PERNIKAHAN:
IKHTIAR MEWUJUDKAN KELUARGA BERKAH
Kompetensi Dasar:
Memahami makna cinta dan fitrah manusia untuk menikah, mengikuti
bimbingan agama dalam mencari pendamping hidup, dan menjaga kesucian
diri dengan tidak berpacaran sebagai bagian dari ikhtiar untuk mewujudkan
keluarga yang penuh berkah.
Indikator:
Menyebutkan hakikat cinta dan fitrah manusia untuk menikah;
Mengikuti tuntunan agama dalam mencari calon pendamping hidup;
Berkomitmen untuk menjaga kesucian diri (‘iffah) dengan tidak berpacaran dan tidak berzina;
Menjelaskan tujuan dan urgensi nikah;
Mengikuti teladan Nabi dalam mewujudkan keluarga yang penuh berkah.
1
negatif, tergantung pada bentuk penyalurannya. Oleh karena itulah, Islam
memberikan aturan dan pedoman agar cinta mengalir tepat pada muaranya,
yakni membawa dampak positif bagi manusia.
Menurut ajaran Islam, perasaan cinta akan membawa kebaikan pada
manusia bila disalurkan hanya dalam bingkai pernikahan. Hal ini karena
dalam pernikahan, hampir semua bentuk interaksi antara laki-laki dan
perempuan menjadi halal, bahkan bernilai pahala bila dilakukan karena Allah.
Terkait dengan orang yang sedang “jatuh” cinta, umum diketahui bahwa
mereka seringkali menyalurkan perasaan cintanya dengan cara selalu berada
dekat dengan sang pujaan hati, saling memandang, berbicara berdua, bahkan
mungkin lebih dari itu. Semua aktivitas ini secara tegas oleh Islam terlarang
dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang bukan suami-istri, karena dapat
menimbulkan dampak negatif bagi individu, keluarga, maupun masyarakat.
Permasalahannya adalah, orang yang sedang “jatuh” cinta –disebabkan
dominasi gelora perasaan cinta atas akalnya– cenderung tidak mampu
menghindari aktivitas-aktivitas tersebut meskipun mereka tahu bahwa hal
tersebut terlarang.
Termasuk dalam kategori cinta yang dilarang Islam adalah cinta
kepada sesama jenis atau yang populer di Indonesia dengan homo seksual
atau liwath dalam bahasa Arab. Uniknya perilaku yang pernah terjadi pada
umat Nabi Luth ini sekarang banyak dipraktikkan orang-orang Barat, juga
Indonesia. Padahal dalam Q.S. Al-A’raf:80-84 disebutkan azab yang dahsyat
ditimpakan kepada kaum Nabi Luth yang berperilaku homo seksual. Selain
itu, para ulama sangat mengutuk, mengecam dan mengharamkan homo
seksual sebab ia dipandang sangat menjijikkan dan bertentangan dengan
kodrat dan tabiat manusia.
Berkenaan dengan masalah cinta, terdapat sebuah temuan penting dan
mengejutkan dari seorang peneliti di National Autonomous University of
Mexico. Ia menyatakan bahwa sebuah hubungan cinta pasti akan menemui
titik jenuh, bukan hanya karena faktor bosan semata, tapi karena kandungan
zat kimia di otak yang mengaktifkan rasa cinta itu telah habis. Rasa “tergila-
gila” dan cinta pada seseorang tidak akan bertahan lebih dari 4 tahun. Jika
telah berumur 4 tahun, cinta sirna, dan yang tersisa hanya dorongan seks,
bukan cinta yang murni lagi.
Menurut si peneliti, rasa “tergila-gila” yang muncul pada awal
jatuh cinta disebabkan oleh aktivasi dan pengeluaran komponen kimia
spesifik di otak, berupa hormon dopamin, endorfin, feromon, oxytocin,
neuropinephrine yang membuat seseorang merasa bahagia, berbunga-
bunga dan berseri-seri. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, dan terpaan
badai tanggung jawab dan dinamika kehidupan efek hormon-hormon itu
berkurang lalu menghilang (detik.com/2009).
دة
ً َّ ََْ ََِوِْ ْأ َْآْاِه َْ ْن َخلَ َق َل ُك ْو ِْ ْأ َُْب ِ ِِ ُك ْو ََْْزوا ًجا لَِت ِْ ُ ُكِ ا إَِْليب َها َو َ َج َ ل َْبيب
َ
ُك ْو
ََوُْ ْحًَة إِ َّن ِِف َذِل َك
3. Hikmah Pernikahan
a. Keuntungan pacaran
1) Belajar mengenal karakter lawan jenis.
2) Mendapatkan perhatian lebih dari orang lain, yakni pacar.
3) Mudah menemukan tempat menyampaikan keluhan, unek-unek, atau
curhat berbagai permasalahan yang dihadapi kepada pacar.
4) Memiliki tempat berbagi di saat suka maupun duka.
5) Tidak kesepian karena ada yang setia menemani kapanpun dan di
manapun.
6) Ada yang mentraktir makan, minum, pulsa, dan sebagainya.
7) Antar-jemput atau ojek gratis.
8) Sarana mencari pendamping hidup agar mengenal dia dan tidak salah
pilih.
9) Senang dan bahagia karena bisa menyalurkan rasa cinta dan dicintai.
10) Menimbulkan motivasi atau semangat hidup.
11) Sarana untuk menyalurkan “hasrat” atau nafsu seksual.
