut pendapatan atau

pengeluaran. Kelompok ini merupakan kelompok relatif miskin. Dengan demikian, ukuran

kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi pendapatan/pengeluaran penduduk

sehingga dengan menggunakan defenisi ini berarti orang miskin selalu hadir bersama kita.

Dalam hal mengidentifikasi dan menentukan sasaran penduduk miskin, maka garis

kemiskinan relatif cukup untuk digunakan, dan perlu disesuaikan dengan tingkat

pembangunan negara secara keseluruhan. Garis kemiskinan relatif tidak dapat dipakai untuk

mebandingkan tingkat kemiskianan antar negara antar negara dan waktu karena tidak

mencerminnkan tingkat kesahjetraan yang sama.


Untuk kasus di indonesia, terdapat beberapa defenisi kemiskina yang digunakan. Dalam

rencana pembagunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2004-2009, kemiskinan

didefenisikan sebagai kondisi yang mebuat seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan

perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mengembangkan dan mempertahankan

hak-hak dasar yang sama dengan anggota masyarakat lainnya

1. BAPPENAS (1993), mendefinisikan kemiskinan sebagai situasi kekurangan yang

terjadi bukan karena kehendak oleh orang miskin, tetapi karena keadaan yang tidak

bisa dihindari oleh kekuatan yang ada padanya.

2. Levitan (1980), Kemiskinan adalah kekurangan barang dan jasa yang diperlukan

untuk mencapai standar hidup yang layak.

3. Faturchman dan Marcelinus Molo (1994), mendefinisikan bahwa kemiskinan adalah

ketidakmampuan individu atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasar

mereka.

4. Menurut Ellis (1994), kemiskinan adalah fenomena multidimensi yang dapat

dianalisis dari ekonomi, sosial dan politik.

5. Menurut Suparlan (1993), kemiskinan didefinisikan sebagai tingkat rendah standar

hidup, yaitu tingkat kekurangan materi dalam jumlah atau sekelompok orang

dibandingkan dengan standar hidup yang berlaku dalam masyarakat yang

bersangkutan.

6. Reitsma dan Kleinpenning (1994), kemiskinan mendefisnisikan sebagai

ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan mereka, baik material dan

non-material.
7. Friedman (1979), ketimpangan kemiskinan kesempatan untuk merumuskan kekuatan

dasar dari sosial, yang meliptui: asset (tanah, perumahan, peralatan, kesehatan),

sumber keuangan (pendapatan dan kredit yang memadai), organisiasi dapat

dimanfaatkan untuk mencapai kepentingan bersama, jaringan sosial sosial politik

untuk mendapatkan pekerjaan yang dilakukan, barang atau jasa, pengetahuan dan

keterampilan yang memadai dan informasi yang berguna.

Adapun kemiskina yang banyak digunakan di indonesia terutama dalam pengukuran

kemiskianan secara nasional adalah dengan memakai defenisi yang dikembangkan bps.

5.3.1 Kriteria Kemiskinan di Indonesia Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

Kemiskinan hampir menjadi problem di hampir semua Negara. Tak perduli apakah

Negara maju atau Negara yang sedang berkembang. Tingkat kekompleksitas masalahnyapun

berbeda antar Negara menyelesaikan masalah kemiskinan. Di Indonesia, sebagai Negara

berkembang angka kemiskinan masih cukup tinggi. Karena itu, pemerintah melalui Badan

Pusat Statistik (BPS) membuat kriteria kemiskinan, agar dapat menyusun secara lengkap

pengertian kemiskinan sehingga dapat diketahui dengan pasti jumlahnya dan cara tepat

menanggulanginya.

Pengertian kemiskinan antara satu Negara dengan Negara lain juga berbeda.

Pengertian kemiskinan di Indonesia dibuat oleh BPS. Lembaga tersebut mendefinisikan

kemiskinan dengan membuat kriteria besarannya pengeluaran per orang per hari sebagai

bahan acuan. Dalam konteks itu, pengangguran dan rendahnya penghasilan menjadi

pertimbangan untuk penentuan kriteris tersebut. Kriteria statistik BPS tersebut adalah:

1. Tidak miskin, adalah mereka yang pengeluaran per orang per bulan lebih dari Rp 350.610.
2. Hampir tidak miskin dengan pengeluaran per bulan per kepala antara Rp 280.488.s/d. Rp

350.610.- atau sekitar antara Rp 9.350 s/d. Rp11.687.- per orang per hari. Jumlanya mencapai

27,12 juta jiwa.

3. Hampir miskin dengan pengeluaran per bulan per kepala antara Rp 233.740.- s/d Rp

280.488.- atau sekitar antara Rp 7.780.- s/d Rp 9.350.- per orang per hari. Jumlahnya

mencapai 30,02 juta

4. Miskin dengan pengeluaran per orang perbulan per kepala Rp 233.740.-kebawah atau

sekitar Rp 7.780.- kebawah per orang per hari. Jumlahnya mencapai 31 juta

5. Sangat Miskin (kronis) tidak ada kriteria berapa pengeluaran per orang per hari.

Tidak diketahui dengan pasti berapa jumlas pastinya. Namun, diperkirakan mencapai sekitar

15 juta28 . Berdasarkan kriteria kemiskinan yang dilansir oleh BPS tersebut menunjukan

jumlah keluarga miskin di Indonesia cukup besar. Total jumlah penduduk Indonesia kalau

dihitung dengan kriteria pengeluaran per orang hari Rp 11.687.- kebawah , mencapai sekitar

103,14 juta jiwa. Angka kemiskinan tersebut tentu sangat besar untuk ukuran Negara kaya

sumber daya alam seperti Indonesia. Namun, hal tersebut tak membantu masyarakat

mengatasi kekurangannya.

