SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum
Oleh:
Musfira
NIM: 10100117015
Nama : Musfira
Nim : 10100117015
Musfira
10100117015
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
DEWAN PENGUJI:
Disahkan oleh:
Dekan Fakultas Syari‟ah dan Hukum
UIN Alauddin Makassar,
iii
KATA PENGANTAR
Dari berbagi doa, dukungan dan perhatian yang penulis dapatkan selama
penyusunan skripsi ini berlangsung, sehingga hambatan yang ada dapat dilalui
dan dihadapi. Dengan penuh kerendahan hati, Penulis menghaturkan ucapan
terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Terkhusus ayahanda Muhammad
Jabir dan Ibu Sari Bulan, yang senantiasa mendoakan kesuksesan anaknya dan
kesabarannya dalam mendidik dan memberi semangat dari setiap langkah penulis.
Pada kesempatan ini, penulis berterima kasih kepada diri penulis sendiri
karena telah menyelesaikan skripsi ini dengan beberapa rintangan, tantangan, dan
ujian yang cukup berat. Tetap semangat walau skripsi ini diselesaikan ditengah
virus Covid-19. Tak lupa penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarmya kepada:
iv
2. Bapak Dr. H. Muammar Muhammad Bakry, Lc., M.Ag selaku Dekan
Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.
3. Ibu Dr. Hj. Patimah, M. Ag. selaku Ketua Program Studi Hukum Keluarga
Islam Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitar Islam Negeri Alauddin
Makassar.
4. Bapak Drs. Muhammad Jamal Jamil, M.Ag selaku Sekretaris Program
Studi Hukum Keluarga Islam, sekaligus pembimbing 1 penulis yang
senantiasa membimbing dan melayani penulisan skripsi ini hingga selesai.
5. Ibu Istiqamah,S.H.,M.H Selaku Pembimbing II yang telah bersedia
menyediakan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat serta
arahan kepada penulis.
6. Bapak Prof. Dr. H. Lomba Sultan,MA sebagai Penguji I dan Bapak Drs.
Hadi Daeng Mappuna, M.Ag. sebagai Penguji II yang senantiasa menguji
penulis dengan baik hingga selesai.
7. Seluruh Dosen, Pejabat dan Staf Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Alauddin Makassar pada umumnya dan Dosen Prodi Hukum Keluarga
Islam yang senantiasa mengajar penulis.
8. Majelis Hakim dan Ketua Pengadilan Agama Bantaeng Kelas II B
Kabupaten Bantaeng beserta seluruh karyawan dan Karyawati yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan
informasi dan data-data yang diperlukan penulis
9. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Hukum Keluarga Islam Angkatan 2017
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu Namanya yang memberikan
semangat dan dukungan selama bangku perkuliahan memberikan
kebersamaan dan keceriaan kepada penulis.
10. Ketiga kakak perempuanku, Latifah Luthfiah, Musdalifah, dan Sri
Muliana, beserta iparku yang selalu memberikan dukungan dan membantu
penulis secara finansial sehingga penulis bisa sampai pada tahap akhir
penulisan skripsi. Terima kasih banyak.
v
11. Teman-Teman Mutiara (Nur Hidayah, Alyah Kusuma Dewi, Rahmawati,
Ira, Marhani, Hikmahwaty,as) yang menjadi sahabat penulis yang selalu
memberikan keceriaan, terima kasih untuk semua dukungannya.
12. Semua rekan diorganisasi IPPS (Ikatan Penggiat Peradilan Semu) terima
kasih sudah menjadi tempat mengembangkan ilmu pengetahuan dan
mendapatkan banyak pengalaman.
13. Agus Rianto, yang memberikan dukungan, motivasi, semangat, dan
banyak membantu penulis selama menyusun skripsi ini hingga
terselesainya skripsi ini.
14. Serta seluruh pihak yang membantu terselesainya tugas akhir ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Demikian tugas akhir ini penulis buat, semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa/I Prodi Hukum
Keluarga Islam. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan di
dalamnya. Oleh karna itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan kedepannya.
Musfira
1010011015
vi
DAFTAR ISI
JUDUL ...................................................................................................................... i
vii
C. Itsbat Nikah .................................................................................................... 29
1. Pengertian Itsbat Nikah ............................................................................. 29
2. Dasar Hukum Itsbat Nikah ........................................................................ 30
3. Prosedur Pelaksanaan Itsbat Nikah ........................................................... 33
4. Akibat Hukum Itsbat Nikah ....................................................................... 44
A. Kesimpulan .............................................................................................. 79
B. Implikasi Penelitian .................................................................................. 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Transliterasi Arab-Latin
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat
1. Konsonan
Huruf
Nama Huruf Latin Nama
Arab
ب Ba B Be
خ Ta T Te
ج Jim J Je
د Dal D De
س Ra R Er
س Sin S Es
ix
ط Ta ṭ te (dengan titik di bawah)
غ Gain G Ge
ف Fa F Ef
ق Qaf Q Qi
ن Kaf K Ka
ي Lam L El
َ Mim M Em
ْ Nun N En
ٚ Wau W We
ٖ Ha H Ha
,
ء hamzah Apostrof
ٞ Ya Y Ye
diberi tanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vocal bahasa Indonesia, terdiri atas vocal
x
Tanda Nama Huruf Latin Nama
ََا fatḥah A A
ِا Kasrah I I
ِا ḍammah U U
َٜ
َ fatḥah dan yā‟ Ai a dan i
Contoh:
ََْف١َو : kaifa
3. Maddah
xi
atas
u dan garis di
ٛى ḍammah dan wau Ū
atas
Contoh:
ًَْْ١َِل: qila
4. Tā’ Marbūṭah
Transliterasi untuk tā‟ marbūṭah ada dua, yaitu: tā‟ marbūṭah yang
transliterasinya adalah [t]. Sedangkan tā‟ marbūṭah yang mati atau mendapat
Kalau pada kata yang berakhir dengan tā‟ marbūṭah diikuti oleh kata
yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah,
Contoh:
ْ َضحُ َْاأل
َطفَ َ ِي َ َٚ َ َس: raudal al-at fal
xii
5. Syaddah (Tasydid)
Contoh:
َستََّٕا: rabbana
6. Kata Sandang
sesuai dengan bunyi huruf yang ada setelah kata sandang. Huruf "l" ()ي
diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata
sandang tersebut.
Contoh:
7. Hamzah
bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah
berupa alif.
Contoh:
xiii
a. Hamzah di Awal
ُ ْ اُ ِِش: umirtu
َخ
b. Hamzah Tengah
c. Hamzah Akhir
ٌَءْٟ َش::َSyai‟un
Pada dasarnya setiap kata, baik fi„il, isim maupun huruf, ditulis
yang sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau
tersebut bisa dilakukan dengan dua cara; bisa terpisah per kata dan bisa pula
dirangkaikan.
Contoh:
Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf
Contoh:
xiv
Adapun tā‟ marbūṭah di akhir kata yang disandarkan kepada lafẓ al-
Contoh:
َّ َسحْ َّ ِح
َُْ َََََُّ٘لا َ ْٟ ِ فHum fi rahmatillah
Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All caps),
awal nama dari (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan
kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis
dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal
kata sandangnya.
Contoh:
B. Daftar Singkatan
H = Hijrah
M = Masehi
xv
SM = Sebelum Masehi
w. = Wafat tahun
HR = Hadis Riwayat
xvi
ABSTRAK
Nama : Musfira
NIM : 10100117015
Judul : Pelaksanaan Itsbat Nikah Terhadap Pernikahan Sirri Di
Pengadilan Agama Bantaeng
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
oleh hukum itu sendiri. Secara kodrati, manusia merupakan makhluk sosial pada
bersama yang paling utama dimulai dari kelompok yang terkecil yang disebut
adalah akad yang menyatukan dua jiwa yang saling mencintai dan untuk
mengatur terjadinya suatu perkawinan untuk menghindari dari akibat yang buruk
dalam perkawinan.
taqiyuddin menghindarkan diri dari zina , mempunyai anak, dan sebagai ibadah.1
memuaskannya, apabila tidak ada jalan lain yang mampu untuk memuaskannya
banyak orang yang mengalami goncangan dan hilang ketenangan, akhirnya akan
1
M. Dahlan R, Fikih Munakahat (Yogyakarta Juni 2015) h. 36
1
melakukannya dengan hal yang dilarang, pernikahan adalah cara alami dan
biologis yang terbaik.2 Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Imran 3:14.
Terjemahan:
Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang
diinginkan, berupa perempuan-perempuan.3
Berdasarkan ayat tersebut diatas bahwa rasa cinta menjadi anugerah yang
telah ditetapkan dan jalan perkawinan harus dirancang sedemikian rupa agar
undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang merupakan sumber hukum
berlaku.
sesuatu yang harus dilakukan dengan tujuan agar tercipta ketertiban perkawinan di
2
M Dahlan R, Fikih Munakahat, h. 37
3
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan terjemahnya (Cet. Ke 18, CV. Darus Sunnah,
Cipinang Mutiara-Jakarta Timur, 2015), h 52.
4
Republik Indonesia, “Undang-Undang No. 1 Tahun 1974” , dalam Undang-Undang RI
Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (Cet. 1, Bandung: Citra Umbara, 2020) h.10
2
kehormatan dan kesucian pernikahan, hal ini juga memberikan perlindungan
perselisihan diantara mereka yang menjadi kelalaian salah satu pihak agar
masing.