Bila dikaji lebih lanjut, sepuluh keuntungan pacaran di atas
sesungguhnya tidak sepenuhnya berlaku pada sepasang pacar. Malah
keuntungan bagi si pacar sangat mungkin menjadi kerugian bagi pacarnya.
Sebagai contoh, keuntungan nomor enam dan tujuh (umumnya) merupakan
keuntungan pihak perempuan, tapi kerugian di pihak laki-laki. Sebagai
kompensasinya, pihak laki-laki mungkin mencari nomor sebelas sebagai
keuntungannya. Terlepas dari itu, dalam perspektif Islam, keuntungan nomor
sebelas sebenarnya merupakan kerugian karena mengakibatkan dosa besar.
Adapun keuntungan pertama sampai kelima ternyata dapat juga
diperoleh dari selain pacar, yaitu sahabat dekat atau keluarga. Selain itu,
keuntungan nomor delapan juga layak dipertanyakan. Meski sering
diutarakan pelaku pacaran, keuntungan ini ternyata sering kali tidak terjadi.
Penyebabnya adalah para pelaku pacaran cenderung menutupi sifat atau
perilaku buruknya agar tidak ditinggal pacarnya.
Dengan demikian, dari sekian banyak keuntungan pacaran, mungkin
hanya keuntungan nomor sembilan dan sepuluh yang dapat dinikmati setiap
pasang pelaku pacaran, dan hanya dapat diperoleh dari aktivitas pacaran.
Selebihnya, tergantung dari para pelaku pacaran dan sudut pandang mereka.
b. Kerugian Pacaran
Meskipun pacaran dilakukan suka sama suka, tapi aktivitas ini juga
menimbulkan sejumlah dampak negatif atau kerugian pada diri pelaku dan
orang-orang terdekatnya. Kerugian-kerugian tersebut antara lain:
1) Mengurangi waktu untuk diri sendiri.
2) Menghambat kinerja otak karena hanya memikirkan satu obyek saja
[pacar].
3) Mendorong orang untuk berbohong agar tidak merugikan dirinya.
4) Menghabiskan uang, seperti untuk beli pulsa, bensin, makanan, jalan-
jalan.
5) Menghambat cita-cita karena waktu dan pikiran banyak tecurah kepada
pacar
6) Beternak dosa. Hampir semua aktivitas dalam pacaran menimbulkan
dosa.
7) Hati menjadi resah dan tidak tenang karena telah memperbanyak dosa.
8) Perasaan resah dan gelisah karena cemburu dan takut ditinggal pacar.
9) Memunculkan fitnah. Bila berduaan di dalam rumah bisa digrebek warga.
10) Hilangnya kerawanan dan keperjakaan bila tidak mampu mengendalikan
nafsu.
11) Menimbulkan aib bagi keluarga bila sampai terjadi hamil di luar nikah.
12) Menunda pernikahan karena keasyikan berpacaran.
13) Menimbulkan efek sakit hati, bahkan bunuh diri apabila “putus” cinta.
14) Membatasi pergaulan dan wawasan karena dilarang pacar.
15) Terjadi kekerasan dalam pacaran (KDP), baik fisik maupun psikis.
16) Menyebabkan konflik dengan orang tua bila hbungan tersebut tidak
disetujui.
17) Mengganggu kuliah atau studi, tidak selesai tepat waktu, bahkan drop
out.
18) Dipandang negatif oleh orang lain.
(3) Larangan melihat lawan jenis tanpa maksud yang dibolehkan agama.
“Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini
suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah
dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan
adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba
(menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati
adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu,
kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari
yang demikian.” (H.R. Muslim).
2. Nikah Mut’ah
Dan dari Ali r.a. bahwa Rasulullah Saw. melarang kawin mut’ah pada
waktu perang Khaibar dan melarang makan daging keledai piraan. “
c. Umar RA mengharamkan kawin mut’ah pada masa beliau menjadi
khalifah dan dibenarkan oleh para sahabat RA. Padahal mereka tidak
mungkin membenarkan kesalahan.
d. Al-Khattab menyatakan keharaman mut’ah berdasarkan ijma’
(kesepakatan ulama’), kecuali dari sebagian golongan Syiah. Bila ada
perselisihan , maka harus kembali kepada Ali KW, demikian menurut
kaidah mereka. Padahal Ali menyatakan bahwa mut’ah sudah
dinasakh (dihapus dan tidak diperbolehkan lagi).
e. Karena mut’ah dilakukan untuk melampiaskan syahwat dan tidak untuk
menghasilkan keturunan maupun memelihara anak yang merupakan
tujuan dasar dalam perkawinan, maka kawin mut’ah menyerupai zina dari
segi tujuan bersenang-senang saja. Dan itu merugikan wanita. Karena
wanita bagaikan barang yang berpindah-pindah dari satu tangan ke
tangan yang lain. Di samping itu juga membahayakan anak-anak, karena
mereka tidak memiliki rumah untuk menetap dan memelihara serta
mendidik mereka.
B. Tugas Kontekstual
Lakukan aktivitas-aktivitas berikut dan catatlah hasilnya!
1. Identifikasi akibat negatif pacaran pra nikah yang dilakukan muda-
mudi di lingkungan sekitarmu!
2. Lakukan investigasi kepada teman-teman anda yang berpacaran
mengenai alasan sesungguhnya mereka berpacaran
3. Buatlah studi kasus perceraian dan lakukan analisis terhadap
penyebabnya!