Selain itu, sebaran angka kemiskinan dari BPS, sejak tahun 2000 sampai dengan tahun

2011, jumlah penduduk miskin di desa selalu lebih besar dibanding dengan di kota. Salah

satu sumbangan kenaikan angka kemiskinan di desa antara lain, rendahnya tingkat

pendidikan, banyak yang jadi buruh tani karena ketidaan lahan dan banyknya anak dalam satu

keluarga. Untuk tahun 2011, sebaran angka kemiskinan berjumlah 63,2 % ada di desa, sedang

28

http://fokedki.blogspot.co.id/2012/08/kriteria-kemiskinan-di-indonesia.html
36,8 % berada di perkotaan. Kemkiskinan di perkotaan disebabkan, lowongan kerja sempit

dan rendahnya kualitas sumber daya manusia.

Oleh karena itu, alangkah baiknya jika prioritas pembangunan di arahkan ke desa.

Selain memang kuantitas angka kemiskinan dan keluarga pra sejahtera masih sangat tinggi,

juga karena di desa juga kaya dengan sumber daya alam yang belum tergarap dengan

maksimal. Dengan begitu, pengagguran yang memicua angka kemiskinan dapat ditekan.

Sehingga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga, serta mengentaskan dari

keluarga pra sejahtera menjadi keluarga sejahtera.

Telah banyak program dari pemerintah untuk penanggulangan kemiskinan. Meskipun

bantuan itu tidak mendidik, karena berupa cash money, namun sangat membantu supaya

dapur tetap bisa mengepul. Nah, program tersebut bernama Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Dalam penetapan keluarga miskin yang berhak menerima bantuan ini, pemerintah

menggunakan acuan dari BPS tentang 14 (empat belas) kriteria keluarga miskin, yaitu:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang

2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.

3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok

tanpa diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.

8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.

9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.


12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0, 5 ha. Buruh

tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan

di bawah Rp 600.000 per bulan.

13. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya

SD.

14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000, seperti:

sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Melalui kriteria kemiskinan tersebut, masih banyak keluarga di Indonesia yang masuk

kategori di bawah garis kemiskinan, keluarga pra sejahtera, keluarga miskin dan sebutan

lainnya. Pemerintah yang diberi tugas oleh kontitusi harus lebih perhatian pada keluarga ini.

Bagaimana mengentaskan kemiskinan, menghilangkan gizi buruk, menyediakan rumah layak

huni dan tentu dengan mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemicu kemiskinan.

Pemerintah yang berwenang dapat membuat program dan penyaluran bantuan setepat

mungkin sesuai dengan kriteria kelurga miskin diatas. Dengan begitu untuk mewujudkan

Indonesia yang makmur akan tercapai. Yang pada gilirannya dapat menekan angka

kemiskinan sekecil mungkin.

5.3.2 Kemiskinan absolute dan kemiskinan relatif

Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan

Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten ,

tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut

adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan

tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa)29.
29
Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg pendapatan dibawah

USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dg batasan

ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $1/hari

dan 2,7 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $2/hari." [1] Proporsi penduduk negara

berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990 menjadi

21% pada 2001.[1] Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang

hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi , nilai dari $1

juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.

Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti

tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini

menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota

dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat

miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara

kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya

disebut sebagai negara berkembang.

Perdebatan yang berhubungan dalam keadaan capital manusia dan capital individual

seseorang cenderung untuk memfokuskan kepada akses capital instructional dan capital

social yang tersedia hanya bagi mereka yang terdidik dalam sistem formal.

Kemiskinan relatif merupakan kondisi masyarakat karena kebijakan pembangunan

yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan. Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan

ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum. Kemiskinan struktural dan

http://andippkd.blogspot.co.id/2012/05/kemiskinan-absolute-dan-
kemiskinan.html
kultural merupakan kemiskinan yang disebabkan kondisi struktur dan faktor-faktor adat

budaya dari suatu daerah tertentu yang membelenggu seseorang (Sudantoko, 2009:43-46).

Menurut Bank Dunia (World Bank, 2006), ada tiga ciri yang menonjol dari kemiskinan

di Indonesia :

1. Banyak rumah tangga yang berada disekitar garis kemiskinan nasional, yang setara

dengan AS$1,55 per hari, sehingga banyak penduduk yang meskipun tergolong tidak

miskin tetapi rentan terhadap kemiskinan.


2. Ukuran kemiskinan didasarkan pada pendapatan, sehingga tidak menggambarkan batas

kemiskinan yang sebenarnya. Banyak orang yang mungkin tidak tergolong miskin dari

segi pendapatan dapat dikategorikan sebagai miskin atas dasar kurangnya akses terhadap

pelayanan dasar serta rendahnya indikator-indikator pembangunan manusia.


3. Mengingat sangat luas dan beragamnya wilayah Indonesia, perbedaan antar daerah

merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di Indonesia. Banyak penduduk Indonesia

rentan terhadap kemiskinan. Angka kemiskinan nasional menyembunyikan sejumlah

besar penduduk yang hidup sedikit saja di atas garis kemiskinan nasional. Hampir 42

persen dari seluruh rakyat Indonesia hidup di antara garis kemiskinan AS$1 dan AS$2

per hari, suatu aspek kemiskinan yang luar biasa dan menentukan di Indonesia.

Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan di

Indonesia pada bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta (14,15 persen). Dibandingkan dengan

penduduk miskin pada Bulan Maret 2008 yang berjumlah 34,96 juta (15,42 persen), berarti

jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,43 juta. Selama periode Maret 2008-Maret 2009,

penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 1,57 juta, sementara di daerah perkotaan

berkurang 0,86 juta orang (BPS, 2009). Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

yang dilaksanakan pada bulan Maret 2009 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di

Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1.499.700 orang atau sebesar 11,51 persen terhadap
jumlah penduduk seluruhnya. Kondisi ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan tahun

2008 yang jumlah penduduk miskinnya sebanyak 1.613.800 orang. Dengan demikian, ada

penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 114.100 orang atau sebesar 1,04 persen.

