Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………..1

MIND MAPPING…………………………………………………………..2

TEORI BELAJAR KOGNITIF ……......…………………………………..3


A. Pengertian……………………………………..…………………….3
B. Konsep………………………..……………………………………..3
C. Implikasi dalam pelayanan konseling……….…..…………………..7

YEL-YEL…………………………………………………………………..9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..10

1
TEORI BELAJAR KOGNITIF

A. Pengertian Teori Belajar Kognitif


Kognitif berasal dari bahasa Inggris “Cognitive” yang bermakna
mengerti atau pengertian. Diartikan secara luas bahwa Cognition (Kognisi)
adalah perolehan pengetahuan, penataan dan penggunaannya. Kalau arti
secara umumnya adalah kemampuan intelektual yang terdiri dari beberapa
tahap mulai dari Knowledge (Pengetahuan), Comprehention
(Pemahaman), Aplication (Penerapan), Analysis (Analisis), Sinthesis
(Sintesa), sampai Evaluation (Evaluasi). Ada juga yang mengartikan
kognitif sebagai kemampuan untuk mengembangkan rasional (akal).
Pembelajaran bagi aliran kognitif yaitu mendapat stimulus dan
menghasilkan respons yang mekanistik, melibatkan kondisi mental
didalam individu pembelajar yang berhubungan dengan persepsi,
perhatian, motivasi dan lain-lain. Sehingga belajar dipahami sebagai suatu
proses mental yang aktif dalam memperoleh, mengingat dan menunjukkan
kedalam perilaku. Perilaku yang nampak tidak dapat diamati dan diukur
apabila tidak melibatkan proses mental seperti kesadaran, motivasi,
keyakinan dan proses mental lainnya.
B. Konsep Teori Belajar Kognitif
Para pakar teori kognitif seperti Piaget, Bruner, dan Ausubel
memberikan makna tersendiri tentang teori kognitif. Menurut Piaget
kegiatan belajar terjadi seturut  dengan pola tahap-tahap perkembangan 
tertentu dan umur seseorang, serta melalu proses asimilasi, akomodasi dan
equilibrasi.
a. Teori Gestalt
Psikologi kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar
Gestalt. Peletak dasar dari teori gestalt ini adalah Mex Wertheimer
(1880-1943) yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving.
Kemudian diikuti oleh Kurt Koffka (1886-1941) yang menguraikan

2
tentang hukum-hukum pengamatan dan selanjutnya diikuti pula oleh
Wolfgang Kohler (1887-1959) yang meneliti tentang insight dalam
simpanse
b. Teori belajar menurut Piaget
Menurut Piaget setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya
menurut tahap yang teratur. Pada satu tahap perkembangan tertentu
akan muncul skema atau struktur tertentu yang keberhasilannya pada
setiap tahap amat bergantung pada tahap sebelumnya. Adapun
tahapan-tahapan tersebut adalah:
1. Tahap Sensori Motor(dari lahir sampai kurang lebih umur 2 tahun)
Beberapa kemampuan kognitif yang penting muncul pada saat ini.
Anak tersebut mengetahui bahwa perilaku yang tertentu
menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya. Misalnya dengan
menendang-nendang dia tahu bahwa selimutnya akan bergeser
darinya.
2. Tahap Pra-operasional ( kurang lebih umur 2 tahun hingga 7 tahun)
Dalam tahap ini sangat menonjol sekali kecenderungan anak-anak
itu untuk selalu mengandalkan dirinya pada persepsinya mengenai
realitas. Intelek anak dibatasi oleh egosentrisnya yaitu ia tidak
menyadari orang lain mempunyai pandangan yang berbeda
dengannya.
3. Tahap Operasi Konkrit (kurang lebih 7 sampai 11 tahun)
Dalam tahap ini anak-anak sudah mengembangkan pikiran logis.
Anak-anak yang sudah mampu berpikir secara operasi konkrit
sudah menguasai sebuah pelajaran yang penting yaitu bahwa ciri
yang ditangkap oleh pancaindra seperti besar dan bentuk sesuatu,
dapat saja berbeda tanpa harus mempengaruhi misalnya kuantitas.
4. Tahap Operasi Formal (kurang lebih umur 11 tahun sampai 15
tahun)
Selama tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikir
mengenai gagasan. Anak dengan operasi formal ini sudah dapat