Namun masih terjadi perkawinan yang tidak dicatat atau disebut juga
perkawinan yang sah jika dilakukan sesuai dengan hukum dan syarat pernikahan,
namun tidak mencatatnya sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan, sehingga
negara tidak mengakui apabila timbul berbagai persoalan rumah tangga sampai
syarat-syarat nikah, maka mencari solusi yang cepat yaitu nikah sirri, sehingga
Hukum Islam. Praktik nikah sirri yang dilaksanakan secara umum tidak
5
Zainuddin dan Afwan Zainuddin, Kepastian hukum perkawinan siri dan
permasalahannya, di tinjau dari UU No. 1 Tahun 1974 (Yogyakarta Juni 2015) h. 26
6
Zainuddin dan Afwan Zainuddin, Kepastian hukum perkawinan siri dan
permasalahannya di tinjau dari UU No. 1 tahun 1974 h. 63
3
Ketentuan itsbat nikah tidak dapat dipisahkan dari ketentuan yang
dipertegas dengan pasal 7 ayat (3) huruf d Kompilasi Hukum Islam. Kedua, itsbat
nikah terhadap perkawinan yang tidak tercatat sebelum atau setelah berlakunya
7 ayat (2) dan (3), intruksi presiden nomor 1 tahun 1991 tentang Kompilasi
Hukum Islam.7
hukum, menetapkan apa yang telah ditentukan oleh hukum dalam suatu perkara,
7
R. Munthe,Sri Hidayani. "Kajian yuridis permohonan itsbat nikah pada Pengadilan
Agama Medan." JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial” 9.2 (2017)
8
Cahyani, Andi Intan. "Peradilan Agama Sebagai Penegak Hukum Islam Di
Indonesia." Jurnal Al-Qadau: Peradilan Dan Hukum Keluarga Islam 6.1 (2019).
4
maka dari itu tugas pokok hakim adalah menerima, memeriksa dan memutus
mutlak karna menjadi tugas hakim untuk menegakkan hukum dan keadilan
Indonesia.9
adanya itsbat nikah menjadi harapan dalam permasalahan suami istri serta pihak-
pihak yang berkaitan dalam hal ini bisa mendapat hak nya sebagaimana mestinya.
Pada tahun 2019 jumlah perkara yang diputus sebanyak 509 perkara di
sebesar 26,71% dengan jumlah 136 itsbat nikah yang telah diputuskan, yang
diantaranya 126 yang dikabulkan dan 3 ditolak, perkara itsbat nikah terbanyak
kedua setelah perkara cerai gugat sebesar 52,45% dengan jumlah perkara 267, dan
kemudian pada tahun 2020 itsbat nikah berkurang menjadi 12% itsbat nikah
dengan jumlah 61 perkara yang telah diputuskan, permohonan itsbat nikah dengan
9
Nur Aisyah. "Peranan Hakim Pengadilan Agama dalam Penerapan Hukum Islam di
Indonesia." Jurnal Al-Qadau: Peradilan dan Hukum Keluarga Islam 5.1 (2018)
5
tentang pencatatan nikah masih kurang efektif. Pelaksanaan itsbat nikah menarik
untuk diteliti karena itsbat nikah merupakan penetapan dari pernikahan yang
sudah terjadi sebelumnya namun tidak dilakukan pencatatan kepada pihak yang
AGAMA BANTAENG”.
1. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini penulis akan fokus kepada analisis dari pelaksanaan
nikah.
6
2. Deskripsi Fokus
menyampaikan persepsi yang sama antara penulis dan pembaca serta untuk
memperjelas runag lingkup penelitian ini maka penulis akan menjelaskan maksud
a. Analisis
b. Pelaksanaan
c. Itsbat Nikah
Itsbat nikah berasal dari bahasa arab yang terdiri dari itsbat dan nikah.
Kata itsbat berasal dari bahasa arab yaitu penetapan, penyungguhan, penentuan.
d. Pernikahan Sirri
karena pengertian pernikahan sirri adalah pernikahan yang tidak tercatat di Kantor
Urusan Agama.13
10
https://kbbi.web.id/analisis
11
https://kbbi.web.id/pelaksanaan
12
Zainuddin dan Afwan Zainuddin, Kepastian hukum perkawinan siri dan
permasalannya di tinjau dari UU No. 1 tahun 1974 h. 65
13
Bustami, Memikirkan Kembali Problemitika Perkawinan Poligami Secara Sirri (Cet. 1,
Yogyakarta, 2020) h. 47
7
C. Rumusan Masalah
nikah?
D. Kajian Pustaka
Agar penyusunan karya tulis ilmiah ini lebih fokus, penulis mengkaji
beberapa referensi literatur yang dibutuhkan sebagai revrensi yang relefan dengan
1 tahun 1974, tahun 2015, dalam buku ini di jelaskan tentang tata cara
bagian akhir membahas tentang perkawinan siri pencegahan dan solusi, dan
upaya hukum terhadap pernikahan siri dan perlindungan terhadap istri dan
anak. Namun dalam penelitian skripsi ini membahas tentang efektifitas dan
8
hal hal yang menjadi masalah dalam pelaksanaan itsbat nikah terhadap
2. Nurul Fuadi Yunus dalam judul skripsi “Efektivitas itsbat nikah massal
memiliki akta nikah. Berbeda dengan skripsi ini membahas tentang proses
dan hal hal yang menjadi masalah dalam pelaksanaan itsbat nikah terhadap
itsbat nikah bagi orang yang telah meninggal dunia. Namun dalam skripsi
dalam buku ini di jelaskan tentang fiqh munakahat secara luas dan
mendalam yang membahas hal yang paling dasar, dimulai dari pengertian
talak, poligami, dan lainnya. membahas tentang efektifitas dan hal hal yang
9
menjadi masalah dalam pelaksanaan itsbat nikah terhadap pernikahan sirri
1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Ilmiah
jelas tentang efektivitas dari pelaksanaan itsbat nikah terhadap pernikahan sirri di
b. Kegunaan Praktis
10
BAB II
ITSBAT NIKAH
1. Pengertian Perkawinan
definisi yaitu “perkawinan adalah ikatan lahir batin dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.” Perkawinan menjadi
suatu ritual kadang tidak hanya dipandang sebagai peristiwa sosial keduniawian,
melainkan juga dipandang sebagai peristiwa sakral yang dipengaruhi alam pikiran
bathin antara kedua mempelai dan juga timbul hubungan kekeluargaan di antara
sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan
perkawinan menurut UU No. 1 tahun 1974. Kata dari mitsaqan ghalidzon adalah
1
Istiqamah, Istiqamah. "Tinjauan Yuridis Pembagian Harta Warisan Pasangan Suami
Istri Yang Beda Agama (Perspektif Hukum Islam DAN KUHPerdata)." Jurisprudentie: Jurusan
Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum 4.1 (2017).
2
Republik Indonesia, “ Kompilasi Hukum Islam” dalam Undang-Undang RI Nomor 16
Tahun 2019 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan
Kompilasi Hukum Islam (Cet.1, Bandung: Citra Umbara) h. 319
11
penjelasan dari ungkapan “ikatan lahir dan batin” yang terdapat dalam susunan
kata undang-undang dan menyiratkan bahwa akad nikah bukan sekedar perjanjian
yang Maha Esa”di dalam undang-undang. Hal ini lebih lanjut menjelaskan bahwa
bagi umat Islam pernikahan adalah kegiatan keagamaan dan oleh karena itu yang
berasal dari kata nikah )َ (َٔىاحyang menurut bahasa artinya mengumpulkan, saling
memasukkan, dan digunakan untuk arti bersetubuh (wathi). Kata “nikah” sendiri
sering digunakan untuk arti persetubuhan (coitus), juga untuk arti akad nikah.4
beberapa pendapat dari mazhab maliki pernikahan adalah sebutan (ungkapan) atau
gelar untuk suatu akad yang dijalankan agar memperoleh kesenangan diri
(seksual).
3
Zaeni Asyhadie, dkk., Hukum Keluarga Menurut Hukum Positif Di Indonesia (Cet.