Penurunan jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara mengindikasikan bahwa dampak dari

program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh Pemerintah cukup berperan dalam

menurunkan penduduk miskin di daerah ini (BPS Sumut, 2009). Salah satu kabupaten di

Provinsi Sumatera Utara yaitu kabupaten Asahan menurut data demografis berdasarkan data

statistik pada tahun 2008, jumlah penduduknya 688.529 jiwa, yang tersebar pada 25

Kecamatan dengan 177 desa dan 27 kelurahan dengan luas wilayah daratan 3.817,5 Km2 ,

tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Asahan 185 jiwa per Km2. Sebagian besar penduduk

bertempat tinggal di daerah pedesaan yaitu sebesar 70,56 persen (setara dengan 485.826 jiwa)

dan sisanya 29,44 persen (setara dengan 202.703 jiwa) tinggal di daerah perkotaan. Jumlah

rumah tangga sebanyak 162.093 rumah tangga dan setiap rumah tangga rata-rata dihuni oleh

sekitar 4,3 jiwa, sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2000-2008 sebesar 1,76

persen. Dilihat dari kelompok umur, persentase penduduk usia 0-14 tahun sebesar 35,17

persen (setara dengan 242.156 jiwa), persentase penduduk usia 15-64 tahun sebesar 60,74

persen (setara dengan 418.213 jiwa) dan persentase penduduk usia 64 tahun ke atas sebesar

4,09 persen (setara dengan 28.161 jiwa) yang berarti jumlah penduduk usia produktif lebih

besar dibandingkan penduduk usia non produktif dengan rasio beban ketergantungan sebesar

64,64 artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung sekitar 65 orang

penduduk usia non produktif (BPS Kab. Asahan, 2008). Dari perkiraan penduduk miskin di

kabupaten Asahan sekitar 102.729 jiwa atau setara dengan 14,92 persen dari total jumlah

keseluruhan penduduk Kabupaten Asahan, sebagian dari mereka berasal dari kelompok

penghasilan rendah yang dalam ekonomi diterminologikan sebagai orang-orang miskin

(Kabar Indonesia, 2008).


II.4 Teori ekonomi kelembagaan

Tokoh, Pemikiran, dan Paradigma Ekonomi Kelembagaan

Mahzab Ekonomi kelembagaan lama ini menganggap bahwa semua asumsi yang

membangun oleh mazhab ekonomi klasik/neoklasik merupakan cara berfikir yang fatal, oleh

karena itu harus dibatalkan. Itulah sebabnya, ekonomi kelembagaan lama ini bekerja diluar

mekenisme dan cara pandang pemikiran ekonomi klasik / neoklasik sejak ia diploklamirkan.

Semacam oposisilah dalam terma politik terhadap pandangan ekonomi klasik/neoklasik.30

Pemikir mazhab ekonomi ini dapat ditelesuri antara antara lain Thorstein Bunde Veblen

(1857-1929). Veblen menilai pengaruh keadaan dan lingkungan sangat besar terhadap tingkah

laku ekonomi masyarakat. Wesley Clair Mitchel (1874-1948) Ia juga berjasa dalam

mengembangkan metode-metode kuantitatif dalam menjelaskan peristiwa-peristiwa ekonomi.

Salah satu karyanya Business Cycle and Their Causes (1913) dengan menggunakan

bermacam data statistik ia kemudian menjelaskan masalah fluktuasi ekonomi. Gunnar Karl

Myrdal (1898) dari Swedia. Salah satu pesan Myrdal pada ahli-ahli ekonomi ialah agar ikut

membuat value judgement. Jika tidak dilakukan struktur-struktur teoritis ilmu ekonomi akan

menjadi tidak realistis. Joseph A. Schumpeter (1883-1950). Ia mengatakan bahwa sumber

utama kemakmuran bukan terletak dalam domain ekonomi itu sendiri, melainkan berada

diluarnya, yaitu dalam lingkungan dan institusi masyarakat. Lebih jelas lagi, sumber

kemakmuran terletak dalam jiwa kewiraswastaan (entrepreneurship) para pelaku ekonomi

30

https://mwkusuma.wordpress.com/2009/10/13/ekonomi-kelembagaan-genre-
baru-studi-ekonomi-di-indonesia/
yang mengarsiteki pembangunan. Douglas C. North (1993) North mengatakan bahwa

reformasi yang dilakukan tidak akan memberikan hasil nyata hanya dengan memperbaiki

kebijaksanaan ekonomi makro belaka. Agar reformasi berhasil, dibutuhkan dukungan

seperangkat institusi yang mampu memberikan insentif yang tepat kepada setiap pelaku

ekonomi. Beberapa contoh institusi yang mampu memberikan insentif tersebut adalah hukum

paten dan hak cipta, hukum kontrak dan pemilikan tanah. Bagi North institusi adalah

peraturan perundang-undangan berikut sifat-sifat pemaksaan dari peraturan-peraturan

tersebut serta norma-norma perilaku yang membentuk interaksi antara manusia secara

berulang-ulang31.

Nama terakhir diatas, North adalah merupakan tokoh ekonomi kelembagaan baru (new

institutional economic) yang memperoleh nobel ekonomi pada tahun 1993, demikian juga

dengan Ronald H. Coase pada tahun 1991. Nobel yang diperoleh kedua tokoh tersebut turut

menjadi pemicu perkembangan keilmuan ekonomi kelembagaan baru di dunia saat ini.

Pemikir ekonomi kelembagaan baru menolak sebagian asumsi ajaran ekonomi

klasik/neoklasik dan menganggapnya tidak realistis seperti tidak ada biaya transaksi (zero

transaction cost) dan rasionalitas instrumental (instrumental rationality). Ekonomi klasik

yang mengasumsikan bahwa semua manusia adalah rasional dan bekerja berdasarkan insentif

ekonomi ternyata dalam prakteknya banyak faktor-faktor sosial, ekonomi dan politik yang

mempengaruhi individu dalam keputusan ekonominya.32

31

ibid
Pada titik ini ekonomi kelembagaan masuk untuk mewartakan bahwa kegiatan ekonomi

sangat dipengaruhi oleh tata letak antarpelaku ekonomi (teori ekonomi politik), desain aturan

main (teori ekonomi biaya transaksi), norma dan keyakinan suatu individu/komunitas (teori

modal sosial), insentif untuk melakukan kolaborasi (teori tindakan kolektif), model

kesepakatan yang dibikin (teori kontrak), pilihan atas kepemilikan aset fisik maupun non fisik