3
memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah. Pemikirannya
tidak jauh karena selalu terikat kepada hal-hal yang besifat konkrit,
mereka dapat membuat hipotesis dan membuat kaidah mengenai
hal-hal yang bersifat abstrak.
a. Teori belajar menurut Bruner
Bruner, melalui teorinya itu (dalam Suherman E., 2003),
mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi
kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga).
Dengan memanipulasi alat-alat peraga, siswa dapat belajar melalui
keaktifannya. Sebagaimana  yang dikemukakan oleh Bruner (dalam
Suwarsono, 2002;25), belajar merupakan suatu proses aktif yang
memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar
(melebihi) informasi yang diberikan pada dirinya.
Ada dua bagian yang penting  dari teori Bruner, yaitu :
1. Tahap enaktif, yaitu  suatu tahap pembelajaran  sesuatu
pengetahuan  di mana pengetahuan itu dipelajari secara aktif,
dengan menggunakan benda-benda kongkret atau menggunakan
situasi yang nyata.
2. Tahap Ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan
di mana pegetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam
bentuk bayangan visual (visual imagery), gambar, atau diagram,
yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret yang
terdapat pada tahap enaktif tersebut di atas.
3. Tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran di mana
pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol
abstrak (Abstract symbols yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai
berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang
bersangkutan), baik simbol-simbol verbal (Misalnya huruf-huruf,
kata-kata, kalimat-kalimat) lambang-lambang matematika, maupun
lambang-lambang abstrak lainnya.

4
b. Teori belajar  menurut ausubel
David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Menurut
Ausubel bahan subjek yang dipelajari siswa mestilah “bermakna”
(meaningfull). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses
mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat
dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta,
konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan
diingat siswa. Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa boleh
menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan
mereka. Artinya, bahan subjek itu mesti sesuai dengan keterampilan
siswa dan mesti relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa.
Cara Pembelajaran Bermakna dengan Menggunakan Peta Konsep :
1. Pilih suatu bacaan dari buku pelajaran
2. Tentukan konsep-konsep yang relevan
3. Urutkan konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang
paling tidak inklusif atau contoh-contoh.
4. Susun konsep-konsep tersebut di atas kertas mulai dari konsep
yang paling inklusif di puncak konsep ke konsep yang tidak
inklusif di bawah.
5. Hubungkan konsep-konsep ini dengan kata-kata penghubung
sehingga menjadi sebuah peta konsep.
6. Langkah-langkah yang biasanya dilakukan guru untuk
menerapkan belajar bermakna Ausubel adalah sebagai berikut:
Advance organizer, Progressive differensial, integrative
reconciliation, dan consolidation.
Empat type belajar menurut Ausubel , yaitu:
1. Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan
pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran
yang dipelajari itu. Atau sebaliknya, siswa terlebih dahulu

5
menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari
kemudian pengetahuan baru tersebut ia kaitkan dengan
pengetahuan yang sudah ada. (langsung berhadapan dengan
bendanya, konkret, siswa langsung menemukan maksud dalam
pembelajaran)
2. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran
yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan
pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
3. Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi
pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada
siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia
peroleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah
dimiliki.
4. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna yaitu
materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan
kepada siswa sampai bentuk akhir , kemudian pengetahuan
yang baru ia peroleh itu dihafalkan tanpa mengaitkannya
dengan pengetahuan lain yang telah ia miliki.
C. Implikasi Dalam Pelayanan Konseling
Berikut merupakan bebrapa implikasi yang dapat diterapkan dalam
pelayanan konseling :
1. Pendekatan Mengingat ( Remembering )
Pendekatan yang pertama dalam bimbingan konseling adalah
pendekatan mengingat. Mengingat merupakan pendekatan yang
ada dalaml kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk
mengkondisikan agar “ mengingat “ bisa menjadi bagian dari
belajar bisa menjadi bagian belajar yang bermakna.
2. Pendekatan Memahami ( Understanding )
Pendekatan yang kedua adalah pendekatan memahami. Saah satu
pendekatan yang harus anda lakuakn sebagi seorang konselor

6
adalah mampu memahami dan mengerti akan apa yang sedang
dialami dan solusi apa yang diinginkan oleh klien

3. Pendekatan Menerapkan ( Applying )


Menerapkan dalam hal ini adalah pendekatan yang dilakukan oleh
seorang konsleor dalam hal mengarahkan klien agar bisa
menerapkan apa yang telah diberikan oleh seorang knselor dalam
masa pembimbinhan tersebut berlangsung.
4. Pendekatan Menganalisis ( Analyzing )
5. Pendekatan Orientasi ( Oriented )
6. Pendekatan Kolaborasi ( Colaboration )
7. Pendekatan Edukasi ( Education )
8. Pendekatan Yang Berfokus Pada Masalah Saat Ini
9. Pendekatan Yang Terstruktur
10. Pendekatan Keyakinan
11. Pendekatan Formula
12. Pendekatan Mengevaluasi ( Evaluating)

7
YEL-YEL

PANTUN:

Ibuk net dosen kita

Dosen psikologi kita semua

Ini materi teori belajar kognitif dari saya

Mohon maaf jika banyak kurangnya

8
DAFTAR PUSTAKA

Wahyudin, H. Dinn. 2007. Materi Pokok Pengantar Pendidikan. Jakarta:


Universitas terbuka

https://projekku.wordpress.com/2012/10/18/konsep-belajar-menurut-pandangan

teori-kognitif/

https://www.dasarguru.com/teori-belajar-kognitif-dan-penerapannya/

https://dosenpsikologi.com/pendekatan-kognitif-dalam-bimbingan-konseling

Anda mungkin juga menyukai