Pertama, Depok:Rajawali Pers, 2020) h. 35
4
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat (Cet. Ke-VIII Jakarta:Kencana, 2019) h. 5
12
(suami-istri) antara laki-laki dan perempuan, memberi dukungan dan membatasi
objek kesenangan bagi laki-laki, apa yang dilihat dari perempuan hanyalah aspek
biologis. Hal ini terlihat dari kata al-wat atau al-istimta yang kesemuanya
berkonotasi seks. Bahkan mahar yang semula diberikan dengan tulus sebagai
tanda cinta seorang laki-laki terhadap seorang perempuan, juga dimaknai sebagai
Implikasi selanjutnya adalah perempuan pada akhirnya akan menjadi pihak yang
(boleh). Hukum tersebut bisa berubah menjadi sunah, wajib, halal, makruh
beberapa ayat. Dalam hal ini penulis akan mengemukakan beberapa ayat yang
13
Terjemahan:
Dan di antara tanda-tanda (kebesarannya)-Nya ialah dia menciptakan
pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dia jadikan diantaramu rasa kasih
dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.7
dari ke tiga ayat di atas masih terdapat beberapa ayat yang terkait dengan
yang menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Imam Qurthubi,
salah satu ulama terkemuka dari Mazhab Maliki berpendapat bahwa calon suami
akan menyadari bahwa dia tidak akan dapat memenuhi kewajibannya yang
7
Departemen Agama RI Al-Qur‟an dan Terjemahnya Cet. Ke-18 (CV. Darus Sunnah,
Cipinang Mutiara-Jakarta Timur Tahun 2015) h.407
8
Departemen Agama RI Al-Qur‟an dan terjemahnya h. 355
9
Departemen Agama RI Al-Qur‟an dan Terjemahnya) h. 523
14
menjadi hak istri, tidak halal mengawini seseorang kecuali apabila ia menjelaskan
perikedaannya itu kepada calon istri.10 Para ulama Syafi‟iyah mengatakan bahwa
hukum asal mula nikah diperbolehkan, dan selain itu ada yang sunnah, wajib,
1) Wajib, yaitu bagi orang yang sudah layak dan ingin untuk menikah
2) Sunnah, Yakni kalau dilihat dari segi fisik sudah memungkinkan untuk
menikah, dan dari segi materill yang sudah dimilikinya, maka sunnah
orang yang demikian itu untuk menikah, jika dia menikah maka akan
3) Makruh, Yakni bagi orang yang pada dasarnya sudah bisa menikah,
dengan baik.
a. Rukun Perkawinan
10
A. Haimid Sarong, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia (Cet. Ke 3, Banda Aceh,
2010) h.35
11
Zaeni Asyhadie, dkk., Hukum Keluarga Menurut Hukum Positif di Indonesia h. 36
15
Rukun dalam perkawinan merupakan hal yang harus dipenuhi dari
b. Syarat-syarat Perkawinan
a) Beragama Islam
b) Calon suami jenis kelamin Laki-laki dan calon istri berjenis kelamin
perempuan
c) Jelas orangnya
a) Laki-laki
b) Dewasa
12
Zaeni Asyhadie, dkk., Hukum Keluarga Menurut Hukum Positif di Indonesia h. 78
13
Mardani Hukum Perkawinan Islam Di Dunia Islam h. 10
16
3) Saksi nikah, syarat-syaratnya:
d) Islam
e) Dewasa.
c) Memakai kata-kata nikah, tazwij atau terjemahan dari kedua kata tersebut
e) Orang yang terkait ijab dan qabul tidak sedang ihram haji atau umrah
f) Majelis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimal empat orang yaitu calon
mempelai atau wakilnya, wali dari mempelai wanita, dan dua orang saksi.
dan syarat sahnya perkawinan. Jika tidak ada mahar, maka pernikahannya menjadi
tidak sah. Pasal 1 KHI huruf d menyebutkan bahwa mahar adalah pemberian dari
calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita, baik berbentuk barang, uang
maupun jasa yang tidak bertentangan dengan hukum Islam. Mahar yang diberikan
kepada calon mempelai wanita yang dinikahi akan menjadi miliknya secara
penuh.
17
1) Dasar hukum memberi mahar adalah Al-Qur‟an yang menyebutkan sebagai
berikut:
ayat 4).
perkawinan tersebut tidak sah jika apabila adanya syarat dan rukun pernikahan
yang telah ditetapkan dalam Hukum Islam harus dipenuhi dan keberadaannya
4. Penghalang Perkawinan
Tahun 1974 tentang perkawinan yang dikutip dalam buku Istiqamah, tentang
yang:
atas.
14
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1974 dalam Istiqamah, Hukum Perdata Hukum Orang dan
Keluarga,(Cet. 1 Makassar: Alauddin University Press, 2014), h.107-108
18
2) Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping, yaitu antara
saudara, antara seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang
3) Berhubungan semenda, yaitu menantu, mertua, anak tiri, dan ibu atau
bapak tiri.
bibi/paman susuan.
5) hubungan saudara dengan istri atau sebagai bibi atau kemenakan dari
6) memiliki hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku
masih mempunyai hubungan perkawinan dengan orang lain tidak bisa menikah
lagi, kecuali yang terdapat pada Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 4 Undang-Undang
suami dan istri yang telah cerai kawin lagi 1 (satu) dengan yang lain dan
bercerai lagi untuk kedua kalinya, maka diantara mereka tidak boleh
d. Perempuan yang telah menikah berlaku masa iddah (Masa Tunggu) tertentu,
apabila: (1) perkawinan putus karena kematian=130 hari, (2) Perkawinan putus
19
karena cerai: (a) Bagi wanita masih haid=3 x suci, (b) Bagi wanita sudah tidak
haid=90 hari.a
5. Pencatatan Perkawinan
yang dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN) yang berkedudukan di Kantor
Urusan Agama (KUA) di wilayah kedua calon mempelai yang beragama Islam
Peralihan dari budaya lisan ke tulisan adalah ciri masyarakat modern, karna akta
surat digunakan sebagai bukti autentik. Saksi hidup tidak memberikan jaminan
bukan hanya karena kematian bisa membuat mereka hilang, tapi juga bisa
mengalami kelupaan dan kesalahan. Atas dasar ini yang disebut tindakan
memasukkan perkawinan dalam buku akta nikah untuk masing-masing suami dan
istri. Kutipan akta nikah merupakan bukti autentik yang diberikan oleh pegawai
15
Saifuddin Afief, Notaris Syariah Dalam Praktik Jilid Ke 1 Hukum Keluarga Islam,
(Jakarta:Darunnajah Publishing, 2011), h. 137
20
pencatat nikah, perceraian maupun rujuk. Dan juga di kantor catatan sipil sesuai
menyatakan bahwa peristiwa perkawinan itu ada dan terjadi, sehingga bersifat
administratif murni. Sementara itu tentang keabsahan perkawinan, Pasal 2 ayat (1)
Undang-Undang Perkawinan ini tidak menafikan sub-sub system hukum yang ada
dimasyarakat (hukum adat dan hukum agama) sehingga tata cara perkawinan
hukum-hukum agama.17
Legalitas suatu perkawinan dari segi hukum perdata, ada jika perkawinan
tersebut telah didaftarkan pada kantor administrasi negara yang resmi, meskipun
perkawinan belum didaftarkan maka akan disebut dengan kawin sirri dan
16
Zaeni Asyhadie, dkk, Hukum Keluarga Menurut Hukum Positif Di Indonesia h.104-105
17
Ahkam Jayadi. "Membuka Tabir Kesadaran Hukum." Jurisprudentie: Jurusan Ilmu
Hukum Fakultas Syariah dan Hukum 4.2 (2017).
21
dianggap tidak sah menurut ketentuan hukum, meskipun suami dan istri telah
dalam masyarakat. Ini adalah upaya yang diatur oleh undang-undang dan
perkawinan yang dibuktikan dengan akta, salah satu dari mereka dapat mengambil
tindakan hukum jika terjadi perselisihan antara suami dan istri untuk membela
perkawinan menurut agama Islam tidak hanya dicatat oleh pejabat Administrasi
18
Khaeron Sirin, Perkawinan Mazhab Indonesia:Pergulatan antara Negara, Agama, dan
Perempuan, (Cet. 1, Yogyakarta, 2018) h. 79
19
Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), h.
107
20
Mardani, Hukum keluarga Islam di Indonesia (Cet. Ke-2 Kencana, 2017), h. 58
22
seperti dimuat UU Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 61, PP No. 9 Tahun 1975 Pasal 45.
perkawinan. Begitu pula dengan Kompilasi Hukum Islam pasal 5 ayat (1) agar
dicatat. Dan pasal 5 ayat (2) pencatatan perkawinan tersebut pada ayat (1),
dilakukan oleh pegawai pencatat nikah sebagaimana yang diatur dalam Undang-
menjelaskan tentang pencatatan perkawinan pada ayat (1), (2), dan (3), yaitu
21
Jamal Jamil. "Subtansi Hukum Materil Perkawinan Di Lingkungan Peradilan
Agama." Jurnal Al-Qadau: Peradilan dan Hukum Keluarga Islam 2.1 (2015).
23
perundang-undangan mengenai pencatatan perkawinan. Dengan tidak mengurangi
tahun 1975.22
menjadi kategori sah ataupun tidak sah nya suatu pernikahan. Jika pernikahan
yang tidak dilakukan pencatatan sering dikatakan sebagai perkawinan siri. Ketika
melihat dari segi manfaat pencatatan nikah menjadi penting dan diperlukan
dari aspek hukum fikih saja, namun juga dari aspek-aspek keperdataan. Sehingga
Baqarah/ 2:282.
َ َُٕۡ ُى١َّۡ َ ۡىتُةَت١ٌۡ َٚ َ ًُٖۚ َُٛفَ ۡٱوتُثّّٝ ّٗ َٰ ٓ َأَ َج ًٖ َ ُِّ َسٌَِٝ ٍٓ َإ٠ۡ َٕتَُُتِ َذ٠ ْا َإِ َراَتَ َذاٛٓ ََُِٕ ٓ َ َءا٠ َ َاَٱٌَّ ِزٙ٠ُّ َ َٓأ٠َٰ
َُّٞۡ ٍِ ًِ َٱٌَّ ِز١ٌۡ َٚ َ َ ۡىتُ ۡة١ٍۡ ََُٱّللُ َف
ًۚ َّ َّٗ ٍَّة َ َو َّاَ َع َ َُ ۡىت٠ََْب َ َواتِةٌ َأ َ َ ۡأ٠َ ََلَٚ َ َواتِ ُۢةُ َتِ ۡٱٌ َع ۡذ ًۚ ِي
…ََّۡ ّّٗ ًۚاٟسَ ِِ َُٕۡٗ َش ۡ َ ۡث َخ٠َ ََلَٚۥ َّ ك
َ َُٗ ََّٱّللََ َست َۡ ك
ِ ََّت١ٌَٚ ُّ َٱٌ َح ۡ ِٗ ١ۡ ٍََع
Terjemahnya:
Wahai orang-orang yang beriman, apabilah kamu melakukan utang
piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.
Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan
benar. Janganlah penulis menolak untuk menuliskannyasebagaimana
Allah telah mengajarkan kepadanya, maka hendaklah dia menuliskan.
Dan hendaklah orang yang berutang itu mendiktekan, 23
22
Zaeni Asyhadie, dkk, Hukum Keluarga Menurut Hukum Positif di Indonesia (Cet.
Pertama, Depok, 2020) h. 105
23
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, h.49
24
Berdasarkan ayat diatas mengajarkan untuk selalu melakukan pencatatan
dalam segala bentuk muamalah seperti perdagangan, utang usaha dan lainnya,.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa bukti tertulis memiliki status yang lebih adil di
hadapan Allah, yang dapat memperkuat kesaksian dan menghindarkan kita dari
keraguan. Jika telah mendapatkan sumber nash hukum yang menjadi landasan
dalam pencatatan nikah, lalu carilah illat yang keduanya ada dalam akad nikah
dan muamalah, yaitu adanya kerugian atau mudharat yang terjadi jika tidak ada
bukti tertulis. Maka dapat diqiyaskan antara akad nikah dan muamalah. Dengan
adanya bukti tersebut maka calon pengantin dapat terhindar dari mudharat di
kemudian hari karena bukti tertulis ini dapat secara legal menangani berbagai
permasalahan rumah tangga, terutama alat bukti yang paling valid di hadapa
Pengadilan Agama.
dan pemenuhan kewajiban dari masing-masing pihak, naik suami maupun istri.
b. Jika terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh salah satu pihak di masa
mendatang, pihak yang dirugikan tidak dapat menuntut hak apapun. Apabila
bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan pasangannya. Karena ikatan
24
Mardani Hukum Keluarga Islam di Indonesia (Cet. Ke-2, Kencana, 2017) h. 58
25
dianggap tidak sah, maka perkawinan yang tidak dicatat memberikan peluang
B. Perkawinan Sirri
Kata “sirri” secara bahasa berasal dari bahasa Arab, yang berarti “rahasia”
(Secret marriage). Menurut Imam Maliki, nikah sirri adalah “nikah yang atas
bisa dikenai hukuman cambuk atau rajam jika keduanya telah melakukan
hubungan seksual dan diakui oleh empat orang saks lainnya. Demikian juga
Mazhab Syafi‟i dan Hanafi tidak membolehkan pernikahan yang terjadi secara
pernikahan yang dilakukan oleh wali dan disaksikan oleh saksi, tetapi nikah tidak
dilakukan di hadapan pejabat pencatat nikah yang merupakan aparat resmi dari
25
Bustami, Memikirkan Kembali Problematika Perkawinan Poligami Secara Sirri, (Cet.
1, Yogyakarta, 2020) h. 41
26
Zainuddin dan Afwan Zainuddin, Kepastian Hukum Perkawinan Siri dan
Permasalahannya (Cet.1 Yogyakarta, 2015) h. 47
26
Dilihat dari hukum adat Ter Haar memandang perkawinan secara berbeda,
bahwa perkawinan bukan hanya kesepakatan hukum perdata namun juga ikatan
pada hukum perdata seperti hak dan kewajiban suami istri, kepemilikan bersama
antara kedudukan anak, hak dan kewajiban orang tua, tetapi juga hukum adat .27
berikut:28
nikah
9) Faktor ekonomi.
faktor terjadinya nikah sirri di masyarakat antara lain sebagai sarana untuk
27
Nur Aisyah. "Peranan Hakim Pengadilan Agama dalam Penerapan Hukum Islam di
Indonesia." Jurnal Al-Qadau: Peradilan dan Hukum Keluarga Islam 5.1 (2018): 73-92.
28
Zainuddin, dan Afwan Zainuddin, Kepastian Hukum Perkawinan siri dan
Permasalahannya, ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, (Cet. 1, Yogyakarta,
2015) h.50
27
berpuas-puas, dan untuk menikah dengan wanita lain tanpa sepengetahuan istri
yang sah.29
memberikan jaminan terhadap hak suami, istri dan juga anak serta mencegah dari
kemudharatan.
7) Terlanjur cinta.
Pernikahan yang dilakukan secara sirri padahal mereka (para istri) ada di
pihak yang dirugikan karena sewaktu-waktu bisa diceraikan cukup dengan kata-
kata, tidak ada hak waris untuk istri dan anaknya, dan dampak lain bagi anak. Hal
ini berbeda jauh dengan status pernikahan resmi yang diakui oleh negara dengan
diterbitkannya buku nikah/akta pernikahan, status istri dan anak jelas, bisa
menuntuk cerai jika tidak dinafkahi, mendapatkan hak waris ketika suami
meninggal atau mendapatkan harta gono-gini ketika bercerai. Dalam pasal 31 ayat
29
Bahtiar Tahir, Nikah Siri:Penyebab dan problematika Atas Status Anak Dalam
Perspektif Hukum Islam, (Surabaya, 2016) h. 26
30
Bustami, Memikirkan Kembali Problematika Perkawinan Poligami Secara Sirri, h.46
28
1 undang-undang perkawinan bahwa hak dan kedudukan istri adalah seimbang
dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan
hidup bersama dalam masyarakat. Istilah yang digunakan ialah seimbang yang
baik antara hak dan kewajiban anak, dengan demikian sebenarnya tidak ada
C. Itsbat Nikah
Menurut bahasa, isbat nikah terdiri dari dua kata, yaitu kata isbat yang
merupakan masdar atau asal kata dari atsbata yang memiliki arti “menetapkan”
dan “nikah” yang berasal dari kata nakaha yang memiliki arti “saling menikah”.
Dengan demikian, kata isbat nikah memiliki arti, yaitu “penetapan pernikahan”.32
Sedangkan dalam pandangan fiqh nikah secara bahasa artinya bersenggama atau
bercampur. Para ulama fiqh berbeda pendapat tentang makna nikah, namun secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa nikah menurut ahli fiqh berarti akad nikah
yang ditetapkan oleh syara‟ bahwa seorang suami dapat memanfaatkan dan
31
Hartini, Hartini. "Kedudukan Wanita dalam hukum Islam." Jurnal Al-Qadau:
Peradilan dan Hukum Keluarga Islam 1.2 (2014).
32
Zaeni Ayhadie,dkk, Hukum Keluarga Menurut Hukum Positif di Indonesia (Cet.1
Depok:Rajawali Pers, 2020) h. 112
33
Zainuddin dan Afwan Zainuddin, Kepastian Hukum Perkawinan Siri dan
Permasalahannya, ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, h. 65
29
Islam, namun tidak tercatat oleh KUA atau PPN yang berwenang (Keputusan
Jadi dapat dipahami itsbat nikah adalah penetapan perkawinan antara laki-
laki dan perempuan sebagai suami istri yang dilaksanakan menurut ketentuan
agama Islam yang memenuhi rukun dan syarat perkawinan. Namun demikian
perkawinan tersebut terjadi pada masa yang lampau dan belum dilaporkan kepada
yang hanya ada pihak pemohon saja, tidak ada pihak lawan, dan tidak ada
sengketa. Oleh karena itu, ia tidak disebut sebagai perkara sebab perkara itu
Namun demikian, Pasal 5 ayat (1) UU No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan
perkara yang tidak mengandung sengketa apabila ada ketentuan dan penunjukan
oleh Undang-undang.35
menjadi substansi dalam pelaksanaan hukum Islam itu sendiri. Sehingga tidak
34
Zaeni Asyhadie, dkk, Hukum Keluarga Menurut Hukum Positif di Indonesia, h. 112
35
Zainuddin dan Afwan Zainuddin, Kepastian Hukum Perkawinan siri dan
Permasalahannya ditinjau dar Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, h. 66
30
mungkin pengambilan putusan oleh Badan Peradilan Agama tanpa mengacu pada
tahun 1974 tentang Perkawinan, dan aturan tersebut sama dengan ketentuan yang
Perkawinan, yang dimaksud dengan perkawinan adalah hal-hal yang diatur dalam
Maka dari itu landasan itsbat nikah yaitu berdasarkan ketentuan yang ada
36
Jamal Jamil. "Hukum Materil Perkawinan di Indonesia." Jurnal Al-Qadau: Peradilan
dan Hukum Keluarga Islam 4.2 (2018): 413-428.
37
Zainuddin dan Afwan Zainuddin, Kepastian Hukum Perkawinan Siri dan
Permasalahannya, ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, h. 66-67
31
b. Perkawinan yang dapat diitsbatkan adalah perkawinan yang terjadi sebelum
terjadi sesudahnya.
dibuktikan dengan akta nikah maka dapat di ajukan itsbat nikah.38 Pasal 7 KHI
2) Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan Akta Nikah , dapat
c. Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawinan.