(teori hak kepemilikan), dan lain-lain. Intinya, selalu ada insentif bagi individu untuk

berperilaku menyimpang sehingga sistem ekonomi tidak bisa dibiarkan hanya dipandu oleh

pasar. Dalam hal ini diperlukan kelembagaan non pasar (non-market institution) untuk

melindungi agar pasar tidak terjebak dalam kegagalan yang tidak berujung, yakni dengan

jalan mendesain aturan main/kelembagaan (institutions).33

Ekonomi kelembagaan mempelajari dan berusaha memahami peranan kelembagaan

dalam sistem dan organisasi ekonomi atau sistem terkait, yang lebih luas. Kelembagaan yang

dipelajari biasanya bertumbuh spontan seiring dengan perjalanan waktu atau kelembagaan

yang sengaja dibuat oleh manusia. Peranan kelembagaan bersifat penting dan strategis karena

ternyata ada dan berfungsi di segala bidang kehidupan.34

32

ibid

33

ibid
Dengan demikian, ilmu ekonomi kelembagaan kemudian menjadi bagian dari ilmu

ekonomi yang cukup penting peranannya dalam perkembangan ilmu pengetahuan sosial

humaniora, ekonomi, budaya dan terutama ekonomi politik. Ilmu ekonomi kelembagaan terus

berkembang semakin dalam karena ditekuni oleh banyak ahli ilmu ekonomi dan ilmu sosial

lainnya, termasuk beberapa diantaranya memenangkan hadiah nobel. Penghargaan tersebut

tidak hanya tertuju langsung kepada ahli dan orangnya, tetapi juga pada bidang keilmuannya,

yakni ilmu ekonomi kelembagaan.35

Para penganut ekonomi kelembagaan percaya bahwa pendekatan multidisipliner sangat

penting untuk memotret masalah-masalah ekonomi, seperti aspek sosial, hukum, politik,

budaya, dan yang lain sebagai satu kesatuan analisis (Yustika, 2008: 55). Oleh karena itu,

untuk mendekati gejala ekonomi maka, pendekatan ekonomi kelembagaan menggunakan

metode kualitatif yang dibangun dari tiga premis penting yaitu: partikular, subyektif dan,

nonprediktif.36
34

ibid

35

ibid

36

ibid
Pertama, partikular dimaknai sebagai heterogenitas karakteristik dalam masyarakat.

Artinya setiap fenomena sosial selalu spesifik merujuk pada kondisi sosial tertentu (dan tidak

berlaku untuk kondisi sosial yang lain). Lewat premis partikularitas tersebut, sebetulnya

penelitian kualitatif langsung berbicara dua hal: (1) keyakinan bahwa fenomena sosial

tidaklah tunggal; dan (2) penelitian kualitatif secara rendah hati telah memproklamasikan

keterbatasannya (Yustika, 2008: 69).37

Kedua, yang dimaksud dengan subyektif disini sesungguhnya bukan berarti peneliti

melakukan penelitian secara subyektif tetapi realitas atau fenomena sosial. Karena itu lebih

mendekatkan diri pada situasi dan kondisi yang ada pada sumber data, dengan berusaha

menempatkan diri serta berpikir dari sudut pandang orang dalam dalam antropologi disebut

dengan emic.38

Ketiga, nonprediktif ialah bahwa dalam paradigma penelitian kualitatif sama sekali

tidak masuk ke wilayah prediksi kedepan, tetapi yang ditekankan disini ialah bagaimana

pemaknaan, konsep, definisi, karakteristik, metafora, simbol, dan deskripsi atas sesuatu. Jadi

titik tekannya adalah menjelaskan secara utuh proses dibalik sebuah fenomena.39

37

ibid

38

ibid
II.5 Konsep Modal Manusia

Modal manusia adalah komponen yang sangat penting di dalam perkembangan suatu

masyarakat atau kelompok tidak terkecuali pada proses pertumbungan perekonomian untuk

menunjang industrialisasi suatu bangsa yang lebih maju dan modern. Manusia dengan

segala kemampuannya bila dikerahkan keseluruhannya akan menghasilkan kinerja yang

luar biasa. Ada enam komponen dari modal manusia, yakni: (1) Modal intelektual; (2)

Modal emosional; (3) Modal sosial; (4) Modal ketabahan, (5) Modal moral; dan (6) Modal

kesehatan (Ancok,2002). Keenam komponen modal manusia ini akan muncul dalam sebuah

kinerja yang optimum apabila disertai oleh modal kepemimpinan dan modal struktur

organisasi yang memberikan wahana kerja yang mendukung40.

a. Modal intelektual (intellectual capital)


Modal intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukaan peluang

dan mengelola ancaman dalam kehidupan. Banyak pakar yang mengatakan bahwa modal

intelektual sangat besar peranannya di dalam menambah nilai suatu kegiatan.

Organisasi yang unggul dan meraih banyak keuntungan adalah organisasi yang terus

39

ibid

40

http://www.bppk.depkeu.go.id/webpegawai/attachments/444_Konsep_Modal_Man
usia%20REV.pdf
menerus mengembangkan sumberdaya manusianya (Ross dkk., 1997). Manusia

memiliki sifat proaktif dan inovatif untuk mengelola perubahan lingkungan kehidupan

(ekonomi, sosial, politik, teknologi, hukum dan lain-lain) yang sangat tinggi kecepatannya.

Mereka yang tidak beradaptasi pada perubahan yang super cepat ini akan dilanda

kesulitan.

Don Tappscott (1998) pada bukunya yang berjudul Digital Economy: Promise and

Peril in the Age of Networked Intelligence mengemukakan 12 tema ekonomi baru akibat

dari meluasnya pengaruh internet. Salah satu tema ekonomi baru itu adalah tema ekonomi

berbasis pengetahuan (knowledge based economy). Implementasinya adalah hanya

pegawai yang memiliki pengetahuan yang luas dan terus menambah pengetahuan yang

dapat beradaptasi dengan kondisi perubahan lingkungan strategik yang luar biasa cepatnya.