38
Rahayu, Ninik. "Politik Hukum Itsbat Nikah." Musãwa Jurnal Studi Gender dan Islam
12.2 (2016)
32
e. Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan
4) Yang berhak mengajukan permohonan itsbat nikah ialah suami atau istri ,
perkawinan itu.
yang tidak tercatat, pasal ini menjadi ketentuan yang membolehkan dilakukannya
itsbat nikah dengan beberapa syarat dan batasan yang telah ditentukan. Menurut
Nur Aisyah, dengan mengutip pendapat Atho Mudzhar yang juga mengutip Paul
Scholten yang juga merupakan sarjana Belanda, hakim adalah yang telah
ditakdirkan harus belajar sepanjang hayatnya, kemudian putusan hakim itu adalah
putusan dari akal pikiran dan hati nurani, kalau cacat sedikit saja, maka
bahwa tugas hakim dalam mengadili harus mampu memberikan putusan yang
namun tidak memenuhi persyaratan yang diatur oleh negara, yaitu tidak dicatat
39
Nur Aisyah. "Peranan Hakim Pengadilan Agama dalam Penerapan Hukum Islam di
Indonesia." Jurnal Al-Qadau: Peradilan dan Hukum Keluarga Islam 5.1 (2018): 73-92.
33
oleh pegawai pencatat nikah yang berwenang. Perkawinan yang tidak memenuhi
Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 7 ayat (4) KHI yang
berbunyi “yang berhak mengajukan permohonan itsbat nikah ialah suami atau
istri, anak-anak mereka, wali nikah, dan pihak yang berkepentingan dengan
perkawinan itu”.
a. Bersifat volunteir (perkara yang pihaknya hanya terdiri dari pemohon saja,
1) Jika permohonan diajukan oleh salah seorang suami atau istri, dengan
2) Jika permohonan suami/istri sedang salah satu dari suami istri tersebut
masih ada hubungan perkawinan dengan pihak lain, pihak lain tersebut
40
Novitasari, Siska Dwi. "Akibat Hukum Itsbat Nikah Dalam Perspektif Undang-undang
No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Hukum Islam." Dinamika: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum
26.4 (2020)
41
Zaeni Asyhadie, dkk, Hukum Keluarga Menurut Hukum Positif di Indonesia, h.119
34
3) Jika permohonan diajukan oleh suami atau istri yang ditinggal mati oleh
suami atau istrinya, tetapi dia tahu ada ahli waris lainnya selain dia.
4) Jika permohonan diajukan oleh wali nikah, ahli waris atau pihak lain yang
berkepentingan.
Gugatan atau permohonan dapat diajukan dalam bentuk surat atau secara
lisan atau juga dapat dengan menggunakan kuasa yang telah ditunjuk kepada
Ketua Pengadilan Agama dengan membawa surat bukti identitas diri (KTP)
c. Surat permohonan atau dengan meminta bantuan kepada Pos Bakum (Pos
sidangnya,
d. Menghadiri Persidangan.
35
Menghadiri persidangan maksudnya adalah datang ke pengadilan sesuai
e. Putusan/Penetapan Pengadilan.
sebagai berikut:
menggunakan system meja, yaitu sistem kelompok kerja yang terdiri dari:
42
Mahkamah Agung RI, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan
Agama, Buku II, 2013, h. 9-12
36
b. Petugas Meja I menerima gugatan, permohonan, verzet, permohonan eksekusi
c. Perlawanan atas putusan verstek (verzet) tidak didaftar sebagai perkara baru,
Meja I adalah:
khusus dari atasan bagi PNS dan Anggota TNI/Polri. (Surat edaran
6) Salinan surat-surat yang dibuat di luar neger yang disahkan oleh kedutaan
37
f. Surat gugatan / permohonan diserahkan kepada petugas Meja I sebanyak
h. Dalam menaksir panjar biaya perkara, petugas Meja I berpedoman pada Surat
Biaya Perkara.
j. Komponen PNBP yang ditaksir meliputi biaya pendaftaran dan hak redaksi
berikut:
l. Setelah menaksir panjar biaya perkara, petugas Meja I membuat Surat Kuasa
38
3) Lembar ketiga warna merah untuk Kasir.
p. Pemegang Kas menerima bukti setor ke bank dari Penggugat / Pemohon dan
q. Pemegang Kas memberi nomor, membubuhkan tanda tagan dan cap tanda
r. Nomor urut perkara adalah adalah nomor urut pada Buku Jurnal Keuangan
Perkara.
telah diberi nomor perkara berikut SKUM kepada Penggugat / Pemohon agar
SKUM.
39
v. Petugas Meja II memasukkan surat gugatan / permohonan tersebut dalam
map berkas perkara yang telah dilengkapi dengan formulir : PMH, Penujukan
x. Dalam waktu paling lambat 2 (dua) hari kerja berkas perkara sebagaimana
angka (22) di atas harus sudah diterima oleh Ketua Pengadilan Agama /
Mahkamah Syar‟iyah.
Agama yaitu:43
yang dilangsungkan berdasarkan agama atau tidak dicatat oleh PPN yang
berwenang.
2009 dan Pasal 7 ayat (2),(3), dan (4) Kompilasi Hukum Islam.
43
Mahkamah Agung RI, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan
Agama, Buku II, 2013, h. 153-156
40
d. Dalam Pasal 49 angka (22) penjelasan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989
Pasal 7 ayat (3) huruf (d) Kompilasi Hukum Islam, perkawinan yang disahkan
Nomor 1 Tahun 1974. Akan tetapi, Pasal 7 ayat (3) huruf (a) Kompilasi
Undang Nomor 1 Tahun 1974 untuk kepentingan perceraian (Pasal 7 ayat (3)
e. Itsbat nikah dalam rangka penyelesaian perceraian tidak dibuat secar tersendiri
1) Permohonan itsbat nikah dapat dilakukan oleh kedua suami isteri atau
salah satu dari suami isteri, anak, wali nikah, dan pihak lain yang
tinggal dan permohonan itsbat nikah harus dilengkapi dengan alasan dan
41
2) Proses pemeriksaan permohonan itsbat nikah yang diajukan oleh kedua
(2) dan (3) tersebut di atas diketahui bahwa suaminya masih terikat
dalam perkawinan yag sah dengan perempuan lain, maka isteri terdahulu
tersebut harus dijadikan pihak dalam perkara. Jika Pemohon tidak mau
5) Permohonan itsbat nikah yang dilakukan oleh anak, wali nikah, dan
Termohon.
6) Suami atau isteri yang telah ditinggal mati oleh isteri atau suaminya,
42
berupa putusan dan atas putusan tersebut dapat diupayakan banding dan
kasasi.
7) Dalam hal suami atau isteri yang ditinggal mati tidak mengetahui ada ahli
waris lain selain dirinya maka permohonan itsbat nikah diajukan secara
8) Orang lain yang mempunyai kepentingan dan tidak menjadi pihak dalam
perkara permohonan itsbat nikah tersebut dalam angka (2) dan (6), dapat
9) Orang lain yang mempunyai kepentingan dan tidak menjadi pihak dalam
perkara permohonan itsbat nikah tersebut dalam angka (3, (4), dan (5),
belum diputus.
10) Pihak lain yang mempunyai kepentingan hukum dan tidak menjadi pihak
dalam perkara permohonan itsbat nikah tersebut dalam angka (3),(4) dan
11) Ketua Majelis Hakim 3 (tiga) hari setelah menerima PMH, membuat
43
permohonan pengesahan nikah tersebut 14 (empat belas) hari terhitung
sejak tanggal pengumuman pada media massa cetak atau elektronik atau
Agama/Mahkamah Syar‟iyah.
12) Majelis Hakim dalam menetapkan hari sidang paling lambat 3 (tiga) hari
hukum itsbat nikah ini mempunyai akibat hukum terhadap peristiwa pernikahan
a. Status Perkawinan
adanya atau dilakukannya itsbat nikah, tidak hanya sah menurut hukum agama
namun juga akan sah menurut hukum negara dalam arti kata segala akibat dari
perkawinan tersebut mejadi sah dan tercatat sesuai yang dimaksudkan dalam
hukum negara.
b. Status anak
44
Zaeni Asyhadie, dkk, Hukum Keluarga Menurut Hukum Positif di Indonesia, h.120
44
Itsbat nikah yang dilaksanakan akan memberikan kepastian hukum terhadap
status anak yang dilahirkan dalam perkawinan tersebut. Dalam hal ini
kepastian hukum tentang status anak diantaranya dapat dilihat dari peraturan-
peraturan berikut:
1) Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945, pada tahun 28-B ayat (1),
yaitu: “Anak Sah adalah anak yang lahir dalam atau sebagai akibat
3) Pasal 2 ayat (1), yaitu: “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut
5) Pasal 99 KHI, anak yang sah adalah: (1) anak yang dilahirkan dalam atau
akibat perkawinan yang sah; dan (2) hasil perbuatan suami istri yang sah di
hukum dengan kedua orang tua si anak. Selain itu, dapat memberikan jaminan
terhadap hak-hak istri, suami, dan anak-anak mereka, karena hak tersebut dapat
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif, atau disebut
betujuan untuk menumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan, yang diperoleh
2. Lokasi Penelitian
Bantaeng, karena lokasi ini memudahkan peneliti untuk meneliti dan memperoleh
B. Pendekatan Penelitian
bahasan yang diharap mampu memberi kejelasan uraian dari suatu substansi karya
ilmiah.1 Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan hukum
1
I Made Pasek Diantha, Metodologi Penelitian Hukum Normatif Dalam Jusifikasi Teori
Hukum, (Cet.1, Jakarta:Kencana, 2016),h. 156
46
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dan
Kompilasi Hukum Islam, beserta peraturan lain yang terkait dengan permasalahan
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang berasal dari lokasi penelitian yaitu
putusan atau penetapan hakim terkait itsbat nikah terhadap pernikahan sirri di
orang hakim dan satu orang panitera muda permohonan di Pengadilan Agama
Bantaeng.