Pada awal tahun 1920 para psikolog banyak membicarakan konsep IQ (Intelligence

Quotient) sebagai satu-satunya indikator kecerdasan, dengan asumsi bahwa mereka yang

memiliki IQ yang tinggi akan memiliki kemampuan untuk memecahkan permasalahan

kehidupan. Orang yang memiliki IQ yang tinggi diduga akan cepat menguasai pengetahuan

karena kecepatan daya pikir yang dimilikinya. Namun selain memiliki angka kecerdasan

yang tinggi, seseorang baru akan memiliki pengetahuan yang luas apabila dia memiliki

kebiasaan untuk merenung tentang kejadian alam semesta ini dan mencari makna dari

setiap fenomena yang terjadi tersebut. Kebiasaan merenung dan merefleksikan sebuah

fenomena inilah yang membuat orang menjadi cerdas.

Oleh karena modal intelektual terletak pada kemauan untuk berfikir dan kemampuan

untuk memikirkan sesuatu yang baru, maka modal intelektual tidak selalu ditentukan

oleh tingkat pendidikan formal yang tinggi. Dalam sejarah tercatat bahwa yang menemukan

gagasan tentang elevator di luar gedung pada gedung tinggi hanyalah seorang cleaning
service. Ceritanya bermula dari keinginan para insinyur untuk membuat elevator dalam

sebuah hotel karena kamar di lantai tiga dan di lantai empat tidak laku dijual. Gagasan awal

adalah menjebol lantai untuk membuat elevator di dalam bangunan hotel. Tapi gagasan itu

ditolak bagian cleaning service karena mereka akan bekerja lebih banyak membersihkan

debu yang berterbangan ke seluruh lantai. Untuk menghindari hal tersebut pegawai cleaning

service menyarankan agar elevator di buat di luar gedung. Itulah awalnya gagasan adanya

lift capsule yang turun naik di luar dinding gedung.

b. Modal Emosional (emotional capital)

Goleman (1997) menggunakan istilah emotional intelligence untuk menggambarkan

kemampuan manusia untuk mengenal dan mengelola emosi diri sendiri, serta

memahami emosi orang lain agar dia dapat mengambil tindakan yang sesuai dalam

berinteraksi dengan orang lain. Menurut Bradberry & Greaves (2005) dalam Ancok

(2005), terdapat empat dimensi dari kecerdasan emosional yakni:

1. Self Awareness adalah kemampuan untuk memahami emosi diri sendiri secara tepat dan

akurat dalam berbagai situasi secara konsisten. Bagaimana reaksi emosi di saat

menghadapi suatu peristiwa yang memancing emosi, sehingga seseorang dapat

memahami respon emosi dirinya sendiri dari segi positif maupun segi negatif.

3. Social Awareness adalah kemampuan untuk memahami emosi orang lain dari

tindakannya yang tampak. Ini adalah kemampuan berempati, memahami dan

merasakan perasaan orang lain secara akurat. Dengan adanya pemahaman ini

individu sudah memiliki kesiapan untuk meenanggapi situasi emosi orang lain secara

positif.
4. Relationship Management adalah kemampuan orang untuk berinteraksi secara

positif pada orang lain, betapapun negatifnya emosi yang dimunculkan oleh orang lain.

Kemampuan mengelola hubungan dengan orang lain secara positif ini adalah hasil dari

ketiga dimensi lain dari kecerdasan emosi (self awareness, self management and sosial

awareness).

Orang yang memiliki modal emosional yang tinggi memiliki sikap positif

di dalam menjalani kehidupan. Dia memiliki pikiran positif (positive thinking) dalam

menilai sebuah fenomena kehidupan betapapun buruknya fenomena tersebut di mata

orang lain. Ketika menghadapi perbedaan pendapat, orang yang memiliki modal

emosional yang baik akan menyikapinya dengan positif, sehingga diperoleh

manfaat yang besar bagi pengembangan diri, atau pengembangan sebuah

konsep. Modal intelektual akan berkembang atau terhambat perkembangannya

sangat ditentukan oleh modal emosional. Orang yang hatinya terbuka dan bersikap

positif dan terbuka serta menghindari pernilaian negatif atas sebuah pemikiran

orang lain akan memperoleh manfaat dari perbedaan pendapat. Banyak penelitian

menunjukkan bahwa inteligensi emosional ini lebih menentukan kesuksesan hidup

seseorang dibanding dengan IQ. Beberapa tahun terakhir ini makin banyak

pembicaraan tentang pentingnya peranan inteligensi emosional (emotional

intelligence) dalam menunjang kesuksesan hidup manusia.

b. Modal Sosial (social capital)


Istilah modal sosial pertama kali muncul di tahun 1916 di saat ada diskusi tentang

upaya membangun pusat pembelajaran masyarakat (Cohen & Prusak,2001). Pembahasan

tentang konsep modal sosial semakin hangat setelah munculnya tulisan Robert Putnam

(1993) dalam Ancok (1998) yang menggambarkan kualitas kehidupan masyarakat Amerika

yang makin menurun dalam hal kelekatan antar sesama warga.


Munculnya tulisan-tulisan lain tentang modal sosial adalah suatu respon terhadap

semakin merenggangnya hubungan antar manusia, dan semakin melemahnya

ketidakpedulian terhadap sesama manusia. Fukuyama (1995) dalam Ancok (1998)

sangat khawatir tentang masa depan komunitas manusia yang diutarakannya seperti berikut:

We no longer have realistic hopes that we can create a great society through large

government program. Kehadiran masyarakat yang menekankan kehidupan hanya pada

pertumbuhan ekonomi seperti yang diutarakan oleh Wachtel (1989) dalam Ancok (1997)

telah menghantarkan manusia pada kehancuran. Dalam pandangan Fukuyama (1995)

transisi dari masyarakat industri menuju masyarakat informasi semakin

memperenggang ikatan sosial dan melahirkan banyaknya patologi sosial seperti

meningkatnya angka kejahatan, anak-anak lahir di luar nikah dan menurunnya

kepercayaan pada sesama komponen masyarakat. Dalam upaya membangun sebuah

bangsa yang kompetitif peranan modal sosial semakin penting. Banyak kontribusi modal

sosial untuk kesuksesan suatu masyarakat. Dalam era informasi yang ditandai semakin

berkurangnya kontak tatap muka (face to face relationship), modal sosial sebagai bagian

dari modal maya (virtual capital) akan semakin menonjol peranannya (Ancok, 1998).

Pandangan para ahli dalam mendefinisikan konsep modal sosial dapat dikategorikan ke

dalam dua kelompok. Kelompok pertama menekankan pada jaringan hubungan sosial

(social network), sedangkan kelompok kedua lebih menekankan pada karakteristik

(traits) yang melekat (embedded) pada diri individu manusia yang terlibat dalam sebuah

interaksi sosial.

Pendapat kelompok pertama ini didukung oleh para beberapa ahli. Brehm &

Rahn (1997) dalam Ancok (2002) berpendapat bahwa modal sosial adalah jaringan

kerjasama di antara warga masyarakat yang memfasilitasi pencarian solusi dari

permasalahan yang dihadapi mereka. Definisi lain dikemukakan oleh Pennar (1997) dalam
Ancok (2002) the web of social relationships that influences individual behavior and

thereby affects economic growth (jaringan hubungan sosial yang mempengaruhi perilaku

individual dan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi). Woolcock (1998) dalam Ancok

(2002) mendefinisikan modal sosial sebagai the information, trust, and norms of

reciprocity inhering in ones social networks. Cohen dan Prusak (2001:3)

berpendapat bahwa Social capital consists of the stock of active connections among

people: the trust, mutual understanding and shared values and behaviours that bind

the members of human networks and communities and make cooperative action possible.

(Modal sosial adalah kumpulan dari hubungan yang aktif di antara manusia: rasa percaya,

saling pengertian dan kesamaan nilai dan perilaku yang mengikat anggota dalam

sebuah jaringan kerja dan komunitas yang memungkinkan adanya kerjasama).

Pandangan kelompok pertama menekankan pada aspek jaringan hubungan sosial yang

diikat oleh kepemilikan informasi, rasa percaya, saling memahami, dan kesamaan nilai, dan

saling mendukung. Menurut pandangan kelompok ini modal sosial akan semakin kuat

apabila sebuah komunitas atau organisasi memiliki jaringan hubungan kerjasama, baik

secara internal komunitas/organisasi, atau hubungan kerjasama yang bersifat antar

komunitas/organisasi. Jaringan kerja sama yang sinergistik yang merupakan modal

sosial akan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan bersama.

Pendapat ahli dari kelompok kedua diwakili antara lain oleh Fukuyama (1995)

dalam Ancok (1998) yang mendefinisikan modal sosial sebagai berikut: social

capital: the ability of people to work together for common purposes in groups and

organizations. Dengan bahasa yang lain Fukuyama menjelaskan bahwa Social capital

can be defined simply as the existence of a certain set of informal values or norms

shared among members of a group that permit cooperation among them. (Modal

sosial adalah serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama di
antara para anggota suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama di antara mereka). Sejalan dengan pendapat Fukuyama, Bowles & Gintis

(2000) dalam Ancok (2002) mendefinisikan modal sosial sebagai berikut: Social

capital generally refers to trust, concern for ones associates, a willingness to live by the

norms of ones community and topunish those who do not.

Organisasi adalah kumpulan sejumlah manusia yang bekerja sama untuk mencapai

tujuan organisasi. Selain itu sebuah organisasi harus bekerja sama dengan organisasi lain

untuk mencapai kesuksesan yang lebih besar. Kerjasama dengan organisasi lain ini

diwujudkan dalam sebuah aliansi strategik (strategic alliances), atau dalam sebuah

penggabungan (merger) organisasi. Modal sosial adalah dasar bagi terbentuknya sinergi di

dalam melaksanakan tugas organisasi. Dengan bersinergi dapatlah diperoleh hasil kerja yang

lebih besar, jika dibandingkan dengan bekerja sendiri-sendiri.

Modal intelektual baru akan berkembang bila masing-masing orang berbagi wawasan.

Untuk dapat berbagi wawasan orang harus membangun jaringan hubungan sosial

dengan orang lainnya. Kemampuan membangun jaringan sosial inilah yang disebut

dengan modal sosial. Semakin luas pergaulan seseorang dan semakin luas jaringan

hubungan sosial (social networking) semakin tinggi nilai seseorang. Modal sosial

dimanifestasikan pula dalam kemampuan untuk bisa hidup dalam perbedaan dan menghargai

perbedaan (diversity). Pengakuan dan penghargaan atas perbedaan adalah suatu syarat

tumbuhnya kreativitas dan sinergi. Kemampuan bergaul dengan orang yang berbeda,

menghargai dan memanfaatkan secara bersama perbedaan tersebut akan memberikan

kebaikan buat semua.

c. Modal Ketabahan (adversity capital)


Konsep modal ketabahan berasal dari pandangan Paul G. Stoltz (1997) dalam

Ancok (2002) yang ditulis dalam buku Adversity Quotient: Turning Obstacles into

Opportunities. Ketabahan adalah modal untuk sukses dalam kehidupan, apakah itu

kehidupan pribadi ataukah kehidupan organisasi. Ketika menghadapi kesulitan atau

problem yang belum terpecahkan, hanya mereka yang tabah yang akan berhasil

menyelesaikannya. Berdasarkan perumpamaan pada para pendaki gunung, Stoltz

membedakan tiga tipe manusia: quitter, camper dan climber. Tipe pendaki gunung

yang mudah menyerah dinamainya dengan quitter, yakni orang yang bila berhadapan

dengan masalah memilih untuk melarikan diri dari masalah dan tidak mau menghadapi

tantangan guna menaklukkan masalah. Orang seperti ini akan sangat tidak efektif dalam

menghadapi tugas kehidupan yang berisi tantangan. Demikian pula dia tidak efektif sebagai

pekerja sebuah organisasi bila dia tidak kuat.