2. Data Sekunder
penelitian seperti:
berupa buku dan jurnal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
47
2. Metode kualitatif
teknik-teknik berikut:
a. Observasi
dengan pencatatan sistematis dari semua gejala yang akan datang diteliti,
pengamatan tidak hanya terbatas pada manusia tetapi juga pada objek lain. Dalam
proses observasi berbeda yaitu pertama observasi partisipan (peneliti yang terlibat
dalam aktivitas sehari-hari orang yang diamati) kedua observasi non partisipan
(tidak terlibat dan hanya menjadi peneliti yang independen) dalam hal
b. Wawancara (Interview)
Wawancara dengan Ibu Nova Noviana, Ibu Dian Aslamiah selaku Hakim
Pratama dan Bapak Erwin Amir Betha sebagai Panitera Muda Permohonan di
Pengadilan Agama Bantaeng. Wawancara adalah salah satu metode analisis data
diteliti dan ketika peneliti menginginkan pertanyaan yang lebih detail dari
responden.
48
c. Dokumentasi
E. Instrument Penelitian
data dalam proses penelitian yaitu buku, kamera, pulpen, Flashdisk, perekam
suara dan alat lainnya. Dan juga penelitian ini memiliki tujuan untuk menemukan
data yang akurat tentang bagaimana hakim dalam memutuskan pelaksanaan itsbah
nikah, kepada yang melakukan pernikahan sirri setelah tahun 1974 di Pengadilan
melalui wawancara, sehingga salah satu instrument yang digunakan adalah daftar
Data yang didapatkan dari suatu penelitian ini kemudian dianalisis dari
data primer juga data sekunder. Data yang diperoleh dari Pengadilan Agama
Bantaeng juga hal-hal yang dibutuhkan dalam itsbat nikah, dianalisis, dan
ini meliputi isi dan struktur hukum positif dan hukum islam yang menjadi rujukan
ini.
49
BAB IV
II B
Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng, dan pada saat itu di ketuai oleh KH.
Abd. Djabbar pada tahun (1962-1978) dengan kondisi bangunan berbentuk rumah
Jalan Merpati Baru dan pada waktu itu diketuai oleh Hj. Sitti Hasan pada tahun
(1978-1979), lalu kemudian berpindah kantor lagi disebuah balai sidang yang
bangunan kecil yang dibiayai oleh Departemen Agama sebagai Departemen Induk
yang membawahi Pengadilan Agama. Saat ini dengan system satu atap semua
sebuah kantor dengan luas yang memadai setelah kantor tersebut telah diresmikan
diresmikan langsung ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia pada waktu itu
50
Dr. Harifin A. Tumpa, S.H di Pontianak, Kalimantan Barat. Kantor tersebut tetap
Sejak resmi berdiri hingga saat ini, Pengadilan Agama Bantaeng telah
kehakiman pada tingkat pertama bagi para pencari keadilan yang beragama Islam
1
Sumber Data: Kantor Pengadilan Agama Bantaeng Tgl 7 April 2021
51
1989 yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 dan kedua
Peradilan Agama adalah salah satu dari Peradilan Negara Indonesia yang
sah, yang bersifat Peradilan Khusus, yang berwenang dalam jenis perkara perdata
memutus perkara tertentu bagi orang-orang yang beragama Islam. Saat ini
Pengadilan Agama Bantaeng sat ini diketuai oleh Muhammad Ali,S.Ag. Adapun
VISI
MISI
keadilan.
dan wewenang masing-masing dan dapat berjalan dengan efektif dan juga efisien.
2
Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (Cet. 17, Jakarta:Rajawali Pers,
2016) h.6
52
Berdasarkan peraturan Mahkamah Agung Nomor 7 tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kepeniteraan dan Kesekretariatan Peradilan, dan Surat Edaran
53
3. Dasar Hukum Terbentuknya Pengadilan Agama Bantaeng
menentukan dalam Pasal 24 ayat (2) bahwa Peradilan Agama merupakan salah
satu salah satu lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung
Usaha Negara, dan Peradilan Militer, merupakan salah satu badan peradilan
rakyat pencari keadilan perkara tertentu antara orang-orang yang beragama Islam.
perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi
3
https://www.pa-bantaeng.go.id/sejarah/
54
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
KMA/080/VIII/2006).
tugas dan dan tingkah laku Hakim, Panitera, Sekretaris, Panitera Pengganti,
diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya (vide: Pasal 53 ayat (1) dan
KMA/080/VIII/2006).
4
https://www.pa-bantaeng.go.id/visi-dan-misi/tugas-pokok-dan-fungsi
55
e. Fungsi administratif, yakni menyelenggarakan administrasi peradilan (teknis
f. Fungsi lainnya:
instansi lain yang terkait, seperti DEPAG, MUI, Ormas Islam dan lain-
dikatakan mempunyai “yurisdiksi relatif‟ tertentu, dalam hal ini meliputi satu
5
Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama h.26
56
Pengadilan Agama berkedudukan di kotamadya atau di ibu kota
pengecualian.
395.85 km2. Secara geografis Kabupaten Bantaeng terletak pada titik 5021‟23” –
5035‟26” Lintang Selatan dan 119051‟42” – 120005‟27” Bujur Timur dengan batas
batas wilayah:6
kecamatan dan memiliki beberapa desa atau lurah di Kabupaten Bantaeng yaitu:
No Kecamatan Kelurahan/Desa
57
6. Kelurahan Malilingi
7. Kelurahan Karatuang
8. Kelurahan Onto
9. Desa Kayu Loe
2 Kecamatan Eremerasa 1. Desa Ulu Galung
2. Desa Lonrong
3. Desa Barua
4. Desa Kampala
5. Desa Pa‟bentengang
6. Desa Mappilawing
7. Desa Pa‟bumbungang
8. Desa Mamampang
9. Desa Parang Loe
3 Kecamatan Bissappu 1. Kelurahan Bonto Manai
2. Kelurahan Bonto Sunggu
3. Kelurahan Bonto Jaya
4. Desa Bontolangkasa
5. Kelurahan Bonto Lebang
6. Kelurahan Bonto Atu
7. Kelurahan Bonto Rita
8. Desa Bonto Loe
9. Desa Bonto Cinde
10. Desa Bonto Jai
11. Desa Bonto Salluang
4 Kecamatan Tompobulu 1. Kelurahan Banyorang
2. Desa Ereng-Ereng
3. Desa Campaga
4. Kel. Lembang Gantarang keke
5. Desa Labbo
6. Desa Patteneteang
7. Desa Pattallassang
8. Desa Balumbung
9. Desa Bonto Tappalang
10. Desa Bonto-Bonto
5 Kecamatan Pajukukang 1. Desa Biangkeke
2. Desa Biang Loe
3. Desa Batukaraeng
4. Desa Pa‟jukukang
5. Desa Borongloe
6. Desa Baruga
7. Desa Nipa-Nipa
8. Desa Lumpangan
9. Desa Rappoa
10. Desa Papan Loe
6 Kecamatan Uluere 1. Desa Bonto Marannu
2. Desa Bonto Tangnga
58
3. Desa Bonto Tallasa
4. Desa Bonto Lojong
7 Kecamatan Sinoa 1. Desa Bonto Bulaeng
2. Desa Bonto Karaeng
3. Desa Bonto Maccini
4. Desa Bonto Majannang
5. Desa Bonto Matene
6. Desa Bonto Tiro
8 Kecamatan 1. Desa Bajiminasa
Gantarangkeke 2. Kelurahan Gantarangkeke
3. Desa Kaloling
4. Desa Layoa
5. Keluarahan Tanah Loe
6. Desa Tombolo
Pada tahun 2019 jumlah perkara yang diterima sebanyak 509 perkara dan
yang diputus 509 Perkara, berikut daftar perkara pada Pegadilan Agama Bantaeng
tahun 2019:7
1 Izin Poligami 1
2 Pembatalan Perkawinan 5
3 Cerai Talak 56
5 Harta Bersama 1
6 Penguasaan Anak 1
7 Perwalian 3
7
Sumber Data: Kantor Pengadilan Agama Bantaeng Tgl 7 April 2021
59
9 Itsbat Nikah 136
10 Izin Kawin 0
11 Dispensasi Kawin 21
12 Wali Adhol 0
13 Kewarisan 7
14 Wasiat 0
15 Hibah 0
16 Lain-Lain 6
Jumlah 509
Dari jumlah perkara tersebut di atas diselesaikan pada tahun 2019 adalah
sebanyak 509 perkara, sementara tahun 2020 berjumlah 500 perkara yang diputus,
berikut rinciannya:8
1 Izin Poligami 1
2 Pembatalan Perkawinan 5
3 Cerai Talak 70
5 Harta Bersama 1
6 Penguasaan Anak 1
8
Sumber Data : Kantor Pengadilan Agama Bantaeng Tanggal 7 April 2021
60
7 Perwalian 0
9 Itsbat Nikah 61
10 Izin Kawin 0
11 Dispensasi Kawin 32
12 Wali Adhol 0
13 Kewarisan 4
14 Wasiat 1
15 Hibah 0
16 Lain-Lain 4
Jumlah 500
Bantaeng Kelas II B
dengan proses berperkara pada Peradilan Umum, kecuali yang telah diatur secara
khusus, hal ini disebutkan dalam Pasal 54 Undang-undang Nomor 7 tahun 1989
9
Republik Indonesia, “Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan
Agama” dalam Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (Cet. 17,Jakarta: Rajawali
Pers,2016), h.264
61
perdata yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum,
Itsbat nikah atau disebut juga dengan pengesahan nikah merupakan satu-
satunya jalan bagi orang-orang yang telah menikah namun pernikahannya belum
dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah pada Kantor Urusan Agama sehingga
pernikahan tersebut tidak diakui oleh negara. Pernikahan yang terjadi sebelum
nikah.