Tipe camper adalah tipe yang berusaha tapi tidak sepenuh hati. Bila dia menghadapi

sesuatu tantangan dia berusaha untuk mengatasinya, tapi dia tidak berusaha mengatasi

persoalan dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Dia bukan tipe orang yang akan

mengerahkan segala potensi yang dimilikinya untuk menjawab tantangan yang dihadapinya.

Bila tantangan persoalan cukup berat dan dia sudah berusaha mengatasinya tapi tidak

berhasil, maka dia akan melupakan keinginannya dan beralih ke tempat lain yang tidak

memiliki tantangan seberat itu.

Tipe ketiga adalah climber yang memiliki stamina yang luar biasa di

dalam menyelesaikan masalah. Dia tipe orang yang pantang menyerah sesulit apapun situasi

yang dihadapinya. Dia adalah pekerja yang produktif bagi organisasi tempat dia bekerja.

Orang tipe ini memiliki visi dan cita-cita yang jelas dalam kehidupannya. Kehidupan

dijalaninya dengan sebuah tata nilai yang mulia, bahwa berjalan harus sampai ke tujuan.

Orang tipe ini ingin selalu menyelesaikan pekerjaan dengan tuntas (sense of closure) dengan
berpegang teguh pada sebuah prinsip etika. Dia bukan tipe manusia yang ingin berhasil

tanpa usaha. Bagi dia hal yang utama bukanlah tercapainya puncak gunung, tetapi adalah

keberhasilan menjalani proses pendakian yang sulit dan menegangkan hingga mencapai

puncak.

e. Modal Moral (morality capital)

Banyak penelitian menunjukkan bahwa kinerja organisasi sangat tergantung pada

sejauh mana organisasi tersebut berpegang pada prinsip etika bisnis di dalam kegiatan bisnis

yang dilakukannya. Untuk berperilaku sesuai dengan kaidah etik, organisasi memiliki

berbagai perangkat pendukung etik, yang salah satunya adalah manusia yang memiliki

moral yang mengharamkan perilaku yang melanggar etik.

Kehancuran dan kemunduran berbagai perusahaan besar di USA seperti Enron

(perusahaan listrik terbesar), dan Arthur Anderson (perusahaan konsultan keuangan

yang beroperasi di seluruh dunia) disebabkan oleh perilaku bisnis yang melanggar etika

bisnis. Kasus krisis keuangan di Indonesia tahun 1997-1978 yang membuat perbankan

Indonesia bangkrut karena kasus BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) disebabkan

oleh perilaku para pemain bisnis yang tidak berpegang pada etika bisnis. Demikian pula

dengan kasus Bank Century yang menghebohkan juga disebabkan oleh perilaku para pemain

bisnis yang tidak jujur (atau tidak beritikad baik?) menyampaikan informasi, yang

mengakibatkan keputusan bailout dianggap bermasalah

Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa organisasi yang berpegang pada prinsip

etika memiliki citra yang baik. Citra ini tidak hanya membuat orang suka membeli produk

dan jasa organisasi tersebut, tetapi juga membuat harga saham di pasar bursa

meningkat secara signifikan. Selain itu organisasi yang berperilaku etika juga akan

menarik banyak calon pekerja yang berkualitas untuk melamar menjadi pekerja di
perusahaan tersebut. Sebaliknya kalau sebuah organisasi melakukan perilaku yang

melanggar etika bisnis maka kerugianlah yang akan dialaminya. Sepatu merk Nike

kehilangan banyak pembeli setelah ada publikasi yang luas mengenai anak-anak di bawah

umur yang bekerja di perusahaan Nike yang berlokasi di negara-negara berkembang

(Hawkins et.al ,1998).

Modal moral telah banyak dibicarakan oleh para ahli. Salah satu buku

yang membicarakan aspek modal ini adalah Moral Intelligence: Enhancing Business

Performance and Leadership Success yang ditulis oleh Doug Lennick & Fred Kiel (2005).

Keduanya dalam Ancok (2002) telah menyusun alat pengukur Moral Competency Inventory

(Inventori untuk mengukur kompetensi moral). Terdapat empat komponen modal moral

yang membuat seseorang memiliki kecerdasan moral yang tinggi yaitu:

1. Integritas (integrity), yakni kemauan untuk mengintegrasikan nilai-nilai universal di

dalam perilaku. Individu memilih berperilaku yang tidak bertentangan dengan kaidah

perilaku etikal yang universal. Orang berperilaku atas keyakinan bahwa perilaku dalam

bekerja yang etikal adalah sesuatu yang harus dilakukan dan akan membuat dirinya bersalah

jika hal itu dilakukan.

2. Bertanggung jawab (responsibility) atas perbuatan yang dilakukannya. Hanya orang-

orang yang mau bertanggung jawab atas tindakannya dan memahami konsekuensi dari

tindakannya yang bisa berbuat sejalan dengan prinsip etik yang universal.

3. Penyayang (compassionate) adalah tipe orang yang tidak akan merugikan orang lain,

karena dia menyadari memberi kasih sayang pada orang lain adalah juga sama dengan

memberi kasih sayang pada diri sendiri. Orang yang melanggar etika adalah orang yang

tidak memiliki kasih sayang pada orang lain yang dirugikan akibat perbuatannya yang

melanggar hak orang lain.


4. Pemaaf (forgiveness) adalah sifat yang diberikan pada sesama manusia. Orang yang

memiliki kecerdasan moral yang tinggi bukanlah tipe orang pendendam yang

membalasperilaku yang tidak menyenangkan dengan cara yang tidak

menyenangkan pula.

Sebagaimana modal intelektual yang berbasis pada kecerdasan intelektual, modal

moral dasarnya adalah kecerdasan moral yang berbasis pada empat kompetensi moral di

atas. Modal moral menjadi semakin penting peranannya karena upaya membangun manusia

yang cerdas dengan IQ tinggi dan manusia yang pandai mengelola emosinya dalam

berhubungan dengan orang lain tidaklah mengantarkan manusia pada kebermaknaan hidup.

Kebermaknaan hidup adalah sebuah motivasi yang kuat yang mendorong orang untuk

melakukan sesuatu kegiatan yang berguna. Hidup yang berguna adalah hidup yang

memberi makna pada diri sendiri dan orang lain. Selain itu modal moral ini juga

memberikan perasaan hidup yang komplet (wholeness). Inilah yang disebut oleh Abraham

Maslow dengan Peak Experience, perasaan yang muncul karena kedekatan dengan sang

Pencipta. Konsep yang demikian ini banyak yang menyebutnya dengan istilah modal

spiritual (Sinetar, 2000) dalam Ancok (2002). Stephen Covey (1990) memasukkan bagian

dari hal yang bersifat spiritual ini dalam bagian kegiatan manusia yang harus ditingkatkan

agar manusia menjadi manusia yang efektif.

Bagi orang yang beragama, modal intelektual, modal emosional, modal sosial, modal

ketabahan, dan modal moral yang diutarakan di atas adalah bagian dari ekspresi modal

spiritual. Semakin tinggi keimanan seseorang semakin tinggi pula kelima modal di atas.

Namun demikian banyak orang yang menyarankan agar modal spiritual dipisahkan dari

kelima modal di atas, dengan tujuan untuk semakin menekankan betapa pentingnya upaya

pengembangan spiritualitas dan keberagamaan manusia. Di mata orang yang berpandangan

demikian, agama akan menjadi pembimbing kehidupan agar tidak menjadi egoistik
yang orientasinya hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Oleh karena itu upaya

untuk mengembangkan keagamaan adalah bagian mutlak dan utama bagi tumbuhnya

masyarakat yang makmur dan sejahtera serta aman dan damai.

f. Modal Kesehatan

Badan atau raga adalah wadah untuk mendukung manifestasi semua modal di atas.

Badan yang tidak sehat akan membuat semua modal di atas tidak muncul dengan maksimal.

Oleh karena itu kesehatan adalah bagian dari modal manusia agar dia bisa bekerja dan

berfikir secara produktif. Stephen Covey (1990) dalam bukunya yang berjudul Seven

Habits of Highly Effective People, mengatakan bahwa kesehatan adalah bagian dari

kehidupan yang harus selalu dijaga dan ditingkatkan kualitasnya sebagai pendukung

manusia yang efektif. Bila badan sedang sakit semua sistem tubuh kita menjadi terganggu

fungsinya, akibatnya kita jadi malas berfikir dan berbuat (modal intelektual), dan

seringkali emosi (modal emosional) kita mudah terganggu kestabilannya, dan seringkali kita

mudah menyerah menghadapi tantangan hidup (modal ketabahan). Selain itu semangat

untuk berinteraksi dengan orang lain (modal sosial) dengan orang lainpun menjadi

berkurang. Jadi ada benarnya kata pepatah dalam badan yang sehat terdapat jiwa/pikiran

yang sehat. Walaupun banyak kritikan terhadap pernyataan itu, karena ternyata banyak

orang gila yang badannya sangat sehat tapi pikirannya sakit, tapi seluruh komponen

modal manusia saling berinteraksi satu dengan lain seperti es teh jeruk nipis yang manis,

sulit dipisahkan mana yang teh, mana yang jeruk nipis, mana yang gula, dan mana yang air

es.

III. KERANGKA ANALISIS

Ekonomi kerakyatan atau ekonomi demokrat adalah sistem ekonomi yang didasarkan

pada kekuatan ekonomi rakyat .Dimana ekonomi sendiri adalah sebagai kegiatan ekonomi
atau pekerjaan orang-orang biasa dilakukan (populer) yang mengelola secara mandiri sumber

ekonomi, yang dapat dibudidayakan dan menguasai, selanjutnya disebut sebagai usaha kecil

dan menengah (UKM) terutama meliputi pertanian, peternakan, kerajinan, makanan, dll,

ditujukan terutama untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka dan keluarga mereka, 41. Dan

dalam pengaturan semua itu intervensi negara sangat berperan . Sebagaimana Migdal yang

menyatakan bahwa negara adalah sebagai penyelenggara pemerintahan yang memiliki

kemampuan untuk melakukan kontrol sosial sesuai dengan segala peraturan-peraturan yang

ada42

Menurut mubyarto sistem perekonomian yang harus dikembangkan di Indonesia adalah

sistem ekonomi karakyatan yang mengacu pada tiga sektor yaitu BUMN (Badan Usaha Milik

Negara), BUMS ( Badan Usaha Milik Swasta) dan Koperasi. Dari ketiganya koperasi

dijadikan sebagai dasar pengaturan perekonomian nasional. Koperasi sebagai soko guru

perekonomian Indonesia adalah implikasi dari perkembangan ekonomian kerakyatan di

Indonesia. Pentingnya perekonomian yang berpihak kepada rakyat menjadi dasar lahirnya

pasal 27 dan 33 Undang-Undang Dasar 45. Dari kedua pasal tersebut menjadi landasan

lahirnya undang-undang perkoperasian (UU Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992) .dan

41

http://blog.bersiap.com/informasi/mengenal-sistem-ekonomi-kerakyatan-
pengertian-kons

42

http://sutrisdinamis.blogspot.co.id/2011/02/negara-otonom.html
masalah yang paling besar yang dihadapi oleh sistem ekonomi kerakyatan adalah masalah

tentang bagaimana menanggulangi kemiskinan . dan salah satu solusi dalam menaggulangi

kemiskinan adalah dengan meperdayakan masyarakat miskin untuk keberlanjutan

penanggulangan kemiskinan .karena metode mekanisme atas-bawah (top-down), yang selama

ini digunakan hanya mengandalkan pemberian pemerintah mempunyai banyak kelemahan

karena tanpa penyertaan partisipasi masyarakat miskin secara menyeluruh43

Bagan kerangka analisis.

Penerapan sistem ekonomi


kerakyatan dalam
menanggulangi
Sistemkemiskinan
ekonomi
Institusi koperasi masyarak
pemerintah Pemberdayaan at
kelompok
masyarakat miskin

43

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Panduan praktis


analisis data Untuk Mendukung Kordinasi Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta :
TNP2K, 2010

Anda mungkin juga menyukai