“ Itsbat nikah yang sering terjadi di Pengadilan Agama Bantaeng biasanya yang
mendaftar kedua pihak Pemohon I dan Pemohon II, itu 90% terjadi. Dan
selebihnya biasanya adanya permohonan itsbat nikah bagi yang suami atau
istrinya telah meninggal,dan adanya pihak terpelawan yang biasanya anak mereka.
Perkara itsbat nikah biasanya lebih cepat dari perkara Gugatan. Prosedur
pelaksanaanya Melakukan pendaftaran, kemudian membayar biaya panjar
perkara. (perkara baru terdaftar setelah membayar biaya perkara). Lalu perkaranya
dibawa ke Ketua Pengadilan untuk penentuan Majelis, lalu kemudian masuk ke
Ketua Majelis untuk menentukan hakimnya, selanjutnya Ketua Majelis
10
Erwin Amir Betha, Panitera Muda Pengadilan Agama Bantaeng, Wawancara, Di
Pengadilan Agama Bantaeng, ( 7 April 2021).
62
menentukan hari sidang dinamakan Penetapan Hari Sidang (PHS) dengan
mengikuti sesuai dengan jadwal sidang yang ada, disebabkan karna pengaruh
kurangnya Ketua Majelis di Pengadilan Agama Bantaeng. Interpal waktu dari
jadwal sidang minimal waktu 14 hari dari tanggal pendaftaran, setelah Penetapan
Hari Sidang diberikan Panitera untuk menentukan Panitera Pengganti yang
menyidangkan perkara dan Jurusita untuk memanggil Para Pihak. Dengan
berlandaskan Asas cepat, sederhana dan biaya ringan biasanya Pendaftaran,
Penentuan Majelis, dan Penetapan hari sidang dilaksanakan dalam satu hari.
Setelah penetapan hari sidang maka jurusita memberi surat panggilan sidang, dan
sebelum sidang dilakukan pengumuman itsbat nikah agar tidak ada pihak yang
keberatan atas pelaksanaan itsbat nikah tersebut, dan sidanglah pada tanggal yang
telah ditetapkan”.
Dari hasil wawancara dengan Ibu Dian Aslamiah,S.Sy. sebagai Hakim Pratama di
11
Dian Aslamiah, Hakim Pratama Pengadilan Agama Bantaeng, Wawancara, Di
Pengadilan Agama Bantaeng ( 9 April 2021)
63
pendaftaran, membayar biaya perkara, menunggu panggilan sidang, melakukan
pengadilan.
Kelas II B, dalam mengajukan itsbat nikah dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu
itsbat nikah yang bersifat voluntair, jika permohonan itsbat nikah diajukan oleh
suami istri yang pernikahan sirrinya ingin disahkan dengan mereka bertindak
Yang kedua ialah itsbat nikah yang bersifat kontensius, gugatan pengesahan nikah
lain.
“Yang berhak mengajukan permohonan itsbat nikah ialah suami atau isteri, anak-
anak mereka, wali nikah, dan pihak yang berkepentingan dengan perkawinan itu”.
praktek pelaksanaan itsbat nikah yang telah memiliki penetapan dengan nomor
perkara: 33/Pdt.P/2021/PA.Batg:
12
Republik Indonesia, “ Kompilasi Hukum Islam” dalam Undang-Undang RI Nomor 16
Tahun 2019 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan
Kompilasi Hukum Islam (Cet.1, Bandung: Citra Umbara) h. 320
64
1. Pengajuan permohonan
menjelaskan bahwa para pihak telah memiliki seorang anak , mereka mengajukan
pada tahun 2013 di negara Malaysia tepatnya di Sarato. Adapun surat permohonan
Membayar (SKUM) dalam hal ini para pemohon membayar panjar biaya perkara
adanya Majelis Hakim yang ditentukan oleh Ketua Pengadilan, Maka Ketua
65
Majelis melakukan Penetapan Hari Sidang (PTS), Kemudian Panitera menunjuk
Jurusita dan Panitera Pengganti, maka Para Pemohon yang telah mendaftarkan
2021 ditetapkan sebagai hari sidang. Bahwa atas perintah Ketua Majelis, untuk itu
memerintahkan untuk menghadirkan minimal dua orang saksi yang tahu persis
itsbat nikah tersebut pada hari rabu, tanggal 11 Maret 2021, untuk masa
tidak adanya pihak yang keberatan dalam pelaksanaan itsbat nikah tersebut.
3. Menghadiri Sidang
umum oleh Ketua Majelis tanggal 30 Maret 2021 Masehi bertepatan dengan
permohonan para Pemohon yang isi dan maksudnya tetap dipertahankan oleh Para
66
diberikan orang yang jujur untuk membuktikan kebenaran dengan lafal kesaksian
Para saksi dalam persidangan itsbat nikah adalah orang yang mengetahui
2013 di Sarato, Negara Malaysia. Para saksi mengenal para Pemohon, dan para
Pemohon tidak memiliki hubungan darah dan tidak sesusuan serta tidak terdapat
duda (cerai mati) dan Pemohon II berstatus janda (cerai mati). Dengan mahar
yang diberikan adalah emas 5 gram dibayar tunai. Para saksi juga membenarkan
bahwa para Pemohon beragama Islam, sejak Pemohon I dan Pemohon II menikah
tidak pernah terjadi perceraian, dan para Pemohon telah dikarunia seorang anak
yang berusia 6 tahun. Bahwa atas keterangan para saksi tersebut yang
Selasa, tanggal 30 Maret 2021 Masehi, penetapan tersebut diucapkan pada hari itu
juga dalam sidang terbuka untuk umum oleh Ketua Majelis dan para Hakim
Anggota tersebut, yang didampingi oleh Panitera Pengganti dengan dihadiri oleh
13
Nur Aisyah. "Kesaksian Perempuan Perspektif Fikih." Jurnal Al-Qadau: Peradilan dan
Hukum Keluarga Islam 4.1 (2017): 185-196
67
para Pemohon, kemudian Majelis Hakim membacakan putusan yang amarnya
berbunyi:
produk Pengadilan Agama dalam arti bukan peradilan yang sesungguhnya, yang
karena di sana hanya ada pemohon, yang memohon untuk ditetapkan tentang
kekuatan dan berlaku untuk pihak-pihak maupun untuk dunia luar (pihak ketiga)
14
Erwin Amir Betha, Panitera Muda Permohonan Pengadilan Agama Bantaeng,
Wawancara, Di Pengadilan Agama Bantaeng, ( 7 April 2021).
68
tetapi penetapan hanya berlaku untuk pemohon sendiri, untuk ahli warisnya, dan
pernikahan bukan hanya hubungan sebagai suami istri dan ikatan lahir bathin,
namun juga memiliki unsur keperdataan untuk menjaga hak-hak mereka. Menurut
hukum Islam akibat hukum dari perkawinan yang sah, baik menurut agama dan
negara adalah: (1) menjadi halal melakukan hubungan seksual dan bersenang-
senang antara suami istri tersebut; (2) mahar yang diberikan menjadi milik istri;
(3) timbulnya hak-hak dan kewajiban suami-istri, suami menjadi kepala ruma
tangga, sedangkan istri menjadi ibu rumah tangga; (4) anak-anak yang dilahirkan
dari perkawinan itu menjadi anak yang sah; (5) timbul kewajban suami untuk
tinggal bersama; (6) berhak saling waris mewarisi antara suami istri dan anak-
anak dengan orang tua; (7) timbulnya larangan perkawinan karna hubungan
semenda; (8) Bapak berhak menjadi wali nikah dalam bagi anak perempuannya;
(9) bila diantara suami istri meninggal salah satunya, maka yang lainnya berhak
15
Roihan A. Rasyid “Hukum Acara Peradilan Agama” h.215
16
Zainuddin dan afwan zainuddin, Kepastian hukum perkawinan siri dan
permasalahannya ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, (Cet. 1, Yogyakarta 2017),
h. 74
69
perkara itsbat nikah tersebut secara keseluruhan tahap dan prosedurnya sudah
Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Hukum Acara Perdata yang berlaku. Secara
warga negara yang harus dihormati (to respect), dilindungi (to protect) oleh setiap
sebagaimana tercantum dalam UUD 1945, dinyatakan secara tegas dalam Pasal 28
B ayat (1): “Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam
70
sehingga hak-hak konstitusional seseorang terpenuhi tanpa merugikan hak-hak
Berdasarkan hasil penelitian pada tahun 2019 perkara itsbat nikah terbanyak
kedua setelah dari kasus cerai gugat, jumlah perkara itsbat nikah yang diputus
pada tahun 2019 berjumlah 136, kemudian pada tahun 2020, perkara itsbat nikah
lebih sedikit dari sebelumnya dengan jumlah perkara yang diputus ialah 61.
Melihat dari jumlah perkara itsbat nikah yang ada pada Pengadilan Agama
“ Di Bantaeng kan memiliki banyak desanya ada yang di atas gunung dan lainnya,
jadi sepertinya memang faktor ketidaktahuan itu yang paling besar,pada saat
pernikahan banyak yang hanya melapor dengan imam desa sementara imam desa
terkadang tidak menyampaikan ke KUA setempat, ada juga yang karena kawin
lari kemudian alasan-alasan mengajukan itsbat nikah itu dengan kepentingan yang
berbeda beda dan yang paling banyak untuk pembuatan akta kelahiran anak
17
Faizal, Liky. "Akibat Hukum Pencatatan Perkawinan." ASAS 8.2 (2016).
18
Nova Novianta, , Hakim Pratama Pengadilan Agama Bantaeng Kelas II B, Wawancara,
di Pengadilan Agama Bantaeng, (14 April 2021)
19
Dian Aslamiah,. Hakim Pratama Pengadilan Agama Bantaeng, Wawancara, di
Pengadilan Agama Bantaeng (9 April 2021)
71
mereka karena untuk administrasi kependudukan, kemudian yang lain juga karna
ingin naik haji”.
Berdasarkan penelitian terkait penyebab pernikahan sirri di kabupaten
masyarakat. Beberapa hal juga menyatakan bahwa imam desa yang tidak memberi
pernikahan, yang biasa diangkat menjadi imam desa ialah orang yang memiliki
pemahaman agama yang baik dan juga memiliki pengetahuan yang memadai
pengesahan nikah.
adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawinan. d)
1 Tahun 1974. e). perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai
poin tersebut yang dijadikan dasar dala penetapan itsbat nikah di Pengadilan
72
Agama. Adapun pertimbangan hakim dala menyelesaikan itsbat nikah di
Kelas II B:20
20
Nova Noviana, Hakim Pratama Pengadilan Agama Bantaeng Kelas II B, Wawancara,
di Pengadilan Agama Bantaeng ( 14 April 2021)
73
Terkait pertimbangan hakim Pengadilan Agama Bantaeng kelas II B dalam
memberikan putusan atau penetapan itsbat nikah, maka dapat diperhatikan dari
penetapan itsbat nikah yang dikabulkan dan yang ditolak, dapat dilihat dengan
Berikut posisi dan analisis untuk perkara itsbat nikah yang dikabulkan dan
II, yang menjadi Wali nikah adalah ayah kandung Pemohon II yang
bernama Muhajeng bin Toa Tamma, disaksikan oleh Abd. Rahman bin
Muhajeng dan Sayripuddin bin Baco, dengan mahar berupa kalung emas
74
- Bahwa antara Pemohon I dan Pemohon II tidak ada hubungan keluarga
- Bahwa selama ini tidak ada pihak lain yang keberatan atas pernikahan
para Pemohon tersebut telah memenuhi ketentuan dalam Pasal 2 ayat (1)
Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 jo. Pasal 14 dan 7 ayat (3) huruf (e)
sebagai berikut:
75
Kitab Al Iqna‟ Juz II halaman 123:
أركان النكاح وهي مخسة صيغة وزوجة وزوخ وويل ومها العاقدان وشاهدان
Terjemahan: “Rukun nika itu ada lima yaitu sighat (ijab kabul), calon
isteri, calon suami, wali, keduanya yang melakukan akad
nikah dan dua orang saksi”.
(dua) orang laki-laki dewasa beragama Islam dan mas kawinnya berupa
pernikahan mereka.
76
- Pernikahan para Pemohon belum pernah dicatatkan pada Kantor Urusan
Agama setempat.
Islam dimana yang menjadi wali nikah Pemohon II bukanlah wali nikah
nikah fasid dan oleh karena itu Majelis Hakim menilai bahwa para
kawin lari, yang dimana Pemohon II tidak memiliki restu dari ayahnya yang juga
seharusnya menjadi wali yang sah pernikahan tersebut. Adapun rukun perkawinan
melaksanakan perkawinan harus ada: a) calon suami, b) calon istri, c) wali nikah,
d) dua orang saksi dan, e) ijab dan kabul. Adapun yang berhak menjadi wali diatur
dengan calon mempelai wanita. Maka Majelis Hakim menilai bahwa yang
menjadi wali nikah Pemohon II bukanlah wali nasab yang berhak, sehingga
77
tergolong wali nikah yang tidak sah dan telah melanggar ketentuan Pasal 21 ayat
(1) Kompilasi Hukum Islam sehingga rukun nikah pada Pasal 14 huruf (c)
menguraikan kejadian atau peristiwa, alasan dan tujuan pengajuan itsbat nikah di
dalam dasar atau dalil gugatan atau yang lebih dikenal dengan duduk perkara.
Selain itu pertimbangan hakim untuk memeriksa dan memutus perkara itsbat
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengadilan.
Pasal 14 Kompilasi Hukum Islam tentang rukun perkawinan dan Pasal 19,
20, dan 21 tentang wali nikah, Pasal 30 tentang mahar, dan juga tidak
79
terdapat halangan perkawinan seperti yang telah dijelaskan dalam pasal 39
s/d Pasal 44 Kompilasi Hukum Islam. Selain dari dasar hukum di atas,
hakim juga dalam menetapkan perkara itsbat nikah baik yang diterima
ataupun yang ditolak, hakim memeriksa duduk perkara para Pemohon, dan
B. Implikasi Penelitian
pernikahan yang tidak tercatat atau nikah sirri, maka perlu Pengadilan
tercatat dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 2 ayat (2) tentang
melakukan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Maka hal ini dapat
melindungi hak-hak mereka sebagai suami atau istri maupun anak anak
mereka.
80
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
81
Tahir, Bahtiar. Nikah Siri:Penyebab dan problematika Atas Status Anak Dalam
Perspektif Hukum Islam, Surabaya: CV. Garuda Mas Sejahtera, 2016.
UIN Alauddin Makassar. Pedoman Pelaksanaan Karya Tulis Ilmiah: Makalah,
Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Laporan Penelitian. Makassar Alauddin
Press, 2013.
Yunus, Ahyuni, Hukum Perkawinan dan Itsbat Nikah Antara Perlindungan dan
Kepastian Hukum,Cet. 1, Makassar:Humanities Genius, 2020
Zainuddin, Zainuddin dan Afwan. Kepastian hukum perkawinan siri dan
permasalahannya, di tinjau dari UU No. 1 Tahun 1974, Yogyakarta:
Deepublish: CV. Budi Utama, 2015
Jurnal
82
Nurlaelawati, Euis. "Pernikahan Tanpa Pencatatan: Isbat Nikah Sebuah
Solusi?." Musãwa Jurnal Studi Gender dan Islam 12.2 (2013): 261-277.
Nurhadi, Muhammad. Pendapat Hakim Terhadap Isbat Nikah Bagi Orang Yang
Telah Meninggal Dunia Di Pengadilan Agama Jeneponto. 2019.
Rahayu, Ninik. “Politik Hukum Itsbat Nikah”, Musawa Jurnal Studi Gender dan
Islam, 2016.
Sari, Siska Dwi Novita. Akibat Hukum Itsbat Nikah Dalam Perspektif Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Hukum Islam,
Dinamika, Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum, 2020.
Perundang-Undangan
Website
“Kamus Besar Bahasa Indonesia” https://kbbi.web.id/analisis
“Kamus Besar Bahasa Indonesia” https://kbbi.web.id/pelaksanaan
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bantaeng
https://www.pa-bantaeng.go.id/sejarah/
https://www.pa-bantaeng.go.id/visi-dan-misi/tugas-pokok-dan-fungsi
Skripsi
Widiawati, Egatuti. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Efektivitas Isbat Nikah
Pada Masyarakat Lalo Bajo Kecamatan Tanete Riattang Timur
Kabupaten Bone. 2018.
Yunus, Nurul Fuadi. Efektivitas Itsbat Nikah Massal Dalam Meminimalisir
Pernikahan Tanpa Akta Nikah Di Kecamatan Paleteang Kabupaten
Pinrang (Studi Kasus 2016-2017), 2018.
83
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Dokumentasi Penelitian
Bantaeng dengan jurusan Akuntansi dan lulus pada tahun 2017. Pada tahun yang
Negeri Alauddin Makassar melalui jalur SPAN-PTKIN pada Fakultas Syariah dan
Hukum Program Studi Hukum Acara Peradilan dan Kekeluargaan yang kemudian
berubah menjadi Hukum Keluarga Islam dan tamat pada tahun 2021 dengan IPK
3,89 (Cumlaude).